Disclaimer: All cast adalah milik Sang Pencipta, HamzziHwanggu hanya pinjam nama ya. Cerita fiksi belaka, inspirasi datang dari berbagai tempat.

Cast: Trainees Produce 101 Season 2 (inc Wanna One)

WARNING: BAHASA TIDAK BAKU

STAIN CH I

TEEEEET

"Ka Woojin, ka Woojin… ini buat kakak, biar semangat ujiannya minggu depan,"

"Ka Jihoon, buat kakak,"

"Ini kak Guanlin! Aku bikin sendiri kuenya,"

"Ka Jinyoung makan yang banyak ya,"

"Kata dokter almond bagus buat ingatan ka, jadi aku bawain almond nih buat ka Daehwi,"

Baru aja bel istirahat berbunyi, sederet kelas di lantai tiga utara Wanna School udah diserbu ratusan gadis berseragam hitam. Iya sederet. Karna bukan cuma kelas dengan papan CE-X yang ada Woojin, Jihoon, Guanlin, Jinyoung, dan Daehwi-nya aja yang diserbu. Kelas sebelah-sebelahnya, dari CE-IX, CE-XI, dan CE-XII juga udah ramai sama gadis-gadis sejenis.

Wajar aja sih kelas-kelas itu selalu diserbu kaum hawa, namanya juga Class of the Elite. Wanna School bukan sekolah biasa. Sekolah ini ga hanya punya kelas regular SMP sampai SMA. Mereka punya kelas khusus untuk tingkat akhir SMP dan semua tingkat SMA. Ga semua orang bisa masuk Class of the Elite. Cuma cowok yang punya bakat tertentu dengan visual di atas standard yang bisa mengisi kelas ini. Sedikit kok mereka, ya 90 orangan lah kira-kira total dari kelas 9 sampai 12.

Jadi anak Class of the Elite udah pasti bakal punya penggemar ngantri buat diperhatiin. Mau yang jomblo kaya Guanlin, sampai yang udah berstatus pacar orang kaya Jihoon sama aja penggemarnya. Loker ga akan pernah sepi dari surat cinta, istirahat ga pernah ga kedatengan penggemar, ulang tahun ga pernah cuma dapet kado belasan.

"Maaf, kami mau istirahat dulu boleh?"

Kalau ga ada yang buka suara kaya Guanlin sekarang, dijamin waktu istirahat mereka cuma bakal melayang buat ngeladenin penggemar doang, tanpa ngisi tenaga buat kelas selanjutnya, karna kalau ga begitu ini kaum hawa ga akan memberi mereka ruang kaya sekarang.

"Ka Jihoon, makan ga?"

Belom ada yang bergerak di kelas X, udah ada aja yang neriakin Jihoon dari jendela, bikin seisi kelas nengok ke luar. Anak-anak kelas ini masih belom biasa denger ada yang teriak-teriak dari luar. Itu Seonho, Yoo Seonho, yang kerjaannya tiap jam istirahat masuk ke kelas Jihoon buat cepet-cepet ke kantin, sambil nempelin kakak kelas favoritenya dia juga sih. Dia ini temen makannya Jihoon, maklum porsi makan Jihoon yang badannya mungil itu sama banyaknya kaya si bongsor Seonho yang makan lima kali sehari. Tapi baru beberapa hari ini aja si Seonho ga masuk ke kelas dan malah teriak-teriak dari luar sampai Jihoon yang keluar. Itu pun teriaknya ga liat ke dalem, asal teriak aja dia di luar kelas mereka.

"BaeJinie, nanti nyusul ya~"

Dan langsung aja si Jihoon lari ninggalin pacarnya yang masih ngeberesin tumpukan kado di mejanya.

"Sedih amat sih ka ditinggal lari mulu kalau istirahat," goda Daehwi. Daehwi ini lebih muda dari yang lain di kelas itu. Otaknya terlalu encer sih, sama kaya si Lai Guanlin.

"Yuk Jin sama gue aja, dari pada entar keliatan kaya jomblo mengenaskan,"

"Kaya elu sendiri dong Woojin?"

"Rese lu Min," Woojin menatap malas si nametag Byun Hyunmin.

"Aduh Min, ga usah diingetin kalo si Woojin itu jomblo mengenaskan yang ditinggal 'TEMEN'nya ke Cina," sahut logat-logat Jeju.

"Berasa elu ga tinggal Nyon?"

"Loh dia kan bukan TEMEN gue Jin, dia calon penerus keluarga Jo. Lah elu kan sama anak kelinci itu cuma temen rasa gebetan,"

"Dia anak manusia dan punya nama kali ka Haknyeon. Dah ah, yuk ka," Jinyoung buru-buru dorong Woojin keluar kelas sebelum perdebatan tidak berfaedah dengan bumbu Jeju dan Busan menghantui istirahatnya.

"Jinyoungie, Woojin-ah, bareng,"

Dari kelas XI dan XII sekelompok jas merah mendekat ke Woojin, Jinyoung dan Guanlin plus Daehwi yang ga tau sejak kapan udah ngekor dua hyungnya itu. Inilah alasan Jihoon ninggalin pacarnya di jam istirahat. Tiap pacarnya ke kantin, pasti langsung rombongan. Kan jadinya jatah makan Jihoon ga bisa banyak kalau antri belakangan. Untungnya ada Seonho sama Guenhee yang ga jauh beda pikirannya sama dia, jadi Jihoon ga sendirian ngerampok kantin.

"Jinyoungie, itu pacar lu makanannya disimpen dimana sih? Tumbuh ke atas engga, ke samping juga engga. Iri deh gue," tanya cowok super cantik di belakang Jinyoung

"Tanya ke dia langsung aja ka Minki, gue juga ga tau soalnya," jawab Jinyoung cuek karna dia lagi sibuk milih makanan buat ngisi nampannya.

Setelah antrian itu kosong, ganti meja-meja makan yang riuh sama obrolan siswa berjas merah. Class of the Elite punya seragam khusus juga. Beda jas sama kelas biasa, beda logo juga buat tiap angkatan. Tiap angkatan bikin logo mereka sendiri. Angkatan 7 misalnya, mereka yang di kelas XII masuk angkatan ini, lambangnya buatan anak super kreatif, Ong Seungwoo. Untuk angkatan 9, angkatannya anak kelas X, Daehwi yang buat, berbau planet-planet gitu deh logonya.

It will be good good good~

"Sejak kapan lu demen lagu imut-imut begitu Jin?"

Alis Seungwoo udah nyatu aja denger lagu nan imut dari speaker handphone Woojin di depannya.

"Sejak dikirimin sama cinta tak sampainya," sahut Minhyun habis ngelirik video yang bikin Woojin berhenti masukin ayam ke mulutnya.

"Imut banget ya ampun ini makhluk, gue mau ke Cina sekarang, Lin pinjem jet,"

"Gila lu ka? Gua dibunuh bokap bawa-bawa jet ke sekolah,"

"Loh emang ini di Cina ya? Bukan Korea?"

"Lu ngingau Guk?"

"Beneran deh. Nih ya gue tanya Guanlin. Lin, emang di Cina ada tempat kaya gini?" Youngguk nyamber handphone Woojin dan langsung nyodorin layarnya ke Guanlin, teman sekampung halamannya.

"Ada kok ka, kakak ga tau?" jawab Guanlin cepet setelah cuma natap layar itu sedetik, "perasaan lu sering pulang ka, masa ga tau?" dan balik ke aktivitas dia menatapi temen sekelasnya makan, ga sadar ada yang menatap dia kesel.

"Ga. Serius deh, di Korean Town pun ga ada kaya gini,"

Youngguk masih aja berapi-api kekeh sama pendiriannya. Ga sadar aja dia kalau seisi meja udah menatap penuh harap biar dia berhenti.

"Kakak-kakak semuanya, Seonho duluan ya," Seonho bangkit, membungkuk sopan dan udah siap pergi.

"De, nanti gue ga ada latian basket, pulang sama gue ya?"

"Makasih ka Guanlin, tapi menurut Seonho lebih baik Seonho pulang sama yang lain aja. Seonho ga mau ngerepotin kakak lagi. Seonho permisi ya semuanya," dan Seonho akhirnya melangkah pergi setelah menciptakan hawa canggung dengan formalitas yang so out to date buat anak masa kini.

"20 seconds everyday –nya ka Seob mana?! Gue liat ya ka Woojin,"

Daehwi seketika teriak-teriak, ga betah sama suasana hening nan awkward, dan ga pake aba-aba dia nyomot handphone di tangan Youngguk.

"Buat apaan sih Hwi lu liat-liat video si Hyeongseob?"

"Buat inspirasi dong ka Youngmin sayang. Sapa tau kan bisa bikin Sam senyum-senyum luluh kaya ka Woojin," kicau Daehwi sebelum hilang bersama Seonho entah kemana.

"Sam, jadiin pacar aja sih itu sih itu anak LA,"

"Iya Sam, biar ga nontonin video ekslusif gue mulu,"

"Bawel sih, tapi dia baik kok Sam," timpal Jihoon masih ngunyah daging di mulutnya.

Samuelnya mah senyum-senyum males aja. Udah bosen dengerin seantero gengnya nyuruh dia pacaran sama makhluk yang ngejar dia dari pertama dia masuk sekolah.

"Udah tinggal kita nih," senggol Minhyun ke temennya yang mirip bandit habis ngeliatin seisi kantin.

"Guanlin, itu Seonho kenapa deh sama lu?" yang disenggol lempar pertanyaan ke anak yang lagi focus ngeliatin Jihoon dan ayamnya yang ga habis-habis.

"Hah? Apa ka?"

"Seonho sama lu tuh kenapa? kok tiba-tiba canggung banget? Udah kaya orang asing aja kalian, padahal minggu lalu masih haha hihi bareng,"

"Oh Seonho. Gue ga tau ka dia kenapa. Tiba-tiba aja kaku banget sama gue, lebih kaku dari kanebo kering," Guanlin Cuma bisa geleng-geleng polos.

"Hah? Emang Seonho kaku sama Guanlin? Perasaan biasa aja deh," Youngmin kedip-kedip bingung dengan topik pembicaraan mereka.

"Aih, Seonho udah kaya perang dingin gitu lu masih ga peka Min?"

Seongwoo ga habis pikir sama temen seumurannya ini. Bisa-bisanya hawa dingin mencekam seorang Yoo Seonho, adek kelas yang selalu ceria kaya teletubis itu dia ga ngerasain. Ditambah munculnya formalitas nan kaku di cara bicara Seonho ke Guanlin, masih bisa dia bilang biasa aja? Tolong selamatkan Youngmin duhai kerang ajaib.

"Seoho, jeles deh ka kayanya," Jihoon memecah keheningan efek kelemotan Youngmin.

"Kok jeles? Emang Seonho naksir Guanlin? Lagian mau jeles sama siapa?" juragan ternak Jeju sekali bicara langsung beribu pertanyaan yang keluar.

"Udah dari jaman purbakala itu anak naksir Lin-Lin, kalian aja ga ada yang peka," sahut Sewoon kalem.

"Terus jelesnya sama siapa? Sama Jihoon?"

Woojin asal aja nyeletuk karna Guanlin kebetulan duduk di depan Jihoon.

"Ga mungkin, ga mungkin, hehehe"

Daniel ketawa kecil. Iya Daniel, satu-satunya yang bisa cengir-cengir everytime, everywhere ya hanya Daniel seorang.

"Emang sama gue kok ka Niel. Ya walaupun dia masih ngajakin gue makan, dari kemaren-kemaren gue kena dijutekin tanpa sebab sama dia. Apalagi kalau gue nyebutin ini anak bongsor satu,"

"Gue ga tau ka dia suka sama gue,"

"Gue percaya kok Lin sama lu," Dongho menatap Guanlin penuh keyakinan, yang lain mau muntah liat gaya Dongho.

"Kalau lu tau pasti kalian udah jadian bahkan sebelum negara api menyerang Lin," Jonghyun yang dari tadi dengerin doang akhirnya angkat bicara.

Seisi meja itu tau pake banget kalau Guanlin itu ada rasa sama anak ayam ingusan yang selalu ngekorin dia kemana pun dia pergi sejak Seonho ikut tim basket CE. Gimana bisa ga suka coba si Guanlin kalau tiap hari ditemplokin kaya cicak, dihujainin perhatian, dibantuin kerjain tugas-tugas yang bahasa Koreanya berat, ditularin virus bahagia tiap pagi, siang, sore. Sayang aja yang peka kalau Seonho itu dari awal mulanya emang suka sama Guanlin cuma Sewoon si kalem dan Jihoon yang selalu kena getah cemburunya Seonho. Dan dua anak ini bukan tipikal yang suka tebar cerita, jadilah mereka baru buka suara pas Seonho mogok nempelin Guanlin dan bikin suasana canggung mencekam di antara mereka kaya belakangan ini.

"Pikir baik-baik sebelum lu ambil tindakan buat nyelesein ambekannya si Seonho. Gue ga mau hal yang sama keulang di antara kita. Yang kemaren aja belom kelar," ceramah Dongho natap Daniel sama Ong gantian.

"Hu um," dehem Guanlin ngeiyain aja biar cepet. Daripada kena semprot lagi kan sama yang lain.

"Udah ka Dongho? Cuma ngomongin Guanlin doang?" tanya satu cowok, nametagnya sih tulisannya Kim Dong Hyun.

"Udah? Gue duluan ya kakak-kakak, mau ambil hape gue," Woojin nyelonong gitu aja, padahal Dongho belum jawab apa-apa.

"Nah, gue sekarang. Ada murid baru di sekolah kita. Dua orang. Dan dua-duanya masuk CE,"

"Eh demi apa ka Jonghyun? Anak pindahan di musim pertengahan semester gini bisa masuk CE" tanya Kenta heboh menyuarakan isi kepala teman-temannya.

"Ini spesial Ken. Bukan anak biasa mereka. Mereka emang dasarnya dari SMP disiapin buat jadi anak CE. Yang SMPnya di sini pasti kenal deh,"

Hening. Muka-muka berpikir keras mulai tampak dari mereka yang emang dari jaman SMP udah ngemban ilmu di Wanna School ini, termasuk Jinyoung yang biasanya ga punya ekspresi keliatan mikir. Model-model Kenta, Guanlin, Youngguk mah cuma bisa cengo doang.

"Calon pacar gue pindah ke sini," timpal Haknyeon santai, "kesian amat sih lu pada mikir susah-susah, tanya gue aja napa?"

"Lah terus satu lagi siapa? Masa gebetannya si Woojin? Barusan kan dia masih ngirim video dari Cina. Tapi ya masa Euiwoong balik ke sini ninggalin si Hyeongseob,"

"Di videonya aja gue udah ga di Cina loh ka Youngmin,"

"Oh my god Hyeongseob!" Jihoon udah langsung melukin salah satu sahabat kecilnya yang secara tiba-tiba duduk di samping dia. Kayanya dia terlalu serius mikir deh, sampai ga sadar udah ada Hyeongseob di situ.

"Tuh kan lin, itu bukan di Cina," Youngguk ngungkit-ngungkit lagi perdebatan mereka.

"Iya ka iya, emang ga di Cina. Cuma kalau gue bilang itu di Korea, ntar ka Woojin bolos kelas, terus gue lagi yang kena marah ketua tim disiplin,"

"Apa sih Lin, gue ga pernah marahin orang ya," Jihoon pasang wajah sok imut bikin temen-temennya narik bangku ngejauh. Jihoon sama imut itu ga cocok banget. Ketua disiplin yang galaknya ga ketolong itu emang sering pasang tampang imut kalau sama kelas reguler. Di sana sih mempan ya, di sini ga mempan.

TEEEEEET

"Udah bel. Yuk masuk kelas teman-teman," Jihoon berdiri, senyum-senyum manis penuh arti.

Semua yang ada di situ buru-buru berdiri dan lari masuk kelas. Mending buruan masuk daripada dapet hukuman dari sepupunya Woojin. Oh, ga semua. Hyeongseob masih duduk natapin yang pada lari.

"Pada buru-buru banget sih? Gue kan baru sampe,"

"Mereka ga mau kena pengurangan poin Seob,"

"Hah pengurangan poin?"

"Iya, penguranagn poin karna telat masuk kelas,"

"Loh emang elu ga ngurangin poin?"

"Iya, gue ketua disiplinnya sekarang,"

"Iya? Pantes pada lari,"

"Lu mau kena juga Seob?"

"Bukannya lu yang kena kalau lu ga masuk sekarang? Gue mah masih nungguin saem,"

Hyeongseob nyengir lebar penuh kemenangan.

"Jir, bisaan ya lu Seob, untung gue kangen,"

Jihoon langsung lari secepat kilat. Ketua disiplin ga boleh telat dong. Bukan poinnya sih yang Jihoon permasalahin. Males aja dia pasti diledekin temen-temennya kalau sampe kena pengurangan. Jelas bakal diledekin lah. Kapan lagi ketua disiplin paling galak dalam sejarah kena pendisiplinan.

Sampe di kelas Jihoon langsung angkut barang-barang dia di meja sebelah Woojin, bikin Woojin bangun dari tidurnya keusik suara buku dipindah-pindah.

"Mau kemana lu? Rapat?"

"Engga, gue mau duduk sama pacar gue dong~ emang elu, jomblo," ledek Jihoon melet-melet sebelum melesat ke bangku kosong di sebelah kekasihnya.

Woojinnya balik lagi tidur. Jihoon udah biasa pindah ke tempat Jinyoung kalau lagi niat belajar. Kata Jihoon sih kalau duduk sama Woojin mematikan semangat belajar, habis Woojinnya tidur terus.

Masih di alam tidurnya Woojin denger suara penjelasan gurunya. Bukan mata pelajaran, tapi penjelasan ada murid baru. Heran sih ada yang masuk kelas ini di tengah semester, tapi malas masih menang, jadi Woojin masih aja merem di atas kamus bahasa Inggrisnya.

"Hello guys, I'm back!"

Idih pede banget nih anak baru. I'm back, I'm back segala - Batin Woojin

Ga lama setelah sayup-sayup denger gurunya nyuruh anak itu duduk Woojin ngerasain ada yang duduk di bangku sebelahnya. Ya berasalah, orang bangkunya deket banget.

"Jin, kamu mau tidur sampai kapan?"

Ini anak baru suaranya mirip Hyeongseob deh. Ah ngantuk kali gue.

"Woojinie, itu kamus entar basah kena iler kamu,"

Apaan sih ini anak sok akrab banget

Setengah hati Woojin angkat kepala, pelan-pelan buka mata mau marahin anak baru yang sok akrab di sampingnya. Tapi begitu pandangan jernih, Woojin langsung lompat sampai kejedot kaca jendela sambil teriak,

"AHN HYEONGSEOB?!"

PLUK

Sebuah spidol melayang ke kepala Woojin. Asalnya udah pasti dari gurunya di depan sana.

"Park Woojin, mau keluar dari kelas saya hah?"

"Ma... maaf saem," Woojin balik duduk.

Matanya ga sengaja nangkap sosok Jihoon yang cekikan sama Daehwi di sudut lain. Mereka duduk depan belakang soalnya, jadi sekali liat Jihoon, dia juga liat Daehwi. Balik lagi ke sosok di sampingnya, Hyeongseob yang ternyata lagi nahan ketawa setengah mati.

"Ini beneran kamu Seob?" bisik Woojin, matanya ga lepas dari wajah tampan Hyeongseob.

"Emang ada Hyeongseob lain yang setampan aku?"

"Ada, kakak kamu,"

"Iih... Itu Yoseob, bukan Hyeongseob," Hyeongseob udah ngerucut sebel aja gegara keanehan temen sebangkunya.

"Ahn Hyeongseob, perhatikan kedepan,"

"I.. iya saem,"

Hyeongseob ngedengus kesel sambil ngelirik Woojin yang malah nampilin gingsulnya, bikin telinga Hyeongseob seketika memerah.


Lampu kamar seorang Park Woojin nyala terang benderang, padahal ini baru jam 7 malem. Biasanya jam segeni kamar Woojin masih gelap karna yang punya kamar masih keluyuran entah di basecamp gengnya atu di salah satu rumah temennya. Mama dan Papa Woojin selalu pulang malem, jadi Woojin yang ga suka sendirian ini lebih milih main di luar sampai jam pulang orang tuanya. Begitu sih biasanya. Tapi kan hari ini ga biasa. Hari ini ada temen akrab, akrab banget sampai semua yang liat ga percaya kalau Woojin bilang itu bukan pacarnya, yang nemenin Woojin belajar di kamarnya. Belajar bareng sih sebenarnya.

"Jin, ini gimana deh ngerjainnya? Aku pusing,"

"Kamu tuh belajar apa sih Seob di Cina? Gini aja ga ngerti,"

Tuh kan, siapa yang ga ngira mereka pacaran kalau mereka ngobrolnya pake aku-kamu, padahal sama yang lain gue-elu. Mana kalau lagi belajar bareng mereka sering tebar kontak fisik, mulai dari Woojin yang nuntun tangan Hyeongseob nulis, sampai Hyeongseobnya yang suka tiba-tiba nyempil di antara tangan Woojin. Udah gitu si Woojin demen banget usap-usap rambut Hyeongseob gemes. Temen-temen Woojin menolak garis keras kalau anak dua ini cuma temenan, makanya mereka hobi nyebut Hyeongseob gebetan tak sampainya Woojin. Awalnya Woojin bête abis dibilang ngegebet Hyeongseob, tapi lama-lama dia cape juga ngomelin temen-temenya. Ya cape lah, mereka udah nyebut Hyeongseob kaya gitu 2 tahun lebih. Hyeongseobnya sih ketawa-ketawa polos doang kalau digodain.

"Kamu kok pulang Korea ga bilang-bilang?"

"Nanti ga surprise dong?" Hyeongseob ngerucutin bibirnya imut.

Woojin yang liat gatel pingin cubit-cubit Hyeongseob, tapi tugasnya nanggung.

"Kamu lama ah Jin, aku main ya"

Ga pake ijin, Hyeongseob udah megang erat handphone Woojin, geser-geser jarinya nyari mainan Woojin yang bisa dia mainin. Selera game mereka beda banget soalnya. Mainannya Woojin rata-rata game fantasi, Hyeongseob mah mainnya yang simpel-simpel kaya monopoli. Satu-satunya game yang mereka dua-duanya main cuma jenis rhtym game.

"Sombong yang sekali diajarin langsung lancar,"

"Hehehe…"

Burn it up~ We burn it white, white, white~

"Ada yang telpon nih Jin, dari ka Niel"

"Kamu angkat dulu aja, nanggung nih tugasku,"

"Halo ka Niel~"

"Jin, kayanya kamu aja deh yang ngomong sama ka Niel,"

Denger nada serius dari seorang Ahn Hyeongseob memaksa Woojin ninggalin tugasnya sesaat buat nerima hape yang udah ada di samping mukanya. Mulutnya gerak tanpa suara ke arah Hyeongseob, yang diajak berisyarat bales angkat bahu.

"Halo ka, kenapa?"

"Ka?"

"Ka? Lu dimana sekarang?" logat Busan Woojin keluar seketika, mukanya serius.

Masih dengan hape di telinga, Woojin berdiri. Tangannya ngeraih kunci mobil plus dompetnya.

"Seob, bilang mama aku ga pulang," Woojin buru-buru make jaket sport merahnya begitu mutusin percakapan sama Daniel.

"Kamu mau kemana?"

"Klub,"

"Ga!" Hyeongseob spontan nahan lengan Woojin begitu denger tujuan anak itu.

Ke klub? Ga pulang? Woojin gila ngomong ke Hyeongseob? Ahn Hyeongseob yang super protective ga akan mungkin lah ngebiarin Woojin ke klub sampai ga pulang. Terus pake nyuruh Hyeongseob bilang ke mamanya? Dikira Hyeongseob mau bohongin wanita kedua yang Hyeongseob sayang?

"Seob ini penting,"

Hyeongseob masih kukuh megangin lengan itu. Matanya sama sekali ga ngegambarin Woojin bisa pergi.

"Ok aku pulang. Ke rumah kamu tapi. Jadi bilang aja sama mama aku nginep ke tempat kamu, ga bohong kan?"

Hyeongseob masih diem.

"Seob ayolah aku beneran mesti pergi ini,"

"Ya udah sana. Jam berapa pun pokoknya kamu harus pulang,"

Woojin langsung lari begitu lengannya dilepas.


Entah udah berapa kali Hyeongseob nengokin jarum pendek jam kamarnya yang udah nunjuk angka 1. Dia cuma bisa guling-guling di kasur khawatir sambil mati-nyalain layar handphonenya, dilemma nelpon Woojin apa ga. Dia pengen tahu ini anak kapan pulang dan ada apa sama kakak kelasnya, tapi dia juga takut ganggu barang kali kan Woojin lagi ngurusin sesuatu di sana atau lagi pembicaraan serius. Hyeongseob emang akrab sama temen-temen Woojin, ya itu kan temen Hyeongseob juga, tapi Hyeongseob punya lingkaran sahabat lain yang lebih akrab sama dia.

KLIK

Suara pintu Hyeongseob yang kebuka bikin dia seketika duduk bahagia. Apalagi yang muncul dari balik pintu bukan kakaknya yang imut tapi galak.

"Kamu belom tidur?"

"Udah, ini lagi sleeptalking,"

Woojin ini bodoh atau apa sih, jelas-jelas Hyeongseob masih duduk dengan mata terbuka masih ditanyain.

"Sana mandi Jin, aku cariin baju kamu,"

Ga perlu di suruh dua kali Woojin langsung masuk kamar mandi di sudut ruangan. Bukannya Woojin belom mandi sore. Bau alkoholnya ini yang harus diilangin, atau dia bakal abis diceramahin ka Yoseob kalau tidur sama adeknya dengan bau alkohol. Ka Yoseob suka mikir yang iya-iya soalnya.

"Seob, kaos dong," Woojin keluar dari kamar mandi masih dengan rambut basah, topless, nampilin roti sobek cokelat kebanggaannya. Kalau yang liat bukan Hyeongseob pasti udah pada pingsan. Soalnya si Hyeongseob ini udah terlalu sering liat pemandangan kaya gini. Pertama-pertama sih dia hampir mimisan, tapi lama-lama matanya terbiasa dengan pemandang indah ini.

"Nih. Eh Jin,"

"Hmm?"

"Ka Niel baik-baik aja?"

"Ga, mabok parah dia gegara berantem sama ka Ong. Ka Ong juga ga jauh beda kondisinya,"

"Padahal dulu mereka sweet banget, jadi takut pacaran ih"

"Hidup kan ga selalu sweet Seob, Kamu kenapa deh tiba-toba ngomongin pacaran?"

"Aku… kayanya suka sama seseorang deh Jin… tapi aku takut buat bilang, takut persahabatan aku rusak jadi kayak ka Niel sama ka Ong"

Woojin berhenti dari aktivitas ngeringin rambutnya. Noleh ke Hyeongseob dengan wajah ga percaya.

"Siapa? Ung?"

Seketika nama Euiwoong kepikir di otak Woojin. Habis yang sahabatan lengket sama Hyeongseob kan cuma dia sama Euiwoong, sama Jihoon juga sih, sama Seonho juga. Tapi yang memungkingkan ditaksir Hyeongseob ya Ung doang. Kan yang sampai sekolah bareng ke Cina si Ung.

"Aku ngantuk," Hyeongseob ga jawab dan malah berbaring, ngebelakangin Woojin yang masih nungguin jawabannya.

STAIN CH I

Rurulala readers,

HamzziHwanggu menemukan file cerita ini di laptop, mau ku delete kok sedih udah segini panjang. Jadilah ku upload saja.

Kalau seandainya ada yang minat, ini akan aku lanjut bareng ngelanjutin THEIR STORY.

Dan demi masa depan cerita yang lebih baik, ku tunggu reviewnya ya,