Take Me To The Beginning
Chapter 18
[Family]
Warning : YAOI, BL, SEMI RATED M, MPREG!
Story : Chanbaek – Other cast SM
{CB}
Sebelum matahari menyapa dengan sinarnya yang menyengat. Baekhyun sudah bangun untuk berlomba dan mendahului sang mentari. Ia sudah sibuk dengan agenda rutin seperti memasak untuk sarapan sebelum mengantar anak-anaknya sekolah. Dan melanjutkan aktivitasnya di toko buku.
Waktu berlalu meninggalkan kenangan manis. Anak-anaknya sudah semakin besar tanpa satupun terlewat bagi Baekhyun untuk mengamati.
"Morning.." Baekhyun selalu suka bagaimana cara suami dan anak-anaknya menyapa disaat pagi. Kecupan ringan di pipi dengan seulas senyum sebagai bekal sepanjang hari.
Baekhyun terus mengaduk adonan pancake nya. Tidak lupa menata 3 gelas dan 1 cangkir. 2 gelas untuk susu anak-anaknya, 1 gelas air hangat untuk dirinya sendiri, dan 1 cangkir kopi untuk sang raja, Park Chanyeol.
Baekhyun ingin selalu awet muda, dan sehat. Resep dari Yoona selalu diingat. Jika setiap pagi ia harus meminum air hangat sebagai penangkal keriput. Baekhyun rasa itu salah, karena resep anti keriput yang sesungguhnya adalah bahagia. Jika bahagia sudah melingkupi hati, maka rasa damai akan menciptakan sugesti bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi.
Dan sumber kebahagiaan Baekhyun adalah keluarganya. Suami tampannya serta sepasang merpati lucu yang terkadang menyebalkan jika mereka rewel secara bersamaan.
"Mom.. Baju seragamku mana ?" Baekhyun menghentikan kegiatannya untuk menoleh pada anak gadisnya yang kini sudah berusia 12 tahun.
"Seragam mu kemarin 'kan baru ?" cengiran Joy membuat perasaan Baekhyun berubah menjadi was-was.
"Kotor.. Aku kemarin berkelahi dengan kakak kelas laki-laki yang mengganggu teman ku." setahunya ia bahkan tidak pernah mengajarkan Joy untuk berbicara lantang. Lantas bagaimana awal mulanya hingga gadis yang seharusnya berjalan anggun, malah berakhir adu pukul dengan lelaki yang sama sekali bukan tandingannya.
"Berkelahi ? Joy berhenti bersikap seperti lelaki. Kau ini perempuan."
"Oppa bilang kita harus membela yang lemah mom." Baekhyun memutar bola matanya saat mengingat sesuatu. Bahwa terbentuknya sikap tomboy Joy, adalah campur tangan anak sulungnya.
"Dengar.. Menghajar orang lain bukan solusi. Kau ingin mom di panggil kepala sekolahmu lagi ?" Joy menggeleng dengan bibir yang digigit. Terakhir kali saat ibunya mendapat surat panggilan kepala sekolah karena kasus yang sama. Akibatnya ia harus berhenti jajan karena Chanyeol membekukan fasilitas uang jajannya.
"Mom.. Jangan keras-keras. Nanti dad dengar." Joy berlari kecil guna membekap bibir tipis ibunya. Takut-takut jika Chanyeol datang dan terulang kembali kejadian dimana ia harus berpuasa karena uang jajan yang di pangkas.
"Cepat mandi, bangunkan oppa dan daddymu dulu."
"Oppa jadi berangkat ke Jepang ?" ah ya.. Jepang. Hanya tinggal menghitung minggu untuk Sehun pergi merantau memenuhi perintah Chanyeol. Entah mengapa suaminya itu memilih Jepang sebagai satu-satunya tempat yang dianggap memiliki standar pendidikan terbaik.
Ujian akhir sudah selesai, hanya menunggu pengumuman nilai dan lulus. Baekhyun sedih tentu saja jika mengingat itu. Sebelum ada keputusan final, ia berharap jika Chanyeol akan berubah fikiran dan membiarkan Sehun melanjutkan pendidikannya di Korea saja.
"Mom belum berhasil merayu daddy untuk pembatalan." Joy berubah sendu. Hari-harinya pasti akan sepi. Tidak ada musuh, teman bermain, sekaligus sahabat. 4 tahun di Jepang sungguh waktu yang lama.
"Kenapa bibirmu dimajukan begitu ?" Baekhyun mencubit gemas bibir anaknya yang sekarang justru mirip seperti bebek karet di dalam kamar mandi.
"Pasti sepi jika oppa di Jepang."
{CB}
Joy mengendap-endap memasuki kamar kakaknya. Mengintip sebentar, dan sesuai dugaan jika lelaki tinggi itu masih tertidur nyenyak dibalik selimut.
"Oppa.. Bangun." percobaan pertama gagal.
"Oppa.. Kebakaran." sedikit menggoyang-goyang acak gundukan dalam selimut. Namun sama, percobaan kedua masih gagal.
Joy melompat di atas ranjang kakaknya, melompat-lompat seperti anak kelinci yang baru saja bebas dari kurungan.
"ARRGHH !" Sehun berteriak frustasi saat merasakan guncangan kasar. Kepalanya serasa dihantam batu saat pantulan kasurnya semakin menjadi-jadi. Sebenarnya ia tahu siapa pelakunya. Hanya ada satu makhluk menyebalkan di dalam rumahnya, yang sialnya Sehun juga sangat menyayanginya.
"Berhenti Joy.." dengan suara sedikit serak Sehun memaksakan mengintip sedikit dibalik selimut tebalnya. Adik perempuannya yang sudah duduk di bangku pertama Junior High School itu tampak tersenyum lebar.
"Oppa… banguuunnnnn." Sehun berkedip beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit dan bersandar pada kepala ranjang.
"Ini sudah bangun." nyawanya masih terasa melayang, setidaknya Sehun membutuhkan beberapa menit. Tapi yang terjadi sekarang, ia malah di seret Joy agar menuruni ranjang dan bersiap mandi.
"Joy.. kenapa hyperactive sekali ? ya ampun, nyawa ku belum terkumpul." Joy tidak mempedulikan keluhan kakaknya. Ia terus menyeret Sehun entah kemana. Tebakan Sehun mungkin Joy akan membawanya ke kamar mandi. Tapi yang terjadi sekarang adalah, ia berdiri di taman belakang rumah mereka di bawah sinar matahari pagi. Sorotan sinarnya membuat Sehun menyipitkan mata mencoba beradaptasi.
"Oppa lihat…" Joy membawa satu pot kecil berisi bunga kaktus.
"Sejak kapan kau suka bercocok tanam ?" Joy hanya menggeleng dengan kasar.
"Kata aunty Krys, memelihara tanaman bisa melatih kesabaran."
"Tapi kaktus tidak memerlukan perawatan khusus. Jadi kesabaranmu tidak terkuras terlalu banyak."
"Oppa…" Sehun mengucek matanya sebentar.
"Apa ?"
"Bawa ini ke Jepang bersama mu nanti." Sehun tersenyum dan menarik tangan adiknya untuk di peluk.
"Jika bisa aku akan membawamu, dad, dan mom ke Jepang. Tapi karena itu tidak mungkin, aku akan membawa kaktus ini saja." Joy terlihat mengangguk.
"Oppa.. Jika kau di Jepang siapa yang aku ajak bertengkar, dan membela ku jika mom marah." taunya Sehun malah tertawa dan memberi cubitan ringan di pipi adiknya.
"Hanya 4 tahun.. Itu sebentar. Lagipula kau harus mulai belajar menjadi dewasa Joy. Jangan membuat onar, dan membuat darah tinggi mom kambuh. Kau harus menjadi perempuan yang anggun dan cantik."
Obrolan itu tidak luput satupun dari pendengaran dan pengelihatan Baekhyun yang sedari tadi berdiri tenang. Kedua tangannya dilipat di depan dada, sedangkan tubuhnya ia sandarkan pada badan pintu. Ia kadang tidak mengerti dengan anak-anaknya. Sebentar berdebat, sebentar akur. Joy yang manja dan Sehun yang sangat hobi menggoda membuat pertengkaran mereka lebih sering berakhir dengan Joy yang beruraian air mata. Mengadu pada Chanyeol atau Baekhyun sudah menjadi hal rutin. Tapi Baekhyun hanya menegur biasa saja, karena ia sebagai ibu yang hafal dengan karakter anak-anaknya sangat tahu jika itu adalah cara Sehun menyayangi Joy.
"Sudah selesai ? sekarang ayo mandi dan sarapan. Mom ada jadwal seminar dengan penulis baru." Baekhyun akhirnya membuka suara untuk melerai sepasang adik kakak yang sibuk berinteraksi itu.
{CB}
Sekolah Sehun dan Joy memang berada dalam satu lingkungan. Hanya dipisahkan oleh lapangan. Gedung utara untuk Junior High School, sedangkan gedung selatan untuk Senior High School. Baekhyun bukan sengaja untuk mempersingkat waktu antar-jemput. Tapi karena Trans School merupakan sekolah berbasis Internasional yang terkenal dengan prestasi serta sistem pembelajaran yang baik. Jadi pilihan yang tepat juga keuntungan yang bisa di dapat dari segi waktu, untuk seorang pebisnis sekaligus ibu rumah tangga seperti dirinya.
Mobil sedan edisi terbaru berwarna putih itu memasuki pelataran parkir sekolah. Ini adalah mobil hadiah pernikahan mereka yang ke-19 tahun. Chanyeol sengaja memberikannya sebagai ucapan terima kasih serta cinta nya pada Baekhyun selama 19 tahun pernikahan mereka.
"Mom tidak usah turun." Sehun menahan lengan ibunya, membuat alis Baekhyun dan Joy yang duduk di kursi belakang ikut terangkat.
"Kenapa ?" mungkin Sehun terbiasa karena dirinya yang mulai beranjak dewasa. Tapi tidak dengan Joy. Anak manja itu harus di antar sampai depan pintu kelas.
"Pokoknya tidak boleh." Sehun sedikit kesal saat Baekhyun mengajukan pertanyaan yang tidak bisa di jawab olehnya.
"Tapi mommy harus mengantarkan ku sampai depan kelas." Joy mengeluarkan suara protes. Tidak biasanya sang kakak bersikap seperti saat ini. Jikapun ia kesal pasti langsung keluar mobil dan pergi berlalu terlebih dahulu.
"Dasar bocah manja." Sehun membuka sabuk pengaman dan melesat pergi dengan kaki panjangnya. Menciptakan gelengan heran dan senyum maklum Baekhyun, serta gerutuan cerewet Joy.
"Park Sehun.." inilah sumber masalah yang membuat Sehun menjadi uring-uringan dan melarang ibunya untuk keluar mobil. Choi Minho, guru matematikanya terus saja mengusik dengan mencari-cari informasi mengenai ibunya.
"Kau tidak di antar kakak mu hari ini ?" Sehun menatap sengit lelaki berusia 28 tahun itu. Sehun sengaja tidak membuka suara jika sebenarnya Baekhyun adalah ibunya. Salahkan saja wajah Baekhyun yang terlalu awet muda. Seperti seorang vampire yang tidak mau menua. Kulit halusnya dan keriput yang sama sekali tidak nampak diusianya yang sekarang. Jika di sandingkan dengan Sehun dan Joy, Baekhyun memang lebih pantas menjadi kakak mereka. Dan jika di sandingkan dengan Chanyeol, Baekhyun lebih pantas menjadi anaknya. Seringkali pertengkaran mereka dipicu karena wajah imut Baekhyun. Chanyeol sering terbakar cemburu, dan saat terparah adalah 2 minggu lalu. Saat ada rapat dengan kolega barunya di pulau Jeju. Sehun melihat sendiri bagaimana kolega Chanyeol menaruh perhatian lebih pada Baekhyun dan berniat melamar. Tentu saja sebelum tahu bahwa Baekhyun adalah suami Chanyeol. Sehun dan Joy tertawa terbahak dan menjadikan itu sebagai bahan ejekan. Bahan untuk menggoda sang ayah disaat berkumpul di ruang keluarga.
"Kakak ? Kakak yang mana ? Aku anak pertama." Minho mulai kebingungan mendengar jawaban Sehun. Memang selama ini yang mengasumsikan jika Baekhyun merupakan kakak Sehun adalah dirinya sendiri. Sehun tidak pernah meng-iya-kan, atau menyangkal.
"Y-yang setiap pagi mengantarmu ? Dan setiap siang menjemputmu ?" Sehun tersenyum miring, dan dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi datar.
"Namanya Park Baekhyun, usia 42 tahun. Pemilik Enjoy Book Store. Suami sah dari Park Chanyeol, pewaris tunggal Sunbright&Co, serta CEO Byun Grup. Usia pernikahan mereka sudah 19 tahun. Dikaruniai 2 anak yang bernama, Park Sehun dan Park Sooyoung. Ada yang belum dimengerti guru Choi ?" Sehun ingin tertawa melihat keringat yang membasahi pelipis guru mudanya ini. Lama-lama ia bosan juga di buntuti demi informasi lengkap milik ibunya. Dan sekarang Sehun tidak salah bukan ? Ia sudah memberi informasi selengkap-lengkapnya pada Minho.
"J-jadi ?"
"Intinya Baekhyun adalah ibu ku." Sehun membungkukkan badannya dan berlalu pergi penuh kemenangan. Tidak ada yang salah, salahkan saja wajah Baekhyun yang tidak pernah menua. Sehun sendiri sedikit khawatir jika suatu hari nanti ibunya justru dianggap sebagai kekasih atau teman mainnya. Astaga.. Pantas saja ayahnya sering marah jika ibunya terlalu ramah pada seseorang. Chanyeol selalu menjadi yang paling royal untuk urusan menuruti kemauan Baekhyun. Sehun sudah merasakan kejengkelan yang dialami Chanyeol sekarang. Bedanya Sehun benci saat ibunya diusik, sedangkan Chanyeol sangat benci saat belahan jiwanya dilirik orang lain.
{CB}
Baekhyun dan Joy sibuk membantu Sehun mengemasi seluruh kebutuhannya sebelum besok berangkat ke Jepang. Lagi, Baekhyun menjadi yang paling dramatis. Seharusnya ini wajar terjadi. Perasaan seorang ibu akan menjadi sangat sensitif jika menyangkut masalah anak. Keputusan Chanyeol sudah final, itu artinya tidak dapat diganggu gugat. Universitas, tempat tinggal, serta kebutuhan lain sudah di siapkan jauh-jauh hari. Sehun hanya perlu membawa badan dan menyiapkan konsentrasi untuk menempuh pendidikan.
"Ada yang kurang ?" Chanyeol ikut memasuki kamar Sehun dengan pakaian santainya. Chanyeol memang baru saja pulang dari kantor.
"Tidak ada, sudah selesai dikemasi semua." Chanyeol tersenyum. Menepuk pundak jagoan tampannya yang sudah sangat dewasa. Inilah yang di takuti Chanyeol, ditinggalkan Sehun. Tapi hidup ini terus berputar, Chanyeol tidak akan terus muda dan kuat. Sedangkan perusahaan terus mengalami siklus dan pastinya membutuhkan pemimpin pengganti saat dirinya pensiun kelak. Dan sebagai bekal, ia hanya bisa memberi pendidikan terbaik.
"Sini.." Baekhyun menepuk dua sisi kosong di atas ranjang besar milik Sehun. Chanyeol berjalan kemudian berbaring disisi kanan suaminya. Disusul Joy yang berbaring disisi kiri, dengan Sehun yang juga ikut berbaring di belakang adiknya. Mereka berempat menyamankan posisi, meski sedikit sempit tapi terasa hangat. Menambah dilema bagi Sehun untuk pergi esok hari.
"Hhhmmm…" Baekhyun menghembuskan nafas berat. Chanyeol memiringkan posisinya untuk memeluk perut ramping sang suami.
"Kenapa ? Ada yang mengganggu pikiran mu ?" Baekhyun menoleh pada Chanyeol. Pandangannya menangkap bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekitar rahang tegas itu. Sedikit keriput halus yang tidak bisa membohongi betapa Chanyeol sudah bekerja keras selama 19 tahun terakhir. Baekhyun tersenyum saat beban pada perutnya bertambah berat. Sehun serta Joy ikut menumpukan tangan mereka disana.
"Tidak ada, hanya saja malam ini sepertinya aku ingin bernostalgia Chanyeol."
Sehun dan Joy saling melirik, menyimak baik-baik semua cerita yang akan keluar dari bibir tipis ibunya.
"Aku juga Baek.. Rasanya baru kemarin kita bertengkar dan saling mengumpat." mereka berempat tertawa. Kedua anak itu selalu senang ketika orang tua mereka mulai bercerita tentang masa lalu. Saat perjodohan yang konyol itu terjadi, menjadi bagian favorit. Bagaimana Chanyeol dan Baekhyun menceritakan dengan rinci sifat kekanakan mereka dulu.
"Tapi sekarang semua sudah berubah. Jujur saja aku benci melihat anak-anak tumbuh dewasa. Yang artinya waktu kita bersama semakin sedikit." anggukan Chanyeol terasa bergetar karena ia melesakkan kepalanya pada perpotongan leher Baekhyun.
"Aku juga, aku rasa mereka baru lahir, taunya kita sudah menua. Yah walaupun hanya aku yang tua disini, sedangkan kau tidak." Lagi, gelak tawa tiga orang lain membuat Chanyeol mengerucutkan bibir.
"Aku juga sebal dad karena semua teman-teman ku selalu menyebut mom sebagai kakak ku." semuanya ikut menoleh dan menyimak ucapan yang paling kecil.
"Aku juga, kau tahu guru Choi ?" Joy melirik kakaknya yang berbaring dibelakang, kemudian mengangguk.
"Guru Choi mati-matian menggali informasi tentang mom. Dan mengira mom adalah kakak ku. Astaga" Baekhyun menahan geli mendengar penuturan tiga orang kesayangannya. Biasanya yang mengeluh hanya Chanyeol. Bukan mengeluh saja, Chanyeol bahkan tak sungkan mengungkapkan jika ia sangat cemburu karena Baekhyun yang semakin hari terlihat semakin menawan.
"Sehun…" Baekhyun memulai dengan nada seriusnya. Menolehkan kepalanya ke kiri tempat kedua anaknya berbaring. Kemudian ia membuang pandangan pada langit-langit kamar. Dadanya tiba-tiba terasa pengap seolah tertindih oleh sesuatu. Berat rasanya saat malam ini harus menjadi malam terakhir mereka berempat berkumpul dengan formasi lengkap. Padahal Baekhyun sudah mengumpulkan kekuatan jauh-jauh hari, sejak Chanyeol mengabarkan tentang keputusan akhirnya. Tapi tetap saja tidak bisa semudah itu menjadi tegar. 18 tahun mereka menghabiskan hari dengan banyak emosi. Tidak pernah terlewat. Kenakalan, kelucuan, bahagia, sedih, dan sakit bersama.
"Kau tahu 'kan usiamu sudah masuk masa dewasa. Saat alkohol sudah di sahkan, dan saat kau bebas mencintai seseorang kemudian menjalin hubungan ?" Sehun menggigit bibirnya. Suasana menjadi hening menuju haru.
"Mom tidak akan banyak melarang atau membatasi. Mom tahu kau sudah cukup paham tentang batasanmu sendiri. Tapi mom mohon, gunakan 4 tahun mu sebaik-baiknya. Kau sebagai anak pertama, kami menggantung harapan sangat tinggi padamu. Jangan merasa terbebani atau menjadikan ini sebagai beban. Saat kau sadar kewajibanmu, maka semua akan terasa ringan." setetes bening itu jatuh menyamping. Joy dan Chanyeol sebagai yang terdekat dengan Baekhyun bergerak bersamaan menghapus air mata malaikat mereka.
"Pergi dan bawa cinta kami sebagai bekal. Di negeri orang jangan banyak tingkah dan berbuat hal tidak wajar. Kau membawa nama baik keluarga Park. Mom, Dad, dan adikmu akan selalu merindukanmu. Kabari kami setiap hari." Sehun menyerap baik-baik petuah yang diberikan ibunya. Ia baru sadar ternyata dirinya sudah sedewasa ini. Bukan lagi anak kecil yang menangis saat mengantuk, atau meminta mainan. Bukan lagi anak kecil yang harus di gendong kedua orang tuanya kesana kemari. Ia sudah 18 tahun dengan tinggi badan hampir 180 senti meter. Anak laki-laki pertama keluarga Park yang digadang-gadang menjadi pewaris segala garis bisnis ayahnya. Pelindung ibu serta adik perempuannya. Pengganti ayahnya, dan harus berdiri paling depan untuk menghalau apapun yang membahayakan anggota keluarganya.
Sehun bangkit kemudian menuju lemari pakaiannya. Berdiri tegak menghadap kaca tinggi yang dipasang pada pintu lemari. Mengamati dirinya sendiri. Kulit putihnya yang bersinar. Jakun yang mulai terlihat.
"Aku sudah dewasa." Sehun bergumam tanpa sungkan, mengabaikan tiga orang lain.
Chanyeol menyusul, mengamati putra sulungnya melalui pantulan cermin.
"Dulu setiap kau tidur, dad selalu berdoa, memintamu untuk tak cepat menjadi dewasa. Dad hanya ingin terus menemani mu setiap malam. Menghabiskan waktu bersamamu setiap akhir pekan." Sehun kini bergantian menyimak petuah ayahnya.
"Tapi lihat bahu lebar ini, lihat tinggi badan ini, dan lihat rahang tegas ini. Jagoan tampanku yang sangat mencintai minuman bergelembung sudah menjadi pria dewasa."
Mereka berempat berpelukan dalam diam tanpa mengalihkan pandangan dari cermin besar itu. Pada akhirnya harapan orang tua hanya sebatas kebahagiaan sang anak saja. Chanyeol dan Baekhyun sudah melalui rumah tangga mereka dengan rasa pahit yang berangsur-angsur menjadi manis. Dengan Chanyeol yang berperan sebagai nahkoda. Mengendalikan kapalnya untuk tetap tegar di tengah badai besar. Menikmati arus yang tidak dapat diprediksi. Tapi Chanyeol hanya memiliki satu keyakinan, bahwa ia pasti bisa. Membawa keluarga kecilnya menuju harmonis yang sesungguhnya. Keluarga yang diibaratkan sebagai nafas. Keluarga yang diumpamakan seperti rumah.
END
BAEKHYUN SIDE :
Dulu hal yang ku tahu hanya sebatas bermain, membaca buku, dan membuat ulah hingga mama pusing dan terus berteriak. Kecintaanku pada buku membuatku bermimpi memiliki toko buku besar dengan konsep nyaman. Dimana tempat itu menyediakan arena bermain khusus untuk anak-anak. Membunuh pemikiran mereka tentang membaca buku merupakan kegiatan membosankan. Papa membentuk jiwa bisnisku sebenarnya untuk tujuan pengelolaan perusahaannya. Tapi lagi-lagi aku menjadi si nakal yang semaunya sendiri.
Sampai suatu malam ada 3 orang asing yang datang bertamu ke rumah. Mama sengaja memasak banyak dengan menu yang tidak biasa untuk sekedar makan malam. 3 orang itu terdiri dari seorang ibu, seorang ayah, dan seorang anak lelaki bertelinga lebar. Sangat lebar dan menyebalkan.
Matanya lebar, hidungnya besar, tingginya berlebihan. Dan yang pasti, apapun yang ada pada dirinya tidak normal. Sejujurnya aku malas mengakui ini, tapi yeah.. Ketampanannya pun tidak normal. Ia terlalu tampan untuk ukuran manusia. Sangat tampan hingga membuatku sesak nafas. Sebelum aku tahu bahwa di balik wajah rupawan seumpama dewa itu tersimpan ribuan sifat sinting yang membuat pening.
Aku ini memang gay, memiliki ketertarikan khusus pada beberapa laki-laki kecuali Park Chanyeol. Seleraku padanya tidak pernah ada terutama saat kedua keluarga sepakat untuk menikahkan kami. Kesepakatan sepihak, tanpa melibatkan kami. Dan kalian tahu hal yang lebih menyebalkan ? dia memberiku nama panggilan 'minion'. Aku disamakan dengan kartun kuning itu ?
Aku Byun Baekhyun, anak satu-satunya dari Byun Heechul dan Byun Yoona. Tidak ada yang percaya bahkan diriku sendiri. Bahwa hari itu aku benar-benar berdiri di atas altar dengan si dumbo. Oh astaga, aku jadi teringat bagaimana mama menghakimiku karena kasus menendang 'penis'. Ya tolong jelaskan siapa yang tidak geram ketika ciuman pertama mu harus diambil oleh orang yang kau benci ?
Selepas acara resepsi disinilah hidupku dimulai. Pertengkaran pertama yang berakhir dengan diturunkannya aku di jalanan. Itukah sikap menantu idaman yang di banggakan mama ? dan jangan lupakan tentang insiden ahjussi taksi yang menganggapku gila. Cerita itu baru ku ketahui belakangan ini, saat Chanyeol bercerita padaku dan anak-anak tentang pengakuannya kepada ahjussi taksi bahwa ia adalah kakakku dan aku adalah si gila yang berkeliaran di jalanan. Rasanya ingin marah, tapi percuma, itu sudah berlangsung puluhan tahun lalu.
Kadang aku tidak mengerti dengan jalan pikiran orangtua serta mertuaku. Apa mereka mulai bangkrut karena hanya mampu membelikan kami apartemen dengan fasilitas 1 kamar tidur ? ternyata semua yang dilakukan mereka memiliki tujuan. Tidak ada orang tua yang akan menjerumuskan anaknya. Tapi kurasa mereka telah menjerumuskan kami. Kami terjerumus dalam cinta yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bagaimana aku bisa memutar balik orientasi Chanyeol yang semula adalah seorang straight. Dan bagaimana Chanyeol bisa membalik hatiku, saat rasa benciku berubah menjadi cinta.
Katakan aku tsundere, tapi aku memang memiliki kesulitan untuk mengungkapkan isi hati. Aku selalu takut gagal sebelum mencoba. Padahal kenyataannya aku yang merupakan si pemalas rela belajar memasak karena tidak ingin Chanyeol selalu memakan 'benda kriting' itu. Dan aku yang selalu kesulitan untuk mulai memberi perhatian, rela merawat Chanyeol yang sakit.
Pencemburu, yah rasanya masih sangat lucu bagaimana Chanyeol yang tenang berubah seperti badak kesurupan saat bertemu Changmin. Semua sifat kekanakannya menguar seolah menjelaskan bahwa mainannya tidak untuk di pegang orang lain. Padahal sudah ku jelaskan berkali-kali bahwa kami hanya teman. Tapi rupanya Chanyeol tidak akan percaya begitu saja. Itulah suamiku.
Apa kalian pernah menaiki wahana roller coaster ? mungkin sesekali kalian perlu memejamkan mata dan merasakan sensasi naik turunnya. Daripada menghabiskan waktu untuk berteriak. Begitulah rumah tangga. Aku kira prahara selesai hanya sampai aku membencinya karena perjodohan ini. Ternyata aku salah. Saat itu Sehun masih kecil, ah ya ampun bagaimana bisa lelaki-ku itu tumbuh menjadi sangat tampan sekarang. Oke kembali lagi. Pertengkaran hebat itu dimulai karena, komunikasi. Chanyeol yang sibuk dengan dunia bisnisnya, terlalu sibuk hingga lepas kontak beberapa hari. Rasanya sangat hancur sekali, saat mendengar Sehun memanggil 'Daddy' dalam keadaan tidak sadar dan suhu tubuh tinggi. Bagaimana aku kehilangan keceriaan jagoanku dalam beberapa hari, terhitung sejak dia merindukan Chanyeol. Sehun sakit, karena rindu. Sangat rindu sampai ia tidak bisa menanggungnya. Dan rindu bukan milik Sehun seorang. Rindu pada Chanyeol juga milikku, tapi semua mulai mati saat jarum infus menembus punggung tangan anakku.
Tidak ada lagi celotehnya meminta adik, atau meminta muffin, atau meminta di antar ke toko buku sekedar bermain dengan aunty Krys. Sehun hanya terlelap diiringi nyanyian tetes cairan infus. Dan mulai malam itu, aku rasa semua sudah berakhir. Aku tidak bahagia, dan jika di teruskan semua akan sia-sia saja.
Dalam hidup, yang paling memuakkan adalah saat kau ingin pergi tapi ada sesuatu yang menahanmu kembali. Aku hamil. Sehun akan memiliki adik. Seharusnya itu kabar bahagia jika saja Chanyeol tidak merusak semua. Aku masih menutup mulut untuk memudahkan diriku menjauhi Chanyeol. Aku tahu ini egois, menjauhkan anak-anak dari ayahnya. Tapi aku harus. Melihat Chanyeol rasanya masih sangat sulit, bahkan aku tidak bisa marah. Bukankah itu menakutkan ? aku mati rasa. Hatiku kebas karena rasa rindu yang menumpuk terlalu banyak.
Melalui pantulan kaca pintu toko, bukannya aku tidak tahu. Di seberang jalan Chanyeol berdiri. Badannya mengurus, kantung mata, serta jas kusut. Aku yakin 2 bulan itu tidak membuat Chanyeol hidup dengan baik. Untuk pertama kalinya setelah 2 bulan, hatiku rasanya bergetar. Seperti pertama jatuh cinta. Seperti pertama Chanyeol mengungkapkan perasaannya di balik himpitan pintu. Bagaimana Chanyeol mengikat tali sepatuku, dan bagaimana tatapan memohon untuk ku kembali pulang seolah merusak habis kokohnya penolakan yang sudah ku bangun. Tidak tahukah Chanyeol jika kerusakan bukan miliknya seorang ?
.
"Mom.." astaga, aku terlalu asik menulis ini sampai aku lupa jika hari ini adalah pesta pernikahan kami yang ke-23 tahun. Bersamaan dengan perayaan kembalinya Sehun dari Jepang.
"Apa yang sedang mom lakukan ? tutup laptopnya. Oppa akan datang." aku tersenyum ringan pada putriku yang sudah tumbuh dewasa. Jadi teringat saat hari pertama ia gugup setengah mati mengikuti audisi model. Penentangan tentu saja dilakukan Chanyeol. Suamiku itu selalu ingin anak-anaknya menjadi pebisnis. Tapi Joy sama keras kepalanya dengan ku. Tidak ada salahnya memberi kepercayaan untuk ia mengembangkan bakat. Dan aku sedikit menyesal, telah membuka kesempatan untuk Joy. Anak cantikku itu bulan depan akan ke Paris selama satu tahun karena di kontrak oleh salah satu brand. Haruskan aku bangga ? padahal Sehun baru saja pulang, kini giliran Joy yang harus pergi.
Chanyeol berdiri di tengah ruang tamu di temani papa dan papi. Sedangkan mama dan mami tidak terlihat, mungkin di dapur. Sederhana saja, mewahnya acara tidak lagi penting selama kami semua saling membagi bahagia.
Pintu utama rumah terbuka, Sehun menyeret koper biru kesayangannya memasuki ruang tamu. Udara seolah lenyap saat itu juga. Hanya tersisa mataku yang mulai memanas. Lega sekali, saat anak tumbuh sebagai mana mestinya. Dan yang membuat terharu saat Sehun kembali dengan janji yang ia tepati.
"M-mom.."
CHANYEOL SIDE :
Oh, hai. Park Rich Chanyeol disini. Berapa usiaku sebenarnya ? Tidak lihat kah kalian jika aku masih sangat tampan untuk ukuran manusia. Itu baru ku ketahui setelah puluhan tahun menikah. Kesayanganku yang tsundere itu mengakui dengan malas bahwa aku ini memang titisan dewa.
Aku harus mulai dari mana ? Terimakasih untuk kalian yang setia menyimak perjalanan hidupku sampai berpuluh-puluh chapter ini. Keluarga Park tidak semanis itu. Aku akan membocorkan sedikit bumbu di balik rasa manis yang kalian ketahui selama ini.
Pertama, saat itu aku adalah si playboy tidak tahu diri yang gemar membual dan mengumbar kata cinta sana sini. Kata temanku si Jongin hitam, tidak apa playboy asal tampan. Untuk pendapatnya yang satu itu, aku sangat setuju.
Kedua, aku menemui karma di saat yang tidak tepat. Aku ditinggal pergi setelah dia menguras habis semua yang ku miliki, termasuk hati. Pekerjaan berantakan dan aku semakin jauh dengan mami karena kecintaan ku yang terkesan buta pada 1 wanita. Tidak usah ku sebut namanya, karena jika Baekhyun tahu. Aku akan berakhir tidur di ruang keluarga.
Ketiga, karena patah hati yang berlebihan aku sering membunuh waktu ku di ruang kerja. Tenggelam dengan berkas-berkas, hingga membuat Yixing hyung mengumpat dan memaki karena menurutnya, semua hal yang berlebihan itu tidak baik.
Keempat, aku ini normal. Buah dada besar, rambut tergerai panjang, dan bibir seksi di balut lipstik adalah favoritku. Lantas apa ini ? Aku berakhir di pelaminan dengan seorang lelaki pendek dan cerewet. Kalian tahu minion ? Kebetulan sekali dia menyukai kuning. Kira-kira begitulah Byun Baekhyun. Awalnya. Aku mencium hanya sebatas formalitas. Aku menghargai kedua orang tua dan kedua mertuaku karena bagaimana pun harapan mereka hanyalah aku. Ku beritahu tentang rahasia besar di balik perjodohan ini. Baekhyun itu hanya menghabiskan sepanjang harinya dengan buku atau mengganggu mama. Ia sangat tertutup hampir tidak memiliki teman. Karena ia pernah menjadi korban bully setelah seluruh temannya mengetahui bahwa orientasi nya gay. Maka tidak heran saat mengenal Kyungsoo dan Joonmyeon hyung ia sangat bahagia. Saat itu teman-temannya hanya ke-lima karyawan nya di toko. Alasan perjodohan semakin diperkuat sebab mama dan mami tidak ingin kehilangan satu sama lain untuk kedua kalinya.
Bibir Baekhyun itu sangat manis. Seperti lollipop yang sering ku makan saat aku duduk di bangku sekolah dasar. Saat mencium bibir tipisnya serasa terbang menuju nirwana kemudian di detik berikutnya seolah jatuh ke tong sampah karena tendangan keras pada pangkal pahaku. Dan seluruh gereja pun tertawa terbahak-bahak melihat senjata kebanggaan ku disakiti.
Kokohnya prinsip bahwa aku ini lurus tidak berdiri tegak jika Baekhyun terus berada di sekitarku. Aku jatuh cinta, tapi mati-matian menyangkal padahal dengan jelas semua cirinya telah ku alami. Seperti merasa hampa saat ia tak ada. Hatiku ikut sakit saat ia menangis. Dan rasa masakannya yang buruk terasa nikmat saat kita habiskan bersama di meja makan.
Aku jatuh cinta, prinsipku porak poranda ketika Jongin membuka mataku bahwa memang seperti ini adanya. Dan aku cemburu saat panas tubuhku mendidih menyaksikan Baekhyun tertawa bersama lelaki lain.
Aku tahu ini tidak romantis, menyatakan cinta dengan sedikit paksaan di balik himpitan pintu ? Bukannya tidak memiliki uang untuk menyewa restoran berkelas. Tapi cinta kita berbeda, aku mencintainya dalam ketidaksadaran. Dan menunda untuk menyatakan sama saja membunuh diriku sendiri secara perlahan. Aku harus mengakui, saat itu juga. Bahwa hanya karena seorang Byun Baekhyun aku tunduk.
"M-mom.." Sehun melebarkan langkahnya untuk merengkuh tubuh pendek sang ibu. Isakkan ringan lolos pada akhirnya. Baekhyun mengusakkan wajahnya pada permukaan bidang sang putra. Meracau tentang rindu yang tiada habisnya.
"Anak bodoh kenapa lama sekali pulangnya huh ?" Baekhyun mencubit pinggang Sehun main-main. Mengundang tawa seisi rumah tentang terbaliknya posisi antara ibu dan anak itu. Karena jika dilihat Baekhyun jauh lebih manja dan itu menggemaskan.
Chanyeol menatap haru interaksi antara putra dan suaminya. Wibawanya tidak pernah pudar meskipun Baekhyun selalu menganggap Chanyeol tetap si idiot seperti 23 tahun yang lalu.
"Ehem.." dehemnya pelan. Membuat pelukan Baekhyun dan Sehun terurai untuk menoleh pada si kepala keluarga.
"Dad.." Sehun beralih ke samping untuk bergantian memeluk sang ayah.
"Ya.. terimakasih karena sudah menurutiku." tepukan pada pundak lebar Sehun syarat akan kebanggaan yang luar biasa. Chanyeol tidak berubah, masih sama seperti dulu. Ayah yang menyebalkan ketika berebut sosis panggang. Bedanya sekarang uban sedikit bertebaran terselip diantara surai legamnya. Pembawaannya lebih matang.
"Dad.. tidak lupa dengan janji nya 'kan ?" Sehun menaik turunkan alis untuk menggoda Chanyeol mengenai janjinya 4 tahun lalu. Oh.. tentu saja Chanyeol tidak lupa. Sebelum berangkat ke Jepang ada hal kecil yang dijanjikan oleh Chanyeol saat Sehun kembali, minum bersama.
"Janji apa ?" Baekhyun yang merasa ketinggalan info bertanya penuh selidik.
Sementara di seberang sana Chanyeol memberi isyarat pada Sehun untuk tutup mulut. Baekhyun itu sangat protektif mengenai kesehatan lelaki nya, karena usia manusia yang sudah memasuki kepala empat akan rawan dengan berbagai penyakit. Maka dari itu Baekhyun akan maju paling depan jika Chanyeol mengonsumsi makanan atau minuman yang membahayakan kesehatan termasuk minum bir.
"Tidak ada bir ya. Kau ingin cepat mati huh ?!" Joy dan Sehun menutup mulut karena tak kuasa menahan tawa melihat Chanyeol yang menciut. Tapi lama-lama Sehun tidak tega juga.
"Mom.. aku janji hanya sekali. Anggap ini sebagai caraku dan dad menghilangkan rindu."
"Nah.. Sehun benar Baek. Aku janji ini yang terakhir." pada akhirnya Baekhyun hanya mendengus. Tidak ada salahnya juga. Toh, setelah sekian tahun Chanyeol selalu menurutinya.
"Hanya sedikit dan sesuaikan dengan toleransi tubuhmu Chanyeol. Karena sungguh aku tidak ingin melihat mu sakit."
"Uhhhh…" Siul Chanyeol menggoda dan berhasil membuat suami mungilnya merona.
"Cukup. Kau sudah terlalu tua untuk bertingkah seperti ini dumbo !" meskipun mengomel, Baekhyun hanya pasrah saat Chanyeol menghampiri sekedar melingkarkan tangan pada pinggangnya.
23 tahun dan masih sama. Tsundere yang membuat Chanyeol merasa dicintai dengan cara Baekhyun sendiri. Perhatian yang seolah tak nyata tapi mampu di rasakan sampai menembus kedalam inci tubuhnya.
"Oppa.."
"Hm.." Sehun hanya berdehem karena sibuk dengan ponsel pintarnya saat sang adik menyapa.
"Bulan depan aku akan berangkat ke Paris." yang lebih tua mengangkat kepalanya, memasang wajah datar tanpa kata.
"Aku tahu, tapi kau masih 16 tahun." Joy mengangguk. Menggeser duduknya agar lebih dekat dengan si kakak.
"Menurut oppa aku harus bagaimana ? Daddy menentang, Mommy menyerahkan segala keputusannya padaku." murung yang tergambar di wajah Joy menciptakan hembusan nafas panjang untuk Sehun.
"Kau sudah sejauh ini, tapi kau perempuan dan masih terlalu muda untuk jauh dari orangtua. Menurutmu apa yang bisa kuberikan selain kepercayaan ?"
"Jadi ?"
"Jadi tunggu apalagi ? berangkatlah." Joy berhambur ke dalam pelukan Sehun. Meskipun tidak pernah lolos berkomunikasi setiap harinya. Tapi jauh lebih nyaman saat bertatap muka seperti ini. Joy bisa memeluk jika ia membutuhkan sandaran.
"Aku merindukanmu."
"Ku kira kau sudah memiliki Sungjae" Sehun tertawa keras namun tidak melepaskan dekapannya.
"Yak! Si sinting itu bukan siapa-siapa ku."
"Jangan terlalu benci, tiba saatnya nanti jatuh cinta kau sendiri yang akan pusing."
{CB}
Sejauh mata memandang hanya hamparan rumput hijau yang memanjakan mata. Dengan panjang sama rata, rerumputan itu nampak artistik. Baekhyun mendongak dengan kacamata gaya nya yang berwarna hitam. Dua tangannya diletakkan dibelakang untuk menumpu tubuhnya. Semilir angin membuat senyumnya mengembang. Setelah sekian tahun akhirnya ia kemari. Bukan hanya bertiga, tapi berempat bersama para kesayangannya. Bali.
"Kau payah Sehun" Chanyeol yang mengenakan celana kain hitam serta kaos putih terlihat gagah. Tatanan up hair serta kacamata yang juga bertengger manis di hidung mancungnya, membuatnya tampak awet muda. Sementara di sampingnya berdiri Sehun dengan stelan yang sama seperti sang ayah.
"Ayunkan yang benar, kau ini memegang tongkat golf bukan tongkat pancing." sementara Joy yang berdiri tak jauh dari sana berlaku layaknya cheerleader yang bersorak-sorak menertawai kebodohan sang kakak.
"Yak oppa kau itu bodoh atau bagaimana ? itu tongkat untuk menggelindingkan bola. Ayunkan ke arah bola, buka ke arah keningmu." Joy tampak cantik dengan celana bahan jeans pendek di atas paha. Mengekspos dengan baik kaki jenjangnya. Dipadukan baju bali berwarna biru laut, dan jangan lupakan kacamatanya.
Hari ini permintaan Baekhyun beberapa puluh tahun silam akhirnya terkabul. Berlibur ke Bali. Diam-diam tanpa sepengetahuan Baekhyun, Chanyeol telah membeli sebuah cottage lengkap dengan fasilitas lapangan golf disana. Jika saat itu Baekhyun bermimpi pergi bertiga, maka sekarang lebih lengkap. Mereka pergi berempat.
Baekhyun terkikik melihat putra sulungnya yang habis di bully oleh ayah dan adiknya karena tongkat golf yang seharusnya terayun ke arah bola, malah mengenai keningnya sendiri dengan keras.
"Lihat ya.. Jika bola ini berhasil masuk kau harus membawa Sungjae ke hadapanku." Sehun tersenyum licik. Sudah lama tidak membuat adiknya mati kutu.
"Sudah ku bilang aku tidak ada hubungan apapun dengan dia. Menyebalkan!" Joy berbalik dan menghentak-hentakkan kakinya untuk menghampiri sang ibu yang masih sibuk tersenyum melihat interaksi ketiga manusia berbeda usia itu.
"Kau ini selalu saja membuat adik mu sebal." Chanyeol memukul pantat Sehun dengan tongkatnya untuk memberi pelajaran karena membuat si bungsu marah.
"Apalagi ? kau ini jika kalah main dengan Oppa mu selalu saja menangis." Baekhyun melambaikan tangannya untuk mengundang sang putri duduk di sisinya.
"Oppa menyebalkan mom." elusan lembut pada puncak kepalanya selalu berhasil membuat Joy merasa nyaman.
"Memang caranya menyayangimu sedikit aneh."
Baekhyun menatap lurus ke depan tanpa melepaskan Joy dalam pelukannya yang terus merengek manja. Entah apa yang sedang dibicarakan oleh dua lelakinya itu. Tinggi mereka sekarang sama. Semampai dan mempesona, beruntung anak-anaknya tidak ada yang menurun tinggi badan Baekhyun yang hanya setengah tiang. Hembusan angin menerbangkan rambut keduanya. Namun tak menyurutkan obrolan Sehun dan Chanyeol. Baekhyun merasa lucu sendiri. Jika dulu mungkin obrolan mereka hanya sebatas mobil remote atau tujuan piknik akhir pekan. Tapi sekarang beda, topiknya jauh lebih berat dan Baekhyun sendiri tak sanggup mengimbangi. Seputar bisnis, neraca, laba, dan planning masa depan untuk kemajuan perusahaan.
"Sudah selesai meeting outdoor nya ?" Chanyeol hanya tersenyum untuk kemudian memberi kecupan pada pipi suami nya.
"Minggir, kau selalu memonopoli mom untukmu sendiri." Joy menyingkirkan tangan kakaknya dan mendekap semakin erat tubuh sang ibu.
"Aku iri.." Chanyeol mencebik main-main. Dan membuat kedua anaknya berlarian untuk memeluk.
Kekehan keluarga Park membuat senja sore di Bali lebih berwarna. Tidak peduli dengan tongkat golf dan semacamnya. Sehun lebih bahagia berkumpul dengan keluarga nya setelah 4 tahun berjauhan. Tanggung jawabnya ke depan semakin berat dengan jabatan yang akan di emban. Namun Sehun adalah Sehun. Tidak dengan mudah menerima jabatan yang di berikan Chanyeol. Ia ingin merintis semua dari bawah. Mulai menjadi Park Sehun si karyawan. Dan tentu saja itu disambut bangga oleh kedua orangtua serta adiknya.
Keluarga Park yang terlahir dari pernikahan si minion Byun dan dumbo Park. Mereka menciptakan kebahagiaan dengan cara mereka sendiri. Lepas itu memuakkan atau menyenangkan. Chanyeol dan Baekhyun tetap merasa sempurna karena saling memiliki.
REAL END
A/N : HALOOOO. Maaf lama yaa, silahkan baca chapter sebelumnya untuk mengingat. Sekali lagi terima kasih terima kasih. Seperti kata Chanyeol terimakasih banyak untuk yang setia sampai berpuluh-puluh chapter ngikutin perjalanan hidup keluarga Park. :) entah ini ngefeel atau engga, entah ini memuaskan atau engga endingnya. Yang pasti ini adalah jalan cerita nya. Kritik dan saran, serta kesan selama baca ff ini silahkan di bagi di kolom review. Akhir kata tapi bukan akhir karya, saya metibyun mengucapkan minal aidin walfa'idzin. Mohon maaf lahir dan batin. Sampai bertemu di ff chanbaek selanjutnya.
With LOVE - Salam Chanbaek Is Real