...

...

Half-Devil: Namikaze Naruto

By:

Red Eyes B. Dragon

Desclaimer : Jelas bukan punya saya!...,

Pairing: Naruto x ...

Warning : Typo (s), Miss Typo (s), OOC, OC, Alternative Universe (AU) and Etc.

...

...

...

..

.

Namikaze Naruto, pria berumur enam belas tahun yang merupakan Iblis kelas atas. Tak banyak yang mengetahui dirinya begitupun dengan kekuatan nya. Tidak ada yang menganggap dirinya karena dirinya hanyalah iblis yang memiliki darah manusia. Ya, dirinya hanyalah seorang Half-Devil, namun jangan remehkan kemampuan nya.

Mengenai keluarganya, tidak banyak yang bisa dia bicarakan. Ayahnya Namikaze Minato meninggal saat dia berada dalam kandungan ibu, sedangkang ibunya meninggal saat dia berumur tujuh tahun.

Sama seperti dirinya, ayahnya juga seorang Half-Devil. Ayah terlahir dari pasangan Rose Phenex putri dari Lord Phenex dengan Namikaze Arashi seorang ninja hebat dimasa nya.

Dulu pernikahan berbeda ras sangat ditentang oleh para iblis, hal itu membuat Rose terusir dari Underworld dan kehilangan gelar kebangsawanan nya. Meski begitu dia tetap bahagia hidup di dunia manusia bersama sang suami, hingga lahirlah Namikaze Minato.

Meski tidak mewarisi sihir api khas keluarga Phenex, Minato sangat berbakat dalam sihir angin. Selain itu dia juga diajarkan oleh sang ayah teknik bertarung Ninja, dan saat umurnya mencapai 25 lima tahun dia menjadi iblis yang sangat hebat.

Lima tahun kemudian ayah Minato meninggal karena sakit, dan tak berapa lama kemudian pihak Underworld memanggil mereka kembali ke Underworld. Kehidupan didunia manusia Minato jalani dengan usaha keras, dan saat di Underworld usaha semakin keras.

Sebagai Half-Devil dia dipandang rendah oleh iblis lainnya, banyak perlakuan yang kasar dan tidak menyenangkan didapat disana. Namun semua itu perlahan berubah, perlahan semua orang mulai memandang Minato dengan hormat. Itu semua terjadi saat terjadi perang sipil (Civil War) antar iblis.

Meski tidak memiliki jabatan penting, Minato memiliki peran penting untuk kemenangan Anti-Old Satan saat itu. Dengan kekuatan Minato membantai pasukan musuh seorang diri, mengurangi pasukan musuh cukup besar.

Setelah perang berakhir, hidup Minato dan ibu nya berjalan dengan bahagia. Namun hal itu tak berlangsung lama, sang ibu tiba-tiba meninggal dunia. Karena hal tersebut, Minato memutuskan tinggal di dunia manusia. Menjalani hidupnya selayaknya Manusia biasa.

Dan disanalah dia bertemu dengan jodohnya, seorang gadis Miko berambut merah berhasil menarik hati nya. Uzumaki Kushina, seseorang yang tidak seharusnya dia dekati berhasil membuatnya jatuh cinta.

Dengan perjuangan keras, akhirnya mereka bersatu. Namun kebahagian hanya terjadi sesaat. Saat Kushina mengandung Minato mendapat pesan untuk pergi ke Underworld, dan seminggu kemudian Kushina mendapat kabar bahwa Minato telah meninggal.

Kushina shock dan sedih, namun mengetahui kondisinya saat ini membuatnya berusaha tegar. Meski sulit Kushina menjalani hidupnya hingga lahirnya Naruto, membuat ia mendapatkan cahaya nya yang baru.

.

.

Sepeninggal ibunya, Naruto di jemput ke Underworld. Dia tinggal di rumah paman nya (sepupu Minato) yang merupakan Lord Phenex masa kini. Kebutuhan nya terpunuhi disana, namun perlakuan yang dia terima bertolak belakang. Karena dirinya yang Half-Devil banyak iblis yang memandang rendah diriny bahkan berlaku kasar. Namun tidak seburuk saat Minato dulu.

Tiga tahun di Underworld dalam penderitaan (menurutnya) Naruto memutuskan kabur, dan disaat yang sama dia mendapatkan kekuatan nya. Dan semenjak hari itu, dia memulai pelatihan nya.

Guru pertama nya adalah orang yang cukup dekat dengan dirinya, legenda Phenex. Phenex terkuat dimasanya yang tidak lain adalah kakek buyutnya, (kakek Minato dari pihak ibu). Darinya, Naruto mempelajari sihir dan gaya bertarung seorang Phenex.

Guru kedua nya dia dapat di dunia manusia. Seorang pemimpin organisasi ninja yang masih bertahan sampai sekarang, pemimpin tersebut merupakan murid kakek Naruto sekaligus adik seperguruan Minato. Darinya Naruto mempelajari seni ninja, seperti Ninjutsu, Kenjutsu, Genjutsu.

(NP; Seni Ninja disini berbeda dengan Ninja yang berada di anime Naruto, Karena mereka bukan pengguna chakra. Nanti akan kelihatan perbedaan nya.)

Dan guru Ketiga Naruto, merupakan seorang Yokai tua yang mengasingkan diri dari yokai lain nya. Yokai tersebut memiliki hubungan yang bisa di bilang dekat dengan ibunya. Banyak hal yang Naruto pelajari dari Yokai tua tersebut, salah satunya adalah Chakra.

Ketiga orang tersebut melatih Naruto selama lima tahun belakangan ini, mereka banyak memberi Naruto pelajaran. Dilatih oleh tiga Legenda tersebut Naruto banyak berubah, bukan hanya dalam segi kekuatan namun juga dari segi pemikiran.

Selain itu, Naruto juga banyak mendapat pengetahuan dari makhluk-makhluk yang menemani dirinya. Makhluk-makhluk yang dia temui saat pertama kali dirinya membuka kekuatan nya. Makhluk-makhluk yang memberinya kekuatan dan pengetahuan.

.

"Naruto."

Lamunan Naruto buyar ketika seseorang disamping nya memanggilnya, menoleh kesamping mata birunya menatap seorang pria yang berpakaian seperti seorang ninja namun jauh lebih modern.

"Kita sudah sampai" Pria yang memakai topeng hitam itu berhenti di depan pintu sebuah bangunan. "Aku hanya bisa mengantar mu sampai kesini."

Naruto mengangguk singkat sebelum berjalan memasuki bangunan tersebut, tidak menghiraukan pria yang mengantarnya tadi menghilang tiba-tiba. Berjalan dilorong yang panjang dengan obor kecil di sepanjang dindin nya, Naruto berjalan dengan tenang.

Dengan jaket hitam yang menutupi baju kaos orange miliknya serta celana jeans berwarna biru tua, Naruto masuk kesebuah ruangan di ujung lorong. Rambut pirang keemasan miliknya bergoyang pelan ketika angin di dalam ruangan tersebut menerpa dirinya.

Mata biru sewarna langit malam itu menatap orang yang memanggilnya kemari, namun saat melihat apa yang berada di dalam matanya melebar. "Jiji, Jii-sama. Kalian berada disini. "

"Kau nampak terkejut Gaki." Seorang pria tua dengan surai berwarna putih terkekeh melihat ekspresi Naruto sekarang, sebuah ekor nampak bergoyang dibelakang pria tua tersebut. Sedangkan pria yang juga di panggil Naruto tadi hanya diam.

Dia bernama Hiruzen, seorang atau seekor yokai clan Saru yang sudah hidup sangat lama. Umurnya mungkin sama tua nya dengan yokai monyet yang melegenda, Son Wukong. Hiruzen saat ini berdiri di samping pria yang duduk di kursi kayu.

"Aku sengaja memanggil mereka kemari, Naruto." Pria tua yang duduk di kursi kayu tersebut berbicara dengan suara bergetar khas orang tua.

Dia adalah Roushi Arasikage (oc), pemimpin organisasi ninja sekaligus guru Naruto. Dia berkepala botak dengan janggut putih yang cukup panjang, matanya terpejam namun tetap bisa memandang Naruto. Pria tersebut memakai yukata khas berwarna putih dan memegang tongkat pada salah satu tangan nya.

Sedangkan orang yang dari tadi hanya diam, merupakan orang yang cukup dekat dengan Naruto. Dia adalah Revan Phenex, mantan Lord Phenex sekaligus kakek buyut Naruto.

Dia memiliki surai panjang berwarna emas yang beberapa helainya sudah memutih, memiliki wajah tegas dengan mata tajam tanpa pupil (seperti buta namun sebenarnya tidak). Dia memakai pakaian bangsawan khas bangsa iblis.

"Seperti yang kau tau Naruto, kau sudah berlatih sangat keras lima tahun ini. " Naruto mendengarkan suara bergetar Roushi. "Jadi kami memutuskan akan memberikan_ "

"Latihan terakhir." Ucap Naruto memotong ucapan Roushi. Dia tau dia tidak sopan namun dia tidak sabar menunggu ucapan Roushi yang lambat.

"Huh. " Hiruzen mendengus mendengar Naruto, Yokai tua itu memberikan tatapan mengejek bercampur bangga. "Tidak ada yang bisa kami ajarkan untuk mu lagi, Gaki. "

"Kami hanya ingin memberikan sesuatu pada mu." Sambung Roushi.

"Hadiah?" Tanya Naruto sambil memiringkan kepalanya.

"Kau bisa menganggap nya begitu bocah." Balas Hiruzen. Kemudian Yokai monyet itu melirik sang Legenda Phenex dengan mata hitamnya.

Mengetahui hal itu, Revan berjalan mendekati Naruto. Dari balik jubahnya ia mengeluarkan sebuah kotak yang memiliki ukiran unik. "Ini untuk mu, Naruto."

"Terimakasih Jii-Sama." Naruto menerima kotak tersebut sambil menundukan kepalanya. Sekali lihat saja dia tau kalau itu merupakan satu set Evil Piece, sebuah alat yang di gunakan iblis untuk membuat makhluk lain menjadi iblis.

"Cari peerage mu sendiri." Revan berucap dengan datar, namun Naruto dapat melihat sebuah senyum kecil diwajah kakeknya itu. "Dan buat keluarga mu sendiri."

Naruto tersenyum tulus sebelum mengangguk sebagai balasan. Mata birunya menatap iblis tua itu yang berjalan ketempat dia semula, setelah itu Naruto mengubah tatapan nya kearah Hiruzen yang juga menatapnya.

"Gaki." Hiruzen mengambil sesuatu dari balik bajunya, sebuah gulungan berwarna hitam yang di ikat tali berwarna emas. Yokai monyet itu kemudian melempar gulungan tersebut kepada Naruto. "Tangkap."

Hiruzen terkekeh melihat wajah bingung Naruto ketika membuka gulungan tersebut, ketika pemuda itu menatap dirinya dengan tatapan bertanya, Yokai tua itu buka suara. "Itu peta harta karun, kurasa kau akan membutuhkan nya."

"Aku tau sebagai iblis Aku bisa di bilang miskin." Naruto memasang wajah kesalnya ketika menatap Hiruzen. "Tapi kurasa aku tidak memerlukan hal seperti ini."

"Peta itu bukan seperti yang kau pikirkan, bocah." Hiruzen membalas dengan nada kesal walau sebenarnya dia tidak merasa marah sama sekali. "Bukan harta beruapa benda yang ada disana, melainkan sesuatu yang lain."

"Apa itu?"

Hiruzen mengangkat kedua bahunya. "Entahlah aku juga tak tau. Aku belum berhasil memecahkan kode yang berada di gulungan itu."

"Naruto." Tatapan Naruto beralih kearah Roushi, dapat dia lihat pria itu mengambil sesuatu dari punggung nya. Benda yang dia ambil itu tak lain dan tak bukan adalah sebuah Katana dengan sarung dan gagang hitam. "Kemarilah."

Naruto menurut kemudian dia berlutut di depan Roushi, bersamaan dengan itu Roushi menyodorkan Katana tersebut. Setalah menerima itu, Naruto kembali ke tempatnya.

"Katana tersebut terbuat dari logam khusus buatan clan Arashikage. " Kata Roushi sambil menatap Naruto dengan mata terpejamnya. "Sangat kuat dan tajam, ringan serta mudah di aliri sebuah energi."

"Terimakasih Ji-san." Naruto berucap sambil menundukan kepalanya. Dia kemudian menatap ketiga orang yang sangat berharga untuknya itu, sebuah senyum tulus terlihat di wajahnya.

"Naruto." Hiruzen berucap dengan seyuman.

"Setelah ini, kau akan berjuang sendirian." Roushi dengan Suara bergetarnya menyambung ucapan Hiruzen.

"Satu pesan kami untuk mu." Revan menyambung dengan suara datar.

"CARILAH KEBAHAGIAN MU." Ucap mereka bertiga.

Naruto tidak bisa untuk tidak melebarkan matanya, sebuah perasaan aneh tiba-tiba muncul di hatinya. Dan setelah semua itu, senyum lebar tercipta di wajahnya. Dan tak lama kemudian sebuah kata keluar dari mulutnya. "Pasti."

...

..

.

6 bulan kemudian.

Eropa bagian barat.

Naruto berjalan dengan wajah bosan, saat ini dia berada di hutan yang tidak dia ketahui. Bisa di bilang saat ini dia tengah tersesat. Dalam perjalanan nya, sesekali pemuda berambut pirang itu melirik kebelakang, hembusan nafas bosan keluar dari mulutnya. 'Sebenarnya Apa yang dia inginkan.'

Sebenarnya dari awal dia sudah mengetahui bahwa ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi dia tidak menanggapi nya karena dari pancaran energi orang itu hanyalah manusia.

Meneruskan jalan nya, Naruto menghiraukan orang tersebut. Namun sesaat kemudian dia merasakan orang itu mulai menjauh, dan bersamaan dengan itu dia melihat seorang pria yang sedang mengangkat kayu.

Dengan inisiatif nya, Naruto memanggil membuat pria tersebut menoleh kearahnya. Naruto bisa melihat pria tersebut terkejut namun itu tak bertahan lama. Melihat itu Naruto mencoba bersikap sopan. "Maaf paman, bisa kau menunjukan jalan? Sepertinya diriku tersesat."

Pria itu terdiam untuk sesaat, sepertinya dia sedang menilai diri Naruto. Namun sesaat kemudian pria tersebut tersenyum maklum. "Butuh beberapa hari untuk keluar dari hutan ini, namun di sekitar sini ada sebuah perkampungan kecil."

"Kalau kau mau, aku bisa mengantar mu kesana." Orang itu melanjutkan ucapan nya. "Kebetulan aku berasal dari sana."

Naruto menatap orang itu sambil berpikir, ajakan orang tersebut cukup baik. Namun dari keramahan orang tersebut dia melihat hal ganjil, seperti ada sesuatu hal yang disembunyikan darinya. Tapi siapa yang peduli, dirinya sudah lelah berjalan. Mungkin itu hanya perasaan nya saja. "Baiklah."

Dan pria tersebut kembali tersenyum.

.

Dalam perjalanan nya mereka mengobrol, dari sana mengetahui nama pria tersebut. Namanya Jonatan, dia penduduk desa Marsh. Desa yang berada di tengah hutan. Jonatan merupakan seorang pria berambut putih yang di pangkas sangat pendek (hampir botak). Dia memakai baju kaos tanpa lengan berwarna abu-abu dan celana pendeka berwarna hitam.

Saat ini mereka hanya berjalan berdua, sedangkan kucing hitam milik Naruto sudah dari tadi menghilang.

Tak berapa lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Hal pertama yang Naruto lihat saat memasuki desa tersebut adalah sepi, hanya ada beberapa rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Beberapa orang dewasa melakukan aktivitas nya, sedangkan anak-anak berdiam diri didalam rumah. Naruto meyakini itu karena dia melihat beberapa anak yang mengintip dari rumah.

Terus mengikuti Jonatan, Akhirnya Naruto sampai ke sebuah rumah yang paling besar. Kemungkinan besar itu rumah pemimpin desa. Dan benar saja, saat Naruto masuk seorang pria tua berambu putih sepunggung menyambut dirinya.

Dari percakapan dirinya dengan orang tua yang Naruto ketahui bernama Edward Curel, Naruto mengetahui sedikit tentang sejarah desa. Naruto cukup senang karena Edward sangat ramah, sama ramahnya dengan Jonatan.

Sekarang, disinilah Naruto disebuah kamar yang berada dilantai dua rumah kepala desa. Edward dengan baiknya memberikan atau meminjamkan kamar yang berada di rumahnya untuk dirinya beristirahat. Sebelumnya dirinya juga di hidangkan makanan yang cukup lezat, dirinya seperti tamu yang istimewa.

Saat ini dirinya sedang berbaring disebuah kasur sederhana, dirinya berniat untuk tidur karena hari sudah malam. Namun niatnya batal karena dirinya merasakan seseorang berada di jendela kamarnya, dengan pelan dirinya menekat.

Syut!

Namun saat jaraknya sudah tiga meter dari jendela, sebuah benda melesat melubangi jendela kayu tersebut dan hampir mengenai dirinya kalau dia tidak menghindar.

Bergerak cepat ke jendela, Naruto mencoba menangkap sang pelaku. Namun saat dia membuka jendela sang pelaku sudah melarikan diri, Naruto dapat melihat seseorang yang memakai jubah hitam berlari di tengah desa dan menghilang saat dia berbelok kesalah satu rumah.

Naruto hanya menatap bulan yang hampir sempurna, tidak ada niat untuk mengejar orang misterius tersebut. Berbalik untuk kembali ketempat tidur, mata sapphire nya melihat sebuah batu yang terbalut oleh kertas. Benda yang di lemparkan orang misterius tadi.

Mengambil bati tersebut, Naruto mulai melepas kertas yang melekat disana. Satu alis Naruto terangkat ketika membaca tulisan yang berada di kertas tadi, dan tak lama kemudian dia melempar kertas tersebut kesebarang arah.

Kertas tersebut melayang dan turun dengan perlahan dan ketika kertas tersebut mencapai lantai, sebuah tulisan nampak disana.

'PERGI DARI DESA INI!'

.

.

.

Besok pagi nya.

Naruto berjalan mengitari desa, dia memperhatikan aktivas warga di pagi hari sambil mencari tempat untuk mandi. Karena desa ini desa kecil, warga hanya bisa mandi disungai atau danau. Dan kata Edward, ada danau kecil tak jauh dari desa.

Setiap penduduk desa yang Naruto temui menyapa dirinya dengan ramah, penduduk desa sangat baik padanya, mereka terlihat senang akan keberadaan Naruto disini. Sungguh sebuah desa yang sangat ramah.

Berjalan cukup lama, akhirnya Naruto sampai ke sebuah danau. Danau nya kecil hanya berdiameter sekitar dua puluh meter, namun airnya cukup jernih dan dalam. Tanpa basa basi, iblis berambut pirang itu melepas pakaian nya dan menceburkan dirinya.

Membersihkan tubuhnya lalu berenang beberapa saat sampai akhirnya berdiam, bersandar disebuah batu dan merendam dirinya di air yang cukup dingin. Pandangan nya mengarah kelangit, menatap awan putih yang berenang di angkasa sana. Pikiran nya melayang jauh, mengingat kembali perjalanan nya setelah menerima Evil Piece.

Sudah enam bulan lebih, namun dirinya baru menumukan satu anggota. Itupun dia dapat dari bantuan Kakeknya. Dan lagi, anggota nya itu cukup menyebalkan dan semaunya sendiri. Tapi tetap saja dia beruntung bisa bertemu dengan orang seperti dia.

Tersadar dari pikiran nya, Naruto menolehkan kepalanya kesamping. Matanya sedikit menajam menatap pohon yang cukup besar. "Keluarlah, kau sudah ketahuan dari tadi."

Tak lama setelah Naruto berucap, seseorang berjubah hitam keluar dari balik pohon. Pandangan Naruto sedikit menajam, dia dapat melihat sepasang mata berwarna coklat muda dan surai merah dari balik kerudung jubah orang itu. "Siapa kau, kenapa kau terus mengikuti ku? "

"Pergilah dari desa itu." Naruto menaikan alisnya ketika mendengar ucapan orang tersebut, dari suaranya Naruto yakin orang itu seorang perempuan. "Kalau tidak, kau akan menerima malapetaka."

"Aku tinggal atau pergi itu urusan ku." Naruto bangkit dari posisinya, dan oleh sebab itu tubuh bagian atas Naruto yang sungguh.. Ugh, terekpose. Senyum menantang terlihat di wajah yang dihiasi kumis kucing itu.

"Aku begitu aku akan memaksa mu." Dan dengan itu, sebuah pedang keluar dari balik jubahnya. Pedang tersebut kemudian dia acungkan ke arah Naruto. "Pergilah sebelum aku membunuh mu."

Naruto melipat tangan nya di depan dada, senyumnya semakin lebar. "Aku ingin melihatnya."

Tanpa bicara lagi, sang sosok misterius itu melesat menyerang Naruto.

.

Skip time.

Naruto berjalan kembali ke desa, dia berjalan pelan sambil menggendong seorang gadis bagai karung beras. Gadis tersebut berumur dua tahun lebih muda dari Naruto, memiliki rambut merah gelap sepunggung dan wajah yang cukup cantik. Dia memakai baju berlengan pendek berwarna putih dan rok biru selutut berwarna biru serta sepatu bot berwarna hitam.

Gadis tersebut ialah orang yang mencoba menyerang nya tadi, namun Naruto lumpuhkan dengan sangat mudah. Gadis itu cukup baik memainkan pedang namun masih dalam kelas amatiran.

Naruto memutuskan membawanya sebab dia yakin gadis tersebut berasal dari desa Marsh. Dan seperti yang dia duga, para warga terkejut ketika melihat dirinya membawa gadis tersebut. Dan Naruto semakin yakin tentang pendapatnya tadi.

"Naruto." Edward dari depan rumahnya memanggil, pria tua itu nampak terkejut melihat apa yang Naruto bawa. Ketika pemuda tersebut tepat di hadapan nya, Edward kembali bicara. "Dari mana kau menemukan nya."

"Anda mengenalnya?" Naruto menatap Edward untuk sesaat, tanpa pria tua itu bicara pun Naruto sudah tau jawaban nya. "Tadi saya menemukan nya pingsan di dekat danau." Sedikit berbohong tidak apa kan, Naruto sedang malas becerita.

Edward mengangguk kecil, kemudian dia kembali bicara. "Kalau begitu bawa dia masuk, dia harus segera di rawat."

Naruto hanya menurut saja, dengan santai dia mengikuti Edward kedalam rumah. Masuk kesebuah kamar dan membaringkan gadis tadi di kasur yang telah disediakan. Setelah itu dia kembali mengikuti sang pemimpin desa ke ruang tengah.

"Sebenarnya siapa dia ?" Setelah duduk di lantai (tidak ada kursi disana), Naruto mulai bicara dengan Edward.

Naruto tidak melewatkan ekspresi Edward yang nampak berpikir, namun dia tetap menunggu pria itu menjawab.

"Namanya Erza, Erza Scarlet." Edward seperti sedang berpikir, dan sesaat kemudian ekspresinya berubah murung. "Beberapa bulan lalu dia menghilang. Aku kira dia sudah... Tapi untunglah sekarang dia sudah kembali, dan itu berkat Naruto-san."

Naruto hanya memangguk kecil, meskipun ada yang ganjil dari cerita Edward. "Lalu, apa Anda tau kenapa dia menghilang ?"

"Aku tidak tau pasti." Ekspresi Edward tidak terbaca, pria itu menatap Naruto dengan pandangan yang sulit di artikan. "Yang aku tau, dia menghilang tak lama setelah ayahnya meninggal dunia. Mungkin dia pergi karena sedih atas kematian ayahnya."

"Hm." Hanya itu respon yang Naruto berikan, sedikit banyak dia tau perasan gadis itu. Di tinggalkan orang yang berharga memang sangat menyakitkan, Naruto tau betul akan hal itu. Dan entah mengapa dia jadi teringat sama mendiang ibunya.

"Tuan Edward." Pandangan Naruto beralih kearah seorang wanita yang baru datang, wanita tersebut membawa dua cangkir teh. "Ini minuman yang Anda minta."

Wanita itu kemudian menyajikan menimun tersebut kepada Naruto dan Edward. Untuk sesaat Naruto melihat pandangan aneh dari wanita itu, namun dia hiraukan. Dia juga tidak melewatkan tatapan Edward yang mengisyaratkan sesuatu pada wanita tersebut.

Tak lama kemudian wanita tersebut pergi, dan Edward kembali menatap Naruto. Pria tua itu tersenyum ramah. "Silahkan di minum Naruto-san."

"Terimakasih." Naruto mengambil cangkir teh tadi, menghirup baunya sebentar sebelum akhirnya meminumnya. Tiga tegukan dia minum, Naruto kembali meletak cangkir tersebut ketempat semula. "Enak."

Tak lama setalah itu, Naruto merasakan kejanggalan. Tiba-tiba saja dirinya merasa pusing dan pandangan nya mulai mengabur. Samar-samar dia melihat senyum ramah Edward berubah menjadi sebuah seringai, dan kemudian...

Bruak!

'Sial, apa yang terjadi.'

'Anda telah di racuni Naruto-sama.'

Saat Naruto membuka matanya hal pertama yang dia lihat adalah pemandangan desa, dirinya bangun tepat di tengah-tengah desa. Naruto sedikit kesusahan menggerakan tubuhnya, karena selain efek racun tubuhnya sekarang tengah terikat sebuah tali. Dirinya di ikat bersama dengan empat orang lainnya, dan sepertinya mereka juga bernasip sama dengan dirinya.

Naruto dalam melihat cahaya di mata orang-orang yang terikat tersebut, hal itu menandakan bahwa mereka masih hidup dan dalam keadaan sadar. Namun karena efek racun, mereka tidak bisa menggerakan tubuh mereka.

Memandang kesekitar, langit sudah berwarna kemerahan dan sebentar lagi akan malam.

Mata Naruto kemudian terfokus kearah seorang gadis yang terikat disebuah tiang. Hanya melihat rambut merah sang gadis Naruto sudah mengenalinya, gadis tersebut gadis yang sama dengan gadis yang menyerangnya dihutan. Dan melihat gadis tersebut berusaha melepaskan diri, Naruto yakin gadis tersebut tidak dikasih racun.

"Hei." Tubuh Erza menegang sesaat, dengan perlahan dia menolehkan kepalanya kesamping dan melirikan matanya. Hal pertama yang ia lihat ialah seorang pemuda dengan iris indah bagai langit tanpa awan.

"Apa yang sedang kau lakukan? "

Kening Erza mengkerut mendengar pertanyaan sang pemuda, apa pemuda itu tidak melihat dia sedang berusaha melepaskan tali menyebalkan ini. Apa pemuda itu sangat bodoh hingga tak menyadari apa yang tengah terjadi. Hal tersebut membuat Erza enggan menjawab.

"Nama mu Erza kan? " Naruto kembali memanggil, dan ketika Erza menoleh kearahnya dia sedikit memiringkan kepala nya. "Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku?"

"..."

Erza tetap diam dan kembali berusaha melepaskan diri. Merasa diacuhkan membuat Naruto sedikit kesal, namun bukan Naruto namanya kalau dia menyerah semudah itu.

"Hei, Erza."

"..."

"Erza~ Apa kau tidak mendengar ku?"

"..."

"Apa kau tidak bisa bicara?"

"Apa kau tuli?"

"Erza~"

"Erza~"

"Er_ "

"BERHENTI MEMANGGIL NAMA KU!" Kesal dengan suara Naruto, akhirnya Erza menyerah. Dengan kesal akhirnya dia membalasnya ucapan Naruto. "Sebenarnya apa mau mu?. Dan lagi, darimana kau tau nama ku?!"

"Oh, aku tau nama mu dari Edward." Naruto menjawab dengan santai, namun sesaat kemudian ekspresinya berubah seakan teringat sesuatu. "Oh ya, dimana orang tua itu. Aku ingin sekali menendang bokongnya karena melakukan ini pada ku."

Mendengar ucapan Naruto, Erza teringat akan Edward. Dia jadi marah mengingat pria brengsek itu, dia benar-benar ingin membunuhnya. Orang itu yang membuat dirinya menderita, orang itu yang membuatnya kehilangan. Tanpa sadar tubuh gadis bersurai merah itu bergetar, dan hal itu terlihat oleh mata jeli Naruto.

"Erza... " Sekali lagi Erza menoleh kearah Naruto, dapat dia lihat tatapan serius dari pemuda pirang itu. "Apa kau tau apa yang terjadi di desa ini."

Erza menghela nafasnya, ekspresi wajahnya seperti tengah mengenang sesuatu. Tak lama kemudian dia kembali menatap Naruto, sebuah tatapan horor. "Desa ini, adalah desa terkutuk."

Jderr!

Naruto terkejut. Dia bukan terkejut karena perkataan Erza, namun dia terkejut karena suara petir yang tiba-tiba muncul ketika Erza mengucap kata 'terkutuk'. "Apa maksud mu dengan desa 'terkutuk'. "

Jderr!

'Apa-apaan dengan efek petir ini!. " Batin Naruto sweatdrop.

"Yah, desa ini memang 'terkutuk'. "

Jderr!

'Oke, sekarang aku mulai kesal dengan petir ini.' Batin Naruto.

"Ini semua karena Edward sialan itu." Erza melanjutkan kisahnya, ekspresi marah nampak jelas diwajah cantiknya saat menyebut sang pemimpin desa.

"Dulu, desa ini damai dan tenang. Kami hidup bahagia di sini, namun semuanya berubah... " Ekspresi sedih muncul di wajah Erza, sekelebat bayangan masa lalu muncul di kepalanya. Namun dia tetap melanjutkan ceritanya. "... Semuanya berubah semenjak kedatangan dua makhluk mengerikan. "

"Makhluk itu sangat kejam dan kuat, beberapa warga kami di bantai tanpa belas kasih. " Matanya terpejam dan tangan nya terkepal erat, Erza berusaha menahan gejolak emosinya. "Ayahku dan beberapa warga lain nya memilih melawan mereka, namun Edward... "

"Orang brengsek itu malah tunduk pada makluh itu, dan berhianat pada ayah." Setetes air mata jatuh ketika Erza teringat akan kematian ayahnya, dan semua itu karena Edward. "Desa kami berhasil dikuasai, dan warganya di jadikan budak. "

"Kalau seperti itu, kenapa kalian tidak pergi saja dari sini. " Naruto yang dari tadi diam akhirnya bicara, dari cerita Erza dia tau secara garis besar tentang desa ini.

"Kami mau, tapi kami tidak bisa. " Erza kemudian bergerak cukup keras, berusaha menunjukan sesuatu pada Naruto. Sesaat kemudian, Naruto melihat sebuah simbol pentragram di lengan atas tangan kanan Erza. "Atas perintah Makhluk itu, Edwar memasang segel ini pada setiap penduduk desa membuat kami tidak bisa pergi jauh dari sini."

Naruto mengangguk singkat, namun masih ada pertanyaan dalam kepalanya. "Kalau aku boleh bertanya, kenapa aku di perlakukan seperti ini? "

"Setiap satu bulan sekali, tepatnya saat bulan purnama. Warga akan mengorbankan lima orang untuk dijadikan persembahan kepada makhluk itu." Erza hanya tersenyum melihat wajah terkejut Naruto. "Karna penduduk desa tinggal sedikit, maka biasanya orang-orang luar yang akan di korbankan. Dan kalian orang-orang tersebut."

Naruto melirik orang-orang yang terikat bersamanya, dia dapat memastikan bahwa orang-orang tersebut bukan warga desa ini. Kemudian tatapan Naruto kembali menatap Erza. "Itu sebabnya kau menyuruh ku untuk pergi dari desa ini."

Erza hanya mengangguk sebagai balasan, tentu saja hal itu membuat Naruto tersenyum. "Lalu kau?" Tanya Naruto lagi.

"Setiap satu tahun sekali, seorang gadis perawan akan di korbankan untuk sebuah ritual." Erza mengucapkan itu dengan wajah sedih. "Tahun lalu sahabatku telah di korban kan dan sekarang... "

Erza tak mampu lagi membendung air matanya, air bening itu mengalir dengan mulus di kedua pipi nya. Kenangan akan sahabat yang selalu bersamanya kembali teringat, sahabat yang membuat bahagia di tengah penderitaan nya. Sahabat yang rela menggantikan posisi nya saat dia akan di korbankan dulu.

"Hei.. " Dengan wajah yang masih basah oleh air mata, Erza kembali menatap Naruto. Pemuda berambut pirang ke emasan itu memandangnya dengan lembut dan penuh rasa kekhawatiran yang tulus. "Kau tidak apa-apa? "

Erza hendak menghapus air matanya namun tak bisa karena tangan nya terikat, oleh sebab itu dia hanya tersenyum. Tersenyum tulus pada orang yang telah mengkhawtirkan nya dengan tulus. "Ya, aku tak apa-apa. "

"Setelah ini, maukah kau ikut dengan ku. " Perkataan Naruto yang tiba-tiba membuat Erza terkejut sekaligus bingung, Naruto yang melihat itu hanya tersenyum. "Maukah kau bersama dengan ku, menjadi keluarga dibawah gelar kebangsawanan ku."

Entah kenapa wajah Erza tiba-tiba memerah, mendengar perkataan dan senyuman Naruto membuat jantungnya berdetak lebih cepat. "K-kau." Tak tahan dengan perasaan nya, Erza menundukan kepalanya. "A-aku belum siap. K-kau melakukan nya dengan tiba-tiba."

"Hah? " Naruto memiringkan kepalanya bingung, sedangkan Erza semakin gugup.

"Aku belum siap dengan lamaran mu. "

"Lamara_ EH!? " Seakan sebuah lampu bernyala diatas kepalanya, Naruto akhirnya sadar dengan maksud Erza serta kegugupan nya. Dan entah mengapa setelah mengetahui hal itu wajah Naruto ikut memerah. "Er-Erza, bukan itu maksud ku."

"Eh?!" Erza berhenti dari acara gugupnya, dengan cepat dia menatap Naruto. Dan sebagai balasan, Naruto tersenyum canggung bahkan dia akan menggaruk belakang kepalanya kalau dia tidak terikat.

"Aku hanya mengajak mu bergabung dalam kelompok ku." Naruto mulai menjelaskan. "Bukan melamar mu, lagipula kita baru bertemu. "

Wajah Erza kembali memerah sehingga dia harus kembali menunduk, namun kali ini wajahnya memerah karena malu. Dan entah kenapa dia merasa kecewa. 'Kenapa aku harus kecewa?'

"Jadi... " Erza kembali menatap Naruto yang juga menatap dirinya. "Apa kau mau ikut dengan ku."

"Ya." Jawab Erza cepat, namun sebuah senyum miris muncul di wajahnya. "Itu kalau kau dan aku selamat."

Naruto tersenyum lebar, senang adalah perasaan nya saat ini. "Tenang saja, aku akan menyelamatkan mu."

Deg!

Tubuh Erza menegang, dengan cepat dia menoleh kedepan. Matanya melebar ketika melihat orang yang dia benci datang bersama orang berjubah hitam, perasaan marah muncul namun dibarengi dengan rasa takut.

Kedua orang itu berjalan mendekat, dan setiap langkahnya bersamaan dengan semakin gelapnya hari. Matahari terbenam bersamaan dengan kedangan mereka, seakan-akan sang surya juga takut pada mereka.

Menengok kesamping, Erza melihat Naruto yang hanya diam menatap mereka dengan wajah datar. Dia tidak tau apa yang berada di pikiran orang yang bicara dengan nya tadi, namun entah mengapa dia berharap banyak.

"Erza, kau sudah sadar." Tatapan Erza kembali kedepan, matanya menatap tajam pria tua yang memiliki surai putih itu. Melihat hal itu Edward hanya tersenyum kecil. "Apa kau sudah siap."

"Brengsek! Aku akan menghabisi mu." Erza berontak berusaha melepaskan diri, melihat dan mendengar suara pria itu membuatnya sangat marah. Namun apa daya, tubuhnya terikat kuat. "Lepaskan aku, brengsek!"

"Maafkan aku Erza, ini semua demi kebaikan desa." Edward berekspresi menyesal, namun sesaat kemudian sebuah senyuman kembali muncul diwajahnya. "Kau seharusnya_ "

Buagh!

Belum sempat menyelesaikan ucapan nya, tiba-tiba saja Edward terlempar jauh hingga menghilang di gelapnya hutan. Melihat hal tersebut membuat Erza terkejut, dan dia semakin terkejut ketika pemuda berambut pirang muncul di depan nya.

"Akhirnya, aku bisa juga menendang bokong orang tua itu." Naruto menoleh kearah Erza, sebuah cengiran khas muncul di wajahnya ketika melihat wajah terkejut Erza. "Bukankah sudah ku bilang, aku akan menyelamatkan mu."

"Aku tidak menyangka... " Naruto menoleh kedepan, orang yang tadi ikut bersama Edward mengeluarkan suaranya. Mata Naruto menajam merasakan aura yang tidak mengenakan dari orang tersebut, dan dia semakin waspada ketika orang tersebut melanjutkan ucapan nya. "... Salah satu persembahan kami adalah seekor Iblis."

"Dan aku tidak menyangka... " Naruto membalas dengan senyuman miring, dia menatap orang berjubah hitam itu dengan sombong tidak mempedulikan wajah terkejut Erza dibelakang nya. "Orang yang membuat kekacauan di desa ini adalah seekor iblis liar_ "

"Kau tidak mengetahui diriku yang sebenarnya, iblis rendahan." Naruto terkejut karena secara tiba-tiba orang tersebut sudah berada didepan nya. Belum sempat dia melakukan apa-apa, tubuhnya sudah melesat kebelakang bersamaan dengan rasa sakit di perutnya.

Buagkh!

Naruto terlempar hingga dirinya menabrak rumah Edward dan merubuhkan nya. Sedikit sulit menggerakan tubuhnya karena reruntuhan rumah menimpa dirinya, dan ketika dia berhasil keluar dengan menghancurkan sisa-sisa rumah tersebut Naruto mengumpat kesal.

Jauh didepan nya, sosok berjubah hitam itu membawa Erza di pundaknya. Ingin Naruto mengejar namun kabut hitam telah lebih dulu menutupi sosok tersebut. Dan ketika kabut itu menghilang, bukan orang berjubah itu yang ada disana melainkan puluhan makhluk berbentuk monster.

"Cih." Naruto mendengus kesal melihat makhluk itu mulai bergerak, bahkan orang-orang yang terikat bersamanya tadi mulai disantap dengan sadis. Melihat hal itu Naruto mulai bergerak, matanya dia pejamkan. 'Tidak ada cara lain.'

Sebuah jam tangan berwarna hitam muncul di tangan kanan Naruto, jam tangan tersebut mengeluarkan cahaya redup. Dan ketika Naruto membuka matanya, dirinya sudah berada di sebuah padang rumput yang cukup luas. Didepan nya sebuah pohon besar berdiri kokoh dengan di salah satu cabangnya bertengger seekor burung.

"Arthiest, aku butuh bantuan mu." Naruto menatap burung tersebut dengan senyum kecil di wajah.

"Baik, Naruto-sama."

Arthiest adalah seekor burung Falcon yang memiliki bulu berwarna hitam legam, sepasang kaki kuat berwarna kuning dengan cakaru tajam, dan mata coklat yang memandang tajam, serta paruh pendek dengan ujung bengkok serta tajam berwarna kuning dan sedikit hitam di ujung. Dia salah satu makhluk yang paling sering Naruto gunakan kekuatan nya.

Di dunia nyata, jam tangan Naruto berhenti bercahaya dan disana muncul simbol kepala burung. Bersamaan dengan itu, sebuah pisau berbentuk kunai berwarna hitam dengan ukiran unik muncul di genggaman tangan kanan Naruto.

'Kau siap, Arthiest?' Naruto memposisikan dirinya untuk melempar kunai tersebut.

'Siap Naruto-sama. '

'Kalau begitu... ' Naruto tersenyum tipis, dan dengan gerakan cepat dia melemparnya. 'Tusuklah!'

Syut!

Sesaat sebelum Naruto melempar kunai tersebut, aura atau energi seekor Falcon berwarna kuning dengan sayap menyilang kebelakang (posisi saat menukik) muncul. Setelah itu kunai tersebut meluncur sangat cepat hingga meninggalkan berkas kuning di jalurnya.

Dalam sekejap mata, kunai tersebut menembus kepala seekor monster yang kemudian kembali menembus dua monster dibelakang nya dan seterusnya. Monster-monster tersebut tewas tanpa sempat mengeluarkan suara.

Naruto melesat maju, mata birunya menatap serius kunai miliknya. 'Cengkram.'

Dalam gerakan lambat, kunai Naruto yang menuju ke perut salah satu monster bercahaya redup. Sesaat sebelum kunai itu mengenai target, bayangan burung Falcon dalam keadaan siap menerkam terlihat.

Jleb!

"AARRGH!" Teriakan penuh kesakitan terdengar ketika kunai tersebut menancap pada perut sang monster. Monster tersebut berusaha mencabutnya, namun usaha nya itu sia-sia karena kunai itu tidak bergerak seakan-akan telah menyatu dengan tubuhnya.

Naruto yang sudah berada di dekat kerumunan monster segera bertindak. Dia memukul monster yang berada paling dekat dengan nya hingga terlempar, kemudian pemuda itu melompat kearah monster yang masih berusaha melepaskan usahanya.

Sang monster terkejut karena Naruto telah muncul didepan nya dan memegang kunai diperutnya. Belum sempat melakukan apa-apa, sang monster telah lebih dulu tewas.

'Belah lah.' Sebuah energi berwana kuning keluar dari kunai membuat seperti pedang, energi tersebut menembus perut sang monster dan Naruto dengan sadisnya menarik kunai nya keatas membuat monster tersebut terbelah.

Naruto berbalik menghiraukan tubuh monster yang tumbang di belakang nya. Kunai miliknya yang sudah kembali seperti semula dia arahkan kesamping tubuhnya. Matanya melirik semua monster yang tersisa, monster yang saat ini menatap dirinya dengan buas

'Kau siap untuk ronde kedua.' Naruto melirik cepat kepada beberapa monster yang berlari kearah nya. Di dalam alam bawah sadarnya, Arthiest yang memejamkan matanya membuka mata dan memperlihatkan tatapan tajamnya.

'Tentu saja, Naruto-sama.'

Naruto melesat menuju para musuh, hanya butuh waktu sedetik untuk dia sampai didepan salah satu monster. Dengan indah dia menunduk menghindari serangan sang monster, dan bersamaan dengan itu dia menebaskan kunainya dari bawah keatas secara diagonal.

Tak membiarkan monster berteriak, dengan cepat Naruto melesatkan tendangan memutar membuat sang monster terpental. Di saat bersamaan, dia melempar kunai miliknya kesamping dan tepat mengenai dada salah satu monster yang hendak menyerang nya.

Ketika kedua kakinya menapak tanah, Naruto menangkap tangan dengan cakar panjang yang hendak menyerang kepala nya. Dengan brutal dia mematahkan tangan tersebut sebelum menendang pemiliknya dengan keras.

Tak berhenti sampai disitu, Naruto melesat ke salah satu monster yang tadi tertusuk kunai miliknya. Dengan cepat Naruto memegang kunai nya, dan sesaat kemudian energi kuning menembus sang monster.

Belum selesai sampai disitu, Naruto menarik kunai nya kesamping memotong tubuh serta tangan sang monster. Melanjutkan tebasan sambil memutar tubuhnya, Naruto berhasil memenggal kepala dua monster yang hendak menyerang.

Sesaat kemudian dia melompat kebelakang menghindari tembakan sihir dari berberapa monster. Naruto menatap monster yang tadi menyerang, mata biru miliknya begitu serius saat ini. Tersenyum kecil, Naruto memposisikan dirnya bersiap melempar kunai. 'Terbanglah!'

Kunai itu kembali di lempar, namun tidak seperti di awal kunai itu tidak secepat tadi. Hal tersebut membuat monster yang menjadi target dengan mudah menghindar, sang monster memiringkan kepalanya membuat kunai tersebut lewat disamping wajah.

Dalam gerak lambat, kunai yang berada disamping wajah sang monster bercahaya kuning. Sesaat kemudian energi berwarna kuning berbentuk sepasang sayap muncul, dan salah satu sayap tersebut berhasil memisahkan rahang bawah dan rahang atas sang monster. Kepalanya terpotong tepat di bagian rahang.

Tidak berhenti sampai di situ, kunai yang sekarang bertranformasi tersebut bermanuver mengubah arah terbangnya kekiri. Sayap yang terbuat dari energi menyayat setiap monster yang di lalunya, baik itu di perut, dada, leher, atau kepala.

Sayap energi itu menghilang ketika kunai tersebut kembali ketangan Naruto. Pemuda berambut pirang itu menatap monster-monster yang tersisa, sebuah seringai muncul di wajahnya. 'Waktunya penghabisan.'

..

..

Erza membuka matanya, rasa pusing masih dia rasakan karena bangun dengan tiba-tiba. Mengingat kembali apa yang terjadi membuat jantungnya berdetak lebih kencang, perasaan takut tiba-tiba merasuk tubuhnya.

Mengingat pemuda yang berjanji akan menyelamatkan nya membuat Erza merasa khawatir, pemuda itu sampai terlempar sangat jauh karena pukulan orang itu. Entah bagaimana nasib pemuda itu, dirinya tak sempat tau karena sosok itu telah membuatnya tak sadarkan diri.

'Semoga kau baik-baik saja.'

Melihat keadaan sekitar, Erza baru sadar bahwa dirinya berada entah dimana. Dirinya terbaring ditanah dengan kaki dan tangan diikat di sebuah kayu yang menancap di tanah. Dan lagi, dia berada tepat di tengah lingkaran yang di tengahnya terdapat garis segitiga. Simbol yang tidak asing baginya.

Dan sekarang dia baru sadar, baju yang melekat pada dirinya kini telah tiada memperlihatkan kulit putih yang sudah kotor. Satu-satunya yang menempel di tubuh bagian atasnya hanyalah kain yang menutupi buah dada nya.

Bergerak panik, mata Erza menangkap dua sosok dalam penglihatan nya. Dua sosok yang sama-sama memakai jubah hitam yang membuat Erza tidak dapat melihat wajah sosok itu. Salah satu sosok tersebut adalah sosok yang tadi datang ke desa.

Kedua sosok itu nampak saling berbincang, namun itu tak bertahan lama karena salah satu dari mereka menyadari Erza. Oleh karena itu, sosok berjubah tersebut berjalan mendekati Erza.

"Oh, kau sudah sadar." Sosok berjubah hitam itu dengan perlahan membuka penutup kepala, dan dari sana terlihatlah wajah seorang pria dengan surai putih yang di sisir kebelakang. Wajah pria itu menyeringai menatap Erza. "Bersiaplah, sebentar lagi ritual akan dilakukan."

Erza membalas dengan menggerakan tubuhnya secara liar, mencoba melepaskan ikatan pada dirinya. Hal tersebut hanya membuat pria tadi terkekeh.

"Kau tidak akan bisa melepaskan nya."

"Lepaskan aku, bangsat!" Ucapan Erza hanya di balas dengan tawa merendahkan. Ingin dia kembali memaki, namun kaki pria tersebut sudah tertanam di perutnya. "Ugh!"

"Sebaiknya kau tetap diam." Pria tersebut menatap Erza dengan tajam, memberikan perasaan intimidasi untuk gadis bersurai merah tersebut. "Kalau bukan untuk persembahan, kau sudah ku habisi dari tadi."

"Sudahlah Hidan." Pria yang di panggil Hidan tadi menoleh ke belakang, menatap sosok yang sejak dulu menemani nya. Sosok yang di tatap hanya mendongakan kepala nya keatas. "Sebaiknya kau segera mulai ritualnya, sebelum bulan kembali menghilang."

"Aku tau, Kakuzu." Hidan ikut menengok keatas, sebuah seringai lebar muncul ketika dirinya melihat bulan yang bersinar karena awan yang menutupinya perlahan pergi. "Ritual untuk Jashin-sama akan segera dilaksanakan."

Bersamaan dengan turun nya cahaya bulan, lingkaran yang mengurung Erza bercahaya redup. Hal tersebuat membuat perasaan Erza semakin takut, tubuhnya semakin berontak untuk melepaskan diri. Namun sekuat apapun dia berusaha, semuanya sia-sia. Dia tidak mampu melepaskan ikatan nya, dan lingkarang yang mengurungnya membuat dirinya semakin lemah.

Melihat sang target sudah menyerah, Hidan mengambil sebuah pisau unik dari dalam jubahnya. Dengan perlahan dia mengiris telapak tangan nya, setelah itu darah yang keluar dia teteskan keperut Erza. Tetesan tersebut membuat sebuah simbol unik, simbol lingkaran dan segitiga di dalamnya.

Erza hanya diam tak berontak, dia sudah terlalu lemah untuk itu. Namun dalam hati, dia sangat takut. Dia tidak ingin hal ini terjadi, dia ingin melawan. Matanya yang mulai redup melihat pria tadi mengarahkan pisau nya ke perut dirinya, dan dengan itu dia memejamkan matanya.

'Kita tidak bisa membiarkan nya, kita harus melawan.' Wajah ayahnya tiba-tiba terbayang, dan suara sang ayah terus terdengar di pikiran nya.

'Erza, kau harus bertahan! Kau harapan desa ini.' Kali ini, wajah sang sahabat yang tersenyum yang terbayang. Sang sahabat yang telah mengorbankan dirinya untuk Erza.

'Setelah semua ini, maukah kau ikut bersama ku.' Bahkan wajah pemuda yang baru dia temui juga terlintas di kepalanya.

'Erza, jangan mati!'

Mata Erza terbuka terkejut, dapat dia lihat pisau yang di pegang pria tadi sudah melesat kearahnya. 'Aku tidak boleh mati disini.'

Hidan menyeringai lebar sambil menusukan pisau miliknya, pisau tersebut sebentar lagi akan menyentuh sang target. Namun sesaat sebelum pisau tersebut menyentuh kulit Erza, sebuah cahaya yang keluar dari tubuh Erza menghancurkan pisau tersebut. Bukan hanya itu, cahaya tersebut juga melempar Hidan kebelakang.

"Aargh!" Hidan terlempar hinga ketempat Kakuzu, jubah milik kotor dan juga sobek di beberapa bagian. Tak lama kemudian dia bangkit dan berdiri disamping Kakuzu, dia menatap ketempat Erza yang sudah di penuhi cahaya. "Apa itu?!"

"Secred Gear." Kakuzu menjawab tanpa menatap Hidan, mata hitam dengan iris kuning miliknya menatap secara intens ketempat Erza. "Aku tidak merasakan aura Secred Gear pada dirinya sebelumnya."

"Apa itu artinya Secred Gear miliknya kuat?" Hidan bertanya sambil menengok kearah teman nya.

"Malah sebaliknya." Jawab Kakuzu sambil tersenyum tipis. "Secred Gear kuat biasanya memiliki aura yang kuat, aura tersebut bahkan bisa dirasakan sebelum Secred Gear tersebut di bangkitkan. Kalau aura nya baru terasa setelah di bangkitkan, itu artinya secred gear miliknya termasuk lemah."

Cahaya yang keluar dari tubuh Erza perlahan meredup, ketika cahaya tersebut menghilang nampak Erza dengan penampilan berbeda. Sekarang gadis berambut merah tersebut berdiri gagah dengan balutan armor di tubuhnya, armor baja dengan simbol salip di tengahnya. Lengan nya juga terbalut dengan pelindung berbahan sama.

"Itukah Secred Gear nya, sebuah baju besi." Hidan mengomentari dengan nada meremehkan, matanya menatap rendah Erza yang berada di depan nya. "Kelihatan nya tidak ada yang spesial dari baju itu."

"Jangan terlalu meremehkan musuh, Hidan." Kakuzu menyela, sedikit kurang setuju dengan pendapat hidan. "Bisa saja_ ugh!"

Kedua pasang mata itu membulat, Hidan terutama Kakuzu sangat terkejut saat sebuah cahaya kuning menembus dada Kakuzu dari belakang. Rasa sakit tiba-tiba muncul di dada Kakuzu, dan tak lama kemudian pria tersebut roboh dengan dada berlubang.

Hidan yang melihat hal itu melompat menjauh, takut kalau dia terkena serangan yang sama. Ketika dia sudah merasa cukup aman dia melihat asal serangan, menggeram kesal ketika melihat sang pelaku penyerangan. "KAU!"

Erza yang juga terkejut dengan kejadian tersebut juga melihat kearah Hidan melihat, matanya melebar melihat siapa yang melakukan hal ini. 'Dia... '

Rambut pirang bergoyang pelan tertiup angin, mata biru seindah langit tanpa awan memancarkan cahaya menghangatkan, senyuman lebar menghiasi wajah yang memiliki tiga garis kucing.

"Maaf membuat mu menunggu." Naruto yang saat ini berjongkok di salah satu dahan pohon memandang Erza dengan senyum lebarnya. Dengan gerakan elegan dia melompat turun dan dengan perlahan berjalan mendekat. "Apa kau tidak apa-apa?"

Ingin Erza mengatakan sesuatu namun lidahnya terasa kelu, tapi yang jelas dia merasa lega melihat pemuda pirang itu. Tanpa dia sadari sebuah senyum manis muncul di wajahnya, namun sesaat kemudian senyuman itu menghilang di gantikan dengan ekspresi panik. "AWAS!"

Naruto dengan reflek menunduk menghindari sebuah tendangan dari samping, kemudian dengan gerakan cepat dia menyilangkan kedua tangan nya di depan wajah menahan tendangan yang lain. Kuatnya tendangan tersebut membuat dirinya terseret beberapa meter kebelakang.

Meski kaget Naruto tetap menunjukan ketenangan nya, di depan nya seseorang yang seharusnya mati kini berdiri tegak dengan seringai kejam. Mata Naruto menajam, dia dapat melihat lubang di jubahnya namun tidak di kulitnya. 'Regenerasi?'

Regenerasi adalah kemampuan yang sudah tidak asing lagi buatnya, memiliki darah Phenex dan tinggal di keluarga Phenex membuatnya tau hal itu. Regenerasi membutuhkan cukup banyak energi, namun yang sekarang terjadi berbeda. 'Aura nya berubah.'

Energi milik musuhnya itu tidak berkurang melainkan berubah. Naruto yang awalnya merasa energi yang di keluarkan Kakuzu adalah demonic power sekarang berubah menjadi energi yang lain. Aura yang awalnya terasa seperti Iblis liar sekarang berubah menjadi aura seekor Yokai.

"Kau sudah menghancurkan satu jantung ku." Kakuzu membuka suara, ada sedikit nada marah dari suara nya itu. "Sekarang aku harus menggantinya dengan jantung mu."

Naruto hanya diam tak membalas ucapan Kakuzu, dirinya hanya menatap orang tersebut dengan tenang. Sesaat dirinya melirik kunai berukiran unik yang menancap di tanah dekat Kakuzu berdiri, kemudian dia melirik teman Kakuzu yang bernama Hidan dan terakhir dia melirik Erza.

"Erza, kau ingin bertarung." Naruto menatap Erza yang juga menatapnya, untuk sesaat Naruto bisa melihat mata gadis itu menajam. Dengan perlahan dia mengeluarkan sesuatu dari sihir penyimpanan nya, dan kemudian dia melemparnya kearah Erza. "Kalau begitu, ambil ini."

Erza menangkapnya dengan mudah, dia sedikit terkejut ketika tau yang Naruto keluarkan adalah sebuah pedang. Pedang yang tidak asing lagi buatnya, pedang peninggalan ayahnya, pedang yang dia pakai saat menyerang Naruto. "I-ini."

"Aku menyimpan nya saat kau tidak sadarkan diri." Ucap Naruto tanpa melihat Erza, fokus pemuda iblis itu terfokus kearah Kakuzu. "Jadi?"

"Khekhekhe... " Sambil tertawa Kakuzu melirik kearah Hidan kemudian kearah Erza sebelum kembali kearah Naruto. Dengan perlahan dia melepas jubahnya memperlihatkan tubuh yang hanya di balut kaos ketat tanpa lengan, bersamaan dengan itu dia berucap. "Satu lawan satu ya."

Sesaat mengatakan itu Kakuzu melesat kearah Naruto, memulai pertarungan nya. Naruto yang melihat itu mempersiapkan kuda-kuda nya, untuk sesaat dia menyipitkan matanya.

'Dia lebih lambat dari yang sebelumnya.' Batin Naruto sambil menahan pukulan Kakuzu. 'Namun kekuatan nya meningkat.'

Mengacuhkan kedua makhluk yang sedang adu tinju itu, Erza menghadap kearah Hidan. Pedang miliknya dia genggam di tangan kanan dengan erat, kemudian dia memasang kuda-kuda bertarung.

"Kau mau melawan ku, gadis kecil." Hidan tersenyum remeh, bersamaan dengan itu dia mengeluarkan sebuah sabit bermata tiga dari sihir penyimpan nya. Dengan seringai mengerikan dia menganyungkan sabitnya. "Darah mu akan ku persembahkan untuk Jashin-sama."

"Kau terlalu banyak bicara!" Erza berlari dengan kencang kearah Hidan, pegangan pedangnya semakin dia eratkan. Ketika jarak mereka tinggal tiga meter, dengan kuat Erza menebaskan pedang.

Traank!

Naruto melompat kebelakang, kakinya terseret beberapa meter ketika mendarat di tanah. Di depan nya, Kakuzu mengejar dirinya dengan kedua tangan yang terkepal. Saat jarak mereka semakin dekat, Kakuzu melesatkan pukulan nya.

Naruto menahan sekaligus membelokan arah pukulan tersebut, bersamaan dengan itu tangan satunya melayangkan pukulan nya. Pukulan itu meleset karena dengan baik Kakuzu memiringkan kepalanya, Naruto kemudia kembali melompat kebelakang ketika Kakuzu kembali membalas.

Ketika Naruto menjauh Kakuzu selalu mengejarnya, tidak membiarkan Naruto menjauh darinya. Naruto kembali beradu pukul dengan Kakuzu sebelum kembali melompat menjauh. Hal itu terus terjadi beberapa kali.

Naruto kembali menjauh dan di depan nya Kakuzu kembali mengejar. Namun kali ini dia tidak menunggu, Naruto juga ikut melesat maju. Ketika jarak mereka semakin dekat Naruto melompat tinggi dan melakukan fron flip di udara melewati kepala Kakuzu.

Kakuzu berhenti dan seketika itu juga berbalik, dengan gerakan cepat dia melompat kecil dan bersiap memukul Naruto yang masih berjongkok. Namun ketika pukulan nya hendak dia lesatkan, matanya melebar terkejut.

Naruto tiba-tiba berbalik sambil menebaskan kunai yang sudah berada di tangan kanan nya. Sesaat sebelum kunai tersebut mengenai target, kunai tersebut mengeluarkan cahaya kuning sebelum akhirnya menjadi sebuah energi yang berbentuk pedang panjang.

Craass!

Tubuh Kakuzu terpotong jadi dua dan dengan itu dia jatuh, darah menyembur keluar dari tubuh yang sudah terpotong itu. Naruto yang melihat hal tersebut hanya menatap datar, seakan-akan dia sudah terbiasa dengan pemandangan itu.

'Itu yang terakhir.' Sebuah suara tiba-tiba muncul di kepala Naruto, suara dari Arthies yang sudah menjadi patner Naruto dalam pertarungan nya. 'Waktu saya sudah habis, Naruto-sama.'

Naruto hanya mengangguk kecil menanggapi perkataan sang burung Falcon tersebut. 'Terimakasih.'

Kembali kedunia nyata, kunai yang di genggam Naruto dengan perlahan terurai menjadi partikel-partikel kecil keudara dan simbol kepala burung di jam tangan menghilang. Penampilan jam tangan Naruto sekarang tak ada ubahnya dengan jam tangan biasa.

Perhatian Naruto kemudian teralihkan kepada mayat Kakuzu, dia sedikit menjauh saat tiba-tiba kabut hitam menyelimuti tubuh Kakuzu. Naruto memperhatikan nya dalam diam hingga akhirnya tubuh Kakuzu kembali bangkit. 'Auranya kembali berubah'

Tak berapa lama kemudian Kakuzu kembali bangkit, dia menatap Naruto dengan murka. Beraninya iblis sialan itu menghancurkan dua jantungnya, dia benar-benar marah akan hal itu. "KAU!... AKU AKAN BENAR-BENAR MENGHABISI MU IBLIS SIALAN!"

Energi dari beberapa makhluk supranatural keluar dari tubuh Kakuzu dengan sangat besar, energi tersebut menunjukan seberapa besar kemarahan Kakuzu. Dengan perlahan tubuh Kakuzu mulai berubah.

Sepasang tanduk menyerupai tanduk naga keluar dari tengkorak kepala, matanya berubah menjadi hitam pekat, gigi mulai berubah menjadi taring dengan dua taring yang paling panjang. Tubuhnya membesar hingga tingginya kini lebih dari dua meter, kulitnya menghitam, dan sayap besar senyerupai sayap gagak muncul. Tangan dan kaki di tumbuhi bulu halus dan lebat, dan kuku jari tangan serta kaki nya memanjang dan menajam.

"Roooaarr! " Kakuzu yang sudah berubah menjadi monster mengaum keras hingga membuat Naruto terpental kebelakang.

"Ugh! " Naruto yang masih bisa menyeimbangkan tubuhnya terpaksa harus mengeluarkan tenaga ektra untuk tidak terseret kebelakang karena auman tersebut. Dirinya juga terpaksa harus mengeluarkan energi miliknya untuk bisa bertahan dari tekanan energi yang di keluarkan Kakuzu. "Sungguh kekuatan yang mengerikan."

Meski dalam keadaan seperti ini, Naruto masih menunjukan ketenangan di wajahnya. Tidak ada ekspresi tertekan apalagi takut di wajah pemuda tersebut, malahan dia menunjukan sebuah senyuman. "Mungkin waktunya aku untuk mencoba jurus itu."

Dengan perlahan energi dalam tubuh Naruto meningkat, bersamaan dengan itu tangan kanan nya di angkat keatas. Di atas telapak tangan nya tiba-tiba muncul bola kecil berwarna kuning gelap, lalu bola tersebut mengeluarkan energi berbentuk benang yang berputar cepat. Bunyi bising terdengar ketika putaran tersebut semakin cepat, dan dengan itu bola mulai membesar dan semakin membesar hingga lebih besar dari Naruto sendiri.

Tak mau kalah, Kakuzu membuat bola energi dari beberapa energi yang telah tercampur di depan tubuhnya. Energi berwarna hitam tersebut terus membesar hingga menandingi besarnya bola energi Naruto.

Naruto melesat maju sambil membawa bola energi nya, bersamaan dengan itu Kakuzu melepas energi miliknya hingga membuat leser pemusnah yang menuju kearah Naruto. Melihat itu Naruto menggerakan bola energi nya kedepan.

"Rasengan!"

"Destroyer Shot! "

Trank

Erza kembali mundur karena tak kuasa menahan kekuatan sabit milik Hidan, selain itu dirinya sedikit kurang fokus karena ledakan yang baru terjadi tadi. Ada sedikit rasa khawatir namun dia percaya akan kemenangan Naruto.

Nafasnya terengah, pertarungan nya tadi benar-benar menguras tenaganya. Rambut merahnya kusut dan kotor, begitupun wajahnya. Tubuhnya terluka dan juga kotor, kalau bukan karena armor yang dia kenakan mungkin dia sudah terluka parah.

"Apa kau menyerah, gadis kecil." Hidan bertanya dengan senyum meremehkan.

Bukan nya membalas ucapan Hidan, Erza malah memposisi kan dirinya siap untuk menyerang. Kedua tangan nya memegang pedang yang dia arahkan kedepan, pedang miliknya memantulkan cahaya bulan membuatnya terlihat lebih indah.

"Belum menyerah ya.. " Hidan terkekeh sebelum membuat kuda-kuda, dengan kedua tangan yang memegang sabit Hidan memposisikan sabitnya disamping tubuh. "Kalau begitu... Matilah!"

Dengan itu Hidan melesat, bersamaan dengan itu Erza juga melesat. Aura hitam nampak menyelimuti tubuh Hidan, sabit miliknya juga mengeluarkan aura yang sama dan mata tajamnya mengeluarkan cahaya.

Tak mau kalah, tubuh Erza juga di selimuti aura merah. Dan pedang miliknya mengeluarkan cahaya merah, nampak getaran di pedang tersebut. Mata Erza menajam bersamaan dengan semakin dekatnya jarak mereka, pegangan tangan mengerat sebelum dirinya berteriak.

"Hiiaaa!"

"MATI KAU!"

TRANK!

Sekarang nampak Erza dan Hidan saling membelakangi dengan jarak lima meter, mereka melakukan pose seperti habis menebas. Untuk beberapa saat mereka tidak bergerak dalam posisi seperti itu itu, sebelum...

Krek!

Pedang Erza retak, dan dengan perlahan darah keluar dari sudut bibirnya. Dari samping wajahnya terlihat Hidan berdiri tegak kemudian berbalik menghadap Erza. Darah yang mengalir dari mulut Erza kemudian mengalir ke dagu sebelum akhirnya menetes.

"Ugh! "

Bersamaan dengan itu, sabit bermata tiga milik Hidan terpotong dan tak lama kemudian tubuh sang pemilik jatuh ketanah. Dengan perlahan tanah di bawah tubuh itu tergenang oleh darah merah kehitaman.

Erza hanya menatap kedepan dengan pandangan sendu, untuk sesaat pandangan kabur. Tubuhnya sudah mencapai batas, namun dirinya tidak ingin menyerah. Ketika dia melangkahkan kakinya kedepan, tubuhnya oleng dan jatuh kedepan.

Namun saat dia yakin dirinya akan menghantam tanah, tubuhnya tertahan sesuatu dan kepalanya tersender nyaman. Seketika itu juga hidungnya mencium bau citrus seorang pria, tidak terlalu wangi namun sanggup membuatnya sangat nyaman.

"Kau berhasil." Naruto yang menahan tubuh Erza berbisik lembut, tangan nya yang bebas menyentuh kepala Erza yang bersandar dibahunya. "Kau berhasil mengalahkan nya, Erza."

"Hmn. " Hanya itu yang keluar dari mulut Erza. Tubuhnya tidak bergerak tetap dalam posisi nya sekarang, malahan dia merileksan tubuhnya disana. Posisi ini membuatnya sangat nyaman, dia tidak ingin ini cepat berakhir.

"Kau terus menyebut nama ku. " Tiba-tiba Erza bicara, tubuhnya sedikit dia mundurkan untuk melihat wajah Naruto. "Tapi aku masih belum tau nama mu."

Naruto tersenyum tulus dan lembut sebelum membalas. "Nama ku Naruto, Namikaze Naruto."

"Hmn, Nama yang aneh."

"Hei jangan menghina nama orang sembar_ "

"KURANG AJAR!"

Perkataan Naruto terpotong oleh teriakan seseorang, Naruto menyipitkan matanya untuk menatap kedepan sedangkan Erza membalikan tubuhnya dan melihat kearah yang sama.

"Kau.. " Disana seseorang yang seharusnya mati kini sudah berdiri, Hidan kembali bangkit dengan penampilan berbeda. Kini tubuhnya sudah berwarna hitam dengan corak putih, dan luka di dadanya perlahan menutup meninggalkan berkas darah. Matanya menatap murka kepada dua remaja di depan nya. "Kalian... "

"KALIAN AKAN KU BINASAKAN!" Dengan perlahan darah di dadanya membentuk sebuah simbol, simbol lingkaran dengan segitiga berwarna merah. Bersamaan dengan itu sebuah tongkat berujung runcing dikeluarkan Hidan. "Terimalah hukuman dewa Jashin! "

Jleb!

Mata Naruto dan Erza melebar ketika melihat Hidan menusuk dada nya sendiri dengan senjatanya, dia menusuk tongkat berujung runcing itu tepat di tengah simbol yang berada di dadanya.

Naruto semakin waspada ketika tubuh Hidan mengeluarkan energi hitam dengan intensitas besar, energi itu membungkus tubuh Hidan membentuk sebuah bola yang semakin lama semakin besar.

Tak mau mengambil resiko, Naruto meraup pinggang Erza dan melompat kebelakang. Saat dirinya dan Erza di udara, bola hitam yang membungkus Hidan meledak sehingga membuat gelombang energi yang sangat besar. Karena hal itu tubuh Naruto dan Erza terhempas kebelang, menghancurkan beberapa pohon sebelum akhirnya berhenti ketika punggung Naruto menabrak pohon besar untuk kesekian kalinya.

Erza yang masih sangat terkejut hanya bisa merintih meski lukanya tidak seberapa karena Naruto. Dia melirik kebelakang dan entah mengapa dirinya merasa sedih ketika melihat Naruto memuntuhkan darah dan kesakitan karena melindungi dirinya.

Sedangkan dengan Naruto, pemuda yang masih memeluk pinggang Erza hanya menatap ketempat Hidan yang masih tertutup debu dengan pandangan tajam. Dia dapat merasakan energi yang sangat besar disana, sesuatu yang jarang dia rasakan.

"Grooau! "

Hembusan angin yang kuat datang bersamaan dengan suara yang mengerikan, debu yang awalnya menutupi pandangan kini sirna tanpa sisa. Disan nampak sebuah kawah yang sangat besar dengan sesosok monster di dalamnya.

Monster tersebut memiliki seperti manusia dengan tubuh setengah badan (ukuran nya sama seperti susano'o setengah badan), tubuhnya yang berotot memiliki warna hitam dan putih mirip seperti Hidan. Rambut putih jabrik sepunggung, tiga buah tanduk yang sangat besar, mata merah menyala dan mulut yang di penuhi gigi runcing.

"Grooaa! "

"Itukah dia yang sebenarnya?" Naruto bergumam pelan sambil menatap sosok monster dengan kagum. Namun sesaat kemudian dia menggelengkan kepalanya singkat. 'Bukan, dia bukan pria tadi. Mungkin pria tadi menggunakan sihir pemanggil.'

"Jadi itu Jashin ya." Gumam Naruto lagi. Kemudian matanya melirik Erza, gadis tersebut sepertinya sedang shock. Naruto dapat melihat iris mata Erza yang mengecil dan bergetar.

Sosok monster yang merupakan wajud belum sempurna dari Jashin itu menatap tempat Naruto dengan mata merahnya, sesaat kemudian makhluk yang disembah Hidan tersebut mengayunkan tangan nya. Dan dengan itu energi hitam yang membentuk bulan sabit yang sangat besar melesat dengan cepat.

Kaboom!

Ledakan sangat besar terjadi di tempat Naruto, ketika ledakan tersebut menghilang terlihatlah kawah raksasa dan hutan yang sudah gundul disekitarnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali disana.

Untuk sesaat Jashin menatap tempat tadi namun tak lama kemudian dia menolehkan kepalanya kesamping, dimana disana dia dapat merasakan energi sihir dari musuhnya.

Seratus meter dari sisi kanan Jashin, Naruto berdiri sambil terus memeluk Erza dari belakang. Yang berbeda darinya hanyalah keberadaan seekor kucing yang berada di bahu kanan nya.

Naruto bernafas lega, untung di saat-saat terakhir dia sempat menggunakan kemampuan teleportasi nya yang sangat cepat, lebih cepat di banding dengan teleportasi yang biasa di gunakan para iblis atau makhluk lain nya.

Dengan Erza, dia sangat shock. Tadi kematian sudah berada di depan matanya, dan untuk kesekian kalinya dia diselamatkan oleh pemuda itu. Tubuhnya bergetar hebat, bahkan pedang peninggalan ayahnya yang sejak tadi dia pegang hampir terlepas. Kalau bukan pelukan dari Naruto, mungkin tubuhnya sudah jatuh.

Genggaman tangan nya merenggang, dan akan terlepas andai tak ada tangan lain yang menggenggam tangan nya. Tangan yang lebih besar memegang tangan Erza dengan lembut membuat Erza tidak melepaskan pedangnya. Bukan hanya itu, tangan Erza yang satunya juga di genggam oleh Naruto.

"Erza... " Naruto berbisik lembut, dan dengan itu dia menggerakan kedua tangan nya kedepan. Otomatis kedua tangan Erza juga ikut bergerak, dan akhirnya kedua tangan nya menyatu di depan perutnya. "Jangan khawatir, aku disini."

"Aku akan melindungi mu."

Erza mendengar bisikan Naruto, dan dia juga mendengar bisikan yang sama namun dengan suara yang berbeda. Melihat kebawah, Erza melihat tangan tranparan yang ikut memegang tangan nya. Menulusuri tangan tersebut, Erza melihat sosok sang ayah yang nampak transparan telah berdiri di samping kanan nya.

Matanya mulai berkaca-kaca melihat ayah tersenyum padanya.

"Aku akan selalu bersama mu."

Naruto kembali berbisik, dan Erza kembali mendengar suara yang lain. Tangan yang halus dan putih namun transparan memegang tangan Erza. Kembali menelusuri tangan tersebut, Erza mendapati sang sahabat yang berdiri di samping kirinya. Sang sahabat tersenyum dengan mata terpejam pada Erza, membuat Erza tak mampu lagi membendung air matanya.

"Karna itu, kuatlah." Naruto melanjutkan perkataan nya, bersamaan dengan itu dia mengangkat tangan Erza dengan perlahan. Erza dapat merasakan apa yang Naruto lakukan, dan dia juga merasakan dua sosok disamping kiri dan kanan nya juga melakukan hal yang sama.

"Ikutlah bersama ku... "

Energi kuning mulai keluar dari tubuh Naruto dan menyelimuti dirinya juga Erza. Dengan perlahan tubuh Erza juga mengeluarkan energi, energi tersebut berwarna merah dan kemudian berubah menjadi orange ketika menyatu dengan energi Naruto.

"Dan... "

Pedang milik Erza sudah teracung kedepan menghadap sosok monster yang jauh didepan, dengan perlahan energi orange menyelimuti pedang tersebut dan semakin lama semakin besar.

"Jadilah... "

Jashin kembali melesatkan serangan nya, dengan cepat energi hitam melesat cepat ketempat Naruto. Dalam tenang Naruto melirik kearah Erza, sesaat kemudian ledakan besar terjadi di tempat Naruto.

"... Knight ku."

Erza dan Naruto muncul lima puluh meter diatas Jashin, mereka dalam keadaan terbalik dengan pedang menghadap kebawah. Karena gaya gravitasi, mereka meluncur kebawah dengan sangat cepat. Energi yang membungkus tubuh mereka sejak tadi semakin membesar dan membentuk mata tombak yang sangat besar, meluncur kebawah bagai meteor.

Jashin yang menyadari hidupnya terancam mengeluarkan energi hitam yang sangat besar, energi tersebut terkumpul di kedua tangan nya. Sesaat sebelum serangan Naruto Erza mengenai dirinya, dia menyilangkan tangan untuk menjadi tameng.

Boom!

Serangan itu berhasil tetahan, namun tetap memberikan dampak yang luar biasa. Kawah yang menjadi tempat Jashin menjadi lebih besar dan dalam, dan hutan di sekitarnya lenyap karena gelombang kejut jurus tersebut.

Meski serangan itu tertahan, Jashin masih tetap tertekan. Energi orange yang membentuk mata tombak itu masih berusaha menusuk/membelah dirinya, dan energi tersebut semakin kuat hingga retakan dibawah tubuhnya semakin besar. Namun dengan perlahan, Jashin mampu mengangkat tangan nya.

"Jangan menyerah." Naruto yang berada di dalam energi tersebut berucap pelan, gegenggaman tangan nya pada tangan Erza dia eratkan. "Kita pasti menang."

Genggaman tangan Erza juga semakin erat, dengan perlahan matanya terpejam. Gambaran sang ayah yang sedang menggendong dirinya terlihat, kemudian ingatan ayah yang sedang menggosok kepalanya, lalu saat memangku nya, mengajarinya bermain pedang. Semua kenangan bersama ayahnya terlintas di kepalanya.

Setelah sang ayah, kini kenangan bersama sang sahabat. Saat mereka bermain, saat mereka mandi, saat mereka bahagia, saat mereka sedih, saat mereka tertawa, saat merka menangis. Semua kenangan itu terlintas di kepalanya.

Terakhir dia terbayang Naruto, pemuda yang baru dia kenal. Dia teringat pertemuan pertama mereka, dia teringat pertarungan mereka, dia teringat pandangan Naruto, dia teringat senyuman nya, dia teringat perlakuan Naruto, dan dia teringat ucapan Naruto.

"Aaaaaa!" Erza membuka matanya dengan pandangan tajam yang penuh keyakinan, bersamaan dengan teriakan nya energi nya semakin bertambah dan semakin kuat. Dan dengan itu dia memdorong pedangnya semakin kuat.

Tangan yang awalnya terangkat kini dengan perlahan turun, pedang yang awalnya hanya diatas kulit kini mulai masuk menusuk tangan tersebut. Jashin semakin tertekan, dan pedang yang menusuk lengan nya semakin dalam.

"Grooaa!"

Duaaarr!

Mata tombak yang meluncur bagai meteor kini mencapai tanah dan menciptakan ledakan yang sangat besar. Hal tersebut membuat cerita ini Bersambung..

..

.

.

TBC

.

.

Huh... Akhirnya selesai juga. Bagaimana menurut kalian, serukah.

Ini pertama kalinya saya membuat adegan fight, jadi harap maklumi kalau sedikit kacau. (Walaupun menurut saya itu sudah bagus XD.)

Dari chap ini kalian pasti udah tau posisi Erza. Yap dia adalah Knight sekaligus pair Naruto. Saya harap nggak ada yang protes.

Seperti yang kalian duga, kekuatan Naruto di sini terinspirasi dari salah satu fic favorit saya yaitu Uzukage karya Icha-senpai dan Doni-mes_ salah, maksudnya Doni-senpai. Saya sangat menyukai karya mereka.

Entah kekuatan Naruto itu secred gear atau bukan, itu akan di jelaskan di chap selanjutnya. Nama kekuatan nya masih saya pikirkan, mungkin kalian bisa memberikan saran. Dalam dirinya (kekuatan Naruto) ada lebih dari sepuluh makhluk. Kekuatan mereka dibedakan dari class (seperti game). Dan dichap ini, sang burung Falcon Arthies muncul.

Penggunaan kekuatan Naruto seperti formula sihir. Energi Naruto yang di alirkan akan di olah dan menjadi sebuah jurus/teknik. Banyaknya energi tergantung kuatnya jurus/teknik. Seekor makhluk memiliki satu perwujudan dan beberapa teknik/jurus.

Nama; Arthies

Jenis; Falcon

Class; Unique

Sifat; Arthies bersifat tegas dan bersikap formal dengan Naruto. Dia bisa di ibaratkan sebagai kepala pelayan yang propesional.

Kekuatan;

Perwujudan Arthies di dunia nyata adalah sebuah Kunai berwarna hitam dengan ukiran yang unik. Kekuatan nya terbagi beberapa macam.

(Menusuk/menembus), Lemparan kunai lurus dengan kecepat sangat tinggi, hampir mustahil menghindar. Naruto membutuhkan waktu tiga detik untuk mengumpulkan energi sebelum dia menggunakan jurus ini. Tubuh musuh yang terkena akan tertembus oleh serangan ini.

(Menerkam/menancap), Kunai akan menusuk dan menancap di tubuh target. Setelah menancap kunai tersebut tidak akan bisa di cabut, seakan-akan telah menyatu pada tubuh. Naruto tidak memerlukan waktu untuk mengaktifkan jurus ini.

(Terbang/memotong), kunai akan mengeluarkan sayap yang terbuat dari energi. Sayap tersebut sangat tajam hingga mampu memotong apapun yang dilalui nya, sayap tersebut juga berguna untuk membelokan arah kunai saat di udara. Naruto membutuhkan waktu tiga detik untuk pengumpulan energi sebelum melakukan jurus ini.

(Sword mode), Kunai mengeluarkan energi berbentuk pedang dengan panjang 90 cm.

Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan, see you next time.