THE POOR MAN WHO MADE ME FALL IN LOVE

Special Chap ~

Author saranin bacanya abis buka puasa aja ya hehehe.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Jam telah menunjukan pukul 22.30 malam, Jeju sedang diguyur hujan malam ini. Kediaman keluarga Park tampak begitu sunyi dan sepi, hanya terlihat seorang pria tinggi berperawakan tegap yang tengah duduk di kursi ruang tamu dengan seorang wanita cantik yang tengah mencuci kakinya di dalam sebuah baskom berisi air hangat.

Pria itu tersenyum. "Terimakasih Haru-ya.. "

Wanita cantik itu mendongak dan ikut tersenyum kemudian. "Sama-sama."

Ia basuh kedua kaki pria yang telah berstatus sebagai suaminya itu dan mengusapnya dengan handuk kecil. Setelahnya ia simpan baskom berisi air hangat itu ke dapur dan tak lama setelahnya ia kembali duduk tepat disamping suaminya.

Wanita cantik berusia 35 tahun itu membuka sebuah novel yang belakangan ini selalu ia baca secara berulang-ulang, semakin sering ia membaca novel itu maka semakin sering pula airmatanya menetes karena haru.

"Kenapa kau menangis?" tanya sang suami dengan intonasi yang begitu lembut.

Wanita itu meyeka airmatanya pelan. "Aku selalu merasa tersentuh setiap kali membaca novel ini, ibumu berusaha menyampaikan perasaannya melalui sebuah karya tulis dengan sangat nyata, hanya dengan membaca paragraf awalnya saja aku sudah bisa mengetahui jika ibumu memang sangat mencintai appa."

Pria tinggi itu tersenyum, kemudian ia genggam tangan istrinya dengan lembut. "Aku tahu, eomma sangat mencintai appa dan appa sangat mencintai eomma. Selamanya akan tetap seperti itu meskipun maut telah memisahkan mereka berdua."

Dia adalah Park Jiwon beserta sang istri Park Haru, putra bungsu dari pasangan Park Chanyeol dan Byun Baekhyun itu kini memutuskan untuk tinggal kembali bersama sang ibu di rumah besar yang telah ayahnya bangun untuk keluarga kecilnya.

Setelah Chanyeol meninggal semenjak 4 tahun silam Jiwon beserta istri dan kedua anaknya memang sepakat pindah dan menetap di Jeju untuk menemani sang ibu agar tidak merasa kesepian.

Ketiga saudaranya tidak bisa ikut pindah ke Jeju karena urusan pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggal. Namun hal itu berbeda dengan Jiwon, ia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang pilot maskapai penerbangan ternama di Amerika dan lebih memilih mengurus bisnis yang telah ditinggalkan sang ayah agar bisa menemani Baekhyun yang tinggal sendirian di Jeju.

Kini putra bungsu yang dulu sangat polos dan menggemaskan itu telah bertransformasi menjadi seorang pria dewasa berusia 38 tahun. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap serta wajahnya yang sangat tampan membuatnya terlihat begitu mirip dengan mendiang ayahnya.

Tak jarang Baekhyun memeluk putra bungsunya itu sambil menangis tersedu-sedu karena teringat akan sosok suaminya. Jiwon benar-benar mirip dengan Chanyeol, siapapun yang melihat Jiwon pasti akan mengira jika Chanyeol telah hidup kembali.

"Aku ingin seperti ibumu yang begitu berbakti kepada suaminya. Aku ingin kehidupan rumah tangga kita seperti kedua orangtuamu, saling mencintai satu sama lain hingga hanya maut lah yang bisa memisahkan."

Jiwon tersenyum mendengar penuturan istrinya, ia alihkan atensinya kearah pintu kamar sang ibu yang selalu tertutup rapat jika malam telah tiba.

Ketika siang hari Baekhyun akan bertindak seolah tidak pernah terjadi apa-apa, ia beraktivitas seperti biasa dan bahkan sering bercanda dengan cucu-cucunya.

Tapi ketika malam menjemput, Baekhyun akan mengurung dirinya sendiri di dalam kamar hingga pagi menjelang.

Kebiasaan itu telah Baekhyun lakukan semenjak 4 tahun silam, keempat anak-anak Baekhyun sangat mengkhawatirkan ibunya itu tak terkecuali Jiwon. Jiwon khawatir terjadi sesuatu pada ibunya apalagi Baekhyun sudah sering sakit-sakitan selama beberapa tahun terakhir.

Berbagai macam cara sudah Jiwon lakukan agar ibunya itu mau keluar dari dalam kamar namun hasilnya selalu nihil, Jiwon tidak tau apa yang dilakukan ibunya di dalam sana, ia hanya bisa berharap jika ibunya baik-baik saja dan tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

.

.

.

Haru menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami, Jiwon balas memeluk istrinya itu sambil mengecup kening sang istri dengan lembut.

"Oppa, menurutmu ayahmu itu sosok yang seperti apa? Aku tidak terlalu mengenal ayahmu, yang aku tau beliau adalah sosok yang sangat baik."

Jiwon tersenyum. "Appa adalah sosok yang sangat hebat, dia adalah panutanku. Hal yang paling membuatku kagum adalah dia selalu berusaha membahagiakan ibuku meskipun pada awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun pada eomma."

"Tanggung jawabnya, kegigihannya, kerja kerasnya. Aku ingin sekali menjadi seperti appa, dia adalah sosok pria terhebat yang pernah aku temui."

"Bagaimana orangtuamu bisa saling mencintai? Bukankah pada awalnya mereka menikah karena dijodohkan?"

"Cinta bisa datang karena terbiasa, mereka terbiasa dengan kehadiran satu sama lain hingga tanpa sadar mereka saling membutuhkan, perasaan itu kemudian berubah menjadi cinta, cinta yang begitu kekal dan abadi. Kau bisa lihat rumah ini? Rumah mewah yang dibangun oleh ayahku ini adalah salah satu bukti betapa besar dan tulusnya rasa cinta appa terhadap eomma."

Haru tersenyum, ia kembali mengambil novel buatan ibu mertuanya dan membuka halaman kesekian dimana Baekhyun menceritakan tentang white house yang Chanyeol hadiahkan untuk dirinya dan juga anak-anak.

FLASHBACK..

"Sekarang buka matamu.. "

Baekhyun membuka matanya pelan, ia mengerjapkan matanya sesekali karena terlalu silau dengan cahaya sinar matahari yang begitu terang.

Hal pertama yang Baekhyun lihat adalah sosok tampan suaminya yang tengah tersenyum menatap dirinya.

Baekhyun mengalihkan atensinya pada sebuah rumah mewah yang dominan berwarna putih tepat dihadapannya, ia kembali menatap suaminya dengan alis yang bertaut bingung.

"Kau suka? Kita akan tinggal disini mulai sekarang."

Baekhyun membulatkan matanya terkejut. Ia kembali menatap rumah mewah itu dengan ekspresi terkejut yang sangat kentara. Chanyeol terkekeh, ia genggam tangan sang istti dan mengajaknya masuk kedalam rumah.

Baekhyun semakin dibuat takjub setelah diajak masuk kedalam rumah. Rumah berlantai dua ini sangat luas dan nyaman lengkap dengan perabotan rumah yang sudah tersusun rapi.

"Aku sengaja membangun rumah ini untukmu dan juga anak-anak, salah satu impian terbesar ku adalah memberikan hunian yang layak untuk kalian. Dan Hari ini, impian itu akhirnya terwujud, aku harap kau menyukainya Baek."

Baekhyun menatap sekeliling ruangan megah itu dengan mata yang berkaca-kaca. Ia sungguh terharu atas perjuangan Chanyeol selama ini untuknya dan juga untuk anak-anak.

"Sekarang ayo kita lihat kamar kita berdua Baek." Chanyeol menarik tangan istrinya untuk melihat kamar utama dirumah ini.

CKLEK

"Ini adalah kamar utama dirumah ini, kita akan tidur disini nanti, kau suka?"

Baekhyun terdiam, ia tidak menggubris pertanyaan Chanyeol, ia lebih memilih untuk melihat kamar yang dominan berwarna putih ini dengan pandangan kabur karena airmata. Ada sebuah ranjang berukuran king size ditengah, dua buah lemari besar, satu televisi LED, AC, meja rias untuk Baekhyun dan sebuah kamar mandi lengkap dengan peralatannya.

Pria cantik itu tak mampu untuk menahan airmatanya lebih lama lagi, ia menangis, ia menangis sambil menahan isakannya.

Chanyeol terdiam, ia angkat wajah cantik sang istri dan mengusap airmatanya pelan. "Kenapa kau menangis? Kau tidak suka dengan rumah ini?"

Baekhyun menggeleng. "Aku hanya merasa terharu dengan semua ini, dulu kita bahkan tinggal menumpang dirumah eomma yang sangat kecil. Tapi sekarang kau mampu membangun rumah yang bahkan jauh lebih megah dari rumah aboeji, aku sangat terharu Chanyeol hiks, aku bangga padamu."

Chanyeol tersenyum, ia peluk tubuh mungil istrinya itu dengan mesra. "Aku bisa seperti ini karena kau juga, dibalik kesuksesan seorang suami, ada seorang istri yang selalu setia mendampingi. Aku tau kau tidak pernah berhenti mendo'akan ku dari jauh."

Baekhyun semakin merapatkan pelukannya, ia terus menangis dan menangis hingga kemeja suaminya basah terkena airmata.

Chanyeol melepas pelukan itu, ia sentuh pundak sang istri dan menatapnya dengan lembut. "Terimakasih karena telah setia menungguku selama 7 tahun ini, terimakasih karena kau telah menjaga hatimu untukku. Aku sangat mencintaimu Baekhyun ah, kau adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untukku. Sekarang dan selamanya, aku akan selalu mencintaimu istriku."

CUP

Chanyeol mencium tangan kanan Baekhyun dengan sangat lembut sambil memejamkan matanya. Baekhyun semakin menangis dibuatnya, ia bisa merasakan Chanyeol berusaha menyalurkan seluruh perasaannya melalui ciuman itu.

Chanyeol mendongak, ia usap wajah sang istri kemudian. "Kau mau kan tinggal disini bersamaku dan juga anak-anak kita? Kita bisa membuka lembaran kehidupan baru disini. Hanya kau, aku dan si buah hati. Kau mau?"

Baekhyun mengangguk, ia mengangguk dengan airmata kebahagiaan yang terus mengalir deras. Chanyeol tersenyum melihatnya, ia lantas mencium bibir ranum sang istri dan melumatnya dengan penuh perasaan kasih.

Baekhyun melingkarkan tangannya dibelakang kepala sang suami, mereka saling merapatkan tubuh masing-masing dan terus memperdalam ciuman mereka. Keduanya saling menutup mata erat, tidak ada nafsu kali ini, hanya sebuah perasaan penuh kasih yang berusaha mereka sampaikan untuk satu sama lain.

.

.

.

Haru menangis, airmatanya kembali jatuh ketika ia membaca tulisan dari novel yang Baekhyun tulis berdasarkan kejadian nyata yang ia alami. Baekhyun benar-benar menceritakannya dengan detail hingga membuat siapapun yang membacanya ikut tersentuh dan meneteskan airmata.

Haru menatap sekeliling rumah mewah yang dihadiahkan Chanyeol untuk keluarga kecilnya ini dengan mata yang berkaca-kaca, sudah puluhan tahun dan rumah ini sudah mengalami renovasi selama beberapa kali.

Haru merasa begitu bersyukur karena ia bisa tinggal dirumah yang menjadi saksi bisu besarnya perasaan cinta seorang Park Chanyeol untuk istri dan anak-anaknya.

Baekhyun benar-benar beruntung karena ia memiliki suami sehebat dan seluar biasa Chanyeol.

Jiwon mengusap airmata istrinya itu. "Kau selalu menangis setiap kali membaca novel buatan ibuku."

Haru terkekeh. "Kau punya orangtua yang sangat luar biasa oppa, mereka benar-benar membuatku kagum sekaligus iri."

"Siapapun yang membaca novel ini pasti akan merasa iri dengan kehidupan rumah tangga kedua orangtuaku, setiap wanita pasti menginginkan sosok lelaki seperti ayahku dan setiap laki-laki pasti mendambakan sosok seorang istri seperti ibuku."

Haru mengangguk, ia kembali membuka beberapa halaman dari novel karya ibu mertuanya itu. Ia terdiam selama beberapa menit sambil terus fokus membaca.

"Malam itu adalah malam terberat untukku, aku harus berjuang antara hidup dan mati ketika berusaha melahirkan putra bungsu kami kedunia." Haru membaca sedikit tulisan dihalaman tersebut sambil melirik kearah suaminya.

Jiwon tersenyum tipis. "Itu adalah malam dimana kami semua hampir kehilangan eomma, aku adalah anak terakhir yang dilahirkan oleh eomma. Setelah kelahiran Lami noona sebenarnya orangtuaku tidak berniat untuk menambah momongan lagi. Tapi karena eomma lupa untuk memgkonsumsi pil KB dan appa yang tidak pernah menggunakan pengaman ketika menggauli istrinya, alhasil eomma kembali dinyatakan hamil oleh dokter."

Haru terdiam mendengarkan cerita suaminya itu dengan seksama.

"Sebenarnya dokter menganjurkan ibuku untuk menggugurkan kandungannya karena terdapat kelainan pada kandungan ibuku. Tapi anjuran itu ditolak mentah-mentah oleh eomma, eomma bersikeras mempertahanku meskipun resikonya cukup tinggi."

"Hampir setiap malam selama 9 bulan penuh ibuku merasakan sakit di bagian bawah perutnya, ia kesulitan tidur dan bahkan sulit untuk makan, tapi ibuku tetap bersikukuh untuk mempertahankan kandungannya sampai aku lahir kedunia."

"Ketika kandungan ibuku menginjak angka 9 bulan, ia merasakan sakit yang sangat luar biasa di bagian bawah perutnya, ayahku dengan sigap langsung membawa eomma kerumah sakit dan disana dokter berkata jika eomma akan segera melahirkan. Dokter segera melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dari dalam perut ibuku, tapi operasi yang seharusnya berlangsung selama belasan menit saja berubah menjadi berjam-jam lamanya karena tubuhku terperangkap di dalam sebuah plasenta beracun yang menempel di dinding rahim ibuku, sangat sulit untuk mengeluarkanku dari sana dan ibuku juga harus tetap dalam keadaan sadar dan tanpa bius sama sekali agar aku tidak mati keracunan plasenta, kau bisa mebayangkan sendiri bagaimana tersiksanya ibuku waktu itu."

Flashback..

Suasana tegang nan penuh kepanikan itu terasa begitu nyata diruangan operasi nomor 72A di salah satu rumah sakit terbesar yang ada di Jeju. Beberapa dokter yang menangani proses persalinan itu tampak begitu kesulitan mengeluarkan si jabang bayi yang terperangkap di dalam rahim ibunya.

Chanyeol terus menangis, ia genggam erat tangan sang istri sambil terus menciuminya pelan. Airmatanya tak bisa berhenti menetes ketika melihat ekspresi kesakitan yang sangat kentara di wajah Baekhyun, sungguh Chanyeol ingin sekali menggantikan posisi Baekhyun saat ini.

"Chanyeolhh.. S-sakithh.. Haahh.. " ucap Baekhyun terbata-bata dengan suara yang amat sangat lemah.

Sudah 3 jam lebih Baekhyun terus seperti ini, Baekhyun terus terjaga tanpa obat bius sama sekali, ia bahkan harus merasakan sakit yang teramat sangat ketika perutnya dibelah oleh dokter.

"Tahan sebentar sayang, sebentar lagi anak kita akan keluar, aku tau kau ibu yang hebat, aku mohon bertahanlah sebentar lagi."

Baekhyun menangis, ia benar-benar sudah tidak tahan lagi. "A-aku.. S-sudah.. T-tidak kuathh lagihh Chanyeolhh.. "

"Jangan bicara seperti itu sayang, kau harus kuat demi anak kita."

"Plasentanya sudah berhasil kami buang, kami akan mencoba menarik bayinya keluar secara perlahan." ucap salah seorang dokter yang terlihat begitu kelelahan.

Chanyeol mengangguk cepat. "N-ne lakukan apapun, lakukan apapun agar anak dan istriku selamat."

Dokter itu mengangguk, ia dan dokter lainnya dengan segera mencoba mengangkat tubuh bayi kecil itu yang menempel di dinding rahim Baekhyun.

"AAAAHHH." Baekhyun berteriak kesakitan ketika dokter berusaha mengeluarkan anaknya.

Chanyeol dengan cepat memeluk istrinya itu dengan erat.

"Chanyeol ini sakit sekali hiks, a-aku benar-benar sudah tidak kuat lagi."

"Sebentar lagi sayang, aku mohon bertahanlah sebentar lagi. Tarik nafasmu dalam-dalam dan keluarkan pelan-pelan, kau harus tenang agar bayi kita bisa segera keluar."

Baekhyun berusaha, ia berusaha untuk tetap tenang tapi nyatanya ia tidak mampu. Perutnya terbelah dibawah sana dan dokter sedang berusaha dengan keras mengeluarkan bayinya yang menempel di dinding rahimnya. Kau tidak akan pernah bisa membayangkan sesakit apa Baekhyun sekarang.

"AAAAHHHH!" Baekhyun berteriak lagi, tanpa sadar ia menjambak rambut Chanyeol hingga suaminya itu meringis kesakitan, tapi apa yang dialami Chanyeol masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan rasa sakit yang dialami Baekhyun.

"AAAAHHH!"

"OWE.. OWE.. OWE.. "

Cengkraman tangan Baekhyun pada rambut Chanyeol melemah dan lepas seketika. Suara tangisan bayi yang begitu nyaring seolah menjadi pertanda berakhirnya penderitaan Baekhyun.

Dokter mengangkat bayi mungil yang sangat kecil itu dengan pelan, tubuh kecilnya masih berwarna merah dan penuh oleh lumuran darah.

"Selamat tuan, anak anda laki-laki."

Chanyeol berdiri, ia menerima bayi mungil itu dengan tangan yang bergetar. Airmatanya kembali tumpah ketika melihat sosok mungil terus menangis nyaring.

Chanyeol beralih menatap Baekhyun yang sudah kehilangan kesadarannya dengan wajah yang luar biasa pucat.

"Apa yang terjadi dengan istriku dok? Dia baik-baik saja kan?"

"Istri anda mengalami pendarahan yang sangat hebat, bisa dibilang kondisinya sangat kritis saat ini. Kami akan segera menjahit perut tuan Baekhyun agar pendarahannya segera berhenti."

"Kalau begitu cepat lakukan dok, lakukan apapun agar istriku selamat."

Dokter itu mengangguk. "Baik, akan segera kami lakukan."

.

.

.

"Eomma menceritakan semuanya padaku, dari situ aku tau bahwa perjuangan seorang ibu sangatlah tidak mudah. Eomma harus bertarung nyawa hanya demi melahirkanku ke dunia. Jika mengingat kejadian itu saja rasanya aku ingin menangis, aku lahir dengan bobot tubuh dibawah rata-rata, karena itu aku harus disimpan di dalam inkubator selama beberapa bulan, dokter bahkan berkata jika aku tidak mungkin bertahan lebih dari satu minggu. Tapi faktanya apa yang diucapkan dokter itu salah, aku tumbuh menjadi anak yang sehat dan berhasil bertahan hidup hingga sekarang."

"Lalu bagaimana dengan eomma? Bukankah ia mengalami pendarahan hebat?"

"Eomma harus dirawat selama beberapa minggu karena ia kehilangan banyak darah, tapi setelah itu kondisinya kembali membaik sampai ia diperbolehkan pulang. Hal yang paling membuatku terkesan adalah ketika eomma bercerita tentang appa yang begitu telaten merawat eomma dirumah sakit sekaligus mengurus kakak-kakak ku dirumah, belum lagi appa juga harus bekerja. Jarang sekali bukan ada lelaki yang sanggup melakukan semua itu sendirian?"

Haru mengangguk setuju, rasa kagumnya terhadap kedua mertuanya semakin membuncah saja terutama kepada sang ayah mertua.

Haru kembali membuka beberapa halaman berikutnya dan membacanya kemudian.

"Memiliki anak artinya kau harus siap menjadi orangtua, sama seperti apa yang diucapkan oleh Chanyeol, menjadi ayah dan ibu itu mudah, tapi menjadi orangtua bukanlah perkara yang mudah."

Haru kembali melirik suaminya. "Aku penasaran bagaimana cara ayah dan ibumu mendidik anak-anaknya, jika melihatmu dan juga saudara-saudaramu, aku pikir mereka telah menjadi orangtua yang sukses."

Jiwon tersenyum. "Eomma dan appa punya cara yang berbeda dalam mendidik anak-anaknya, eomma cenderung lebih lembut dan menuruti apapun keinginan anak-anaknya sedangkan appa cenderung lebih keras dan tegas. Dulu kami semua sangat takut pada appa, tapi kami juga sangat mengerti jika appa melakukan itu karena ia sangat mencintai kami."

.

.

.

"Tara.. Lihat, eomma punya banyak sekali hadiah untuk kalian."

Baekhyun berjalan pelan menghampiri keempat anak-anak nya yang tengah sibuk bermain diruang tengah. Taehyung, Jinyoung, Lami dan Jiwon langsung berlari girang menghampiri sosok yang telah melahirkan mereka kedunia.

"Ini untuk Taehyung, ini untuk Jinyoung, ini untuk Lami, dan ini untuk Jiwon."

Baekhyun menyerahkan 4 buah kotak kado untuk anak-anaknya, keempat anak-anak Baekhyun tampak begitu senang dan langsung mengambil hadiah mereka masing-masing.

"Terimakasih banyak eomma." ucap mereka secara serempak.

Baekhyun tersenyum manis mendengarnya. "Sama-sama sayang, ayo cepat buka kadonya, eomma yakin kalian pasti akan suka."

"Ne."

Taehyung bergerak cepat membuka bungkusan kado berwarna silver yang diberikan Baekhyun untuknya, setelahnya ia agak sedikit mengernyit bingung ketika hanya mendapati sebuah kunci motor.

"Motor sport mewah berwarna hitam metalic kesukaan mu sudah terparkir di luar, kau bisa langsung mengendarainya jika kau mau."

Taehyung membulatkan matanya terkejut. "J-jinja?"

Baekhyun mengangguk. "Tentu, kau bisa melihatnya sendiri."

Taehyung tersenyum dengan sangat lebar, ia memang sangat menginginkan sebuah motor sport karena teman-temannya disekolah sudah mempunyai motor sport semua.

Taehyung langsung memeluk ibunya itu dengan erat. "Terimakasih banyak eomma, aku sangat mencintaimu."

Baekhyun tertawa mendengarnya. "Sama-sama sayang, eomma juga sangat mencintaimu."

Jinyoung, Lami dan Jiwon tersenyum senang melihat sang kakak yang begitu bahagia memeluk ibunya, mereka juga dengan segera membuka kado pemberian Baekhyun.

Jinyoung mendapat sebuah video game baru, Lami mendapat ponsel keluaran terbaru dan Jiwon mendapatkan tab yang sudah terinstal dengan puluhan game yang sangat menarik.

Baekhyun melepas pelukannya pada Taehyung.

"Eomma sengaja membelikan Jinyoungie video game karena kau terlalu sering menghabiskan waktumu untuk belajar, sesekali luangkan waktumu untuk bermain video game agar otakmu itu tidak merasa lelah. Hidup tidak hanya tentang belajar dan belajar saja, tapi kau juga butuh refreshing sayangku."

Jinyoung mengangguk sambil tersenyum lembut. "Ne, terimakasih banyak eomma."

"Dan untuk putri kecilku, eomma sengaja memberikanmu ponsel karena eomma tau kau sangat menginginkannya."

Lami tersenyum senang. "Terimakasih banyak eomma, eomma memang yang terbaik."

"Dan untuk Jiwonie, kau bisa bermain game sepuasnya mulai sekarang."

Jiwon ikut tersenyum, ia langsung memeluk dan menciumi wajah ibunya. "Telimakacih eomma, Jiwonie cayang eomma."

Jinyoung, Taehyung dan Lami pun ikut memeluk ibu mereka sambil tersenyum senang, Baekhyun balas memeluk keempat anaknya itu dan mengecupi kening mereka satu persatu. Baekhyun benar-benar bahagia karena bisa memenuhi keinginan anak-anaknya, apapun akan ia lakukan agar keempat buah hatinya ini bahagia.

"Ekheem.. "

Baekhyun nampaknya agak sedikit terkejut, ia langsung menoleh kebelakang ketika mendengar suara suaminya.

"Chanyeol kau sudah pulang?"

Chanyeol berdiri dengan setelan jas dan kemeja kantor sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Melihat ayahnya sudah pulang, keempat anak-anak itu pun langsung berlari memeluk ayah mereka sambil menunjukan hadiah yang diberikan oleh Baekhyun.

"Appa, lihat ini, eomma membelikanku motor sport baru." ucap Taehyung yang terlihat begitu antusias sambil menunjukan kunci motornya pada Chanyeol.

"Eomma juga membelikanku sebuah video game."

"Eomma membelikanku sebuah ponsel yang sangat cantik, bukankah ini sangat bagus appa?"

"Eomma membelikan cebuah tab yang banyak pelmainannya, Jiwonie cenang cekali appa."

Ucap ketiga anaknya yang lain dengan tak kalah semangatnya juga, Chanyeol terdiam, ia melirik Baekhyun sekilas dan menghela nafas kemudian.

"Berikan semua itu pada appa."

Keempat anak-anak Chanyeol tampak terdiam bingung mendengar penuturan Chanyeol.

"Appa ingin meminjam hadiah kami?" tanya Lami dengan begitu polosnya.

Chanyeol tidak menjawab, ia hanya menjulurkan kedua tangannya. Taehyung, Jinyoung, Lami dan Jiwon langsung memberikan hadiah pemberian ibu mereka tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.

Chanyeol mengambil hadiah-hadiah itu dan menatap keempat anak-anaknya secara bergantian.

"Appa akan menyita semua barang-barang ini, akan appa pastikan kalian tidak akan pernah bisa melihatnya lagi."

Mereka semua tampak membulatkan mata terkejut tak terkecuali Baekhyun, pria cantik itu langsung berdiri dan menatap suaminya seolah hendak protes.

"T-tapi kenapa appa? Apa salah kami?" ucap Taehyung yang tampak begitu shock.

"Belum saatnya kalian memiliki ini semua, appa tidak akan membiarkan kalian dewasa sebelum waktunya. Lebih baik kalian fokus belajar dari pada sibuk dengan benda-benda seperti ini."

"Chanyeol kenapa kau melakukan ini? Ini sudah sang-"

"Masuk kedalam kamar Park Baekhyun, kita harus bicara."

"Tapi Chanyeol-"

"Sekarang Park Baekhyun!" Chanyeol berucap tegas seolah menolak untuk dibantah.

Baekhyun langsung bungkam, alhasil ia hanya bisa menuruti perintah suaminya itu, sekilas ia menatap keempat putranya yang tampak tertunduk lesu, Lami dan Jiwon bahkan sudah terisak karenanya.

"Masuk kedalam kamar masing-masing, diam disana sampai appa memanggil kalian untuk makan malam."

Keempat anak-anak itu saling bertatapan dalam diam sebelum akhirnya mereka mengangguk pasrah.

"Baik appa."

Mereka langsung masuk kedalam kamar masing-masing. Chanyeol pun berbalik, ia segera menyusul Baekhyun yang berjalan di depannya.

CKLEK

Baekhyun masuk kedalam kamar diikuti Chanyeol yang berjalan dibelakangnya, Baekhyun tampak menghela nafasnya panjang, ia berbalik dan menatap suaminya dengan tatapan kesal.

"Chanyeol apa yang kau lakukan? Apa kau tau berapa banyak uang yang aku habiskan untuk membeli semua itu? Anak-anak terlihat sangat senang tadi, tapi kau malah menhancurkannya hanya dalam sekejap mata."

Chanyeol menyimpan barang-barang itu diatas meja nakas, ia lepaskan jasnya asal kemudian ia longgarkan dasinya pelan.

"Aku melakukannya karena aku menyayangi anak-anak kita."

"Mwo?"

"Apa yang kau pikirkan dengan memberikan anak berusia 15 tahun sebuah motor sport? Dia bahkan belum memiliki sim."

"Tapi teman-temannya yang lain sudah mempunyai motor sport masing-masing Chanyeol ah, apa kau tidak merasa kasihan jika Taehyung harus diantar supir setiap hari? Ia pasti akan menjadi bahan ejekan teman-temannya yang lain."

"Lalu bagaimana jika anakmu ditangkap polisi karena berkendara di bawah umur? Anak seusia Taehyung semangatnya masih terlalu menggebu-gebu, bagaimana jika ia kecelakaan karena berkendara dengan ugal-ugalan? Apa kau mau bertanggung jawab?"

"Kau terlalu berlebihan Chanyeol ah."

"Aku tidak berlebihan, tapi hukum di negara kita memang melarang anak dibawah umur 18 tahun untuk mengendarai kendaraan sendiri. Aku juga pernah muda dan aku tau bagaimana gilanya anak-anak seusia Taehyung jika sudah mempunyai kendaraan pribadi."

Baekhyun menghela nafas. "Baik aku mengerti, tapi bagaimana dengan Jinyoung? Setiap hari dia hanya berkutat dengan buku pelajaran dan aku sangat yakin jika itu membuatnya stress, aku sengaja membelikannya video game agar dia punya hiburan. Lami dan Jiwon juga, bukankah kau sendiri yang bilang jika anak seusia mereka memang seharusnya hanya bermain dan bermain?"

"Hiburan tidak harus dengan sebuah video game Baekhyun ah, Jinyoung bisa melakukan banyak aktivitas fisik seperti berolahraga atau semacamnya, dia juga bisa pergi bermain dengan teman-teman sebayanya jika dia memang merasa jenuh terus belajar seharian. Bukan tindakan yang tepat juga jika kau memberikan gadget pada anak berusia 6 dan 4 tahun seperti Lami dan Jiwon. Mereka masih terlalu kecil, pertumbuhan mereka bisa terganggu jika sudah diperkenalkan gadget diusia dini apalagi jika gadget itu hanya digunakan untuk bermain game."

Baekhyun terdiam, ia tidak tau harus membantah ucapan suaminya itu seperti apalagi.

"Seseorang yang sudah diperkenalkan gadget sejak dini pasti akan merasa kecanduan, banyak dampak negatif yang dirasakan jika mereka sudah terlanjur kecanduan. Mereka akan lupa waktu, malas, dan lama kelamaan mata mereka juga akan rusak jika terlalu sering menatap layar gadget. Apa itu yang kau inginkan?"

Baekhyun menggeleng, tentu saja ia tidak mau.

"Aku tau niatmu baik, kau hanya terlalu menyayangi anak-anak hingga kau melakukan ini. Tapi caramu dalam menyayangi anak-anak aku anggap sebagai tindakan yang kurang tepat. Belajarlah untuk lebih bijak dalam mendidik anak-anak, kau ibunya, kau punya lebih banyak waktu bersama dengan mereka seharian dibandingkan denganku. Aku percayakan anak-anak ku padamu bukan berarti kau bisa memberikan apapun yang mereka mau. Belajarlah untuk memberikan apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang mereka inginkan." ucap Chanyeol sambil mengusap wajah sang istri dengan lembut.

Baekhyun mengangguk, ia langsung memeluk tubuh tegap sang suami dengan erat.

"Kau benar, maafkan aku Chanyeol. Aku janji tidak akan melakukan ini lagi."

Chanyeol tersenyum, ia kecup rambut sang istri dengan penuh perasaan kasih.

"Aku maafkan, aku harap kejadian seperti ini tidak terulang lagi."

.

.

.

"Appa adalah orang yang sangat tegas dan keras, sejak kami masih kecil kami sudah dibiasakan untuk belajar belajar dan belajar. Aku, Taehyung hyung dan Jinyoungie hyung diwajibkan untuk bisa bela diri, kami juga selalu diajarkan untuk menghargai, menghormati dan melindungi kaum wanita dan para carrier, appa pernah berkata jika kami menyakiti carrier maka itu sama artinya dengan kami menyakiti eomma, dan jika kami menyakiti wanita maka itu sama artinya dengan kami menyakiti halmoeni, kata-kata itu benar-benar membekas dalam ingatan kami hingga sekarang. Lami noona juga diwajibkan untuk bisa memasak dan mengurus rumah dengan baik. Semasa hidupnya appa benar-benar meninggalkan banyak ilmu untuk kami, appa juga selalu meminta kami untuk tidak pernah melupakan Tuhan, setiap akhir pekan tiba appa pasti akan selalu membangunkan kami semua untuk berangkat ke gereja bersama. Dulu aku sering merasa kesal jika appa sudah memaksa kami melakukan ini dan itu atau melarang kami melakukan ini dan itu. Tapi sekarang aku mengerti kenapa ia melakukan itu, berkat didikan dan kerja kerasnya selama ini, kami semua tumbuh menjadi anak-anak yang sukses dengan pribadi yang jauh lebih baik."

Jiwon terdiam kemudian, airmatanya pun menetes tanpa bisa ia cegah.

"Sekarang sosok itu telah tiada, ia pergi dan tak akan pernah kembali lagi. Aku sangat merindukannya, aku ingin sekali bertemu dengannya, memeluknya dan berkata jika aku sangat mencintainya.."

Jiwon menunduk, ia tutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis dalam diam, sungguh ia sangat merindukan ayahnya. Ia sangat ingin bertemu dengannya meskipun hanya dalam mimpi, ia ingin berterimakasih karena telah mendidiknya hingga sampai seperti ini, jika perlu Jiwon ingin sekali bersimpuh di kaki sang ayah dan menciumnya lembut.

Haru ikut menangis, ia peluk suaminya itu berusaha memberikan ketenangan.

"Ayahmu sudah berada ditempat yang jauh lebih baik, kau tidak perlu menangisinya lagi, teruslah berusaha membuat ayahmu tersenyum bangga diatas sana."

Jiwon mengangguk dengan pipi yang basah karena airmata, ia genggam tangan sang istri dengan lembut. "Terimakasih sayang, aku janji akan selalu membuat ayahku bangga."

.

.

.

Baekhyun melirik jam yang menggantung di dinding kamar. Pukul 2.30 pagi dan Chanyeol masih saja sibuk berkutat dengan berkas-berkas bisnis di ruangan kerjanya. Saat ini Chanyeol memang tengah begitu disibukan dengan proyek pembangunan cabang bisnis baru di Jepang dan karena itulah Chanyeol terus bekerja lembur hingga tak ingat waktu selama beberapa bulan belakangan ini.

Baekhyun memutuskan untuk berjalan masuk kedalam ruangan suaminya, ia melihat suaminya itu benar-benar sibuk dengan banyaknya berkas dan laptop dihadapannya.

"Chanyeol kau belum selesai?"

"Belum, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan." jawabnya tanpa menoleh pada Baekhyun sama sekali.

"Tapi sekarang sudah jam setengah tiga pagi Chanyeol ah, kau harus tidur."

"Sebentar lagi sayang, ini sudah deadline."

Baekhyun menghela nafas. "Chanyeol aku mohon, aku tau kau sangat lelah."

Chanyeol tidak menggubris, ia tetap fokus pada pekerjaannya. Baekhyun mendengus sebal, ia berjalan memutar dan langsung memeluk suaminya itu dari belakang.

Chanyeol tersentak kaget, refleks ia berhenti mengetik dan menoleh pada sang istri.

"Apa yang kau lakukan Baek?"

"Aku akan terus memelukmu sampai kau benar-benar berbaring diranjang dan tidur bersamaku."

"Tapi aku tidak bisa Baek, pekerjaanku masih-"

"Chanyeol tidak bisakah kau mendengar ucapanku sekali saja? Aku tau pekerjaanmu memang penting, tapi kesehatanmu jauh lebih penting. Kau akan sakit jika terus-terusan begadang seperti ini. Aku sangat mengkhawatirkanmu Chanyeol."

Chanyeol menghela nafas. "Baik aku mengerti, aku akan tidur sekarang. Terimakasih karena sudah mengkhawatirkanku. I love you."

CUP

Chanyeol mengecup bibir istrinya dengan lembut, Baekhyun tersenyum, ia pun balas mengecup bibir tebal sang suami dengan tak kalah lembut.

"Love you too sayang, rapihkan semua berkas-berkas ini dan langsung tidur."

.

.

.

2 minggu kemudian..

Pukul 22.30 malam, Baekhyun berjalan masuk kedalam rumahnya. Sudah 2 minggu belakangan ini Chanyeol pergi ke Jepang untuk urusan bisnis dan berhubung anak-anak sedang liburan sekolah, Baekhyun memutuskan untuk mengajak mereka berlibur dan menginap dirumah ayahnya di Seoul.

Tapi malam ini Baekhyun langsung mengambil penerbangan ke Jeju setelah mendapat kabar dari supirnya jika Chanyeol telah pulang kerumah.

Dengan langkah perlahan pria cantik itu berjalan menghampiri kamarnya dengan sang suami. Sebenarnya Baekhyun agak kesal karena suaminya itu lebih memilih pergi ke Jepang daripada ikut berlibur bersama ke Seoul.

Anak-anak bahkan sampai mendengus kecewa karena Chanyeol tidak ikut berlibur bersama mereka.

Baekhyun menarik nafasnya dalam sebelum ia membuka pintu kamar.

CKLEK

Baekhyun berjalan masuk kedalam kamar, ia bisa melihat sosok sang suami yang tertidur diatas ranjang lengkap dengan pakaian kerja dan sepatu yang belum dilepas. Terdengar suara dengkuran halus dari mulut sang suami pertanda ia amat sangat kelelahan.

Baekhyun termenung, rasa kesalnya langsung meluap begitu saja. Ia kemudian berjongkok untuk melepas sepatu dan kaos kaki sang suami agar Chanyeol bisa tidur dengan nyaman.

Baekhyun duduk tepat disamping Chanyeol, ia usap wajah lelah lelakinya itu dengan sangat lembut. Atensinya kemudian tak sengaja teralih pada tumpukan buku tabungan yang berserakan di samping tempat tidur.

Baekhyun dengan sigap mengambil buku-buku itu yang jumlahnya ada lima buah. Baekhyun melihat buku tabungan itu yang ternyata atas nama dirinya, Taehyung, Jinyoung, Lami dan juga Jiwon.

Masing-masing buku tabungan itu sudah terisi uang senilai lebih dari 100 juta Won. Baekhyun mengernyitkan alisnya bingung, untuk apa Chanyeol membuat rekening tabungan atas namanya dan juga anak-anak?

Drrt.. Drrt.. Drrt..

Baekhyun mengalihkan atensinya kearah meja nakas dimana ponsel suaminya berbunyi, pria cantik itu kemudian mengambil ponselnya dan melihat ada sebuah pesan masuk.

Baekhyun memberanikan diri untuk membuka pesan yang ternyata dari Minhyuk.

KLIK

'Proyek kita berhasil, total ada 12 villa yang terjual dengan harga fantastis di Tokyo dan Okinawa hanya dalam waktu satu minggu. Ini pencapaian yang sangat luar biasa Chanyeol ah, aku sudah mengirimkan sisa uang yang kemarin belum sempat aku kirimkan. Kau bisa pergunakan uang itu untuk tabungan masa depan istri dan anak-anak mu."

Baekhyun terdiam, jadi Chanyeol bekerja banting tulang hingga begadang sampai semalaman itu karena tabungan ini?

Baekhyun kemudian menscroll keatas percakapan antara Minhyuk dan suaminya yang memang tidak dihapus oleh Chanyeol.

C : "Aku berencana untuk membangun beberapa villa di Jepang.. "

M : "Kenapa tiba-tiba?"

C : "Aku ingin menabung untuk masa depan istri dan anak-anak ku."

M : "Kekeke kau berbicara seolah-olah kau akan mati besok bung."

C : "Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi besok dan seterusnya. Mungkin besok aku akan mati atau bisnisku tidak berjalan dengan lancar hingga akhirnya aku harus jatuh miskin lagi. Sebelum semua itu terjadi aku ingin mengantisipasinya terlebih dahulu, setidaknya aku harus meninggalkan sesuatu untuk mereka."

M : "Apa yang ingin kau persiapkan?"

C : "Tabungan masa depan, aku bahkan sudah menyiapkan asuransi pendidikan, kesehatan dan kematian untuk mereka."

M : "Sudah sampai sejauh itu?"

C : "Mereka harus tetap hidup berkecupukan sekalipun aku sudah tiada."

M : "Kau benar-benar ayah sekaligus suami yang hebat, aku harus banyak belajar darimu."

C : "Kau mau membantuku kan? Aku tidak bisa melakukan semuanya sendiri."

M : "Tentu, aku akan membantumu bung."

Baekhyun terdiam, ia menatap suaminya yang tidur dengan sangat pulas. Airmatanya langsung menggenang detik itu juga, Baekhyun merasa begitu bersalah karena ia sempat berpikir jika Chanyeol lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya sendiri, tapi ternyata Baekhyun salah, ia salah besar karena Chanyeol amat sangat mementingkan keluarganya, ia bahkan sudah memikirkan tentang masa depan istri serta anak-anaknya sampai sejauh ini.

Pria cantik itu langsung memeluk lelaki yang amat sangat ia cintai dengan erat, ia kecupi wajah tampan sang suami sambil terus menangis.

Chanyeol merasa terusik, secara perlahan ia membuka matanya dan sedikit terkejut ketika melihat Baekhyun menangis.

"Kau sudah pulang? Kenapa tidak memberitahuku? Aku bisa menjemputmu di bandara."

Baekhyun menggeleng, ia terus menangis dan menangis sampai-sampai ia tak sanggup untuk bicara.

"Kenapa kau menangis? Terjadi sesuatu? Dimana anak-anak?"

Baekhyun tidak menjawab, ia terus menangis sampai terisak-isak, hal itu tentu saja membuat Chanyeol khawatir, ia bangun dari tidurnya dan menatap istrinya dengan pandangan khawatir yang sangat kentara.

"Baekhyun apa yang-"

Kata-kata Chanyeol terhenti begitu saja ketika Baekhyun langsung memeluknya dengan erat, pria cantik itu terus menangis hingga membasahi kemeja sang suami.

"Berjanjilah padaku untuk tetap setia berada disampingku Chanyeol ah hiks, jangan pernah pergi meninggalkan ku."

Chanyeol terdiam, ia tidak mengerti akan apa yang diucapkan oleh istrinya itu, memangnya ia akan pergi kemana?

"Aku janji tidak akan pernah meninggalkan mu Baek."

Baekhyun mengangguk, ia langsung mencium bibir tebal Chanyeol dan melumatnya dengan kasar. Chanyeol terkejut tentu saja, tapi ia tidak menolak dan lebih memilih membiarkan Baekhyun melakukan apa yang ia inginkan.

Di dalam hatinya Baekhyun terus memanjatkan rasa syukur kepada sang pencipta karena telah diberikan sosok suami se luar biasa suaminya. Chanyeol adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untuknya, dan Baekhyun amat sangat patut untuk mensyukurinya.

.

.

.

Haru tersenyum kecil ketika ia kembali membaca novel karya mertuaya, ada satu halaman dimana Baekhyun menceritakan tentang usahanya untuk bisa menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga yang baik.

"Eomma adalah sosok seorang istri dan ibu rumah tangga yang baik, bukan hal yang mudah ketika seseorang bisa mengurus suami dan empat orang anak sekaligus. Aku harap aku juga bisa seperti ibumu." ucap Haru sambil tersenyum manis.

"Sebenarnya untuk pekerjaan rumah ibuku dibantu oleh beberapa asisten rumah tangga yang disewa appa karena eomma tidak mungkin bisa mengurus dan membersihkan rumah sebesar ini sendirian. Tapi untuk kebutuhan suami dan anak-anaknya eomma benar-benar mengurusnya sendiri seperti memasak, mencuci dan menyiapkan pakaian kami."

"Pasti rasanya repot sekali jika harus seperti itu setiap hari, maka dari itu aku tidak ingin punya banyak anak."

Jiwon tertawa mendengarnya. "Ya, itu memang sulit. Tapi hal itu justru menjadi nilai lebih dimata ayahku, appa sangat suka jika eomma bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan baik. Setiap harinya eomma akan bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan, lalu setelah itu ia akan menyiapkan pakaian dan segala kebutuhan kami di pagi hari, setelah appa berangkat bekerja dan anak-anak pergi kesekolah, eomma langsung membantu para asisten rumah tangga untuk mengerjakan pekerjaan rumah, setelah itu eomma akan menyiapkan makan siang untuk anak-anak dan mengantar makanan ke kantor appa, lalu setelahnya eomma pulang kerumah dan menemani anak-anak bermain, dan jika malam telah tiba, eomma akan menyambut kepulangan appa di depan pintu, mencuci kakinya, menyiapkan air panas untuknya mandi, menyiapkan makanan dan tentunya melayani kebutuhan biologis ayahku diatas ranjang."

"Wow, mungkin aku akan sangat kelelahan jika jadi ibumu."

Jiwon tertawa lagi. "Eomma pasti merasa lelah, tapi ia tetap senang melakukannya. Karena dengan begitu appa ku akan semakin menyayangi eomma."

Haru mengangguk, harus ia akui jika ia mempunyai mertua yang sangat hebat. Chanyeol dengan sifat pekerja kerasnya dan Baekhyun dengan sifatnya yang sangat tunduk dan patuh terhadap suami. Jujur Haru belum bisa seperti Baekhyun karena sampai sekarang pun ia masih menggantungkan segala urusan rumah pada asisten rumah tangganya, ketika kedua anaknya masih kecil pun Haru lebih banyak dibantu oleh baby sitter.

Untungnya Jiwon bukanlah tipikal pria yang banyak menuntut, ia sangat mengerti jika Haru memang tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah, tapi mungkin Haru bisa banyak belajar dari Baekhyun. Ibu mertuanya itu memang sangat hebat, ia bisa mengurus 4 orang anak tanpa bantuan baby sitter dengan tidak melupakan kewajibannya mengurus suami dan segala kebutuhan rumah.

"Rumah tangga eomma dan appa bertahan hingga puluhan tahun, bahkan ketika Chanyeol appa pergi menghadap sang pencipta terlebih dahulu, Baekhyun eomma tetap setia mencintai appa. Apakah cinta mereka memang sekuat itu? Bagaimana bisa mereka mempertahankan rumah tangga sampai puluhan tahun? Bukankah mereka menikah atas dasar keterpaksaan?"

"Mereka menikah karena dijodohkan, kakek ku adalah seorang pengusaha yang sangat kaya di Seoul tapi ia berani mengambil sebuah keputusan untuk menikahkan putra semata wayangnya dengan ayahku yang kala itu hanya seorang pekerja kasar karena haraboeji merasa sangat yakin jika appa bisa merubah sifat eomma menjadi lebih baik. Awal pernikahan mereka terus bertengkar dan tak pernah bisa akur, tapi lama kelamaan eomma mulai merasa tersentuh dengan sikap dan perilaku ayahku, appa adalah tipikal orang yang sangat menjunjung tinggi tanggung jawab dan sangat menghormati sebuah ikatan pernikahan, appa tetap merasa eomma adalah tanggung jawabnya meskipun ia sama sekali tidak mencintai eomma, appa terus berusaha menjadi suami yang baik untuk eomma dengan cara memberikan nafkah lahir untuk eomma, bahkan pernah suatu waktu appa bekerja pontang panting dari satu tempat ke tempat lain hingga menjelang pagi hanya demi membelikan alat kecantikan untuk ibuku. Sikap seperti itulah yang membuat ibuku luluh dan memandang appa dengan pandangan yang jauh lebih baik."

Haru tampak begitu serius mendengar cerita dari suaminya, meskipun di dalam novel sudah diceritakan dengan sangat detail, tapi Haru lebih suka mendengar ceritanya secara langsung dari Jiwon.

"Sebelumnya ibuku juga sudah merasa begitu bersalah setelah mendengar ceramah dari seorang pemuka agama bahwa Tuhan tidak menyukai seorang istri yang mengabaikan suaminya, maka dari itu lah eomma juga bertekad untuk menjadi istri yang berbakti meskipun ia juga belum memiliki perasaan apa-apa pada appa. Eomma belajar memasak, membersihkan rumah, menyiapkan segala kebutuhan appa bahkan ia juga rela tubuhnya dijamah oleh appa. Seiring berjalannya waktu mereka mulai merasa nyaman dengan kehadiran masing-masing, hingga pada suatu hari mereka bertengkar hebat dan saling menjauh, disaat seperti itu lah mereka mulai merasa ada yang kosong ketika keduanya sama-sama menjauh, dan ketika mereka kembali berbaikan dan melupakan ego masing-masing, mereka mulai saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Mereka kemudian menjalani kehidupan sebagai sepasang suami istri yang saling mencintai satu sama lain hingga maut yang memisahkan."

Haru tersenyum. "Cinta karena terbiasa, benar begitu?"

Jiwon mengangguk. "Cinta bisa datang karena terbiasa, dan itulah yang dialami oleh kedua orangtuaku."

"Lalu bagaimana cara kedua orangtua mu mempertahankan rumah tangga hingga puluhan tahun dan masih tetap harmonis?"

"Tidak ada rumah tangga yang benar-benar harmonis menurutku, setiap rumah tangga pasti akan selalu diterpa masalah tidak terkecuali dengan orangtuaku. Mereka cukup sering bertengkar meskipun telah puluhan tahun menikah, bertengkar karena perbedaan pendapat, masalah pekerjaan, anak dan juga orang ketiga. Tapi meskipun begitu pada akhirnya mereka selalu punya cara untuk menyelesaikan masalah mereka dan memperbaiki hubungan seperti sedia kala."

"Eomma pernah berkata padaku jika dasar dari sebuah pernikahan adalah kepercayaan, tanpa sebuah kepercayaan maka pernikahanmu bukanlah apa-apa. Selain itu eomma juga selalu berkata padaku untuk menghadapi setiap masalah apapun dengan kepala dingin, aku pikir itu yang membuat pernikahan mereka awet sampai puluhan tahun."

"Tadi kau bilang orangtuamu pernah bertengkar karena masalah orang ketiga, apa itu berarti ayah atau ibumu berselingkuh?"

"Tidak seperti itu, hanya saja mereka sering salah paham dan berujung pada cemburu buta. Pernah suatu waktu appa cemburu berat karena eomma terlihat begitu dekat dengan teman lelaki yang sudah belasan tahun tidak pernah bertemu dengan eomma. Waktu itu appa mengajak eomma ke sebuah acara yang dihadiri oleh para pebisnis ternama di Jeju, tapi ternyata disana eomma justru bertemu dengan teman sewaktu sekolah dasar yang sudah sukses menjadi seorang pengusaha properti. Karena mereka sudah lama tidak bertemu, mereka saling melepas rindu sambil mengobrol dan tertawa bersama sampai mengacuhkan appa. Appa benar-benar kesal waktu itu, ia sangat cemburu dan merasa dinomorduakan. Alhasil appa pulang kerumah dengan wajah ditekuk dan tak mau berbicara dengan eomma."

Haru tersenyum geli mendengarnya. Astaga, mereka benar-benar pasangan yang sangat lucu.

"Lalu bagaimana cara eomma meluluhkan hati appa?"

"Dengan seks.. "

"Mwo?"

"Seks, eomma secara terang-terangan mengatakan jika seks adalah cara paling jitu untuk merayu appa. Jika penisnya sudah dimanjakan, maka amarah appa akan langsung lenyap detik itu juga."

Haru tertawa kencang mendengarnya. "Apa kau serius oppa?"

Jiwon mengangguk. "Ne, aku serius. Appa sangat puas dengan pelayanan ranjang yang eomma berikan. Eomma selalu merawat diri agar tetap terlihat cantik, ia bahkan rutin mengkonsumsi ramuan turun temurun dari nenek ku yang terdiri dari campuran mengkudu dan semacamnya agar lubang ibuku tetap sempit, hangat dan kesat seperti seorang perawan. eomma sengaja melakukan itu semata-mata hanya supaya ayahku tidak berpaling pada wanita lain, dan nyatanya itu berhasil. Appa sangat setia pada eomma meskipun banyak sekali wanita dan uke diluaran sana yang secara terang-terangan menggoda ayahku."

Haru tertawa lagi mendengarnya.

"Kenapa kau terus tertawa Haru ya?"

"Ani, hanya saja menurutku itu sangat lucu."

"Halmoeni pernah berkata pada eomma jika keharmonisan rumah tangga seseorang itu tergantung dari seberapa ketat sarang burung yang kau punya. Aku tidak terlalu mengerti cara pemikiran orang jaman dulu, tapi sepertinya apa yang dikatakan halmoeni ku itu memang benar. Buktinya appa sangat menyukai sarang burung eomma dan menolak untuk mencicipi sarang burung yang lain haha."

.

.

.

Baekhyun berjalan masuk kedalam kamar, disana ia melihat Chanyeol yang duduk diatas kasur sambil membelakanginya. Baekhyun menghela nafas, malam ini Chanyeol mengajak Baekhyun untuk menghadiri sebuah pertemuan dengan para pebisnis ternama di pusat kota Jeju.

Awalnya Chanyeol tampak begitu bersemangat memperkenalkannya kepada tamu undangan yang lain meskipun sebenarnya Baekhyun malas sekali datang ke acara seperti itu.

Setengah jam berlalu, Baekhyun kemudian secara tak sengaja bertemu dengan teman dekat laki-laki semasa sekolahnya dulu yang sekarang telah menjadi pengusaha properti yang sukses.

Karena sudah lama tidak bertemu, Baekhyun mengajak temannya itu berbincang sebentar dan saling melepas rindu. Tapi ternyata perbuatannya itu malah membuat Chanyeol cemburu dan langsung meninggalkan gedung.

Baekhyun tidak mengerti kenapa suaminya bisa bertingkah kekanakan seperti itu padahal Baekhyun pun sudah menjelaskan jika mereka hanya berteman.

Pria cantik itu kemudian duduk tepat disamping Chanyeol, namun lelakinya itu dengan cepat langsung memalingkan muka kearah lain.

Dalam hati Baekhyun tertawa geli melihatnya, selama ini biasanya hanya Baekhyun saja yang merasa seperti terbakar ketika Chanyeol di dekati oleh pria atau wanita lain. Tapi sepertinya Chanyeol juga sama terbakarnya seperti dirinya ketika ia melihat istri yang amat sangat ia cintai dekat dengan laki-laki lain

"Chanyeol kau masih marah?"

Chanyeol tidak menjawab, ia terus menekuk wajahnya dengan kesal.

Astaga, Chanyeol terlihat sangat menggemaskan ketika ia sedang cemburu seperti ini.

"Chanyeol aku minta maaf, tapi pria yang tadi itu memang teman lamaku, kami sudah lama tidak bertemu. Kenapa kau marah hanya karena aku bertemu dengan teman lamaku?"

Chanyeol berdecak sebal. "Bagaimana aku tidak marah jika melihat istriku berpelukan dengan pria lain? Kau terlalu dekat dengan pria itu, aku tidak suka."

"Apa kau cemburu?"

"A-aku tidak cemburu, aku hanya tidak suka melihat istriku melakukan dosa. Berpelukan dan bercengkrama terlalu dekat dengan pria yang bukan suamimu adalah sebuah perbuatan dosa, aku sama sekali tidak cemburu." Chanyeol berucap dengan wajah yang memerah malu.

Baekhyun tertawa melihatnya, apa susahnya sih berkata jika ia memang benar cemburu? Baekhyun justru sangat senang jika Chanyeol merasa cemburu seperti ini.

"Baiklah aku minta maaf karena sudah secara refleks memeluk temanku tadi, aku janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Aku maafkan." ucap Chanyeol dengan wajah yang masih terlihat kesal.

Baekhyun terkekeh kembali, suaminya ini benar-benar. Jika sudah seperti ini, Baekhyun tidak punya pilihan lain selain merayu suaminya agar amarahnya segera menghilang.

Baekhyun langsung memeluk tubuh kekar itu dan mengelus dadanya dengan seduktif, ia tatap suaminya itu dengan tatapan sayu.

"Chanyeol maafkan aku, aku janji tidak akan melakukan itu lagi. Tolong jangan marah lagi, aku akan melakukan apapun asal kau mau memaafkanku." ucap Baekhyun dengan intonasi suara yang dibuat seimut dan semenggoda mungkin.

Pertahanan Chanyeol pun langsung goyah, ia selalu lemah jika Baekhyun sudah bersikap seperti kucing binal yang minta dibelai oleh tuannya seperti ini.

Baekhyun menunduk, ia remas kedua dadanya pelan dan ia pelintir kedua puting susunya hingga ia mendesah lirih.

"Eunnghh.. Channh mereka merindukanmu, kau tidak ingin menciumnya?"

Chanyeol meneguk ludahnya kasar, ia menatap kedua puting Baekhyun yang sudah mengacung tegak dibalik kemeja yang ia pakai. Penisnya perlahan-lahan mulai menegak melihat pemandangan erotis itu.

"Channhh.. Mereka sudah sangat merindukanmu.. Mereka rindu sapuan lidahmu yang hangat.. "

Chanyeol berdecak kesal, peduli setan dengan rasa cemburunya, yang terpenting sekarang ia harus menjinakan pusakanya terlebih dahulu karena perbuatan kucing binal dihadapannya ini.

BRUKK

Chanyeol langsung mendorong tubuh Baekhyun dengan kasar hingga terbaring pasrah diatas ranjang.

Chanyeol menuntun lengan ramping Baekhyun untuk melingkar di leher jenjangnya, ia mulai mengecup bibir tipis itu dengan rakus dan penuh nafsu. Ia memulai ciuman panjang dengan mengulum belahan semerah cerry itu dengan lembut. Lidahnya juga menelusup masuk, merasakan sensasi manis dari rongga Baekhyun. Baekhyun membalas ciuman itu dengan tak kalah bergairahnya, namun sekuat apapun ia mencoba, pada akhirnya ia tetap tidak akan mampu mengimbangi permainan Chanyeol yang terlalu dominan. Lengan kekar Chanyeol bergerak menggerayangi sekujur tubuh Baekhyun dan berusaha melepas pakaiannya satu-persatu.

Baekhyun sudah terbaring pasrah di bawah kungkungan tubuh besar Chanyeol. Hanya dalam hitungan detik tubuhnya telah polos tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi kulitnya. Nafas Baekhyun terengah-engah, mata indahnya terlihat begitu sayu dengan bibir sedikit membengkak.

"Kau sangat cantik Baek." puji Chanyeol saat memandang tubuh polos Baekhyun. Kulit putihnya sangat halus seperti kulit bayi, dadanya cukup berisi dengan dua puting sewarna merah muda yang begitu menggoda. Tubuhnya kecil dan ramping dengan kejantanan yang sangat menggemaskan. Dan jangan lupakan lubang sewarna merah muda dibawah sana yang terus berkedut-kedut, pemandangan itu sukses membuat birahi Chanyeol naik sampai ke ubun-ubun.

Chanyeol mengecup lembut seluruh permukaan wajah Baekhyun, mulai dari dahi, hidung, kelopak mata, pipi hingga bibir ranumnya. Ia kemudian turun ke rahang dan leher Baekhyun. Chanyeol meninggalkan gigitan di sekitar tulang selangkanya, membuat Baekhyun meringis lirih. Pria gagah itu turun ke dada berisi Baekhyun yang merupakan salah satu bagian tubuh Baekhyun yang sangat Chanyeol sukai. Bibir tebalnya meraup puting kiri Baekhyun, menjilat, mengulum dan mencecap bagian itu seakan menikmati sebuah permen. Tangan kanannya bergerak meremas dada sebelah kanan dan memelintir putingnya kencang.

"Aaah... Channhh..." Baekhyun mendesah nikmat, ia sangat menikmati ketika tubuhnya dimanjakan oleh suaminya seperti ini. Tangannya meremat rambut Chanyeol dengan sangat sensual.

Chanyeol kemudian menekuk kedua kaki Baekhyun sampai ke dada. Ia lebarkan lubang kecil yang terus berkedut seolah meminta Chanyeol untuk segera memasukinya. Jemari panjangnya mengusap lembut lubang itu. Jemari Chanyeol mulai mengusap permukaan lubang Baekhyun, ia masukan telunjuknya ke dalam lubang itu, rasanya masih begitu ketat meskipun sudah sering ia masuki, lubang itu terasa sangat mencengkeram jarinya dengan kuat.

"Mmmhh ahhh." Baekhyun merintih seduktif, Chanyeol mulai menggerakkan jarinya, jarinya bergerak maju mundur dan sesekali berputar atau membuat gerakan seolah sedang menggunting. jari tengah dan jari manisnya kemudian masuk secara bersamaan, ia berusaha sedikit melebarkan lubang itu agar miliknya dapat masuk dengan leluasa.

Baekhyun hanya bisa merintih antara perih dan nikmat, ia seolah sudah tidak tahan ingin merasakan kejantanan besar suaminya bersarang di dalam lubangnya.

Chanyeol kembali melumat bibir Baekhyun dengan rakus, ia gigit dan hisap bibir ranum itu hingga sang istri melenguh nikmat, Baekhyun membalas ciuman itu dengan tak kalah rakusnya, ia sampai menekan kepala Chanyeol dan meremat rambutnya kencang untuk memperdalam ciuman mereka.

"Oooh.. Channhh." Baekhyun mengerang keras ketika ia merasakan jari Chanyeol mengenai titik sensitifnya di dalam sana. Baekhyun melengkungkan punggungnya ke atas karena tubuhnya tersengat oleh aliran kenikmatan. Jari-jari Chanyeol bergerak makin liar hingga ia merasakan lubang itu semakin mengkerut dan mencengkeram jarinya kuat. Chanyeol terus menggerakan jarinya dengan cepat hingga Baekhyun akhirnya klimaks.

CROTT

"Ahh.." cairannya menyembur dengan hangat hingga Baekhyun terengah-engah dengan nafas yang memburu karena nafsu, tubuhnya mengkilap oleh keringat dan jujur saja itu sangat menggairahkan dimata Chanyeol.

"Aku sudah tidak tahan lagi, Aku akan melakukannya sekarang." ucap Chanyeol dengan suara parau. Ia dengan segera melepas seluruh pakaian yang menempel ditubuhnya, ia lalu mengurut kejantanannya hingga menegang sempurna.

Baekhyun tersenyum sayu melihat batang kelelakian yang amat sangat ia sukai itu mengacung tegak di hadapan matanya, Chanyeol kemudian membuka paha Baekhyun lebar, ia tempatkan miliknya tepat di depan lubang Baekhyun dan menggesekannya pelan, Chanyeol meraih lengan Baekhyun dan melingkarkannya di lehernya. Lengan kanannya bergerak memeluk tubuh belahan jiwanya itu dengan lembut.

JLEB

"Aaahh.. " Baekhyun refleks menjambak rambut Chanyeol ketika benda panjang itu bersarang di dalam lubangnya.

Chanyeol langsung menghentakan pinggulnya maju mundur membobol lubang hangat yang selalu memberinya kenikmatan itu. Ia semakin mempercepat gerakannya hingga tubuh Baekhyun terhentak-hentak kencang, Chanyeol menggeram layaknya serigala jantan ketika lubang itu menghimpit penisnya dengan erat, Chanyeol sangat menyukai sensasi ketika penisnya bergesekan langsung dengan dinding rektum sang istri, rasanya benar-benar nikmat hingga Chanyeol seolah diterbagkan ke nirwana.

"Aaah.. Ouhh.. Eunggh.. Channhh.. " Baekhyun mendesah kencang, ia menjambak rambut suaminya semakin kencang saking terbuainya ia dalam kenikmatan yang Chanyeol berikan.

Chanyeol hanya menggeram lirih sebagai balasan, rasa perih ketika Baekhyun menjambak rambutnya bercampur menjadi satu dengan gelenyar kenikmatan yang berpusat dibawah tubuhnya. Hal ini justru menimbulkan sensasi kenikmatan baru yang membuat Chanyeol semakin terlena.

Chanyeol kembali meraup bibir Baekhyun dan membawanya ke dalam sebuah ciuman yang memabukan. Ia juga meraih milik Baekhyun yang sudah menegang sedari tadi dan meminta untuk dimanjakan, tangannya bergerak cepat mengurut benda mungil itu dengan tempo teratur. Sembari terus menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

PLOK PLOK PLOK PLOK

"Aaaah... Aaah." Baekhyun terus mendesah tak karuan, mulut Chanyeol kembali mengerjai putingnya yang sudah membengkak. Tangan Chanyeol juga tak berhenti mengurut kemaluan Baekhyun dengan tempo yang sangat cepat belum lagi hentakan-hentakan keras di bawah sana yang membuat tubuh Baekhyun terus menggelinjang karena kenikmatan. Chanyeol benar-benar memanjakan tubuh Baekhyun dengang kenikmatan yang seolah membuat tubuhnya melayang. Tubuhnya bergetar, perutnya seakan mengerat dan tergelitik hingga cairan putih dari kemaluannya keluar membasahi perutnya. Baekhyun sampai untuk kedua kalinya.

Pergerakan Chanyeol semakin menggila. Saking brutalnya ia menghujam lubang Baekhyun, ranjang tempat mereka bercinta pun sampai berdecit nyaring karenanya. Chanyeol meraih pinggul Baekhyun, ia gerakan tubuh mungil itu bergerak berlawanan arah dengannya. Miliknya dijepit kuat oleh dinding lubang Baekhyun. Desahan dan rintihan Baekhyun semakin membakar gairahnya. Lama kelamaan Chanyeol merasakan miliknya makin membesar dan berkedut kencang di dalam sana, Chanyeol semakin mempercepat gerakannnya dan ia pun mengerang penuh kenikmatan ketika cairan miliknya menyembur dengan sangat deras menembus masuk hingga menyentuh dinding rahim sang istri. Chanyeol mengerang, ia terus menutup matanya hingga gelenyar kenikmatan itu benar-benar hilang.

Tubuh keduanya penuh oleh keringat dengan nafas yang sama-sama memburu, Baekhyun menyentuh wajah suaminya itu dengan lembut. Chanyeol refleks membuka mata, ia terdiam ketika Baekhyun tersenyum lembut sambil menatapnya.

"Kau sudah memaafkanku kan sayang?" ucapnya dengan suara yang amat sangat manja.

Chanyeol menutup matanya pelan, hatinya langsung berdesir mendengar suara manja itu mengalun ditelinganya.

"Ne, aku sudah memaafkanmu. Jangan pernah melakukan itu lagi."

Baekhyun tersenyum. "Tentu Chanyeol."

Ia langsung memeluk tubuh tegap itu dengan erat. Cara paling ampuh untuk meluluhkan hati suami ketika ia marah terhadapmu adalah dengan cara membuka paha lebar-lebar dihadapannya, niscaya ia akan segera melupakan amarahnya dan langsung tunduk dibawah selangkanganmu.

.

.

.

"Itulah cara yang biasanya eomma lakukan untuk meluluhkan hati appa ketika mereka sedang bertengkar, appa akan langsung berubah seperti kucing manis jika eomma sudah menyerahkan tubuhnya. Kelemahan terbesar appa adalah jika melihat eomma telanjang bulat haha."

Haru tertawa mendengarnya, laki-laki dimana-mana memang sama saja. Wanita cantik itu kemudian membuka halaman berikutnya dan menghabiskan waktu selama beberapa menit untuk membacanya.

"Hari itu hari senin, hari pertama di musim semi. Aku melihat lelaki yang aku kenal kuat dan selalu tampak tegar menangis sampai wajahnya memerah. Sosoknya sangat rapuh dan menyedihkan, airmata yang lolos dari pelupuk matanya membuatku juga ikut meneteskan airmata. Rasanya begitu menyakitkan ketika melihat orang yang amat sangat kau cintai terluka hingga begitu dalam."

Haru menatap sang suami setelah selesai membaca sepenggal paragraf yang ditulis oleh Baekhyun di novel tersebut. Jiwon terdiam, ia tampak menghela nafasnya kemudian.

"Itu adalah hari dimana halmoeni ku meninggal, halmoeni meninggal karena serangan jantung. Saat itu appa tidak ada disamping halmoeni ketika halmoeni menghembuskan nafas terakhirnya. Hal itulah yang membuat appa merasa sangat terpukul, ia bahkan tidak bisa menemani halmoeni disaat-saat terakhirnya."

.

.

.

Taman pemakaman umum yang terletak tak begitu jauh dari kediaman Heechul tampak mulai sepi ditinggal para pelayat. Pusara dengan tanah yang tampak masih berwarna merah itu hanya tinggal ditemani oleh dua orang saja, Chanyeol dan Baekhyun.

Chanyeol terus menangis dihadapan nisan ibunya, wajahnya bahkan sampai memerah karena sudah terlalu lama menangis. Ia usap foto sang ibu dan menciumnya berkali-kali seraya mengucapkan permintaan maaf.

Baekhyun yang berdiri disamping sang suami terus mengusap airmata yang mengalir di pipinya, kemarin malam Baekhyun mendapat telepon dari Irene yang mengatakan jika Heechul telah meninggal karena penyakit jantung yang ia derita.

Baekhyun sangat terkejut malam itu, seluruh tubuhnya seolah remuk mendengar kabar jika ibu mertua yang amat sangat ia cintai telah pergi menghadap sang pencipta.

Baik Baekhyun maupun Chanyeol sama sekali tidak merasakan firasat apapun mengenai kepergian sang ibu, mereka bahkan sama sekali tidak tau jika Heechul mengidap penyakit jantung yang cukup parah.

Mereka sempat datang mengunjungi Heechul satu minggu sebelum wanita itu meninggal, Heechul sama sekali tidak menunjukan jika ia tengah sakit keras. Ia bahkan sempat bermain dengan cucu-cucunya tanpa mengeluh sakit sedikitpun.

Rupanya Heechul sengaja menyembunyikan penyakitnya itu dari Baekhyun dan Chanyeol karena ia tidak ingin merepotkan mereka. Hanya Irene dan Kookie saja yang tau tentang penyakit Heechul dan mereka sama sekali tidak memberi tau Chanyeol ataupun Baekhyun.

Jujur Baekhyun sempat kesal pada Irene karena menyembunyikan semua ini darinya. Jika saja mereka tau lebih awal, Heechul mungkin masih hidup sampai sekarang karena Chanyeol pasti tidak akan membiarkan penyakit itu membunuh ibunya. Tapi Baekhyun juga tidak bisa menyalahkan Irene sepenuhnya karena ia pun juga dilarang Heechul untuk memberitahu mereka.

Baekhyun berjongkok, ia rengkuh bahu kokoh itu yang kini terasa begitu lemah dan rapuh.

"Aku sangguh tidak berguna, aku bahkan tidak tau jika ibuku sakit parah. Anak macam apa aku ini Baekhyun ah?" ucap Chanyeol dengan begitu lirihnya.

"Jangan bicara seperti itu sayang, eomma adalah wanita yang hebat, ia tidak ingin membuat anaknya khawatir. Sekarang eomma sudah tenang disana, ia sudah berada ditempat yang jauh lebih baik."

"Aku tidak sempat berada disisinya ketika ia sedang membutuhkan diriku, rasanya sangat berat melepas wanita paling berharga dalam hidupku pergi untuk selamanya. Seandainya aku bisa memutar kembali waktu aku ingin sekali memeluknya dengan erat."

"Jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi Chanyeol ah, sekarang tidak ada yang bisa kita lakukan selain mendo'akan eomma. Aku tau kau pasti sangat terpukul, tapi tidak baik jika kau terus larut dalam kesedihan."

"Aku tidak bisa Baekhyun ah, aku sangat mencintai eomma, aku tidak bisa kehilangan eomma." ucap Chanyeol sambil menatap Baekhyun dengan mata yang sangat sembab.

Baekhyun mengusap nisan ibu mertuanya dengan lembut. "Beristirahatlah dalam damai eomma, perjuanganmu selama ini telah berakhir. Sekarang kau sudah berada ditempat yang jauh lebih baik, jangan khawatirkan apapun. Aku yang akan menjaga Chanyeol dan mengurusnya dengan baik, akan aku pastikan Chanyeol hidup bahagia bersamaku. Aku tidak akan pernah membuatnya terluka meski hanya seujung kuku jarinya."

Setelah itu Baekhyun langsung menggenggam tangan Chanyeol dengan erat. "Bersandarlah di bahu ku jika kau ingin menangis, menangis lah sepuasmu hingga rasa sakit itu menghilang dari dalam hatimu. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau, tapi jangan pernah merasa jika kau hanya sendirian melewati semua ini karena aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian sayang."

Chanyeol terdiam selama beberapa saat, ia kemudian menyandarkan kepalanya di bahu sang istri. Ia menangis sambil terus memanggil nama ibunya. Baekhyun pun ikut menangis, ini pertama kalinya Baekhyun melihat lelakinya itu serapuh dan semenyedihkan ini.

"Semuanya akan baik-baik saja Chanyeol ah, semuanya akan baik-baik saja."

.

.

.

"Meninggalnya halmoeni adalah titik terberat dalam hidup appa, butuh waktu hingga berbulan-bulan baginya untuk bisa melupakan rasa sedihnya. Disaat terpuruk seperti itu lah eomma benar-benar setia berada disamping appa, entah apa jadinya jika tidak ada eomma, appa pasti akan terus hidup dalam keterpurukan karena kehilangan halmoeni."

Haru mengangguk mengerti, ia bisa merasakan bagaimana di posisi ayah mertuanya karena ia sendiri pun pernah ditinggal pergi oleh ibunya untuk selama-lamanya.

"Dua tahun kemudian giliran eomma yang ditinggal pergi oleh haraboeji. Haraboeji meninggal setelah jatuh dari kamar mandi. Kebetulan saat kejadian appa sedang menemani eomma menginap dirumah haraboeji karena memang eomma sering sekali menginap disana untuk merawat haraboeji yang sudah berusia lanjut namun hanya tinggal seorang diri. Kondisi haraboeji benar-benar memburuk setelah jatuh dari kamar mandi, appa sempat membawa haraboeji kerumah sakit tapi sayang nyawanya tidak bisa tertolong."

.

.

.

"Tolong jaga Baekhyun, bahagiakan ia sebagaimana aboeji yang selalu berusaha membahagiakannya."

Chanyeol terdiam ketika ayah mertuanya membisikan sesuatu di telinganya. Saat ini ia sudah berada di dalam ruangan instalasi gawat darurat di salah satu rumah sakit besar yang ada di Seoul.

Para medis tampak berdiri di samping ranjang sambil memperhatikan mereka. Mereka berkata jika kondisi Donghae terus memburuk, ayah mertuanya itu juga terus meminta untuk dipertemukan dengan Chanyeol.

Chanyeol akhirnya masuk kedalam ruangan setelah diijinkan oleh dokter, Donghae langsung meminta Chanyeol untuk membungkuk dan membisikan sesuatu ditelinga kirinya.

"Aboeji sudah tidak tahan lagi.. Aboeji pikir ini sudah saatnya.. " ucap sang ayah mertua dengan suara yang amat sangat lemah.

"Jangan bicara seperti itu aboeji, aboeji pasti akan sembuh. Bukankah aboeji ingin melihat Lami dan Jiwon menikah?"

Donghae tersenyum lemah. "Mungkin aboeji tidak bisa melakukan itu.. "

Chanyeol terdiam, haruskah ia kehilangan Donghae setelah sebelumnya ia kehilangan Heechul? Bagaimana dengan Baekhyun? Ia pasti akan sangat terpukul.

"Berjanjilah pada aboeji Chanyeol ah."

"Tanpa aboeji minta pun aku akan menjaga Baekhyun dengan baik, aku janji akan terus membahagiakan Baekhyun apapun yang terjadi."

Donghae mengangguk. "Bagus, dengan begitu aboeji bisa pergi dengan tenang.. "

Beberapa menit kemudian nafas Donghae mulai tidak teratur, ia kesulitan bernafas hingga tersenggal-senggal. Dan hanya dalam hitungan detik setelahnya matanya langsung tertutup dengan rapat.

TIIT

Alat pengukur detak jantung Donghae berbunyi nyaring dengan garis yang berjalan lurus sejajar. Para medis dengan sigap memompa detak jantung Donghae agar kembali berdetak.

Chanyeol berjalan mundur, matanya menatap nanar pada tubuh sang ayah mertua yang terus terguncang karena dokter berusaha mengembalikan detak jantungnya.

Dokter pun akhirnya menyerah setelah detak jantung sang ayah mertua tak kunjung kembali berdetak meskipun dokter sudah berusaha semaksimal mungkin.

"Kami sangat menyesal tuan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain. Kami berdo'a semoga tuan Donghae beristirahat dalam damai." ucap sang dokter sambil melepas masker di wajahnya.

Chanyeol menutup matanya pedih, airmatanya langsung mengalir tanpa bisa ia cegah. Rasa sakit yang ia rasakan dua tahun silam harus kembali ia rasakan saat ini. Chanyeol sudah menganggap Donghae seperti ayahnya sendiri dan sungguh ia merasa begitu terpukul dengan kepergian sang ayah. Bagaimana ia harus menceritakan ini pada Baekhyun? Apakah Baekhyun bisa menerima kenyataan ini?

Pria tinggi itu kemudian berbalik dan berjalan keluar dimana Baekhyun tengah menunggu dengan harap-harap cemas.

CKLEK

"Chanyeol bagaimana aboeji? Dia baik-baik saja kan? Apa yang dia katakan padamu?"

Chanyeol terdiam ketika Baekhyun berlari kearahnya dan bertanya tentang kondisi ayahnya. Chanyeol bahkan tak sanggup untuk menatap langsung mata sang istri.

"Chanyeol kenapa diam saja? Aboeji baik-baik saja kan?" tanya Baekhyun tedengar begitu panik.

Apa yang terjadi? Kenapa Chanyeol diam saja? Ayahnya baik-baik saja kan?

"Aku harus masuk."

Chanyeol langsung menahan tubuh Baekhyun ketika istrinya itu hendak masuk kedalam.

"Aboeji sudah pergi Baek, dia sudah tidak merasakan sakit lagi."

Baekhyun menggeleng, airmatanya langsung menggenang dipelupuk matanya. "Kau pasti bercanda kan Chanyeol? A-aboeji baik-baik saja kan?"

"Maafkan aku Baek, tapi aboeji sudah tiada, ia sudah meninggal.. "

Baekhyun menangis, ia menggeleng dengan perasaan sedih luar biasa. Tidak mungkin, tidak mungkin ayahnya meninggal secepat itu. Tadi sore ia bahkan masih menyuapi ayahnya, bagaimana mungkin sekarang ia sudah meninggal?

"Aku harus melihatnya sendiri." Baekhyun langsung menorobos masuk kedalam ruangan untuk memastikan kondisi sang ayah, tubuhnya langsung mematung detik itu juga, hatinya begitu mencelos ketika melihat dokter menutup tubuh kaku sang ayah dengan kain putih.

"ABOEJI!" Baekhyun berteriak histeris, ia langsung memeluk tubuh kaku sang ayah dengan erat.

Mendengar istrinya berteriak kencang, Chanyeol langsung berlari masuk kedalam ruangan. Ia berusaha menenangkan Baekhyun yang terus menangis kencang.

Pria tinggi itu memeluk tubuh ringkih sang istri sambil terus membisikan kata-kata penenang.

Baekhyun hancur, ia sangat hancur. Sekarang tidak ada lagi sosok pria yang telah merawatnya sedari kecil itu. Baekhyun sudah tidak punya kesempatan untuk merawat sang ayah diusia senja nya, Baekhyun tidak diberi kesempatan lebih untuk membalas semua kebaikan yang telah ayahnya lakukan untuk dirinya selama ini.

'Semoga aboeji beristirahat dalam damai, tunggu saat dimana kita bisa berkumpul bersama lagi di surga. Aku mencintaimu aboeji, terimakasih banyak untuk semuanya.' Baekhyun berucap penuh haru di dalam hatinya.

.

.

.

"Kematian haraboeji benar-benar sangat mendadak, beberapa jam sebelum kejadian haraboeji masih terlihat sehat dan baik-baik saja. Eomma bahkan masih sempat menyuapi makanan untuk haraboeji. Tidak ada yang menyangka jika malam itu haraboeji akan pergi untuk selama-lamanya. Menurut dokter haraboeji memang sudah mengidap penyakit hipertensi sejak lama, kejadian ketika ia jatuh di kamar mandi benar-benar berakibat fatal hingga melenyapkan nyawanya sendiri. Eomma sangat terpukul dengan kepergian haraboeji. Sama seperti appa, eomma juga butuh waktu untuk kembali menata hidupnya setelah ditinggal oleh orang yang sangat berharga dalam hidupnya."

Haru mengangguk mengerti, ia kembali membuka beberapa halaman berikutnya.

"Bagaimana dengan pernikahan? Disini ditulis jika Chanyeol appa sangat berat melepas anak-anak nya untuk menikah dan berkeluarga, apa itu benar?"

Jiwon tersenyum. "Sebenarnya tidak, kau ingat ketika kita menikah dulu? Appa sama sekali tidak merasa keberatan aku menikah denganmu, hanya saja memang appa banyak memberikan wejangan dan nasehat untuk anak-anaknya ketika mereka memulai untuk memulai kehidupan yang baru sebagai pasangan suami istri."

Haru kembali membaca sebuah paragraf di halaman novel tersebut. "Disini tertulis jika Chanyeol appa terlihat sangat sedih ketika melepas Lami eonni menikah dengan kekasihnya. Sayangnya ketika Lami eonni menikah aku belum masuk kedalam kehidupan kalian."

Jiwon mengangguk. "Ya diantara semua anak-anak appa, bisa dibilang ia paling mengkhawatirkan Lami noona. Setiap orangtua pasti akan merasa jauh lebih khawatir ketika mereka harus melepas anak gadis mereka untuk menikah. Aku pikir itu wajar, aku pun pasti akan begitu jika harus melepas anak perempuan kita untuk menikah."

.

.

.

"Ada yang ingin appa bicarakan padamu Seo Won ah.. "

"Apa itu appa?"

Chanyeol sengaja mengajak calon menantunya untuk minum kopi bersama di teras belakang rumah. Minggu depan Lami putrinya akan menikah dengan seorang aktor terkenal bernama Lee Seo Won.

Chanyeol sudah mengenal pria bernama Lee Seo Won ini dan menurutnya dia adalah pria yang baik untuk mendampingi putrinya. Tapi meskipun begitu Chanyeol tetap merasa sedikit khawatir ketika ia harus melepas putri satu-satunya untuk menempuh kehidupan baru dengan laki-laki lain.

Chanyeol menyeruput kopinya pelan. "Lami adalah seorang putri di keluarga kami, appa sudah mengurus ia dari kecil. Appa adalah orang yang pertama kali menggendongnya, menciumnya dan memanjakannya. Tolong jaga dia dengan baik, appa titipkan putri appa padamu. Jangan sakiti ia karena ia punya hati dan perasaan yang sangat lembut. Appa tau Lami sangat mencintaimu, tolong cintai ia juga sebagaimana ia mencintaimu. Jika suatu saat kau merasa bosan atau sudah tidak mencintai Lami lagi, appa tidak akan marah atau menyalahkanmu. Tapi tolong jangan beritahu dia, beritahu saja appa maka appa akan langsung membawanya pulang."

Seo Won tampak terkejut mendengar penuturan Chanyeol, namun tak lama kemudian ia pun tersenyum dengan tulus. "Appa tidak perlu khawatir, aku mencintai putrimu dengan tulus. Aku jamin Lami akan menjadi wanita terakhir dalam hidupku, appa adalah orangtuaku juga, dan aku tidak pernah menyakiti orangtuaku sendiri. Menyakiti Lami sama artinya dengan menyakiti appa dan menyakiti appa sama artinya dengan menyakiti orangtuaku sendiri. Aku tidak akan pernah melakukan itu, aku janji."

Chanyeol tersenyum, ia merasa begitu lega setelah mendengar ucapan Seo Won. Sekarang ia yakin Lami tidak salah memilih pasangan. Chanyeol yakin Seo Won bisa membahagiakan Lami dan Lami pun akan hidup bahagia bersama Seo Won.

.

.

.

"Oppa.. "

"Oh Lami ya.. "

Seo Won langsung memeluk Lami ketika kekasihnya itu datang menghampirinya.

"Aku dengar dari eomma, kau sempat bertemu dengan appaku kemarin, apa itu benar?"

Seo Won mengangguk. "Ya itu benar, ayahmu mengajakku minum kopi di sore hari, wae?"

"Aku hanya sedikit khawatir, appa itu orangnya sangat tegas dan kasar. Aku takut perkataannya sedikit menyinggung perasaanmu atau semacamnya."

Seo Won tersenyum. "Ayahmu tidak melakukan apapun padaku, ia adalah seorang pria yang sangat hebat. Kau beruntung mempunyai ayah seperti dia Lami ya. Kau harus benar-benar berbakti kepadanya."

Lami terdiam, ia sedikit tidak mengerti dengan ucapan kekasihnya.

"Aku lapar, aku ingin makan siang. Aku tau restoran Jepang yang sangat enak di dekat sini, jja." Seo Won langsung menarik tangan kekasihnya itu untuk mencari makan di luar.

.

.

.

Haru kembali menangis ketika ia membaca beberapa halaman terakhir dari novel ini. Disitu diceritakan detik-detik ketika Chanyeol menghembuskan nafas terakhirnya.

Jiwon pun terdiam sendu, meskipun sudah 4 tahun berlalu namun ia masih mengingat dengan jelas saat dimana ayahnya di jemput oleh malaikat maut.

Jiwon tidak akan pernah bisa melupakan hari itu, hari dimana ia harus merelakan sosok ayah terhebat dalam hidupnya pergi untuk menghadap sang maha kuasa.

Chanyeol di diagnosis terkena penyakit diabetes. Karena kadar gula darahnya yang terlalu tinggi, Chanyeol harus mengidap beberapa komplikasi penyakit ginjal dan juga jantung. Mirisnya, Chanyeol baru mengetahui ia terkena diabetes setelah terserang komplikasi penyakit hingga sulit untuk disembuhkan.

Jiwon ingat betul hari itu adalah jum'at malam. Ayahnya baru saja pulang setelah selesai cuci darah, tapi setelah itu kondisi tubuhnya justru semakin menurun dan Chanyeol meminta Baekhyun untuk menemaninya istirahat di kamar.

Malam itu Chanyeol terlihat begitu lemas, ia juga meminta untuk ditemani oleh anak-anak serta cucu-cucunya dan menolak untuk ditinggalkan. Keempat anak-anak Chanyeol beserta cucu-cucunya kebetulan memang sedang menginap, mereka sering berkunjung setelah usia kedua orangtuanya sudah tak muda lagi.

Malam itu Chanyeol bermain dengan cucu-cucunya meskipun ia hanya bisa terbaring lemah diatas kasur, sesekali ia juga berbincang dengan anak-anaknya yang telah sukses meraih impian masing-masing.

.

.

.

"Appa harap kalian terus hidup dalam kebahagiaan. Tidak ada satu detik pun dalam hidup appa yang tidak appa gunakan untuk mendo'akan kalian. Taehyungie, Jinyoungie, Jiwonie, jadilah sosok suami dan ayah yang hebat untuk keluarga kecil kalian. Hiduplah dengan baik dan selalu ingat Tuhan."

Taehyung, Jinyoung dan Jiwon tampak saling bertatapan bingung setelah mendengar ucapan ayahnya. Kenapa tiba-tiba ia berucap seperti itu?

"Dan untuk putriku Lami, jadilah istri dan ibu yang baik untuk suami dan juga anakmu. Berbaktilah kepada suamimu karena suatu saat kelak ia yang akan menuntunmu menuju surganya Tuhan."

Lami mengangguk dengan airmata yang tiba-tiba saja menetes, entah kenapa firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk dalam hidupnya. Ia seperti akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga sebentar lagi.

"Dan tolong jaga bidadari ini untuk appa.. " ucap Chanyeol sambil menyentuh tangan Baekhyun.

Baekhyun menatap suaminya itu dengan tatapan yang sulit diartikan, ia balas menggenggam pergelangan tangan yang kini terlihat kurus karena digerogoti penyakit itu dengan lembut.

"Sebaiknya sekarang kau istirahat Chanyeol ah."

Chanyeol tersenyum, ia kembali mengalihkan atensinya kearah anak-anak. "Appa sudah menabung banyak uang untuk masa depan kalian dan juga untuk eomma kalian. Jumlahnya cukup banyak untuk menghidupi kalian sampai beberapa tahun kedepan. Appa harap kalian bisa menggunakan uang itu dengan bijak, mintalah pada pengacara appa untuk mencairkan uang itu di bank. Jika kalian mau kalian juga boleh melanjutkan bisnis-bisnis appa, tapi jika kalian tidak mau, maka wariskan lah semua bisnis-bisnis appa pada anak-anak kalian. Kalian mengerti?"

"Kenapa appa bicara seperti itu? Jangan berpikiran macam-macam, sebaiknya sekarang appa istirahat. Besok Taehyung akan membawa appa ke Jerman untuk mendapat perawatan terbaik disana. Appa pasti sembuh, appa akan baik-baik saja." ucap si sulung Taehyung yang merasa takut melihat gelagat sang ayah yang begitu mencurigakan.

Chanyeol tidak menggubris, ia menatap sang istri yang kini juga tengah menatapnya.

"Baek, aku lelah. Aku ingin tidur, bisakah kau memelukku sampai aku tertidur?"

Baekhyun mengangguk, ia memeluk tubuh suaminya itu dengan lembut. Berkali-kali ia kecup kening sang lelaki yang telah mendampingi hidupnya selama puluhan tahun tersebut.

Chanyeol pun menutup matanya kemudian, ia sangat menikmati pelukan hangat dari sang istri hingga rasanya ia ingin tertidur. Chanyeol ingin tidur, ia ingin tidur untuk waktu yang cukup lama.

Taehyung, Jinyoung, Lami, Jiwon beserta anak-anak mereka berdiri mengelilingi kasur berukuran king size tersebut. Mereka semua tampak terdiam selama beberapa saat sambil melihat sang ayah yang terlelap dengan begitu damainya di dalam pelukan sang ibu.

"Hiks.. " keheningan itupun terpecah dengan suara tangisan Baekhyun. Baekhyun menangis, ia menangis sambil memeluk suaminya itu.

"Kenapa eomma menangis?" tanya keempat anaknya yang merasa begitu khawatir.

"Appa kalian sudah pergi.. Ia sudah meninggalkan kita semua."

Mereka semua tampak begitu terkejut mendengarnya. "Apa yang eomma bicarakan? Jangan sembarangan bicara eomma!" ucap Taehyung yang tanpa sadar membentak ibunya sendiri.

Baekhyun menatap putra sulungnya itu dengan mata yang penuh dengan airmata. "Ayahmu sudah meninggal Taehyung ah.. Dia sudah pergi.. "

Ya, Chanyeol telah meninggal. Baekhyun sama sekali tidak bisa merasakan hembusan nafas Chanyeol lagi ketika pria itu menutup matanya. Detak jantung dan urat nadinya pun telah berhenti secara total. Chanyeol telah pergi, lelaki yang terkenal tangguh itu telah pergi untuk selama-lamanya.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu menangis dengan pilu, Lami terlihat yang paling histeris dan tak mampu menyembunyikan kesedihannya.

Taehyung menggeleng dengan mata yang penuh oleh airmata, tubuhnya bergetar hebat seolah tulang-tulang diseluruh tubuhnya dicabut secara paksa.

"Maldo andwae.. Maldo andwae.. APPA!"

Taehyung langsung naik keatas ranjang dan memeluk tubuh ayahnya itu dengan erat, ia berusaha membangunkan jasad kaku sang appa meskipun ia tau ayahnya tidak akan mungkin bangun kembali.

"Bangun appa.. Hiks.. Aku mohon jangan seperti ini.. Jangan tinggalkan aku appa.. Hiks.. Jebal.. Appa, buka mata appa.. Besok kita harus ke Jerman, aku akan mencarikan dokter terbaik untuk menyembuhkan appa.. Aku mohon jangan seperti ini.. Appa.. Hiks.. "

Taehyung menangis meraung-meraung nemanggil sang ayah, ia terus memeluk lelaki yang telah membesarkannya itu erat seolah enggan untuk berpisah.

Baekhyun tampak begitu shock dengan kepergian suaminya yang begitu tiba-tiba ini. Airmata kepedihan terus mengalir dari kedua bola mata indahnya.

'Kenapa kau pergi meninggalkan ku secepat Chanyeol ah? Apa yang bisa aku lakukan tanpa dirimu disampingku?'

.

.

.

"Dokter berkata appa meninggal karena serangan jantung mendadak, serangan jantung itu terjadi ketika appa menutup mata. Menurut dokter, seseorang yang terkena serangan jantung karena penyakit diabetes memang cenderung tidak merasakan sakit terlebih dahulu, serangan jantung itu akan terjadi secara mendadak dan langsung membuat penderitanya meninggal di tempat. Hal itulah yang terjadi pada appa."

"Jenazah appa langsung dimakamkan keesokan harinya, eomma menolak untuk mengkremasi jenazah appa, eomma ingin jenazah appa dimakamkan sesuai ajaran Kristen. banyak sekali pelayat yang datang untuk mengucapkan belasungkawa. Bahkan walikota Jeju pun sempat hadir untuk memberikan penghormatan terakhirnya karena appa merupakan sosok pebisnis yang cukup berpengaruh di Jeju. Ia telah menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi 10.000 lebih masyarakat Jeju."

"Kepergian appa benar-benar membuat kami semua terpukul tak terkecuali eomma. Semenjak appa meninggal, aku beserta kakak-kakak ku sepakat untuk menjaga dan merawat eomma secara bergantian agar ia tidak terus-terusan larut dalam kesedihan. Aku bahkan sampai mengundurkan diri dari pekerjaanku dan lebih memilih meneruskan bisnis appa agar aku bisa lebih leluasa menjaga dan merawat eomma disini."

Haru terdiam, awalnya ia begitu kaget karena Jiwon secara tiba-tiba mengajaknya dan anak-anak untuk pindah dan menetap di Jeju. Tapi Haru pun mengerti dan setuju untuk pindah ke Jeju setelah ia tau alasan kenapa Jiwon mendadak ingin pindah.

"Aku sangat mengkhawatirkan eomma, ia jadi sering mengurung diri dikamar setelah appa meninggal." ucap Jiwon sambil melirik pintu kamar sang ibunda yang selalu tertutup rapat setiap malamnya.

.

.

.

"Uhukk.. Uhukk.. "

Lelaki setengah baya yang tahun depan genap berusia 70 tahun itu duduk melamun sendirian diatas kursi dengan memeluk bantal yang dulu sering dipakai mendiang suaminya untuk melepas kantuk.

Jika malam telah tiba Baekhyun akan lebih sering menghabiskan waktunya di dalam kamar untuk merenung dan berdo'a untuk kebahagiaan suaminya yang telah tenang di pangkuan sang Ilahi.

Setelah berdo'a Baekhyun biasanya akan berdiam diri sambil memeluk bantal peninggalan Chanyeol. Rutinitas ini selalu Baekhyun lakukan semenjak 4 tahun silam.

Baekhyun juga sering menangis jika ia terlalu merindukan suaminya. Biasanya setiap hendak tidur mereka selalu bersenda gurau terlebih dahulu, saling mengungkapkan perasaan cinta, berciuman dan terkadang melakukan hubungan suami istri. Tapi sekarang semua itu hanyalah tinggal kenangan.

Tidak ada lagi sosok yang selalu mencium keningnya dengan mesra, tidak ada lagi sosok yang akan selalu memeluknya dengan erat ketika ia merasa kedinginan. Tidak ada lagi sosok yang akan selalu membisikan kata-kata penuh cinta ditelinganya, dan tidak ada lagi sosok yang selalu menggenggam tangannya lembut ketika ia merasa ketakutan.

Sosok itu telah pergi untuk selamanya dengan meninggalkan begitu banyak kenangan indah yang tak akan pernah mampu untuk Baekhyun lupakan.

Bisa dibilang tahun pertama ketika Chanyeol pergi meninggalkannya adalah tahun terberat dalam hidup Baekhyun. Sempat terlintas beberapa kali di dalam benaknya untuk pergi menyusul Chanyeol dengan cara bunuh diri.

Tapi Baekhyun urung melakukan itu, ia tau Chanyeol pasti akan sangat kecewa jika ia sampai melakukan itu. Untuk itu Baekhyun tetap berusaha menjalani kehidupannya sebaik mungkin meskipun tanpa Chanyeol disisinya.

Ada banyak hal yang membuat Baekhyun tetap tegar menjalani hidup, salah satunya adalah anak-anak serta cucu-cucunya. Baekhyun sangat bersyukur karena mereka semua tidak meninggalkannya seorang diri. Chanyeol pergi meninggalkan 4 orang anak yang sangat berbakti kepada orangtuanya.

Sesibuk apapun mereka pasti selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Baekhyun, diusianya yang sudah senja ini Baekhyun benar-benar dirawat dengan baik oleh anak-anaknya. Putra bungsunya Jiwon bahkan sampai mengundurkan diri dari pekerjaannya supaya bisa fokus merawat dirinya.

Mereka lah yang membuat Baekhyun kuat menjalani hidup meskipun tanpa Chanyeol. Baekhyun yakin Chanyeol pasti sangat senang jika melihat dirinya tetap hidup dengan baik.

Lelaki yang masih terlihat cantik diusia senjanya itu kemudian berdiri dan mengambil tongkat penyangga untuk membantunya berjalan kearah kursi di depan meja nakas.

Baekhyun kemudian duduk di kursi meja tersebut dan mengeluarkan sebuah laptop yang tersimpan di dalam lemari kecil dibawah meja.

Baekhyun menyalakan laptop tersebut dan dengan segara menyambungkannya dengan sebuah flashdisk berwarna putih yang berisi ribuan foto keluarga kecilnya bersama Chanyeol dan anak-anak.

Baekhyun tersenyum kecil ketika melihat foto-foto yang memang sengaja ia kumpulkan untuk kenang-kenangan.

Banyak sekali foto kebersamaan Chanyeol bersama anak-anak. Mulai dari Chanyeol yang tersenyum kearah kamera sembari menggendong Jiwon yang baru berusia sepuluh hari, Chanyeol yang mengajak ketiga anak lelakinya bermain bola bersama, Chanyeol yang mengajak lami bermain kuda-kudaan, Chanyeol yang berfoto bersama keempat anaknya ketika mereka berlibur ke Jepang dan masih banyak lagi.

Airmata Baekhyun kembali mengalir karenanya. Baekhyun juga sengaja menyimpan banyak foto yang ia ambil secara diam-diam ketika Chanyeol tertidur. Banyak sekali foto ketika Chanyeol tertidur dengan wajah bodohnya atau ketika ia tidur dengan mulut terbuka dan air liur yang menempel dimana-mana.

Baekhyun tersenyum sambil menangis, mungkin Chanyeol akan sangat marah jika ia tau Baekhyun menyimpan foto-foto jeleknya seperti ini.

Masih banyak foto-foto lain yang tersimpan disana seperti ketika Chanyeol memberikan kejutan spesial di hari jadi pernikahan mereka, Chanyeol yang mencium Baekhyun di depan menara eiffel ketika mereka melakukan perjalanan bulan madu yang kesekian di Paris-Prancis hingga foto-foto liburan keluarga besar mereka di Disneyland Hong Kong. Aboeji, eomma, Kookie dan Irene sekalipun ikut dalam liburan kala itu.

Baekhyun masih merasa sedih jika melihat 3 orang yang tersenyum di dalam foto keluarga itu telah pergi untuk selama-lamanya. Chanyeol, Donghae aboeji dan juga Heechul eomma.

Baekhyun mengusap airmatanya pelan, ia kemudian megambil sebuah flashdisk lain berwarna hitam di dalam laci yang diberikan oleh sekretaris Chanyeol untuknya setelah Chanyeol meninggal.

Baekhyun kemudian menyambungkan flashdisk tersebut ke laptopnya dan segera membuka satu-satunya file yang ada di dalam flashdisk tersebut.

File tersebut merupakan sebuah video yang Chanyeol rekam ketika ia belum terkena penyakit gula. Baekhyun biasanya selalu menonton ulang video ini ketika ia sangat merindukan Chanyeol.

KLIK

'Hai Baekhyun ah, sekarang aku sedang berada di kantor. Aku tidak bisa pulang cepat karena aku masih ada beberapa pertemuan bisnis dengan para investor. Sekarang aku sedang istirahat selama 15 menit dan tiba-tiba saja aku terpikir untuk membuat video ini. Pertama, kau tidak perlu marah karena aku sudah makan dengan teratur. Kau pasti sangat marah jika aku telat makan sebentar saja, tapi kau tidak perlu khawatir karena aku selalu mengingat nasehatmu. Aku sudah makan secara teratur mulai sekarang."

Baekhyun tersenyum, Chanyeol duduk di kursi kerjanya dengan dua kancing kemeja atasnya yang terbuka. Tubuhnya masih terlihat gagah dan berisi, wajahnya terlihat kelelahan namun tetap tersenyum dengan sangat tampan.

"Kedua, aku ingin berterimakasih padamu karena sudah mendampingiku hingga saat ini. Terimakasih banyak karena kau mau menjadi istri dari seorang lelaki yang penuh kekurangan sepertiku, terimakasih karena sudah mengurus dan menjaga anak-anak ku dengan baik, terimakasih karena kau selalu berusaha untuk menjadi istri sekaligus ibu yang baik untuk ku dan juga anak-anak, dan terimakasih karena kau begitu setia berada disampingku disaat suka maupun duka. Kau tidak akan pernah tau seberapa besar aku mencintaimu istriku, entah apa jadinya hidupku jika tanpa dirimu. Maaf jika aku masih belum bisa menjadi suami dan ayah yang baik untukmu dan juga anak-anak. Satu hal yang harus kau tau Baek, kebahagiaan terbesar dalam hidupku bukan tentang kekayaan yang aku miliki sekarang, tapi ketika aku memilikimu sebagai tulang rusukku. Aku sangat mencintaimu sayangku, aku sangat mencintaimu.'

PIIP

Video berakhir dan Baekhyun pun langsung menangis detik itu juga. Ia selalu menangis ketika melihat video itu. Rasa rindunya semakin menjadi-jadi ketika mendengar bibir itu bergumam jika ia amat sangat mencintainya.

"Hiks.. Aku juga mencintaimu Chanyeol.. Aku sangat merindukanmu.. "

Baekhyun terus menangis, ia menangis sepanjang malam hingga tertidur diatas meja nakas karena kelelahan.

.

.

.

Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, Baekhyun berjalan keluar kamar dengan menggunakan tongkat. Rumah tampak begitu sepi karena mungkin Haru sedang pergi keluar dan cucu-cucunya yang sudah berangkat ke sekolah.

Baekhyun berjalan kearah dapur untuk mengambil segelas air putih, namun langkahnya langsung terhenti ketika ia melihat siluet tubuh jangkung yang berdiri membelakangi counter dapur.

Tubuh Baekhyun langsung bergetar hebat. "Chanyeol.. "

Pria bertubuh tinggi itu menoleh. "Eomma?"

Baekhyun menghembuskan nafasnya kecewa. Baekhyun kira suaminya, ternyata itu Jiwon.

Jiwon berjalan menghampiri ibunya. "Eomma butuh sesuatu?"

Baekhyun menyentuh wajah sang anak dengan lembut. "Kau mirip sekali dengan ayahmu nak, eomma kira yang berdiri di depan counter dapur tadi itu ayahmu."

"Appa sudah lama meninggal eomma."

Baekhyun menghela nafas. "Iya eomma tau itu."

Baekhyun kemudian teringat sesuatu. "Jiwonie apa kau mau membantu eomma?"

"Apa itu eomma? Katakan saja, Jiwonie akan segera melakukannya."

"Eomma ingin membuat panti asuhan atas nama ayahmu. Dulu ayahmu sempat ingin membuat panti asuhan untuk anak-anak yatim piatu, tapi keinginannya itu belum sempat terwujud."

Jiwon tersenyum. "Tentu eomma, Jiwon akan membantu."

Baekhyun ikut tersenyum. "Terimakasih banyak sayang."

.

.

.

'Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 70, tidak pernah terbayangkan sebelumnya olehku jika aku akan sampai pada usia sematang ini. Banyak suka duka yang telah aku lewati dari ketika aku masih muda hingga rambutku telah memutih sepenuhnya seperti sekarang. Sudah 5 tahun berlalu semenjak suamiku pergi meninggalkanku dan hingga kini aku masih tetap menunggu saat dimana Tuhan memanggilku dan mempertemukanku kembali dengannya. Aku ingin menghabiskan sisa usiaku dengan banyak hal yang positif, aku sudah membangun sebuah panti asuhan atas nama Chanyeol sekitar satu tahun yang lalu, saat ini panti itu sudah menampung sekitar 100 anak yatim piatu yang ditinggal mati atau dibuang oleh orangtuanya. Selain sebuah panti asuhan, aku dan keempat anak-anak ku juga telah bergabung dengan sebuah organisasi yang dibentuk khusus untuk meningkatkan keasadaran orang awam tentang bahayanya penyakit gula. Aku merasa bahwa aku harus mengingatkan orang-orang tentang bahaya diabetes agar tidak ada Chanyeol Chanyeol lain di masa depan. Chanyeol meninggal karena kami terlambat mengetahui penyakit yang ia derita. Aku sangat berharap dengan bergabungnya aku dan anak-anak ku dengan organisasi ini dapat membuat banyak orang lebih peduli terhadap kesehatan karena sejatinya penyakit gula dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu.'

Baekhyun menutup buku diary nya setelah selesai menulis apa yang ingin ia tulis. Entah kenapa belakangan ini Baekhyun suka sekali menulis diary. Meskipun Baekhyun harus menggunakan kacamata baca karena matanya sudah tidak bisa melihat tulisan dengan jelas, tapi Baekhyun tetap semangat menulis apapun yang ingin ia tulis di buku diary nya.

Baekhyun menatap jam yang telah menunjukan pukul 12 siang, ia sedang menunggu Jiwon yang sedang menjemput anak-anak panti untuk merayakan ulang tahunnya dirumah.

Baekhyun ingin sekali merayakan ulang tahunnya dengan berkumpul bersama anak-anak panti. Makan, bermain, memberikan hadiah dan berdo'a bersama mereka.

"Eomma."

Baekhyun menoleh ketika mendengar suara putra bungsunya yang tiba-tiba saja sudah berjalan masuk kedalam rumah.

"Jiwonie kenapa kau lama sekali? Anak-anak panti sudah datang semua?"

"Aku sempat terkena macet di jalan, tapi anak-anak sudah berkumpul semua di luar."

"Yasudah, eomma ingin segera menemui mereka."

Jiwon langsung membantu ibunya berdiri dan menuntunnya berjalan keluar rumah.

CKLEK

"SAENGIL CHUKAE HAMNIDA, SAENGIL CHUKAE HAMNIDA, SARANGHANDA URI EOMMA, SAENGIL CHUKAE HAMNIDA."

Baekhyun terlihat begitu terkejut ketika melihat Taehyung, Jinyoung dan Lami berkumpul bersama para anak panti sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk dirinya.

"Selamat ulang tahun eomma." ucap mereka secara bersamaan.

"Kalian bilang kalian tidak bisa datang, kenapa tiba-tiba ada disini?" ucap Baekhyun sambil memeluk anaknya satu persatu.

"Kami memang sengaja ingin memberikan kejutan untuk eomma, kami tidak mungkin melewatkan hari ulang tahun eomma." ucap si sulung Taehyung.

"Dasar kau ini. Oh iya Jinyoungie kau sembuh? Shannon bilang katanya kau baru selesai operasi usus buntu?"

"Ne eomma, tapi sekarang aku sudah sembuh. Eomma tidak perlu khawatir." jawab Jinyoung sambil tersenyum tampan.

"Syukurlah kalau begitu."

"Kenapa eomma tidak menggelar pesta ulang tahun di ballroom saja? Aku bisa menyiapkan pesta yang mewah untuk eomma."

Baekhyun tertawa mendengar ucapan Lami. "Kau ini ada-ada saja, untuk apa membuat pesta mewah untuk orang yang sudah bau tanah seperti ku."

"Eomma ingin merayakan ulang tahun dengan berkumpul bersama anak-anak panti. Eomma ingin mengirimkan do'a untuk mendiang appa yang sudah tenang diatas sana." ucap Jiwon ikut menambahkan.

Ketiga anak Baekhyun yang lain tersenyum dan mengangguk mengerti.

"SELAMAT ULANG TAHUN BAEKHYUN HARABOEJI."

Baekhyun tersenyum ketika mendengar teriakan seratus orang anak yatim piatu yang ia undang.

"Kami datang kemari untuk merayakan ulang tahun Baekhyun haraboeji sekaligus berterimakasih karena sudah menampung kami di panti asuhan haraboeji." ucap anak laki-laki berusia 12 tahun yang berdiri paling depan.

"Sama-sama, haraboeji senang bisa membantu. Tapi sebelumnya haraboeji ingin meminta kalian semua untuk mendoakan mendiang suami haraboeji yang sudah tenang diatas sana. Apa kalian tidak keberatan?"

"TENTU TIDAK HARABOEJI." ucap mereka secara serentak.

Baekhyun tersenyum. "Terimakasih banyak anak-anak, kalau begitu kita berdo'a di dalam saja. Nanti setelah berdo'a kalian boleh makan sepuasnya, haraboeji juga sudah menyiapkan bingkisan menarik untuk kalian semua. Kalian mau?"

"MAU."

Baekhyun tersenyum, dengan segera ia mempersilahkan anak-anak itu untuk berbaris dan masuk kedalam rumah dengan tertib. Baekhyun memeluk satu persatu anak-anak itu sambil tersenyum bahagia.

Baekhyun sangat bahagia karena ia bisa menyantuni anak yatim sekaligus mengirimkan do'a untuk sang suami terkasih seperti ini.

Ditinggal oleh orang terkasih bukanlah akhir dari segalanya. Hidup harus tetap berjalan tak peduli seberat apapun masalah yang kau hadapi. Baekhyun percaya suatu saat ia pasti akan dipersatukan kembali dengan Chanyeol di kerajaan surga nanti jika ia tetap menjalani hidup sesuai dengan takdir yang telah ditakdirkan oleh sang maha pencipta.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

END

Ada kah yang masih inget ff ini? Sebenernya chapter kemarin itu udah tamat, cuman gatau kenapa tiba-tiba aja author kepikiran buat bikin chapter bonus soalnya chapter yang kemarin itu masih agak ngegantung(?) kalian ngerasa gak sih? Haha.

Sebelumnya author mau ngucapin terimakasih banyak karena kalian udah ngasih respon positif buat ff ini, gak nyangka banget cerita gaje kaya gini bisa dapetin 1,8k review. Review segitu untuk ukuran author yang tergolong masih baru di dunia ffn tuh wow banget. Speechless sih author, gatau mau ngomong apalagi selain terimakasih :)

Semoga chapter ini bisa sedikit menghibur kalian ya, see you in the next story :)