Apakah kau menyadari betapa menariknya manusia?
Kalau ingin bicara puitis, manusia itu seperti batu. Bisa saja keras, bisa saja dengan mudah jadi lunak. Sederhana seperti kerikil atau menarik perhatian seperti permata. Beraneka rupa dan ragam. Bervariasi dan tidak ada satupun yang sama, sebagaimana manusia pun tidak ada yang serupa satu sama lain baik dari wajah atau sifat.
Kesimpulan yang dapat dicapai dari paragraf penuh pengandaian di atas adalah; setiap manusia itu mau bagaimanapun pasti ada bagian yang berbeda. Tapi tidak berarti semuanya berbeda. Ada beberapa hal yang sama saja—fakta kalau mereka masih sama-sama mahluk dengan nama ilmiah Homo sapiens misalnya.
.
Juunintoiro
「十人十色」
"To each their own; So many people, so many minds."
.
I
「Irokoizata (?)」
"Romantic entanglement; love affair."
.
Disclaimer: Tsukiuta by Fujiwara dan JIku
Tidak ada keuntungan yang diambil dari pembuatan fanfiksi ini. Semuanya murni untuk senang-senang saja.
Warning: BL. Vomiting (karena ini hanahaki? Ayolah). Warning lain tba.
Notes:
- Ada beberapa elemen canon yang sedikit diubah supaya sesuai dengan isi cerita.
- Alternate Universe setiap ada flashback.
- Shun-centric. OT12, EXPECT SEMUA JENIS PAIR MUNCUL.
DLDR as usual. Enjoy Reading.
.
Hal yang lucu lagi adalah, manusia-manusia ini (setidaknya kebanyakan) mengakui bila soul mate merupakan konsep yang romantis.
Ah ya, soul mate. Belum kujelaskan pada kalian bukan? Ada banyak sekali pengertian tentang soul mate, tapi secara umum soul mate adalah seseorang yang cocok untuk menjadi pasanganmu. Kadang ada yang menyebutnya sebagai belahan dirimu yang satu lagi. Pasangan hidupmu. Orang yang diciptakan untukmu dan hanya akan menjadi pasanganmu saja. Ah, aku ingat sepertinya ada yang pernah mengandaikannya sebagai 'seperti ikan dan air'?
Dulu ada banyak hal yang dikatakan bisa menjadi tanda bila seseorang memiliki soul mate. Yang paling klasik, aku yakin kalian semua pernah dengar, adalah benang merah yang mengikat kelingking kalian. Tapi zaman sekarang, semua orang tahu bila satu pasangan adalah soul matemaka mereka memiliki tanda yang sama. Tanda apa itu, bentuknya beraneka ragam. Hanya saja sekarang banyak pasangan soul mate yang sudah bertemu menyembunyikan tanda mereka. Dengar-dengar menampilkan tanda soul mate setelah bertemu dengan soul mate dianggap tidak sopan. Aneh ya?
Memang terkadang ada-ada saja manusia itu. Walau menyembunyikan tanda soul mate memang merupakan hal yang dianjurkan, tapi nyatanya banyak yang mengumbar tanda mereka sebelum menemukan soul mate masing-masing. Alasan yang paling sering diucapkan untuk tindakah ini adalah karena takut terkena atau berharap agar bisa sembuh dari penyakit hanahaki—sebuah penyakit dimana kau memuntahkan bunga akibat dari cinta bertepuk sebelah tangan.
Ada beberapa hal yang ingin kukatakan baik soul mate dan penyakit hanahaki. Pertama, belum tentu soul mate-mu yang sekarang adalah soulmate-mu juga di kehidupan sebelumnya. Kedua, soul mate-mu sekarang juga belum tentu soul mate-mu di kehidupan yang akan datang. Ketiga, bertemu soul mate-mu tidak lantas menyembuhkanmu dari hanahaki.
...tidak benar katamu? Hanya mengada-ngada? Oh tenanglah. Aku yakinkan ini semua benar adanya.
Biarkan aku menceritakan sebuah cerita pada kalian sekarang. Cerita tentang dua belas pemuda, soul mate, dan hubungan bagaikan benang kusut mereka lengkap dengan bumbu penyakit hanahaki.
Tokoh utama kita bernama Shimotsuki Shun, dan ini adalah ceritanya.
Kata orang Shimotsuki Shun adalah anak yang spesial.
Lahir di keluarga Shimotsuki yang ternama, Shun kecil tumbuh sebagai tuan muda yang sudah didampingi pelayan pribadi sejak masih anak-anak. Sedikit nakal dan kadang pelayan dibuat pusing karena ulahnya, tapi memiliki kecerdasan luar biasa dan kemampuan mengingat yang sangat baik. Jangan lupakan paras tampan yang dikatakan seperti Tuan Besar Shimotsuki di kala kecil dulu. Tentunya jangan lupakan pula 'kemampuannya'. Tanpa diragukan lagi, Shimotsuki Shun memang anak yang spesial.
Akan tetapi sesungguhnya Shun tidak butuh semua itu untuk tahu dia adalah anak yang spesial. Sekalipun Shun lahir bukan sebagai tuan muda, sekalipun dia terlahir tanpa kemampuannya, Shun tahu dia anak yang spesial. Atau setidaknya, tidak normal.
Karena tidak ada anak normal yang hidup dengan sebelas tanda soul mate dan ingatan utuh tentang kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Untuk Shun, memimpikan dirinya yang hidup dalam dunia yang sama sekali lain itu wajar. Shun rasa mimpi beraneka ragam itu adalah tanda kalau ia kebetulan punya imajinasi yang hebat saja. Ia menikmati semua mimpinya—walaupun ada beberapa yang ia harap berakhir baik. Mimpi dimana kau mati bukanlah mimpi yang indah untuk seorang anak-anak, kau tahu.
Namun hanya pada ketika usianya menginjak tujuh tahun barulah Shun merasa mungkin mimpi-mimpinya itu bukan sekedar mimpi. Dalam setiap mimpinya, selalu ada sebelas orang yang secara konstan bersamanya. Setiap mimpi entah mengapa selalu dihiasi mereka, begitu seringnya muncul hingga Shun hapal wajah-wajahnya. Ingatannya terus menghantui ketika dibuai kantuk hingga akhirnya Shun bisa mengingat semua detilnya dan perlahan membedakan mereka. Shun bahkan menyadari bila mimpinya selalu dimulai dengan dengan berfokus pada sosok berambut pirang dengan mata sewarna madu, lalu sosok-sosok lainnya, dan diakhiri dengan sosok lain yang lebih tinggi, berambut kelam dan mata ungu, dengan karisma yang membuat Shun selalu menyebut pemuda terakhir ini dengan julukan 'Ou-sama', raja.
Shun tahu tidak mungkin dia bisa membayangkan kesebelas orang itu dengan begitu jelas tanpa satu alasan. Selain itu bila dipikir lagi, dibandingkan dengan kemampuannya, rasanya memiliki ingatan tentang soul mate dari kehidupan sebelumnya terdengar lebih wajar, bukan?
Dan begitulah ceritanya bagaimana Shimotsuki Shun, 12 tahun, akhirnya menerima kenyataan bila mungkin mimpinya adalah tentang kehidupan masal lalunya, dan salah satu dari orang-orang yang ia lihat adalah soul mate-nya. Atau mungkin kesebelasnya pernah menjadi soul mate-nya pada satu titik. Siapa tahu. Yang jelas Shun belum bisa—tidak mau—mengakui bila kesebelasnya adalah soul mate-nya, kendati tanda di lehernya berkata lain.
(Di saat yang sama Shun juga agak bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sebelas soul mate? Yang benar saja. Dia pernah dengar tentang seseorang bisa memiliki dua sampai tiga orang sebagai soul mate, tapi sebelas? Sekalipun Shun sendiri enggan mengakui, spesial juga ada batasnya, bung.)
Tentu saja kemudian takdir kembali menunjukkan ia belum selesai bermain-main dengan Shun. Memasuki sekolah menengah, mimpinya kali ini diikuti rasa panas di dada dan gatal luar biasa di tenggorokannya. Bukan sekali dua kali lagi Shun harus membungkam mulutnya sendiri untuk meredam suara batuknya. Kadang begitu parah hingga ia seperti kehabisan napas.
Semuanya menjadi jelas ketika akhirnya dia menginjak tahun keduanya di sekolah menengah. Hari ketika nilai ujian diumumkan, rasa gatal yang menyiksa seketika menyerang tenggorokan Shun lagi ketika dia membaca dua buah nama.
Mutsuki Hajime dan Yayoi Haru.
Shun belum pernah merasakan penasaran sebegini besar pada seseorang. Ada perasaan familiar ketika dia membaca kedua nama itu. Rasa rindu yang tidak tertahankan, tapi di saat yang sama juga perih menyayat dan rasa gatal di tenggorokan yang semakin menjadi. Sakaki-san memberinya tatapan heran saat Shun berkali-kali terbatuk dalam perjalanan pulang.
Saat malam menjelang dan Shun kembali jatuh dalam tidur, kali ini bukan sebelas orang yang menghampiri mimpinya. Hanya sosok dengan rambut kelam dan mata ungu yang dia berikan panggilan sayang 'Ou-sama' juga 'Uguisu', dengan rambut sewarna jerami yang tampak lembut dan mata hijau dibingkai kacamata berkilat jahil, yang tampak. Keduanya tampak bercakap, Uguisu tersenyum pada Ou-sama yang membalas dengan senyum pasrah. Keduanya kemudian menoleh, senyum di wajah keduanya ketika 'Nii-chan' mendekat. Mata birunya berkilat senang ketika menemukan keduanya dan kembali asyik bercengkrama.
Shun, dalam mimpinya, hanya memerhatikan dari samping. Ini bukan kali pertamanya melihat ketiga pemuda yang ini berkumpul sendiri. Kadang, Shun berpikir mungkin ketiganya adalah pasangan soul mate. Setidaknya teman yang sangat akrab. Interaksi mereka selalu membuat merasa lebih baik, walau kadang-kadang dia agak iri melihat kedekatan mereka—
Rasa panas dan gatal tiba-tiba kembali mendera tenggorokannya. Semakin lama menjadi-jadi hingga batuk pun tidak bisa ia tahan. Shun setengah berpikir betapa ia sudah terbiasanya dengan keadaannya ini sampai dia tiba-tiba merasakan benda asing di tenggorokannya—dan membuat tenggorokannya tercekat, memaksanya terbatuk lebih keras dan tenggorokannya berkontraksi untuk mengeluarkan benda apapun yang menyumbat tenggorokannya.
Yang dilihat Shun membuatnya mengerjapkan mata.
Di tangannya terdapat kelopak dan bunga-bunga mungil. Ungu lembut, putih, dan biru, Shun mengenali ketiganya sebagai wisteria, lily of the valley dan forget me not.
Suara serak dan tenggorokan yang terasa kering tidak diindahkah. Shun mengamati kelopak bunga di tangannya dengan perasaan campur aduk. Tidak percaya dan sedikit rasa takut menjadi yang paling dikenali Shun. Kelopak bunga setelah terbatuk-batuk hanya bisa berarti satu hal.
"..hanahaki?"
Tidak mungkin. Tidak mungkin ini terjadi kan? Tidak mungkin dia mengalami ini. Tidak mungkin dia mendapat hanahaki. Tidak mungkin tidak mungkin tidak mungkintidakmungKINTIDAKMUNG—
Mimpinya dibuyarkan dengan paksa olah rasa gatal dan panas. Shun terbangun dan melonjak dari tempat tidur, mencengkram piyamanya sendiri di bagian dada. Keringat dingin membasahi tubuh dan piyamanya, jantungnya berdebar kencang seolah ia baru saja berlari. Ketika ia melihat tangannya sendiri, Shun menarik napas lega ketika ia tidak menemukan kelopak bunga di tangannya.
"..mimpi."
Menghembuskan napas tertahan, Shun melepaskan cengkramannya dari piyama dan kembali berbaring. Kali ini ia mengelus lehernya sendiri, tempat dimana tanda soul mate miliknya—Shun masih tidak percaya dia punya sebelas. Ini terdengar seperti lelucon buruk sebenarnya—berada, sambil menunggu rasa gatal menghilang.
Shun terlelap sambil memikirkan betapa dia berharap mimpinya barusan tidak akan pernah menjadi kenyataan.
(Dan seharusnya Shun sadar akan tendensinya untuk memimpikan hal yang pasti terjadi.
Seharusnya.)
"Uhk—! Agh—"
Kelopak bunga beraneka warna yang berjatuhan seolah mengejek. Shun hanya bisa tersenyum pahit sambil membasuh mulutnya. Hanya ada perasaan getir ketika dia membuang kelopak-kelopak bunga itu dalam tempat sampah.
Tidak ada yang lebih mengejutkan bagi Shun ketika menemukan berita Mutsuki Hajime dan Yayoi Haru—Mutsuki Hajime yang itu, yang mengalahkan nilainya setiap ujian dan Yayoi Haru yang selalu masuk tiga besar bersamanya dan Hajime—menjadi idol di Tokyo. Shun yang awalnya penasaran, akhirnya mencoba mencari sedikit informasi tentang Six Gravity, grup idol yang diikuti kedua orang itu. Tapi apa yang ditemukan membuatnya agak.. Terkejut.
Siapa yang menyangka Shun bisa menemukan 6 sosok yang selalu menghantui mimpinya hanya dengan mencari informasi tentang sebuah grup idol? Yang lebih parah, Shun bahkan tak bisa merasa terkejut ketika melihat wajah-wajah yang familiar dalam mimpinya terpampang dalam banner besar yang mempromosikan album terbaru Six Gravity.
Shun hanya bisa menggelengkan kepala. Benar-benar deh. Kenapa dia terkejut begini? Seharusnya dia sudah menduga. Ada alasan kenapa dia selalu memimpikan mereka bersama kan?
Dan kalau dia seharusnya tidak heran dengan hal tadi, harusnya dia juga lebih tidak heran ketika akhirnya rasa gatal yang hebat kembali mendera tenggorokannya dan dia berakhir memuntahkan kelopak bunga di kamar mandi sekolah. Apalagi ketika menemukan kelopak bunga yang ia muntahkan bukan lagi 2 jenis, tapi 6 jenis sekaligus—yang akan bertambah menjadi sebelas, Shun yakin itu.
Menghela napas, Shun membuka keran dan membasuh tangannya. Mau merasakan apapun sekarang tidak ada gunanya. Semua sudah terjadi. Kalaupun ada yang bisa dilakukan Shun sekarang hanya mengikuti arusnya.
Que sera sera seperti biasa kan?
Shun berumur 17 ketika dia mengakui tanda soul mate di lehernya bukan lelucon dan dia memiliki sebelas soul mate.
Shun juga berumur 17 ketika hasil check-up kesehatan dokter menyatakan ia mengidap hanahaki.
Menjadi seorang idol bukan sesuatu yang Shun bayangkan akan dia lakukan. Tapi siapa yang menyangka menemukan kelinci mungil berpita merah yang sangat manis membuatnya ditawarkan posisi menjadi seorang idol di Tokyo. Bergabung menjadi idol di agensi Tsukino Production yang terkenal bahkan.
..Hanya saja dia sedikit tidak siap ketika mengetahui bila Presdir Tsukino Mikoto ingin dia dimasukkan ke dalam grup Procellarum, grup idol yang merupakan saudara dan direncanakan juga menjadi rival grup Six Gravity. Prospek berada dalam grup yang menjadi rival soul matennya sedikit meninggalkan rasa tidak enak untuknya.
Sampai dia bertemu dengan anggota Procellarum yang lain.
Shun menertawakan nasibnya sendiri dalam hati ketika lagi-lagi melihat pemilik wajah-wajah familiar yang sudah menghiasi mimpinya selama bertahun-tahun. Ia menanggapi mereka sebagaimana ia menghadapi orang pada umumnya—yang berarti untuk standar orang lain, mungkin agak unik. Shun terus terang saja tidak begitu peduli pendapat orang lain. Ia sudah biasa dipanggil aneh—tapi mengingat baik-baik nama mereka begitu mereka saling mengenalkan diri.
Ajisai. Nii-chan. Taiyou. Tsuki. Shounen.
Minaduki Rui. Fuduki Kai. Haduki You. Nagatsuki Yoru. Kannaduki Iku.
Sekalipun mereka tidak tahu kalau Shun adalah (salah satu?) soul mate mereka, saat ini Shun merasa sudah cukup dengan mengetahui nama asli mereka.
Pertemuan dengan Six Gravity berlangsung.. Kacau.
Keputusan iseng menonton video konser Six Gravity membuat Shun berakhir menjadi penggemar mereka. Tapi kepada Mutsuki Hajime seluruh perhatian Shun tercurah. Sejak awal Shun sudah mengaguminya karena bisa mengalahkan nilai ujian Shun, menonton video konser mereka hanya membuat kekagumannya pada Hajime bertambah. Dari sudut pandang orang yang saat itu awam sekali tentang idol, Hajime memiliki karisma yang begitu besar, sampai-sampai membuat Shun menjadi seorang fans.
...mungkin antusiasmenya ketika akhirnya bertemu Hajime membuat yang bersangkutan sedikit terkejut. Tapi setidaknya Ugui—Yayoi Haru tertawa renyah melihat tingkahnya. Anggota Six Gravity yang lainpun juga tampak antusias—walau Shiwasu Kakeru dan Kisaragi Koi, masih tampak agak was-was melihatnya—menyambut kedatangannya sebagai anggota terakhir dan leader Procellarum.
(Shun juga masih kurang paham. Dirinya yang bergabung paling akhir sebagai leader? Tapi siapalah dia untuk mempertanyakan keputusan presdir.)
Mereka makan malam bersama. Yoru dan Aoi, anggota Six Gravity, memasak makan malam yang lezat untuk merayakan lengkapnya anggota Procellarum. Ketika makan malam usai, anggota Gravi dan Procella—panggilan singkat untuk Six Gravity dan Procellarum—berkumpul di ruang tengah. Sesuatu yang Shun dengar menjadi rutinitas harian untuk kedua kelompok.
Di malam hari, ketika rasa gatal mulai menyerang tenggorokannya lagi, Shun memasang mantra kecil untuk membuat kamarnya kedap suara. Batuknya kali ini jauh lebih menyiksa daripada yang sebelumnya. Tapi kalau ada yang Shun pelajari dari pengalamannya, cara terbaik untuk cepat mengakhiri siksaan ini adalah dengan membantu dirinya sendiri memuntahkan kelopak bunga itu. Menggunakan jarinya, Shun memaksa dirinya sendiri untuk muntah.
"Ahk—! Gh.. Uhk-!"
Ketika rasa gatal itu menghilang, Shun sudah kehabisan napas. Tenggorokannya sakit dan matanya berair. Kelopak-kelopak bunga berjatuhan begitu banyak di wastafel dan berwarna-warni. Shun menghitung sambil mengambil setiap kelopak yang berbeda.
"Sakura."
"Chrysanthemum."
"Hydrangea."
"Hibiscus."
"Queen of the night."
"Aster."
"Mawar."
"Marigold."
"Lily of the valley."
"Forget me not."
"Wisteria."
Shun menarik napas tertahan. Genap 11 bunga.
Tawa getir keluar dari bibirnya. Shun membuang kelopak-kelopak bunga tadi dan menyikat gigi, lalu membasuh wajahnya. Senyum pahit terbentuk di wajah.
"...ah, yang kulakukan untuk mereka."
Pada usia 18 tahun, Shimotsuki Shun akhirnya bertemu dengan kesebelas soul mate-nya.
Di usia yang sama, Shimotsuki Shun juga mulai kehabisan waktu.
.
.
.
Irokoizata(?) - end
Boi, this is going to be a wild ride.