RUN TO YOU

.

.

.

YOONMIN

Slight: VKOOK, NAMJIM

.

.

.

"Ku dengar kau menolak ajakan kencan salah satu senior kita lagi, benar Jim?"

"Dapat kabar darimana?" Park Jimin, mahasiswa fakultas seni, jurusan seni tari, semester 3, memiliki rambut pink mencolok, terkenal dikalangan senior dan junior, salah satu mahasiswa terkaya di kampusnya.

"Sudah banyak yang membicarakanmu, kau menolak senior dari fakultas mana lagi?" Kim Taehyung, sahabat Park Jimin sejak sekolah dasar, mahasiswa fakultas seni, jurusan seni rupa, semester 3, kekasih Jeon Jungkook, terkenal dengan sifat anehnya.

"Aku lupa. Dia hanya mengajakku makan siang, karena aku tidak kenal, ku tolak saja" jawab Jimin santai sambil memasukkan buku kedalam tasnya. Perkuliahan baru saja selesai.

"Aku heran, kau masih saja menolak semua orang yang mau mendekatimu. Sebenarnya kau ini ingin yang seperti apa?" nada suara Taehyung terdengar agar kesal.

Bukan tanpa alasan Taehyung ingin agar Jimin segera punya pacar, masalahnya, setiap kali Jimin menolak seseorang, Taehyunglah yang terkena masalah. Mereka selalu berpikir Jimin punya hubungan khusus dengan Taehyung dan Taehyung sudah capek diteror. Demi Tuhan, Taehyung sudah punya pacar!.

"Aku hanya belum menemukannya, kalau aku sudah menemukan yang menarik perhatianku, aku yang akan mengejarnya" Jimin berucap pasti sambil mengedip-ngedipkan matanya genit.

Entah untuk yang keberapa kali, Taehyung mendengus putus asa.

.

.

.

"Bagaimana lagu yang kau ciptakan? Yang kudengar kau mendapatkan kontrak sebagai produser dari salah satu agensi besar, hyung?" Kim Namjoon, mahasiswa fakultas seni, jurusan seni Musik, semester 7, jenius.

"Demo lagunya sudah ku kirim. Dan ya, aku mendapatkannya" Min Yoongi, mahasiswa fakultas seni, jurusan seni music, semester 7.

"Sakti…" Namjoon berucap kagum.

"Kau akan kemana setelah ini? Kelas sudah selesai." Yoongi merangkul tasnya di bahu, bersiap meninggalkan kelas.

"Aku tidak ada kegiatan, hyung. Sudah lama kita tidak ke kantin fakultas, bagaimana kalau kesana saja? Masih terlalu siang untuk pulang?" Namjoon memberi saran.

"Kau benar, sepertinya sudah hampir setahun tidak pernah ke kantin fakultas" Yoongi menyetujui.

"Oke, berangkat!"

.

.

.

Jimin memasuki kantin fakultas bersama Taehyung. Sudah jadi kebiasaan keduanya untuk nongkrong dikantin fakultas sebelum pulang kerumah, dan jika tidak ada praktikum.

"Ingin pesan apa?" Jimin meletakkan tasnya diatas meja kantin.

"Milk tea?" Taehyung mendudukan diri dikursi dekat tiang.

"Hanya minum saja?" Jimin bertanya lagi, merogoh kantongnya untuk mengambil uang didompet.

"Aku rasa itu saja." Taehyung mengangguk.

"Oke" Jimin beranjak dari meja, berjalan menuju tempat penjual minuman.

Yoongi sedang berbaik hati pada Namjoon hari ini. Ini karena dia mendapatkan kontrak dari agensi besar, jadi Yoongi berniat meneraktir Namjoon. Apalagi royalty dari lagu yang dia ciptakan baru saja memenuhi buku rekeningnya.

"Hyung, belikan aku milk tea dan burger saja" pesan Namjoon. Dia ikut berdiri dibelakang Yoongi sambil memijit-mijit bahu namja berkulit pucat itu.

"Ya, aku juga tidak berencana menghabiskan gajiku untuk mengisi perutmu"

"Ya! Kau ini hyung. Kau baru saja dapat kontrak sebagai produser di agensi besar, gajimu sebulan tidak akan habis hanya karena meneraktirku makan dan minuman"

"Perlu kau ingat kalau aku belum mulai bekerja" Yoongi berujar santai. "Agak ke kiri" perintah Yoongi pada Namjoon yang masih memijit bahunya.

"Ya, tapikan mulai minggu depan kau sudah bekerja hyung. Impianmu segera terwujud. Punya studio pribadi dan penghasilan tetap. Kau sudah bisa mandiri, tidak perlu minta uang kuliah dari orangtua lagi" Namjoon menjawab sambil memindahkan tangannya agak ke kiri untuk memijit Yoongi.

"Kalau boleh, aku ingin sepertimu saja. Lahir dari keluarga kaya raya, jadi tidak perlu bekerja untuk mendapatkan uang"

Namjoon terdiam. Dia merasa tersindir atas ucapan Yoongi. Memang benar dia berasal dari keluarga berada, bahkan sangat berada. Hanya saja, bekerja di perusahan seperti yang dilakukan Appanya bukanlah impiannya. Dia ingin seperti Yoongi. Bekerja dalam studio dan membuat lagu.

Yoongi berjalan kedepan dan tangan Namjoon padaa bahunya meluruh. Giliran Yoongi untuk memesan makanan.

"Namjoon-ah, kau ingin isi burger mu apa saja?" Yoongi melirik kebelakang. Mendapati Namjoon yang tengah melamun. "Ya! Kim Namjoon!" panggil Yoongi.

"Uh? Ne? kau bilang apa Hyung?" Namjoon tersadar dari lamunannya dan berjalan dua langkah kedepan menuju Yoongi.

"Kau melamun?" Yoongi mengernyit heran.

"Hehehe maafkan aku"

Yoongi dan Namjoon sudah selesai memesan, ditangan masing-masing sudah ada burger dan juga Milk tea. Keduanya melirik kesekeliling, mencari bangku kosong untuk mereka pakai. Nihil. Keadaan kantin sedang ramai karena ini masih jam makan siang.

"Tidak ada bangku kosong. Kita makan di…"

"NAMJOON HYUNGGGG, YOOONGIII HYUUUNNGG, DISINIII…." Ucapan Namjoon terpotong karena mendengar seseorang meneriakkan namanya dan Yoongi dengan sangat keras.

"Kim Taehyung… seharusnya aku sudah tidak terkejut lagi dengan kelakuannya." Yoongi mengerutkan hidungnya.

"Tapi nyatanya kita masih terkejut dengan kelakuan ajaibnya, hyung" Namjoon menambahi.

Keduanya berjalan menuju meja Taehyung yang masih setia melambaikan tangannya dengan semangat.

"Duduk sini." Taehyung berucap kelewat semangat sambil menepuk satu-satunya bangku kosong disampingnya. "Yoongi hyung, duduk disebelah Jimin saja" Sambung Taehyung lagi.

Yoongi melirik namja berkepala pink yang duduk didepan Taehyung, yang juga ikut menatapnya, bermaksud meminta persetujuan.

"Tasmu…" Yoongi melirik tas Jimin yang berada di bangku.

"Oh, ah… maaf. Silahkan duduk" Jimin menarik tasnya kepangkuannya.

"Terimakasih" Yoongi berucap basa-basi dan mendudukan diri disamping Jimin.

"Jimin, kenalkan, ini Namjoon hyung dan Yoongi hyung" Taehyung mengenalkan.

"Aku Namjoon" Namjoon berujar ramah.

Hening… tidak ada respon dari Jimin.

Taehyung dan Namjoon melirik Yoongi, seperti memberi isyarat karena Namja pucat itu seperti tidak sadar keadaan. Yoongi yang merasa gerakan aneh Namjoon, melirik Namjoon sambil mengerutkan alisnya. Yoongi bisa melihat mata Namjoon yang sedang bergerak seperti memberi tanda agar Yoongi melihat kesamping, dan Yoongi melakukannya.

Disampingnya, Jimin sedang memandang Yoongi tanpa berkedip, namja berambut pink itu bahkan tanpa sadar memiringkan kepalanya agar bisa dengan jelas melihat Yoongii.

"Jim… Jim…" Taehyung memanggil, tangannya menyebrang meja agar bisa mencapai bahu Jimin.

Jimin berkedip terkejut. Buru-buru dia menegakkan tubuh dan memperbaiki rambutnya agar rasa gugupnya tertutupi. Keadaan mendadak canggung dimeja mereka.

"Ada yang salah dengan wajahku?" Yoongi melihat Jimin terang-terangan. Sementara Jimin pura-pura tidak mendengarkan Yoongi. Berpura-pura tidak sadar kalau pertanyaan Yoongi itu tertuju padanya.

"Jim, kau melihat Yoongi hyung seperti sedang melihat calon suami saja. Kau sedang melamunkan masa depanmu dengan Yoongi hyung?" Bukannya membantu, Taehyung malah menjadi kompor.

Jimin menunduk gugup. Rasanya malu setengah mati ketahuan menatapi seseorang sampai seperti itu.

"Aku tidak begitu" Cicit Jimin. Matanya melirik tajam Taehyung dari balik poninya.

"Yoongi hyung, maafkan dia. Dia memang suka berbuat norak" Taehyung makin mengobarkan api kompornya.

Yoongi meletakkan siku tangannya dimeja, telapak tangannya menopang pipinya, namja pucat itu gantian melihat Jimin tanpa berkedip. Jimin nyaris mati jantungan, bahkan makin menunduk dalam.

"Namamu?" Yoongi tersenyum geli melihat Jimin yang melirik takut-takut kearahnya.

Jimin tidak berani menjawab, walaupun dia sadar Yoongi menanyakan namanya.

"Hey, kepala pink, seniormu sedang bertanya" Yoongi menaikkan sebelah alisnya.

"Park Jimin, Sunbaenim…" Jimin menaikkan pandangannya dan matanya bertatapan langsung dengan mata Yoongi.

"Jurusan?" Yoongi bertanya lagi.

"Seni tari…"

"Oh" Yoongi menegakkan duduknya. Hilang sudah minatnya pada namja berambut pink yang berada disebelahnya.

Park Jimin, jurusan seni tari. Nama itu terkenal seantero fakultas seni. Yoongi sering mendengar nama Jimin disebut-sebut, tapi tidak pernah tau seperti apa bentuk Park Jimin anak seni tari itu. Jimin begitu terkenal, berasal dari keluarga kaya raya, dan rumornya sering pergi kencan dengan senior-senior entah dari jurusan apa saja, salah satu 'diva' fakultas seni dan Yoongi tidak pernah ingin terlibat dengan orang macam Jimin.

Ponsel Yoongi bergetar dalam kantongnya, ada nama Hoseok dilayarnya.

"Ne?"

"Hyung, ku dengar dari Appa-mu kau mendapatkan pekerjaan di agensi besar sebagai produser, ya?" Hoseok bertanya kelewat ceria.

"Dimana kau bertemu appa-ku?" bukannya menjawab, Yoongi balik bertanya.

"Di rumah sakit. Aku sedang coass dirumah sakit tempat appa- hyung bekerja. Ingat?" Jung Hoseok. Calon dokter, salah satu sahabat dekat Yoongi selain Namjoon.

"Begitu ya"

"Jadi itu benar?"

"Ne"

"WOW! Kau harus meneraktirku, hyung! Aku akan kerumahmu nanti malam. Jadi persiapkan dompetmu" Hoseok berucap semangat.

"Tidak bisa. Appa akan memasak untukku nanti malam. Kalau kau mau, datang saja, makan dirumahku. Ada holly dan Yoonji juga."

"Call! Aku akan datang. Masakan dokter Seokjin tidak boleh dilewatkan begitu saja. Jam tujuh aku akan berada dirumah mu hyung. Bye" Hoseok mematikan sambungan telepon lebih dulu.

"Kalian akan membuat acara, hyung?" Namjoon bersuara. Diam-diam mencuri dengar percakapan Yoongi ditelepon.

"Ne, Hanya keluarga ku saja. Appa, Yoonji, Holly, dan aku" Yoongi menjelaskan.

"Holly bukan keluargamu, hyung. Dia anjingmu" Namjoon memutar bola matanya.

"Itukan menurutmu. Holly itu keluarga ku, dia bayiku" Yoongi ikut memutar bola matanya jengah.

"Boleh aku ikut, hyung?" Taehyung menawarkan diri tanpa tahu malu.

"Memangnya kau tau rumahku?" Yoongi balik bertanya.

"Namjoon hyung tau, kan?" Taehyung melirik Namjoon.

"Tiga tahun aku berteman dengannya, Sekalipun tidak penah ditawari kerumahnya. Bagaimana aku bisa tau?" Namjoon melirik Yoongi sinis.

"Kau tidak pernah bilang ingin kerumahku" Yoongi tidak mau kalah.

"Itu karena kau tidak menawariku untuk datang" balas Namjoon.

"Hyung, hentikan. Kirimkan alamat rumahmu, oke? Aku dan Namjoon hyung akan datang. Jimin juga boleh datang ya?" Taehyung lagi-lagi bersikap tak tahu malu.

Jimin mendadak gelisah, ingin menolak tapi dia juga ingin tau soal Yoongi lebih lagi.

Yoongi melirik Jimin sekilas, Namja berambut pink itu seperti merasa tak nyaman, tapi juga ingin ikut.

"Terserah kalian saja. Nanti aku akan menelepon appa-ku agar memasak lebih banyak" ucap Yoongi akhirnya.

Diam-diam, Jimin tersenyum. Berarti dia boleh ikut kan? Iya kan?.

Dia tidak akan melewatkan kesempatan ini, dia harus tau siapa Yoongi. Harus! Karena Jimin sudah menetapkan Yoongi sebagai miliknya. Terkadang memiliki Taehyung sebagai sahabatanya yang aneh dan tidak tahu malu, menguntungkan juga. Tiba-tiba senyuman itu berubah jadi seringaian dibibir Jimin.

.

.

.

TBC?