Naruto dan Sekirei milik pengarang aslinya.

Genre: Drama/Romance/Fantasy/Adventure/Parody.

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Setelah 27 tahun tinggal di California, dan sudah terlalu lama meninggalkan kampung halamannya dia memutuskan untuk kembali.

Naruto saat ini sedang dalam perjalanan pesawat yang akan mengantarkannya ke Ibukota Jepang, Tokyo yang sudah berganti menjadi Shinto Teito.

DING!

"Kami sekarang sudah tiba di Shinto Teito, tolong tetap duduk sampai pesawat yang kami tumpangi mendarat. Terimakasih telah terbang bersama kami, semoga penerbangan kami membuat anda semua nyaman!" Suara pramugari bersenandung lewat speaker.

Naruto mendesah lega, dia kembali duduk dan mengalihkan perhatiannya menuju jendela pesawat untuk menemukan pesawat yang ditumpanginya sudah menapak diatas permukaan tanah.

"Sudah sangat lama sejak aku berada disini,,," Dengan senyum kecut Naruto bergumam untuk dirinya sendiri.

Laju pesawat semakin pelan, memasuki stasiun pemberhentian, pesawat itu perlahan bergerak mundur untuk menyelaraskan dirinya dengan tangga yang berfungsi untuk menurunkan penumpang.

"Aku mengerti perasaanmu." Naruto menoleh kesamping kanannya, melihat seorang pria tua yang bisa dia simpulkan mendengar gumamannya itu. "Dulu saat aku masih seusiamu, setahun saja meninggalkan Jepang rasanya sangat lama untukku!" Katanya lagi, kali ini dia menampakan wajah sendu.

"Bisa dibilang begitu!" Naruto membalas tak kalah ramah, meskipun dalam kenyataannya dia tengah menyembunyikan fakta tentang satu tahun yang pria itu sebutkan hanyalah sebuah kebohongan semata.

Begitu tiba saatnya para penumpang dipersilahkan untuk turun, Naruto langsung meraih tas ransel yang dia sembunyikan dibawah kursinya dan setelah itu dia berdiri tegak untuk menunjukan kedigdayaan bentuk tubuhnya.

"Apa kau benar orang Jepang?" Pria tua yang sudah berdiri itu terperangah memperhatikan bentuk tubuh Naruto.

Naruto menoleh dan berkerut bingung, menatap pria tua itu dan akhirnya dia mengerti dengan maksud pertanyaan pria tua tersebut.

Tubuhnya memang sangat tinggi, diatas rata-rata tampilan pria Jepang yang berusia tidak lebih dari dua puluh lima tahun, dan dengan kombinasi rambut pirang dengan mata biru itu tentu saja ciri-ciri tersebut tidak akan dimiliki oleh pria asli keturunan Jepang.

Kesimpulannya, dia tidak layak disebut orang Jepang. Tapi,,,

"Aku lahir disini, dan pasporku Jepang. Apakah menurutmu aku bukan termasuk orang Jepang?" Pria tua itu hanya tersenyum malu karena telah mempertanyakan hal konyol seperti itu.

Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, keduanya lekas beranjak pergi untuk keluar dari pesawat tersebut.

Turun dari pesawat, Naruto mengeluarkan Smartphone keluaran terbaru yang dia dapatkan dari Amerika, dan menyalakannya.

Hal pertama yang perlu dia lakukan adalah memeriksa waktu. Melihat waktu sudah menunjukan pukul 6 malam, dia masih punya waktu untuk mencari sebuah penginapan.

"Aku bisa menyebar Bunshin untuk mencari penginapan terdekat dari sini,,," Naruto mengangkat bahu. Kemudian tangannya mengaktifkan aplikasi musik, memakai earphone dan secepatnya melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu. ",,,Mari kita lihat seberapa banyak Kota ini berubah!"

ooo

"Ada apa dengan Shinto Teito ini?" Naruto mengeluh karena harus menunggu sampai dua jam hanya untuk bisa keluar dari bandara. Sepertinya Shinto Teito pernah bermasalah dengan teroris atau semacamnya, karena keamanan bandara disini jauh lebih ketat dari beberapa bandara yang pernah Naruto kunjungi sebelumnya.

Akibat keterlambatan ini Naruto jadi mengalami keterbatasan waktu untuknya mencari hotel atau apartemen yang akan dia tinggali dikota ini.

Jika tahu akhirnya akan jadi begini, waktu di Amerika dulu seharusnya dia terlebih dahulu memesannya via online.

Hidup ribuan tahun ternyata tidak bisa menanggulangi kecerobohannya itu!

Dengan desahan kejengkelan Naruto kembali meneruskan perjalanannya. Melihat sebuah gang, Naruto segera berbelok untuk memasukinya. Memasang Genjutsu, setelah itu dia membuat 10 Kage Bunshin untuk mencari tempat untuknya menginap.

Puas dengan pekerjaannya, Naruto melepas Genjutsu dan langsung keluar dari gang untuk kembali meneruskan perjalanannya.

Ditempat yang baru tanpa satupun tujuan membuat Naruto memilih untuk berjalan kaki. Kepalanya berkeliling kesana-kemari melihat satu persatu gedung pencakar langit yang membuat mulutnya berdecak kagum.

"Berita lainnya, Hiroto Minaka, presiden MBI telah sukses membeli delapan puluh persen hak kepemilikan kota,,," Naruto berhenti tepat didepan toko elektronik, kedua matanya langsung tertuju kesebuah televisi yang menayangkan sebuah berita tentang seorang taipan kaya yang telah sukses membeli kekuasaan atas kota Shinto Teito ini.

"Pemilik perusahaan yang mampu menguasai seluruh kota?" Naruto bergumam dengan matanya masih menatap televisi, memperhatikan seorang pria berambut putih berantakan, memakai kacamata dengan pakaian serba putih yang memiliki jubah berkerah tinggi sedang berpose seperti seorang raja yang terduduk disinggasananya. "Pria itu mengingatkanku dengan Gatou!" Bukan kenangan yang menyenangkan, terutama karena dia sangat membenci jika dia harus mengingat masa lalunya.

"Apa maksud orang itu dengan membeli hampir keseluruhan kota ini?" Naruto menggeleng tidak mengerti dengan kebodohan para pemerintah yang malah bersedia menjual ibukota untuk dikuasai oleh orang itu.

Terlalu lama terdiam didepan toko membuat Naruto segera melanjutkan perjalanannya, dia tidak ingin dibuat pusing karena memikirkan pemberitaan tersebut.

Hampir dua jam dia berjalan Naruto memutuskan berhenti disebuah taman, dan karena belum mendapatkan informasi dari Bunshinnya Narutopun memutuskan untuk beristirahat ditaman itu.

o

Line break-o

o

Tidak bisa menerima nasibnya sebagai Broken Sekirei, Akitsu memutuskan untuk melarikan diri dari dari Lab MBI. Berkat kekacauan yang dibuat dua Sekirei lainnya yang juga telah terlebih dulu merencanakan pelarian tersebut, dengan sangat mudah Akitsu melenggang keluar dari Lab tanpa seorangpun berniat menghalanginya. Mereka lebih memilih mengejar dua Sekirei itu ketimbang dirinya, dan hal itu membuatnya meringis karena seolah-olah mereka sedang memberitahunya bahwa dia bukanlah hal yang penting untuk ditangani daripada dua Sekirei itu.

-Akitsu, mantan Sekirei *07- Dia tidak ingin berakhir seperti yang dinayatakan oleh para Adjustornya. Seperti halnya Sekirei lain, keinginan memiliki Ashikabi masih tertanam teguh didalam hatinya. agaimana dia bisa menemukan Ahikabinya? Siapa Ashikabi yang menginginkan Broken Sekirei? Akitsu hanya tertunduk sedih karena tidak bisa menjawab pertanyaannya sendiri.

Akitsu pernah mendengar tentang pembicaraan para Adjustornya tentang bagaimana kemungkinan Akitsu bisa mendapatkan Ashikabinya, mereka menyebutkan tentang undangan atau hal semacamnya yang bisa menjerat seorang Ashikabi untuk dirinya sendiri, dengan kata lain Akitsulah yang akan memilih Ashikabinya dan bukan karena reaksi spontan antara kedua belah pihak.

Akitsu tersenyum, dia segera bangkit dan beranjak dari kursinya. Akitsu berdiri memusatkan perhatiannya keatas bulan, dia ingin menguji teori para Adjustor yang dia ragukan akan berhasil. Akitsu sedang putus asa, dan apapun akan dia lakukan untuk mendapatkan Ashikabinya.

Dia akan mencoba teori para Adjustor itu.

Cahaya bulan memantulkan sinar Matahari kebumi, dan Akitsu memutuskan untuk memantulkan Tamanya kebulan untuk dipantulkan kembali ke Shinto Teito. Jika Akitsu melakukannya dengan benar, dia berharap bahwa seseorang meraih Tamanya yang akan memiliki reaksi untuk menjadi Ashikabinya.

'Tolong, biarkan ini bekerja! Tolong rangkulah cintaku, Ashikabi-sama!' Akitsu berdoa dengan kedua matanya yang tertutup. Memusatkan Tamanya membentuk sebuah inti kekuatan hidup Sekirei, setelah itu dia menembakan Tamanya itu menuju bulan.

Sepuluh detik telah berlalu Akitsu mulai membuka kedua matanya, dan hal pertama yang dilihatnya adalah bulan yang masih sama seperti sebelumnya. Terus memperhatikan dan terus menunggu, melihat bulan yang masih tetap sama membuat harapan Akitsu kian mulai memudar.

Bulan masih bersinar terang diatasnya menandakan teori yang dikemukakan Adjustornya itu tidak terbukti.

Menyadari kegagalannya Akitsu terhyung kembali duduk dibangkunya, dia menundukan kepalanya dalam kekecewaan, dan berusaha menahan keinginan untuk menangis karena kesedihan atas kegagalannya. Sebelumnya dia telah menduga bahwa tindakannya akan sia-sia saja, dan dia tidak akan menyangkal itu. Namun pada saat yang sama, Akitsu telah menanamkan harapannya bahwa Tamanya akan dipantulkan oleh bulan untuk diterima Ashikabinya.

Apakah dia memang sudah ditakdirkan untuk menjadi Broken Sekirei? Apakah dia memang sudah ditakdirkan untuk tidak akan pernah menemukan Ashikabinya?

"Hey, kenapa kau menembakan Chakramu menuju bulan?" Akitsu tersentak, dia langsung mendongkakan kepalanya hanya untuk menemukan seorang pria muda bertubuh tinggi yang berdiri tepat didepannya. "Dan yang lebih penting, apakah ada beberapa orang sepertimu yang mahir menggunakan Chakra?"

Kedua mata Akitsu membelakak tak percaya melihat kehadiran seseorang yang merespon panggilan Tamanya. Apakah percobaan yang dia lakukan berhasil? Apakah dia akhirnya sudah menemukan Ashikabinya?

"Ah, Ashikabi-sama,,,"

Akitsu tersentak berdiri dan langsung memeluk Ashikabinya.

Meletakan kepalanya didada bidang Ashikabinya itu, dia mulai tenggelam dalam tangis karena rasa bahagia.

ooo

Naruto memilih sebuah bangku panjang untuk dia beristirahat. Melemparkan tas ranselnya keatas bangku, dia langsung mendudukan pantatnya tepat disamping ranselnya berada.

Naruto menyenderkan punggungnya dengan santai, earphone yang masih melekat dikedua telinganya menjadi sebuah sarana hiburan untuk mendengarkan beberapa lagu favoritnya.

Merasakan intensitas yang sangat akrab Naruto menolehkan kepalanya kesamping kanan. Kedua matanya langsung membelakak ketika melihat seorang wanita yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Tapi bukan itu pokus Naruto, dia melihat sebuah bola cahaya sebesar bola tenis melayang diatas kedua tangannya.

"Chakra?" Naruto bergumam tak percaya dan terus memperhatikan wanita tersebut.

120 puluh tahun setelah PDS4 berakhir, seni penggunaan Chakra perlahan mulai ditinggalkan. Manusia mulai tumbuh menjadi individu yang hanya akan merasa cukup untuk hidup normal sebagai warga sipil biasa, karena hidup sebagai ninja yang sehari-harinya akan melakukan misi nampaknya sudah tidak lagi menarik perhatian mereka.

Sudah hampir 1268 tahun telah berlalu dari terakhir kalinya dia menemukan seseorang atau beberapa kelompok yang memanfaatkan penggunaan Chakra. Mereka memanfaatkan energy Chakra melalui senjata mereka, dan Naruto akhirnya menamakan era itu sebagai 'era sengoku basara'. Dan kali ini, dia sangat senang karena kembali menemukan seseorang yang bisa memanfaatkan Chakra didalam tubuhnya.

Naruto mengerutkan keningnya ketika wanita itu menembakan Chakranya menuju bulan, dan beberapa saat kemudian dia kembali duduk dan menundukan kepalanya kebawah.

Merasa sangat penasaran Naruto lekas berjalan menghampirinya.

"Hey, kenapa kau menembakan Chakramu menuju bulan?" Sampai didepan wanita itu Naruto bertanya dengan sedikit nada antusias. "Dan yang lebih penting, apakah ada beberapa orang sepertimu yang mahir menggunakan Chakra?"

Naruto mengerutkan keningnya ketika wanita itu hanya menatapnya tanpa menjawab pertanyaannya itu.

"Ah, Ashikabi-sama,,,"

Setelah mengatakan itu Naruto langsung tersentak panik mendapatkan kejutan tak terduga dari wanita tersebut. Wanita itu kini memeluk tubuhnya penuh sukacita, dia menangis dalam aura kebahagiaan yang membuat Naruto tak mengerti.

Ada apa? Kenapa?

TO BE CONTINUED!

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Sekirei membuatku tertarik, ini adalah tantangan selanjutnya untuk menambah daftar ceritaku.

Naruto sudah hidup lebih dari 7000 tahun, dan dia adalah entitas makhluk Abadi. Adapun faktor yang membuatnya seperti itu, aku mempersilahkan kalian untuk menebak-nebak terlebih dahulu sebelum aku sendiri yang akan mengungkapkannya dalam cerita ini.

Terimakasih,,,badi. Adapun faktor yang membuatnya seperti itu, aku mempersilahkan kalian untuk menebak-nebak terlebih dahulu sebelum aku sendiri yang akan mengungkapkannya dalam cerita ini.

Terimakasih,,,