Alive

Chanbaek/Baekyeol – Romance, Friendship

The caracters belongs to themselves, and the plot is mine

Warning; Male x Male, OOC

Inspired by 'In A World Like This; Backstreetboys'

.

.

.

Hujan mengguyur Seoul dan menciptakan decakan kecewa para manusia yang hendak pulang bekerja. Jalanan berubah menjadi ramai, ratusan payung telah terbuka di luar sana, dan semua orang tergesa-gesa agar segera sampai tujuan juga terbebas dari rintik ciptaan Tuhan. Lalu lalang dan cipratan air serta basah pada jaket mereka abaikan, guruh yang sering terdengar seolah menjadi latar lagu yang tidak diperhatikan. Kelabu disore hari membuat kota tidak ceria seperti biasa, lelah yang mereka rasa membuat senja sungguh menyebalkan; terlebih cuaca yang tidak bersahabat.

Namun lain halnya dengan Chanyeol. Ia masih betah berlama-lama duduk di dalam sebuah kedai kopi. Mejanya berada di sudut ruang namun ia dapat melihat dengan jelas bagaimana suasana di depan sana. Suara rintik air yang jatuh menyentuh bumi masih dapat ia dengar dan tanpa sadar sebuah senyum tipis sudah terukir pada wajah Chanyeol.

Karena pada hakikatnya, ia sangat menyukai saat hujan turun.

Pada satu waktu yang Chanyeol sendiri sudah tidak ingat; yang Chanyeol tahu jelas jika deras hujan membuat sekujur tubuhnya basah; gemuruh yang tiada henti juga cipratan air karena mobil-mobil melaju cepat dengan egois, pemuda itu berjalan gontai karena patah hati yang baru ia alami. Katakanlah jika sewaktu itu adalah masa dimana ia menjadi orang yang tidak stabil; cinta monyet tapi sungguh menyakitkan. Chanyeol bersumpah jika ia tidak sudi mengingat tapi rasanya saat itu ia ingin segera mati.

Tapi, saat ia tidak perduli dengan sekitar dan menyebrang jalan sesuka hati; lengan Chanyeol ditarik dan membuatnya berhadapan dengan seorang pendek berjaket kuning. Chanyeol ingat jelas bagaimana raut kesal si pendek yang tidak ia kenal itu. "Kau mau mati, hah?"

Hal tersebut adalah alasan mengapa Chanyeol sangat menyukai hujan; kondisi yang mengantarkannya pada orang yang ia cinta hingga sekarang.

Si jaket kuning bernama Byun Baekhyun, pendek yang seperti anak SMP tapi ceriwis seperti ibu-ibu. Ia suka memaki, tidak memakan timun dan sangat malas dalam berbenah; namun di lain sisi ia memiliki kebaikan hati untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Selain itu Baekhyun menyukai anjing, berparas menawan dan bersuara indah; tanpa disadari Chanyeol sudah jatuh kepadanya.

Satu hal yang Chanyeol syukuri hingga saat ini adalah; perasaannya kepada seorang Byun Baekhyun.

Meski terlihat lemah, Baekhyun adalah satu-satunya orang yang berada di sisi Chanyeol ketika semua orang meninggalkannya. Meski kerap merajuk, Baekhyun adalah pihak yang juga sering mengalah dalam perselisihan mereka. Bahkan saat dunia mengintimidasi mereka perihal cinta mereka; ketika Chanyeol sendiri hampir goyah dengan pendiriannya; Baekhyunlah yang tetap berdiri di sana dan menunggu Chanyeol untuk datang kembali.

Karena Baekhyunpun tidak lain dengan Chanyeol; perasaan mutual yang ia yakini bahwa Chanyeol-lah penantian terakhirnya.

Mereka memulai dari kata minus, menjadi anak durhaka karena lebih memilih 'cinta' ketimbang keluarga. Makan sepiring berdua karena minim biaya. Mati-matian bekerja sambilan hingga Baekhyun yang putus kuliah.

Tidak mudah, memang.

Ada kalanya Chanyeol lelah dengan keadaan. Tuntutan untuk segera menyelesaikan studi juga intimidasi dari beberapa pihak membuat dia menjadi seperti kerupuk. Homoseksual adalah sampah, begitu orang-orang bilang. Ia tidak memiliki kerabat, sahabatpun menghilang seperti debu yang tertiup angin. Buah bibir meluas sangat cepat, bahkan perlahan Chanyeol dan Baekhyun kehilangan pekerjaan mereka.

Dan pada saat itu, Chanyeol jadi ingin berhenti.

Kemudian ia menengok barang sebentar—

Detik itu juga Chanyeol mencelos.

Baekhyun di sana, tersenyum lembut dan tak ada amarah pada rautnya. Ia tidak menahan, ia belajar arti melepas, merelakan sesuatu yang jelas ia inginkan. Baekhyun tidak banyak berkata; jikalau Chanyeol memang ingin pergi maka ia akan membiarkan seperti yang Chanyeol kehendakan. Baekhyun hanya ingin Chanyeol bahagia. Sederhana namun menyakitkan.

Saat itu Chanyeol sadar; palsu yang Baekhyun tunjukkan membuat gemuruh hebat dalam dadanya. Air mata yang Baekhyun sembunyikan telak menyadarkan Chanyeol seberapa brengseknya dia. Bermula dari komitmen, mereka memulai dan tanpa permisi Chanyeol ingin berhenti dipertengahan. Ia bahkan membutakan mata bahwa Baekhyunpun berkorban banyak di sana.

Chanyeol sangat bodoh, maka ia berbalik untuk kembali meraih janji mereka seperti sedia kala. Menggapai jemari Baekhyun yang nyatanya sangat ia cinta; menebalkan muka dan memohon beribu maaf kepada sang pujaan. Chanyeol begitu merasa bersyukur karena ia tersadar sebelum terlambat.

Tanpa Chanyeol sadari rintik hujan yang tak kunjung berhenti membawa Chanyeol pada kilas balik kisah yang lama. Beberapa goresan pada buku cerita hidupnya yang sungguh berwarna— dan pasti Baekhyun ada di dalamnya. Chanyeol tersenyum kembali, terlebih saat pandangannya tidak sengaja menangkap dua lelaki duapuluhan tengah tertawa dengan penuh cinta.

Mengingatkan akan dirinya dan Baekhyun sewaktu masih muda.

"Jangan terlalu lebar, ingat kalau gigi depanmu sudah tanggal."

Suara tersebut menginterupsi. Chanyeol menoleh dan tersenyum semakin lebar, mendapati pria bersweater cokelat dan sebuah tongkat pada genggamannya. Surainya sudah memutih, kerutan wajah jelas dapat Chanyeol temukan di sana. Namun senyum itu masih sama; yang paling mempesona dan tidak termakan usia.

Enam-puluh nyatanya tidak merubah Baekhyun sama sekali. Ia tetap jahil kepada sang kekasih; tetap gemar memaki; dan tetap berada di sisi Chanyeol.

Apapun yang terjadi. Bersama dengan kedai kopi 'Alive' yang mereka rintis bersama; saksi bisu akan cinta mereka berdua.

.

.

.

FIN

.

.

a/n :

hai, terimakasih sudah baca. Rencana Chanbaek's ini bakal jadi kumpulan songfic drabble/ficlet chanbaek. Saran dan masukan sangat diterima :333333