DISCLAIMER: I DO NOT OWN NARUTO. All publicly recognizable Naruto characters, settings, etc. are the property of SJ and the mangaka. No money is being made from this work. No copyright infringement is intended. Little bit inspired from Untouchable © masstar (Webtoon) I write this only for fun!

.

.

.

.

Warning (s): AU, Drama, Fantasy, Romance and OOC (I made Naruto 23 y.o and Sakura 21 y.o – Kiba 23 y.o and Ino 22 y.o)

.

.

Kepala Sakura pening berat. Ketika ia membuka matanya perlahan, ia dapat melihat sosok Konan di depan matanya. Wanita itu tersenyum tipis padanya, menyapanya dengan singkat dan menanyakan bagaimana perasaannya sekarang—bisa bangkit atau tidak. Sakura tidur di pangkuan Konan, entah sudah berapa lama. Dalam sekelebat, ia mengingat apa yang telah terjadi. Ia tak kehilangan memori apa-apa. Artinya, ramuan penghilang ingatan itu tak berhasil membuatnya jadi amnesia. Terlebih lagi, ramuan itu juga membuktikan suatu kenyataan besar yang menakutkan.

Sakura menggigit bibirnya kemudian mengangkat satu tangannya. Ditatapnya punggung telapak tangannya. Tak ada bulu merah muda berkilauan yang ia lihat terakhir kali ia sadar. Gadis itu menghela napas berat.

"Kau tidak bisa dibilang manusia rubah. Tapi kau setengah dari manusia rubah," bisik Konan pelan.

Sakura membisu.

Konan lalu tersenyum lebar, sangat lebar hingga matanya menyipit. "Aku… bahagia sekali."

Sakura masih membeku, meski ia merasa kehangatan Konan ikut menyelimutinya. Aura kebahagiaan itu terpancar dengan kuat.

"Aku bahagia sekali… karena kami menemukanmu."

Kalimat itu membuat Sakura ikut tersenyum. Gadis itu perlahan bangkit, mencoba duduk. "Berapa lama aku tertidur?"

"Beberapa jam. Ini sudah lewat tengah hari. Kau belum terbiasa dengan perubahan wujudmu."

"Aku tidak ingin berubah wujud."

Konan menatap Sakura dengan tatapan meredup. Dilihatnya Sakura yang duduk di sampingnya.

"Kau benar. Rasanya seperti dikutuk."

Wanita berambut kebiruan itu mengangguk dan mencengkeram ujung pakaiannya. Tangannya kemudian memukul-mukul pahanya yang agak kram karena menjadi sandaran tidur Sakura selama beberapa jam. Ia paham maksud Sakura. Hidup puluhan tahun sebagai manusia pada umumnya, lalu dalam sekejap Sakura harus berubah wujud. Gadis itu pasti melihat dunia dengan sudut pandang manusia rubah, lengkap dengan efek-efek supernya. Mata yang tajam, kekuatan penciuman yang sangat kuat, dan gerakan dunia yang seolah bergerak dengan sangat detail. Sakura pasti sangat tak terbiasa.

"Aku mendengar suaramu, kau sudah bangun rupanya." Itachi mendadak muncul dari ambang pintu pondok. Ada Tobi yang mengikutinya. Juga ada dua Zetsu, sebelum akhirnya satu Zetsu pergi. "Zetsu akan mencarikan makanan dari dunia manusia untukmu. Tidak akan lama, aku tahu kau pasti lemas."

"Apa aku masih butuh makanan manusia?"

Tobi tertawa, "Tentu saja, Ojousama. Kau didominasi darah manusiamu. Kau tidak akan butuh makanan seperti makanan kami, kecuali untuk bertarung. Dan kau tidak bisa bertarung."

"Kalau begitu ajari aku."

Mata Itachi dan Konan melebar. "Apa?"

"Ajari… aku."

"Kami akan melindungimu dari kerajaan. Kau tidak perlu melakukannya," ujar Konan sembari meraih satu tangan Sakura, menggenggamnya.

"Apa aku tidak boleh melindungi diriku sendiri?"

Konan tertegun. Ditatapnya Sakura melepaskan tangan Konan dan bangkit berdiri. Gadis itu melangkah mendekat pada Itachi dan Tobi.

Itachi akhirnya mengangguk-angguk setelah beberapa saat. "Tobi akan mengajarimu beberapa teknik dasar bertarung. Karena yang kulihat, kau bukan tipe petarung," jelasnya. "Aku memperhatikanmu ketika kau bersama Kakashi saat masuk ke dunia kami ini. Staminamu untuk berubah wujud tidak cukup besar atau lama."

Sakura menggigit bibirnya kuat.

"Tapi ada dua hal yang membedakanmu dari kami."

Tobi melirik Itachi, penasaran.

"Satu, kau punya kekuatan yang cukup besar. Aku yakin, dengan sedikit latihan saja, kau mampu membelah tanah tebing hanya dengan satu pukulan. Dan yang kedua, keistimewaan yang tak pernah kutemukan di kaum kami—kau punya kemampuan menyembuhkan yang luar biasa. Dan itu sangat berguna dalam pertarungan."

Sakura kemudian mengingat apa yang ia lakukan pada luka Kakashi. Sebuah kemampuan yang sempat membuatnya heran. "Kalian tidak punya kemampuan itu?"

"Ah, iya. Sial, kau memakainya saat aku dan Kakashi sama-sama terluka. Kakashi jadi satu langkah di atasku karena kau menyembuhkan lukanya," cibir Tobi. "Lain kali, gunakan kekuatanmu untuk menolongku, lho."

Sakura tersenyum mendengar nada merajuk Tobi. "Baiklah."

"Oke, setuju. Jadi, kapan kita akan mulai berlatih?"

"Waktu kita tidak banyak," jawab Itachi tegas. "Naruto pasti sudah pulang."

Mendengar nama kekasihnya disebut, Sakura merasakan nyeri di dadanya. Pangeran kerajaan ini. Yang ternyata berbahaya baginya.

"Kami harus mencari cara untuk tetap melindungimu dan melawan hukum kerajaan." Itachi mendesah. "Bagaimana caranya membuat mereka melepaskan para pemberontak yang ingin menjadi manusia seutuhnya, dan bagaimana caramu mengubah kami jadi manusia seutuhnya. Itu tugas besar untuk kami pikirkan dalam waktu singkat. Naruto mungkin akan menyelamatkanmu karena kau istimewa untuknya. Tapi kau adalah masalah bagi kerajaan."

Sakura mengembuskan napas panjang.

"Kami akan rapat. Konan, kau boleh bawa Sakura keluar. Udara di luar sedang hangat," pinta Itachi. Lelaki bermata sayu itu memberi isyarat khusus pada Konan sehingga wanita itu mengangguk dan bangkit berdiri. Didatanginya Sakura dan diraihnya lengan Sakura.

"Ayo kita jalan-jalan sebentar. Kau perlu udara segar."

Sakura hanya menurut. Gadis itu melangkah menuju pintu keluar pondok. Baru akan melewatinya, Sakura menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, pada sosok Itachi dan yang lain. "Hei."

"Ya?"

"Satu pertanyaan saja."

"Apa itu?"

"Apa ini artinya… Haruno Kizashi, ayahku, adalah pemberontak seperti kalian—sebelum ia… ia dan… ibuku yang seorang manusia, dibunuh dalam pengejaran istana?"

Dalam satu detik, atmosfer berubah hening.

Pada pancaran mata Sakura, terbayang jejak luka di sana. Gadis itu kini memahami situasi yang terjadi dengan sangat cepat. Pasti hati Sakura sangat terluka ketika menerima semua kenyataan menyakitkan yang terjadi pada orangtuanya. Tak salah jika Sakura sebegitu menggebunya ingin dilatih bertarung.

Tobi tersenyum kecut. "Iya."

.

.

.

.

DARE YOU TO KISS ME

Chapter 28

.

.

.

Naruto tahu ia harus berlari ke mana. Pemuda itu hanya teringat satu nama yang mampu memberinya jawaban di mana Sakura.

Hatake Kakashi.

Ia sempat mencari Karin di apartemen wanita itu di Tokyo. Tetangga apartemennya mengatakan bahwa baru tadi dini hari, Karin keluar—entah ke mana. Ponsel Karin juga mendadak susah dihubungi. Penasaran, Naruto menanyakan soal Kakashi. Tetangga apartemen itu menjawab dengan lebih simpel. 'Yang laki-laki itu malah tidak terlihat sejak kemarin. Tapi waktu kutanya, nona itu bilang, dia mau pulang'.

Artinya terjadi sesuatu. Kakashi menghilang sama seperti Sakura. Dan ketika ia masuk ke gunung, jejak aroma Sakura masih terasa—meski tak kuat dan tak terfokus di satu tempat.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"KAKASHI!"

Bak menyambutnya, Kakashi sudah berada di depan gerbang gate kediaman para panglima. Namun ketika lelaki berambut perak itu tak melihat Naruto akan mengubah wujudnya menjadi manusia, Kakashi tahu, Naruto mampu melukainya saat ini. Maka Kakashi segera berubah wujud.

"Naruto, tenangla—"

Namun rubah berambut keemasan itu segera menyerangnya, tak memberinya kesempatan bicara. Naruto menggeram, mengulang-ulang pertanyaan yang sama: Di mana Sakura.

.

.

O.o.O.o.O

.

.

Setelah menunggangi Konan cukup lama, Sakura sampai di daerah perbukitan yang rindang. Di baliknya, ia mendapati beberapa pemukiman. Jalanannya sepi, hampir seperti kota mati. Bangunan-bangunannya terlihat tak terawat. Namun Sakura dapat mencium bau yang serupa dengan aroma Konan di udara, dilewatkan angin yang mampir ke hidungnya. Konan berubah menjadi sosok manusia dan memberi isyarat pada Sakura untuk mengikutinya. "Ayo jalan-jalan ke pasar."

"Pasar?"

Konan tersenyum. "Semua rumah itu ada isinya. Mereka, kami, hanya jarang keluar saja. Ini adalah area yang paling jauh dari istana, kautahu? Bagaimana pun, kami perlu untuk hidup dan bersosialisasi sehari-hari. Tidak seindah hidup di duniamu kan?"

Sakura mendecak. "Bukankah sekarang tempat ini juga jadi duniaku?" Sakura berjalan mendahului Konan. "Ayahku berasal dari sini, kan?"

Konan mengulurkan tangannya, menepuk bahu Sakura. "Ayo kuantar kaupulang."

"Pulang?"

"Ke kediaman Haruno."

Detak jantung Sakura hampir berhenti rasanya. Gadis itu menghela napas rendah dan tersenyum pedih. Diikutinya langkah Konan. Ketika melewati beberapa rumah, ia dapat melihat beberapa sosok orang di balik jendela beberapa rumah. Sakura mengedarkan pandangannya. Perlahan tapi pasti, banyak jendela rumah yang terbuka. Benar, ini bukan desa yang tak berpenghuni. Wajah-wajah menyembul keluar dari jendela, dan dalam waktu singkat, beberapa pintu rumah terbuka. Ada banyak sosok dengan berbagai rupa dan usia. Banyak di antaranya wanita. Mengenakan pakaian yang tidak bisa dibilang mirip dengan orang-orang di Tokyo. Lebih cocok disebut kuno. Dalam perjalanan yang sunyi dan wajah-wajah penduduk yang memandanginya, Konan menggenggam tangan Sakura lebih erat. "Apa mereka akan menyakitiku atau menolak kehadiranku?"

Konan tersenyum teduh. "Sebaliknya." Wanita itu menghentikan langkahnya dan meminta Sakura menoleh ke belakang.

Ketika Sakura memutar tubuhnya, semua penduduk yang rumah-rumahnya telah ia lalui, kini duduk bersimpuh di atas lutut masing-masing, bersujud menghadap Sakura. Gadis Haruno itu tertegun sempurna. "A-apa?"

"Zetsu pasti sudah mengabarkan soal kau pada semua kaum kami," terang Konan. "Lihat betapa berharganya kau bagi kami."

Sakura menarik napas panjang. Mendadak matanya memanas. Cairan hangat memaksa melesak dari sana.

Konan mengelus kepala Sakura.

"Begitu… kah?"

Bukankah ini artinya, ia sekarang benar-benar akan melawan Naruto dan keluarga kerajaannya?

Air mata Sakura menetes. Namun harapan semua orang ini, apakah Sakura akan menghancurkannya hanya demi Naruto dan kerajaan yang memaksakan hak asasi banyak orang yang ingin hidup normal? Perlahan, gadis itu melangkah menjauh dari Konan. Ia datangi salah satu rumah terdekat dan ia menarik lengan seorang wanita yang dalam usia manusia biasa terlihat lebih tua darinya, mungkin berusia tiga puluhan sampai awal empat puluhan. Roknya lusuh karena berlutut di atas tanah tadi. Sakura memberinya senyum hangat. Wanita itu mendadak terisak. Ditangkupnya wajahnya sendiri. Isakannya mulai terdengar dan bahunya bergetar. Sakura mengusapnya.

"Aku akan… membantu kalian sebisaku."

Meski itu artinya melawan Naruto.

Seorang gadis kecil muncul dari balik rok wanita itu dan menatapnya dengan mata bulat yang menggemaskan. Sakura berjongkok dan membelai pipi gadis kecil itu. Belah pipinya merah merona, membuat Sakura tersenyum. Alangkah bagusnya kalau gadis ini hidup di dunia manusia sekarang. Pasti ia berlarian di taman-taman, bermain dengan anak-anak sebayanya tanpa takut melawan pemerintahan yang mengekang kaum mereka sendiri.

"Sakura, ayo."

Panggilan dari Konan membuat Sakura bergerak menjauh dari rumah itu dan menurut. Sebelum melangkah pergi lagi, Sakura menatap sekali lagi para penduduk dan membungkukkan badan sesaat, memberi salam dan senyuman hangat. "Ayo pulang."

.

.

O.o.O.o.O

.

.

Rumah yang disebut Konan sebagai kediaman ayahnya itu berdebu. Tentu saja, berapa lama rumah itu tidak dihuni. Bagian halamannya kotor dan banyak daun berserakan. Namun ketika melangkah masuk, debunya mulai berkurang. "Zetsu sempat mampir dan membersihkan rumahmu. Tapi kurasa, belum tuntas." Konan tertawa pelan. "Dia yang paling menurut pada Itachi dibanding semua orang."

"Aku harus berterima kasih padanya."

Konan mengangguk-angguk.

"Jadi, ayahku memang… pemberontak, ya?" Meski harus mempercayainya, namun entah mengapa, Sakura selalu mengulang-ulangnya. Karena sebutan itu terdengar tak menyenangkan.

"Akan kuceritakan sedikit yang kuketahui tentang ayahmu."

Sakura menoleh. Konan meminta Sakura untuk duduk di balkon halaman samping. Keduanya menghadap kolam ikan yang kering. Tak ada air atau apapun.

"Dibilang pemberontak murni, sebenarnya bukan. Ayahmu pun, punya hubungan dengan kerajaan, meski tak seperti Itachi."

"Itachi? Dia orang kerajaan?"

"Klan keluarganya terbagi dua dalam tragedi yang mengerikan. Kau kenal Sasuke?"

Nama itu. Ia pernah mendengarnya beberapa kali. "Sahabat Naruto?"

"Dia adik Itachi."

"Ah… begitu rupanya."

"Ada tragedi pembantaian… di keluarga Uchiha." Konan mengembuskan napas panjang. "Sebagian menginginkan adanya pemberontakan. Namun setengahnya begitu setia pada kerajaan. Pertikaian itu menyebabkan banyak anggota keluarga Uchiha terbunuh dalam kejadian itu, sehingga pihak kerajaan turun tangan dan mendesak Itachi serta beberapa lainnya untuk mundur. Terjadi pertikaian besar saat itu, karena Uchiha adalah keluarga dengan darah pertempuran yang kuat. Banyak panglima ikut turun tangan dan keamanan menjadi kacau balau."

Sakura kaget mendengarnya. Ia tak menemukan cerita ini dalam buku-buku yang disodorkan Itachi kemarin.

"Saat keamanan menurun, segel di gunung yang membatasi dunia kami dengan dunia manusia melemah. Saat itulah, kakek dan ibumu tak sengaja masuk—sekaligus tak sengaja terlibat dengan masalah kaum kami. Ayahmu, yang saat itu sebenarnya berteman baik dengan Uchiha Fugaku, berubah pandangannya ketika ia bertemu ibumu. Jadi… ia memilih memihak pada para pemberontak dengan sukarela."

"Maksudmu, ayahku memang jatuh cinta pada ibuku yang seorang manusia?"

Konan tersenyum hangat. "Kau mengira Kizashi memandang ibumu seperti Kimimaro memandangmu?"

Sakura mendengus keras. "Hampir berpikir begitu."

"Paman Kizashi itu orang baik kok. Sangat baik."

Penjelasan Konan membuatnya merasa tenang.

"Jadi, ayahmu memang masuk ke golongan kami dengan sukarela. Ia berpikir, menjadi manusia bukanlah cita-cita yang buruk. Karena mengakui atau tidak, pasti ada masa di mana kami muak menjadi makhluk kutukan begini. Hanya saja, tinggal keinginan untuk melawan hukum ini kuat atau tidak."

"Tapi, bukankah kerajaan menerapkan hukum itu, karena mencari keturunan istimewa—" Sakura menelan ludah, membayangkan bahwa ia lah keturunan istimewa itu, "—adalah tindakan yang sulit dipertanggungjawabkan? Mengingat kemungkinan lahirnya keturunan istimewa itu sangat, sangat tidak mungkin."

"Dan kau adalah kemungkinan yang menjadi kenyataan."

Sakura menundukkan wajahnya.

"Aku tahu saat ini kau kebingungan, karena di satu sisi, laki-laki yang kaucintai, adalah pangeran kerajaan yang tak mengharapkan kehadiranmu. Terlebih, kalau kau mampu memecah kutukan ini dan mengubah lebih dari setengah ras kami untuk menjadi manusia seutuhnya." Konan menggigit bibirnya. Sekali ini, Konan harus menaikkan egonya untuk memastikan Sakura yakin berada di pihak golongannya. "Tapi bukannya memberi kesempatan pada ibumu yang tak mati akibat perkawinan yang dilakukan dengan kaum kami, kerajaan justru melakukan pengejaran, yang justru membuat kedua orangtuamu… mat—"

"Aku tahu! Aku tahu… itu." Sakura memejamkan matanya erat-erat.

"Sakura, kami membutuhkanmu. Kumohon padamu," Konan menggenggam tangan Sakura dengan setengah gemetar. "Jangan pernah berpikir untuk memilih Naruto dibandingkan kami."

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

A/N (20012018)

Maaf banget update ini terbilang cukup lama dan vakum sejenak diakibatkan beberapa hal mendesak dan ribet di dunia nyata. Beberapa hal terjadi pada saya dan ini menyangkut masa depan yang panjang. Alhasil, sempat tidak bisa konsentrasi ke hal lain, termasuk FF ini yang banyak mendapat polesan dibanding saat pertama diketik. Please stay with me.

Kisahnya mulai agak ruwet dan yang jelas serius ya. Dulu waktu pertama mikirin plotnya, sebenarnya tidak seruwet ini. Memang ide awalnya adalah, Sakura punya darah istimewa, itulah sebabnya di chapter 1, Naruto merasa Sakura istimewa. Tapi sungguh, eksekusi cerita ini makin berat terutama ketika mulai masuk Arc Kerajaan.

Daku harus mikirin sejarahnya Sakura dan entah kenapa, daku nanges-nanges sendiri ngebayangin pas Sakura ngeliat penduduk pemberontak bersujud ke dia. Astagaaaahhh~ perjuangan yang berat. Ada yang bisa bayangin akhir kisah FF ini? Bagaimana hubungan Sakura dan Naruto nanti?

Lalu gimana dengan Kiba dan Ino yang sekarang gak pernah nongol? Hahahaha! Inget banget, banyak yang protes sama KibaIno kan?

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak review!

REVIEW?

.

.

.

.

.

.

V