"OUR FIRST SADNESS"

YAOI AREA

BXB

MPREG

GENRE : FULL DRAMA

PAIRING : CHANBAEK

DESCLAIMER : INI ASLI HASIL KARYA DARI OTAK SAYA YANG TIDAK SEBERAPA INI, JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT DAN KEJADIAN ITU HANYA KEBETULAN SEMATA.

.

.

.

.

Baekhyun memiliki nafsu makan yang besar, maka itu Chanyeol selalu siap siaga menyiapan berbagai macam cemilan ataupun menyuruh para pekerja dapur untuk membuat makanan yang Baekhyun inginkan.

Sama seperti hari lainnya, hari ini Baekhyun memiliki nafsu yang besar dalam hal makanan.

Monster mungil itu berniat untuk mengambil cemilannya seorang diri karena masih sensitif dengan bau para pekerja Chanyeol, maka itu sebisa mungkin Baekhyun menghindari kontak langsung dengan mereka.

Baekhyun pun lantas menuju dapur yang memang tidak ada siapapun, karena Baekhyun telah berpesan untuk para pekerja agar tak mendekati dapur terkecuali jika Baekhyun yang memerintahkannya sebab Baekhyun gemar sekali bolak-balik dapur untuk mengambil camilannya.

Sesampainya didapur, Baekhyun segera menarik salah satu kursi yang memang sengaja disediakan disana.

Baekhyun melakukan itu agar dirinya dapat menggapai cemilannya yang terletak dirak atas yang posisi lumayan tinggi untuk tubuh Baekhyun.

Monstr mungil itu masih berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan hingga tak sadar telah melakukan pergerakan diluar batas dan menyebabkan kursinya bergoyang, beruntung saat itu Chanyeol telah pulang bekerja dan memang mencari Baekhyun yang kebetulan sedang berada didapur, melihat hal itu membuat Chanyeol dengan sigap memegangi kursi tersebut agar Baekhyun tak terjatuh.

"Astaga Baek, apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Chanyeol panik.

Baekhyun sontak mengalihkan atensinya pada Chanyeol kemudian tersenyum polos tanpa dosa, "Aku hanya ingin mengambil camilan ku, Chanyeol." Ujarnya.

Chanyeol menghela nafas pelan, "Turunlah, aku akan mengambilkannya untuk mu." Ujar Chanyeol berusaha sabar.

"Tidak perlu, aku sudah mendapatkannya." Ujar Baekhyun riang seraya menunjukkan dua bungkus cemilan ditangannya.

"Yasudah, turunlah dulu agar kau bisa memakannya." Ujar Chanyeol.

"Chanyeol, aku ingin digendong." pinta Baekhyun bermanja.

Chanyeol tersenyum lembut, "Baiklah, sini biar aku gendong." Ujar Chanyeol sembari memposisikan kedua tangannya.

Baekhyun tentu saja langsung bersorak riang kemudian membungkuk untuk memeluk leher Chanyeol agar suaminya itu dapat menggendongnya dengan ala brydal style sebab perut Baekhyun terlalu buncit untuk mendapatkan piggy back.

"Lain kali kau harus lebih berhati-hati, sayang." Chanyeol berujar sembari berjalan keluar dapur.

"Iya iya cerewet." Ujar Baekhyun dengan bibir mempout lucu.

"Aku serius Baek, kau bisa saja terjatuh tadi." Kata Chanyeol menceramahi.

"Tapi aku tidak, kan ada suami ku." Sanggah Baekhyun tak mau kalah.

"Ya, tapi jika saja aku tidak berada disana tadi mungkin saja kita tidak bisa melakukan ini sekarang." Jelas Chanyeol mencoba memberi perngertian.

"Makanya, kau harus selalu ada jika aku sedang dalam kesulitan." Balas Baekhyun lagi.

"Tanpa kau minta pun aku juga ingin seperti itu, tapi.." Chanyeol menjeda kalimatnya karena hendak menempatkan Baekhyun diatas sofa.

"Tidak selamanya kita bisa mendapatkan kebetulan yang sama, jadi sebisa mungkin kau harus berhati-hati, bukan hanya untuk anak kita tapi juga untuk keselamatan mu, mengerti?"

Sudah hampir setahun bersama Baekhyun membuat pria jangkung itu sangat memahami sifat Baekhyun yang tidak suka dibentak ataupun diperintah karena Baekhyun masih dalam tahap menuju dewasa berbanding balik dengan dirinya yang sudah berumur 28tahun.

Maka itu, sebisa mungkin Chanyeol memberi penjelasan dengan nada yang lembut agar Baekhyun tak tersinggung dan menyebabkan mereka dalam pertengkaran lainnya.

"Iya aku mengerti, maaf sudah membuat mu khawatir Chanyeol." Ujar Baekhyun sendu.

"Tak apa, aku hanya terlalu mencintai mu." Ujar Chanyeol tulus.

"Aku pun! Bahkan lebih besar!" Seru Baekhyun masih tak mau kalah, namun kali ini disertai dengan senyuman khasnya yaitu senyuman bulan sabit yang selalu berhasil membuat Chanyeol jatuh cinta lagi dan lagi.

.

MY LOVELY MONSTER

.

"Kau!" Bola mata Baekhyun serasa hendak keluar dari tempatnya, sementara si pembuat ulah hanya tersenyum meremehkan.

"Bagaimana kau bisa tau rumah ini?"

"Hai Baekhyun, lama tidak bertemu. Bagaimana jika kita berjalan-jalan sebentar untuk mengenang masalalu." Ujarnya dengan nada yang tidak enak didengar. Terlalu menyeramkan.

Baekhyun berdecih, tak benar menyimpan rasa jijiknya pada sang mantan kekasih yang entah kenapa bertambah menjijikkan di matanya.

"Pergilah Kai, aku terlalu sibuk untuk mendengar ocehan mu." Ujar Baekhyun tak berminat bercampur kesal.

"Kalau begitu, apa boleh buat. Kau yang memaksa." Baekhyun bahkan belum sempat mencerna apa yang Kai katakan barusan, Kai telah membekap mulut dan hidung Baekhyun dan semua berubah menjadi gelap dalam sekejap.

Dan saat Baekhyun tersadar, monster mungil itu telah berada disuatu ruangan dengan tangan yang terikat dibelakang kursi.

"Akhirnya kau bangun juga, dasar tukang tidur." Celetuk seseorang, didengar dari suaranya dia adalah perempuan.

Baekhyun berusaha untuk memfokuskan matanya yang masih memandang dengan kabur dan tak perlu berganti menit untuk membuat raut wajah Baekhyun berubah menjadi terkejut, sebab didepan sana berdiri seorang perempuan yang amat ia kenali.

Jiyeon, wanita ular yang sudah berani menipu dirinya dan Chanyeol.

.

MY LOVELY MONSTER

.

Chanyeol jelas mengerutkan keningnya pada pernyataan Luhan barusan yang terkesan tidak bertanggung jawab.

Sebab tidak mungkin Baekhyun tidak berada di rumah, jika Luhan sudah memastikan Baekhyun sampai dengan selamat.

"Luhan, aku sedang tidak bermain-main." Peringat Chanyeol.

Luhan bedecak, "Mungkin dia sedih karena aku marah padanya, jadi dia pergi menenangkan diri." Celetuk Luhan berasumsi.

"Dan kenapa kau harus marah padanya?" Tanya Chanyeol ingin tau.

"Bagaimana aku tidak marah, tadi itu dia mendapatkan paket mengerikan dan aku dilarang memberitau mu." Curhat Luhan dengan nada percampuran merajuk dan kesal.

"Paket apa?" Tanya Chanyeol makin penasaran.

Luhan tersadar dan terkejut dia telah salah bicara, rusa china itu berubah resah.

"Tapi jangan beritau Baekhyun ya?"

Chanyeol mengangguk meski tau Luhan tidak akan melihatnya, "Katakan saja!"

"Tadi itu Baekhyun mendapatkan paket burung mati bersimbah darah." Luhan menjeda kalimatnya dengan mata membola kala teringat akan sesuatu, "Oh Chanyeol, mungkin saja Baekhyun di culik si pengirim paket karena didalam paket itu ada sebuah tulisan mengerikan.

"Aku tidak mengerti maksud mu." Ujar Chanyeol yang tidak sedikitpun memahami perkataan Luhan.

"Tanyakan pada pelayan mu, dimana dia membuang paket yang diterima Baekhyun tadi pagi." Usul Luhan akhirnya.

"Aku akan kesana dalam 20menit." Ujar Luhan lagi sebelum panggilan itu terputus.

Chanyeol pun tanpa banyak membuang waktu segera memanggil para maidnya dan menanyakan perihal paket yang Luhan bicarakan.

Para Maid itupun segera mengambil kembali paket mengerikan yang telah disuruh buang oleh Baekhyun tadi pagi.

Alangkah terkejutnya Chanyeol setelah melihat paket serta tulisan yang berada didalamnya.

Chanyeol mondar-mandir menunggu kedatangan Luhan yang entah mengapa menjadi sangat lama, padahal pria cantik itu datang tepat waktu.

"Bagaimana? Kau sudah melihat paketnya?" Tanya Luhan sesampainya ia dikediaman sahabatnya.

Chanyeol mengangguk, "Kira-kira siapa yang bisa mengirimkan hal mengerikan seperti itu pada Baekhyun?" Tanya Chanyeol, berharap setidaknya Luhan memiliki gambaran seorang pelaku.

"Aku tidak begitu yakin, sebab kau tahu sendiri suami mu itu memiliki sifat yang tidak begitu baik, semua orang bisa menjadi tersangka saat ini." Ujar Luhan frustasi.

Chanyeol mendesah, "Tidakkah kau memiliki penggambaran yang spesifik, mungkin saja orang-orang yang pernah dekat dengan Baekhyun." Tutur Chanyeol harap-harap cemas.

Luhan tampak berfikir sebentar sebelum membuka suara, "Oh kau benar! Kau ingat mantan kekasih Baekhyun yang pernah mengajak Baekhyun untuk menggugurkan kandungannya'kan?" Tanya Luhan memastikan dan dijawab anggukan mantap dari Chanyeol.

"Aku yakin itu pasti ulah mantan kekasih Baekhyun yang psycho." Kata Luhan dengan penuh keyakinan.

Chanyeol juga turut merasa yakin, sebab mereka memang tidak memiliki orang lain lagi untuk dijadikan tersangka.

"Tapi Chanyeol, tidakkah kau merasa aneh?" Tanya Luhan membuat Chanyeol mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Apa yang aneh?" Tanya pria jangkung itu kemudian.

"Kau memiliki sistem keamanan yang ketat, tapi bagaimana bisa Kai masuk kesini dan menculik Baekhyun."

"Tidakkah kau rasa kita perlu memeriksa satpam mu?" Ujar Luhan seraya menatap Chanyeol penuh arti.

Chanyeol pun tanpa banyak kata segera berlari keluar rumah menuju pos jaga dimana satpamnya berada.

Dan sesampainya dia disana Suami Baekhyun itu segera menarik kerah satpamnya dan menjejalinya dengan tuduhan bertubi.

Luhan yang melihat itu segera menjadi pihak tengah, berusaha untuk memenangkan Chanyeol.

"Kau tidak bisa mendapatkan jawabannya jika kau lebih mendulukan emosi mu, biar aku yang melakukannya." Ujar Luhan mencoba tidak turut dalam emosi pula sementara Chanyeol hanya bisa menghela nafas seraya mengusak rambutnya frustasi.

Setelah memastikan Chanyeol sudah berada dijarak yang aman dengan satpamnya, Luhan pun memulai interogasi yang lebih manusiawi pada sang satpam yang sudah benar-benar merasa ketakutan.

"Aku tidak memiliki waktu untuk berbasa-basi, jadi aku akan langsung saja." Ujar Luhan dengan wajah yang seserius mungkin.

"Darimana datangnya paket yang Baekhyun terima pagi ini?" Tanya Luhan menatap sejurus kedalam mata satpam.

"Sa..saya tidak tahu tuan, saya hanya melihat paket itu didepan pos jaga dan disana tertuliskan nama Tuan Baekhyun jadi saya fikir itu memang untuk Tuan Baekhyun." Jawabnya dengan nada yang masih ketakutan.

Luhan menghela nafas, "Tadi, saat aku mengantar Baekhyun pulang kau berada disini'kan?" Tanya Luhan memastikan karena dirinya memang melihat satpam itu berada ditempatnya sebab jika tidak, tak mungkin pagar rumah Chanyeol akan terbuka tanpa ada yang memencet tombolnya.

Satpam itupun mengangguk dengan cepat untuk menjawabi.

"Lalu apa yang terjadi setelah itu?"

"Tadi setelah mobil Tuan masuk, ada sebuah mobil lagi yang berada dibelakang Tuan, jadi saya fikir itu juga teman Tuan Baekhyun maka itu saya tidak menutup pagarnya." Luhan berjengit heran mendengar penuturan satpam Chanyeol itu, namun tetap mendengarkan hingga sang satpam menyelesaikan ceritanya.

"Lalu tak lama setelah mobil Tuan keluar dari pekarangan, mobil itu juga keluar." Sambung satpam itu.

Luhan semakin berjengit, "Apakah kau sempat untuk melihat plat nomornya?" Tanya Luhan penuh harap sebab itulah harapan satu-satunya.

Satpam itu mengangguk mantap, "Tentu saja, itu memang tugas saya untuk mencatat plat nomor yang masuk dan keluar dari rumah ini."

Luhan tentu saja berlonjak kegirangan, "Kau yakin kau ingat nomornya?" Tanya Luhan sekali lagi untuk memastikan.

"Ya tuan, jika anda tidak yakin dengan ingatan saya anda bisa melihat rekaman cctv hari ini." Ujar satpam itu memberikan saran.

Dan didetik itu pulalah Luhan merasa menjadi orang yang paling bodoh sedunia, Luhan benar-benar lupa jika rumah Chanyeol ini banyak dipasangi cctv. Seharusnya mereka melihat itu sedari tadi.

Sungguh kepanikan membuat mereka buta segalanya.

.

Mereka pun melihat rekaman disetiap cctv yang ada dirumah Chanyeol.

Pagi itu setelah mobil Luhan masuk, tak lama kemudian ada seseorang yang tengah membawa kotak ditangannya dan meletakkannya begitu saja didepan pos jaga.

Luhan melihat orang itu dengan seksama dan terkejut setelahnya karena dugaannya dan Chanyeol ternyata benar adanya.

Itu adalah Kai, si brengsek mantan kekasih Baekhyun. Chanyeol mengumpat penuh kekesalan.

Mengabaikan Chanyeol, pria berdarah china itu melihat rekaman cctv yang lain. Menunjukkan kala dirinya dan Baekhyun baru saja tiba dan benar saja, ada mobil lain yang mengikuti setelahnya.

Merutuk kesal akan Betapa bebalnya Luhan hingga ia tak menyadari ada mobil lain yang mengikuti.

"Kau pernah melihat mobil itu sebelumnya? Karena seingatku itu bukanlah mobil Kai." Tanya Luhan merujuk pada mobil suv yang ada didalam layar.

Chanyeol mengalihkan eksistensinya pada layar dan tampak berfikir sejenak hanya untuk menganga tak percaya dimenit berikutnya hingga membuat Luhan berjengit keheranan.

"Nah, sepertinya kau tidak asing dengan itu. Jadi milik siapa ini?" Tanya Luhan penasaran.

"Itu mobil mantan assisten pribadi ku, Jiyeon." Ujar Chanyeol masih dengan nada tak percayanya.

Oh, seharusnya Chanyeol sudah mengira ini dari awal.

Seharusnya ia tahu, jika Jiyeon bukanlah orang sembarangan yang bisa ia abaikan begitu saja.

Wanita itu picik persis seperti ular, diam namun berbisa.

"Wah, wanita itu benar-benar ingin mati rupanya." Ujar Luhan menggeram kesal kemudian Luhan pun mengalihkan atensinya pada Chanyeol yang tengah mengerang frustasi.

"Apa lagi yang kau tunggu Chanyeol! Cepat telfon polisi, ini namanya penculikan terancana!" Seru Luhan panik.

Chanyeol pun mendapatakan akalnya kembali dan mengangguk dengan cepat kemudian meraih ponselnya yang berada disaku celananya.

Namun, barusaja ia hendak melakukan panggilan, ponselnya telah lebih dulu berbunyi. Itu adalah panggilan terbatas yang menggunakan nomor rahasia.

Chanyeol tanpa pikir panjang segera menerima panggilan itu, namun alih-alih sapaan basa-basi, teriakan seseorang lah yang pertama kali menyapa indera pendengarnya yang tak lain tak bukan suara itu adalah suara suaminya sendiri.

"Baekhyun apa yang...!!"

Sepertinya Chanyeol tak diizinkan untuk mendengar suara suaminya lebih lama sebab suara lain telah menyapa indranya.

"Mari bermain pintar dengan tidak memanggil polisi, aku tidak bermaksud mengancam, tapi aku tidak menjamin keselamatan Baekhyun dan anakmu." Ujar seseorang disebrang telfon.

"Jiyeon, aku akan membunuh mu jika sesuatu terjadi pada Baekhyun maupun anak ku." Ujar Chanyeol sarat akan ancaman.

Alih-alih takut, wanita yang pernah menjadu asisten Chanyeol itu taunya malah tergelak seolah yang dikatakan Chanyeol adalah lelucon terlucu yang pernah ada.

"Aku tau kau bukanlah orang yang peka, tapi aku tidak tau jika kau bisa sebodoh ini membaca situasi. Setidaknya Baekhyun tidak sebodoh dirimu." Ujar Jiyeon meremehkan sementara Chanyeol berjengit tak mengerti.

"Apakah menurut mu aku akan termakan dengan ancaman mu sementara kau sama sekali tidak mengetahui keberadaan kami dan Baekhyun ada bersama ku itu artinya aku bisa membuat Baekhyun berada didalam bahaya kapanpun aku mau." Ujar Jiyeon penuh kemenangan membuat Chanyeol semakin menggeram kesal karena apa yang dikatakan oleh Jiyeon benar adanya.

Saat ini Chanyeol tidak tau keberadaan Baekhyun dan ia bisa saja kehilangan Baekhyun untuk selamanya jika ia bertindak gegabah.

"Brengsek! Katakan apa mau mu!" Seru Chanyeol meninggi.

Jiyeon mendengus pelan, "Bukankah lebih mudah jika kau menanyakan hal itu sedari tadi."

"Tidak banyak, aku hanya ingin beberapa lembar cek kosong mu. Aku yakin kau tidak akan bangkrut karenanya." Ujar Jiyeon.

Chanyeol menghela nafas pelan, "Baiklah, kemana aku harus pergi?" Tanya Chanyeol berusaha bersabar.

Jiyeon pun memberitahukan Chanyeol alamat dimana ia menahan Baekhyun dan mengakhiri panggilannya dengan peringatan keras jika Chanyeol harus kesana seorang diri tanpa ada satupun yang menemani termasuk Luhan.

Luhan tentu saja keberatan dan tidak terima tapi Chanyeol malah menatap Luhan putus asa.

"Aku tau kau khawatir, tapi aku juga tak bisa membahayakan posisi Baekhyun. Ku mohon mengertilah." Pintanya dengan sedikit memelas. Maka itu, mau tak mau Luhan hanya bisa membiarkan Chanyeol berlalu seorang diri.

.

MY LOVELY MONSTER

.

Baekhyun mengerang merasakan pening dikepalanya membuat monster mungil itu sedikit kesulitan membuka matanya.

Ruangan gelap minim pencahayaan yang pertama kali tertangkap oleh inderanya. Baekhyun mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi dan kejadian terakhir kali yang ia ingat adalah Jiyeon membenturkan kepalanya dengan botol soju.

Baekhyun berubah panik dan semakin cemas kala tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya yang ternyata terikat dengan erat.

"Tolong!!!" Teriak Baekhyun berulang kali, namun sayang bukannya mendapat pertolongan ia malah membangunkan seseorang yang tengah tertidur dibelakang kursinya.

"Aish, tidak heran Chanyeol tidak bisa menerima mu sepenuhnya, kau terlalu berisik, berbanding terbalik dengan mantan kekasihnya dulu " Ujar orang itu seraya berjalan mendekat kearah Baekhyun.

"Dasar wanita jalang! Apa yang kau inginkan dari ku hah?!" Teriak Baekhyun seraya meronta hingga pergelangan tangan dan pergelangan kakinya semakin memerah.

Wanita itu tak lain tak bukan adalah Jiyeon, tengah berdecak sembari menggelengkan kepalanya pelan, "Kau tidak perlu sehisteris itu, tenang saja aku akan mengatakan apa yang ku inginkan." Ujar Jiyeon disertai senyumannya yang amat sangat menyebalkan.

Jiyeon kemudian membungkukkan badannya hingga ia dan Baekhyun kini dapat bersitatap secara langsung.

"Bagaimana jika ku katakan bahwa aku menginginkan suami mu." Ujar Jiyeon tersenyum miring.

Baekhyun hampir saja menganga tak percaya, hingga dengan penuh kebencian Baekhyun meludahi wajah Jiyeon.

"Bahkan dalam mimpi pun kau tidak pantas untuk menyaingi ku." Kata Baekhyun dengan seringaiannya membuat Jiyeon naik darah kemudian menampar Baekhyun dengan kuat hingga kepalanya tertoleh kesamping bertepatan dengan pintu yang terbuka yang menampilkan Kai dengan wajah terkejutnya.

Pria itu lantas menarik Jiyeon menjauh, "Tenanglah Jiyeon, kau terlalu emosi." Ujar Kai berusaha menenangkan sementara Baekhyun menjilati ujung bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Tenangkan dirimu, lalu telfon Chanyeol." Titah Kai, Jiyeon pun dengan terpaksa mengalah dan menarik nafas panjangnya untuk menenangkan emosinya yang sudah membumbung.

Kai kemudian beralih pada Baekhyun, "Baekhyun dengar, aku tidak ingin menyakiti mu tapi jika kau membuat ulah maka aku tidak segan-segan untuk melakukan hal yang tidak kau ingin kan." Ujar Kai memperingati.

Baekhyun berdecih, "Kau fikir aku takut, begitu?" Tanya Baekhyun remeh.

Alis Kai naik satu, sesuai dengan yang ia duga takut bukanlah apa yang ada didalam kamus Baekhyun.

"Aku tau, dan kata-kata itu bukan untuk mu." Ujar Kai.

Baekhyun masih berusaha mencari tahu maksud perkataan Kai saat tangan pria itu berada diatas perutnya dan mulai menekannya dengan kasar mengundang jeritan kesakitan dari Baekhyun.

"Brengsek!" Umpat Baekhyun dengan mata yang sudah memerah sempurna menahan tangis dan amarah.

Setelah Kai melepaskan tekanannya, pria itu mendekati Jiyeon yang tengah melakukan panggilan telfon sementara Baekhyun berusaha menenangkan perutnya yang mengalami sedikit kontraksi.

.

MY LOVELY MONSTER

.

Chanyeol tiba di area gedung yang sudah lama tak terpakai. Pria jangking itu lantas menelusuri gedung itu untuk mencari ruangan yang telah diberi tahu Jiyeon sebelumnya.

Hingga tibalah Chanyeol tiba disalah satu ruangan dan disambut dengan beberapa pria dihadapannya dan dibelakang sana ia melihat Suaminya yang terikat dikursi tak lupa mulutnya disumpel dengan isolasi dengan Kai serta Jiyeon yang berada disisinya.

"Aku sudah membawakan apa yang kau inginkan, sekarang lepaskan Baekhyun!" Seru Chanyeol seraya mengayunkan amplop yang ada ditangannya.

Kai pun memberikan titah agar orang-orang bawahannya mengambil amplop yang ada ditangan Chanyeol untuk kemudian diberikan pada Jiyeon.

Wanita itu pun mengangguk senang setelah melihat isinya.

"Sekarang serahkan Baekhyun." Ujar Chanyeol mengingatkan.

Jiyeon lantas tergelak, "Keinginan ku memang terpenuhi, tapi tidak dengan keinginannya." Ujar Jiyeon seraya menunjuk Kai yang berada disampingnya.

"Tidakkah kau ingin mengabulkan keinginannya dulu?" Tanya Jiyeon berpura polos.

Chanyeol mengernyit tak mengerti, pria jangkung itu baru memahami keadaan kala Kai serta Jiyeon melangkah pergi sementara orang bawahan Kai mendekatinya dan bersiap untuk menyerang.

Beruntung Chanyeol dengan sigap menahan salah satu pukulan yang hendak mendarat diwajahnya.

Perkelahian sengitpun tak terhindarkan, tapi apa mau dikata. Lima banding satu bukanlah lawan yang seimbang.

Chanyeol berulang kali jatuh tersungkur dan ditendangi dengan brutal. Namun, melihat Baekhyun yang tengah menatapnya iba dan disertai dengan airmata keputusasaan membuat Chanyeol seolah mendapatkan energi berlebih.

Hingga akhirnya Chanyeol dapat memutar balikkan keadaan dan mengalahkan orang-orang itu meski ia harus mengalami banyak luka yang mengeluarkan darah.

Chanyeol pun berhasil mendekati Baekhyun kemudian melepaskan ikatan yang mengekang suaminya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Chanyeol, monster mungil itu hanya mengangguk sembari berhambur kepelukan Chanyeol.

Tak selang beberapa menit setelahnya Baekhyun melotot tak percaya saat salah seorang dari orang bawahan Kai bangun dengan sebilah pisau ditangannya yang diacungkan kearah Chanyeol.

Baekhyun dengan gerakan cepat memutar badan mereka hingga pisau itu menancap diantara panggul dan tulang punggungnya.

Setelah melakukan hal keji itu, sang pelaku berlari meninggalkan keduanya.

Chanyeol tak sempat mengejarnya karena terlalu khawatir akan keadaan Baekhyun.

"B..b..baek.." Panggil Chanyeol terbata kala merasakan darah mengalir ditangannya serta melihat darah yang juga mengalir diatara selangkangan Baekhyun.

"Baek Tolong tahanlah sebentar aku akan membawa mu kerumah sakit." Ujar Chanyeol tergagap. Airmatanya telah menetes sedari tadi.

"Cha..chanyeol.. Ma..maaf aku tidak berhati-hati.." Ujar Baekhyun terbata sebab monster mungil itu menahan rasa sakit.

"Ssst.. Tak apa, aku lah yang seharusnya minta maaf karena lalai melindungi mu." Ujar Chanyeol sembari menangis.

"To..tolong selamatkan anak...kita" Chanyeol mengangguk semangat dan berusaha menggendong Baekhyun untuk membawanya keluar dari sana.

"Pasti Baek, maka itu kau harus bertahan aku akan membawa mu keluar dari sini." Ujar Chanyeol mencoba meyakinkan.

Meyakinkan mereka berdua, walaupun Chanyeol ragu jika ia bisa menyelamatkan Baekhyun dengan keadaannya saat ini.

Kakinya sudah tak mampu menopang berat badannya ditambah dengan Baekhyun yang sedang berada didalam gendongannya.

"Bo..boleh kah aku tidur sebentar Chanyeol?" Tanya Baekhyun dengan tatapan matanya yang sudah mulai sayu.

"Jangan Baek, aku butuh teman mengobrol, ku mohon tetap buka mata mu untuk ku." Pinta Chanyeol dengan airmata yang sudah mengalir deras.

Namun tak ada jawaban dari Baekhyun sama sekali.

"Baek bangun!!!"

"Baekhyun kumohon buka mata mu!" Seru Chanyeol sembari masih berusaha untuk melangkahkan kakinya.

"Ku mohon Baekhyun! Buka mata mu baek!" Pinta Chanyeol dengan suara meninggi, namun apa mau dikata Baekhyum tetap diam membisu dengan matanya yang sudah tertutup.

.

MY LOVELY MONSTER

.

Luhan menghubungi Sehun dan meminta pertolongan pria itu, dia tidak bisa diam saja sementara sahabatnya tengah mengalami keadaan yang berbahaya. Maka itu mereka mengikuti kemana arah mobil Chanyeol melaju menggunakan GPS yang terpasang diponsel pria jangkung itu.

"Chanyeol meminta untuk tidak menghubungi polisi karena itu bisa membahayakan Baekhyun." Sanggah Luhan kala Sehun hendak melapor pada polisi.

"Justru karena hal ini berbahaya kita harus menghubungi polisi!" Seru Sehun meninggi.

Pria albino itu khawatir setengah mati dengan adik kesayangannya. Adiknya itu mungkin terlihat seperti monster tapi sangat lemah didalam.

Sehun tak ingin terjadi sesuatu pada adik kesayangannya.

"Tenang saja Luhan, polisi akan membantu kita." Ujar Sehun meyakinkan sembari menatap Luhan barang sebentar untuk kemudian kembali terfokus pada jalanan.

Luhan menghela nafas pelan kemudian memilih mengikuti saran Sehun untuk melapor pada polisi.

Saat Luhan dan Sehun tiba, keduanya melihat Kai serta Jiyeon hendak masuk kedalam salahsatu mobil.

Siapapun akan mengira jika mereka tengah berusaha melarikan diri, maka itu Sehun segera keluar dari mobilnya dengan gerakan cepat menarik kerah Kai lalu membuatnya jatuh tersungkur, Jiyeon yang melihat itu berniat meninggalkan Kai dengan berlari menjauh. Namun sayang, Luhan sudah lebih dulu menarik rambutnya hingga ia tak dapat melangkah terlalu jauh.

Beruntung mereka memiliki tinggi badan yang setara hingga Luhan tidak memiliki kesulitan untuk menarik rambut panjang wanita itu.

"Upps, kau terlalu lamban nona." Ujar Luhan meremehkan.

Jiyeon menggeram kesal lantas hendak menarik rambut Luhan pula, tapi Luhan dengan cepat menarik rambut Jiyeon semakin kuat hingga membuat wanita itu menjerit seraya terdongak mengikuti arah tarikan Luhan.

"Sayangnya aku tidak memiliki rambut yang panjang." Sarkas Luhan disertai senyuman meremehkannya.

"Sialan! Lepaskan tangan mu!" Seru Jiyeon meronta.

"Baiklah, tapi sebelum itu..." Luhan sengaja menghentikan kalimatnya hanya untuk menunjukkan kepalan tangannya pada Jiyeon.

Mengabaikan gelengan memelas Jiyeon, tangan Luhan sudah lebih dulu melayang mengenai hidung Jiyeon membuatnya mengucurkan darah.

Well, seberapapun kuat fisik seorang wanita, pria bukanlah tandingannya.

Sementara Sehun dan Kai masih berusaha untuk menjatuhkan satu sama lain, hanya saja Sehun terlihat lebih baik karena hanya memiliki luka dipelipis akibat pukulan Kai berbanding terbalik dengan Kai yang sudah babak belur bahkan hampir sekarat.

Luhan dengan segala kewarasan dan sisi kemanusiaan yang ia miliki memilih untuk menghentikan Kai sebelum Sehun melakukan hal fatal yang malah akan merugikan dirinya sendiri.

"Sehun sudah cukup!" Ujar Luhan berusaha menghentikan Sehun, namun pria albino itu berubah tuli dan masih melanjutkan aksinya.

"Sehun sudahlah! Kita harus mencari Baekhyun dan Chanyeol!" Kata Luhan dengan sedikit teriakan.

Akhirnya Sehun pun berhenti setelah sadar akan tujuannya datang kesini.

"Katakan dimana Baekhyun?" Tanya Sehun pada Kai yang hampir kehilangan kesadarannya.

"Lantai.. Dua.. Ru..ruangan paling ujung.." Ujarnya terbata.

Sehun dan Luhan pun langsung berlalu menuju ruangan yang dimaksud oleh Kai, meninggalkan keduanya yang sudah tak sadarkan diri.

Tak lama berselang, polisipun datang dan melihat kedua orang yang tak sadarkan diri itu kemudian memanggil ambulance.

Setelahnya para polisi itupun beranjak mengikuti Sehun dan Luhan yang masih terlihat dalam pandangan mereka.

Saat Luhan dan Sehun masuk berdampingan dengan para polisi, mereka melihat lima orang pria tergeletak tak sadarkan diri dan Juga Chanyeol yang sedang jatuh terduduk sembari menangis dengan Baekhyun yang berada didalam pelukannya.

Sehun dan Luhan pun langsung mendekati keduanya sementara polisi-polisi itu mulai melakukan tugasnya.

Dan alangkah terkejutnya Sehun juga Luhan melihat pisau yang menancap ditubuh Baekhyun.

"To..tolong selamatkan Baekhyun.." Ujarnya putus asa.

Melihat Chanyeol yang tidak sanggup berdiri, Sehun mengambil inisiatif untuk menggendong adiknya sementara Luhan membantu Chanyeol untuk bangkit.

Beruntung saat mereka keluar dari sana, ambulance sudah tiba. Chanyeol meminta agar dirinya yang berada diambulance menemani Baekhyun, Sehun dan Luhan setuju lantas mengikuti ambulance menuju rumah sakit terdekat.

.

Baekhyun pun langsung dibawa keruang operasi.

Operasi itu berjalan selama berjam-jam lamanya sebab posisi Baekhyun saat ini sangat tidak mebguntungkan sebab pisau yang menancap dipanggulnya mengganggu proses secar yang akan dilakukan.

Dokter yang melakukan Operasi itu hanya bisa berharap agar pisau itu tidak menancap terlalu dalam hingga tak mengenai janin Baekhyun.

Sementara di ruang tunggu operasi Sehun, Luhan, Chanyeol dan orang tuanya serta orang tua Baekhyun menunggu dengan cemas.

Tidak satupun diantara mereka membuka suara karena terlalu takut akan apa yang terjadi kedepannya.

Mereka terus menggumamkan doa didalam hati berharap Baekhyun dan anaknya dapat selamat.

Yoona menatap iba pada anak sulungnya yang babak belur tapi menolak untuk diobati karena ingin menunggu kabar dari suami tercintanya.

Yoona mendekati Chanyeol, mengelus pundaknya yang tegang dengan pelan.

"Semua akan baik-baik saja nak." Ujar Yoona menenangkan.

Meskipun Chanyeol ragu bahwa semua akan baik-baik saja, namun jauh didalam hatinya pria jangkung itu ingin sekali mempercayai hal itu.

Yah semoga saja semuanya baik-baik saja.

.

MY LOVELY MONSTER

.

Setelah menunggu hampir 4jam lamanya akhirnya operasi itu selesai dan pihak keluarga diizinkan pergi ke depan ruang Operasi untuk mendengar penjelasan dokter.

Setiap dari masing-masing mereka menggumamkan kata doa dan harapan untuk Baekhyun serta anaknya.

Namun adakalanya harapan tetaplah menjadi harapan saat takdir berkata lain.

"Maaf, kami sudah berusaha semampu kami."

Jujur saja, jika memungkinkan Chanyeol amat sangat menolak permintaan maaf itu. Chanyeol tak ingin permintaan maaf, dia ingin suami dan anaknya selamat.

Chanyeol ingin sekali mengajukan pernyataan tidak terimanya, namun ia menyadari itu bukanlah hal yang tepat saat ini.

Sebab bukan hanya dirinya yang merasakan hal menyedihkan sekeji ini, disana ada orang tuanya dan orang tua Baekhyun, juga jangan lupakan Sehun dan Luhan.

Bahkan kini pria albino itu hanya bisa memukuli dinding untuk menyalurkan emosinya.

Sooyoung menangis dipelukan Changmin tak jauh berbeda dengan ayahnya yang langsung mendekap ibunya yang tak sanggup berdiri diatas kedua kakinya.

Dan Chanyeol hanya bisa bertanya didalam benaknya.

Kenapa hal ini terjadi lagi padanya?

Chanyeol hanya meminta agar takdir dapat memberinya sedikit kebahagiaan. Tidak banyak, cukup hanya agar ia kembali mendapatkan keinginan untuk mempertahankan hidupnya.

Hanya itu. Tapi rasanya itupun permintaan terlalu besar untuknya.

Chanyeol terkadang ingin berteriak mengapa takdir sangat tidak adil padanya.

Terus bertanya-tanya kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga ia mendapatkan ketidakadilan seperti ini.

Kenapa Chanyeol harus mengalami hal yang sama berulang kali?

.

Semua menjadi tidak adil saat kita tak mendapatkan apa yang kita tidak inginkan, hingga lupa jika takdir tau kita belum membutuhkannya meskipun sangat menginginkannya.

.

.

Epilog

6tahun berlalu...

Langit tengah berada difase yang seindah-indahnya, matahari terlihat sangat cerag hari ini, hamparan biru menenangkan dihiasi dengan gumpalan putih yang menyenangkan membuat Seorang gadis kecil memiliki semangat untuk berlari kesana kemari sembari mengejar kupu-kupu yang berterbangan diantara satu bunga ke bunga yang lainnya.

Musim semi tahun ini terlihat lebih menyegarkan daripada tahun-tahun sebelumnya.

"Papa ayo cinii!" Seru gadis kecil itu meneriaki seorang pria yang tengah menatapnya dari kejauhan.

"Iya sayang, Chealse main dulu nanti papa menyusul." Balasnya tak lupa dengan senyumannya.

Sang gadis kecil kembali melakukan kegiatannya sementara pria yang diteriaki papa menatapnya sendu penuh arti mengundang rasa penasaran seorang lainnya.

"Sayang, kau melamun lagi?" Tanya orang itu.

Sang pria tersenyum, "Aku hanya teringat dia." Ujar pria itu.

Menghela nafas pelan kemudian mendudukkan dirinya disamping pria itu untuk menggenggam tangannya lembut, "Apa kau ingin agar kita pulang saja?" Tanyanya kemudian.

"Tidak perlu, Chealse sudah lama menginginkan piknik ini." Sanggah pria itu.

"Kalau begitu ayo kita kesana, Chealse sudah mengajak mu bermain sedari tadi." Ajaknya.

"Jika saja dia masih ada mungkin Chealse tak akan bosan bermain sendirian." Ujar pria itu sendu.

Orang itu tersenyum mafhum, "Aku tidak meminta mu untuk melupakan dia, tapi alangkah baiknya jika kita sekarang terfokus dulu pada pertumbuhan Chealse." Ujar orang itu.

"Aku tau, mempertahankan Chealse pun butuh perjuangan bagi kita."

Yang lainnya Bergumam menanggapi, "Jangan sampai Chealse berfikir ia tak mengalami masa kecil yang menyenangkan hanya karena papanya terfokus pada yang sudah tiada." Ujarnya berusaha sebisa mungkin untuk tidak menyinggung.

"Maafkan aku." Sesal pria itu seraya menatap sang lawan bicara penuh kesenduan.

Sang lawan bicara tersenyum menenangkan, "Sudah sering ku katakan tidak perlu meminta maaf, kau tidak melakukan kesalahan apapun." Ujarnya pelan.

"Ingat saja, aku selalu disini untuk mu dan aku sangat mencintai mu begitu pula Chealse." Sambungnya seraya mengusap pelan pipi sang pria.

"Aku juga mencintai kalian." Balas pria itu pun juga membalas mengusap tangan yang menempel dipipinya.

Satu kecupan mendarat diatas dahi untuk menyampaikan kasih sayangnya yang tulus.

"Nah sudah cukup kita bersedih-sedih, mari kita membuat kenangan yang bahagia bersama Chealse." Ujarnya kemudian berdiri dan menyodorkan tangannya, Pria itu tersenyum simpul kemudian menerima sodoran tangan itu lantas keduanya pun mendekati putri kesayangan mereka Chealse.

Anak kedua dari Park Chanyeol dan Byun Baekhyun, adik dari Park Chanhyun yang sudah wafat 6tahun silam.

.

.

End

.

.

.

Cangkem :

Akhirnya selesai juga, yaampun ini sudah setahun lebih dong.. Gak nyangka untuk satu chapter pendek ini aja py butuh setahun astaga maafkan py ;(

Py gak yakin ini gak bakalan memuaskan kalian, tapi tolong hargain pilihan py yang milih ending begini ;(

Jujur aja, awalnya py kira ini bakal sampe 15chap ternyata gak sampe wkwkwk...

Sayang masih ada 1slide tersisa hehehe...

Sekali lagi, makasih banyak buat yang udah nunggu dan meluangkan waktu untuk ngeriview.. Lofyuu ;*

Chanbaeksemakindidepan ;)