Disclaimer : All Character belong to Masashi Kishimoto
Warning
Strong Sexual Content, Under 21 please don't read
.
.
.
The Heiress and The Bartender
Hari ini malam minggu. Ino mematut bayangannya di cermin. Dia terlihat sexy dengan mini dress hitam dan high heels dua belas centinya. Dengan jeli dia mengaplikasikan eyeliner membingkai mata aquamarinenya yang indah. She is ready for the night. Ino seorang wanita single berusia dua puluh delapan tahun. Saat ini semua teman-temannya sudah punya pacar atau berkeluarga tapi Ino tidak tertarik dengan komitmen dan sebangsanya. Wanita itu sudah bahagia dengan pekerjaan dan hidupnya. Dia tidak butuh pacar untuk membuat hidupnya jadi lebih rumit. Yang di butuhkan hanya sedikit sex untuk membumbui hidupnya yang nyaris sempurna.
Dulu tiap malam minggu. Dia, Sakura dan Temari pergi clubbing. Mabuk dan menari sampai pagi. Tapi sekarang Temari sudah menikah dengan Shikamaru dan Sakura sibuk dengan pacarnya. Otomatis lifestyle mereka berubah. Ino mengakui kadang dia merasa kesepian seperti malam ini. Mungkin ini perasaan seorang jones alias jomblo ngenes. Dia engan diam di rumah tapi malas menganggu sahabatnya. Ino bisa saja menelpon TTM-an nya yang dulu-dulu tapi Ino merasa mereka tidak lagi asyik. Jadi dia memutuskan keluar untuk clubbing sendirian dan mungkin bila dia beruntung dia akan menemukan seseorang yang menarik untuk diajak have fun.
.
.
Sai sibuk meracik coktails demi cocktails. Malam minggu selalu ramai. Suasana di club begitu hidup dan penuh oleh pengunjung yang artinya Sai akan mendapatkan lebih banyak uang malam ini. Seorang wanita baru saja duduk di meja bar dia meletakan tas Luis Vuitton yang harganya mungkin bisa membuat Sai tidak perlu bekerja selama setahun di atas meja. Sai mengamati wanita itu. Dia sangat cantik. Rambut pirangnya tergerai bebas dan datang sendirian. "apa dia freelancer?" pikir pria itu dalam hati. Tapi penampilan wanita terlalu elegant dan berkelas unuk menjadi seorang penjaja cinta.
"Hei tuan bartender, Bisa aku pesan segelas cosmopolitan" Ino mengamati bartender di hadapannya. Pria itu sedikit kurus untuk seleranya. Tapi dia tampan dengan rambut dan mata sewarna langit malam dan kulitnya begitu pucat. Ino bisa merasakan aura yang sedikit gelap terpancar dari sorot matanya meskipun pria itu bersikap ramah.
"Segera, gorgeous" jawabnya sambil tersenyum.
Ino terkesima senyum pria itu terlalu ceria. 'He is faking it' Sang bartender memberikan pesanan dan billnya. "Sampai jam berapa kau bekerja?"
"Jam tiga pagi"
"Wow, setiap hari. Aku penasaran jam berapa kau bangun esok harinya"
Sai melihat kesempatan untuk menggoda pelanggannya "Bila kau ingin tahu mengapa tidak mencoba tidur denganku?"
Alis Ino terangkat. Pria ini begitu terus terang "Apa untungnya tidur dengan mu?"
"Kau bisa menjawab rasa penasaranmu dan mungkin aku bisa memberimu sedikit bonus"
Ino tersenyum "Akan ku pikirkan"
"Baiklah bila kau berminat, Cari saja aku setelah jam kerja berakhir" pria itu mengedipkan mata dan melanjutkan melayani pelanggan yang lain.
Ino tersenyum dalam hati. Setelah itu Ino di ajak berkenalan oleh banyak laki-laki. Dia menari dan flirting dengan mereka semua tapi tidak ada yang semenarik dan setampan sang bartender.
.
.
Wanita berambut pirang itu memutuskan menunggu di mobil. Ketika melihat Sai keluar dari pintu staff. Ino turun dan melambaikan tangganya.
Pria itu terkejut melihat wanita berambut pirang itu bersender di pintu mobil BMW sport biru menunggunya. Tadi dia hanya bercanda. Wanita high class seperti dia mana mungkin mau tidur dengan seorang bartender.
"Tuan bartender. Tawaran mu masih berlaku?"
Sai sedikit shock "hum, apa yang wanita cantik dan kaya inginkan dariku?"
"Mind blowing sex" jawab Ino bercanda.
Pria berambut hitam itu melangkah mendekati Ino. Sai berdiri begitu dekat. Tubuh Ino bergidik penuh antisipasi ketika pria itu menunduk untuk berbisik di telinganya
"Bagaimana kalau kita test dulu" ujarnya parau.
Tangan pria itu membelai pipi Ino yang halus. Perlahan-lahan dia mendaratkan kecupan demi kecupan di leher jenjang wanita itu.
'Not bad, Dia tahu apa yang dia lakukan' pikir Ino menikmati sensasi yang di ciptakan bibir pria itu di kulitnya.
Sai melanjutkan eksplorasinya. Dengan lidahnya dia membelai kulit sensitif di belakang telinga wanita itu dan Ino mengeluarkan erangan tertahan.
Merasa mulai limbung. Ino mengaitkan tangannya pada leher pria itu. Nafsu membuat pandangannya berkabut dan sensitivitasnya meningkat
"hm...tidak perlu banyak usaha untuk membuatmu excited ternyata" guman Sai
"Shut up! " Ino berhenti menjadi wanita pasif. Dia mengambil inisiatif mencium Sai. Ketika bibir mereka bersentuhan Ino merasa bagikan tersengat aliran listrik. Dia mengecup bibir Sai lembut dan perlahan hanya untuk dibalas dengan ciuman yang kasar, agresif. Ino merasa takjub bila ciumannya saja sudah begitu liar bagaimana dengan yang lainnya. Membayangkannya saja sudah membuat wanita itu merem melek.
Sai tidak pernah begitu excited dan agresif. Dia selalu tenang dan logis. Tapi sesuatu dengan wanita ini membuatnya kehilangan ketenangannya. Apa itu karena kulitnya yang halus, atau karena wanginya yang memabukkan. Dia tidak tahu tapi dia menyukai suara rintihan wanita itu di telinganya. Rasanya dia ingin buru-buru melucuti pakaian dan menikmati wanita itu tapi foreplay itu sangat penting dia yakin kesabarannya akan berbuah manis.
Tangan pria itu sibuk membelai paha Ino. Sementara bibirnya masih memagut bibir wanita itu. Perlahan tangannya menjelajah hingga pangkal paha wanita itu dan terkejut karena di balik gaun mininya yang sexy Ino tidak mengenakan apa-apa. Jari-jari Sai membelai lipatan yang sudah terasa hangat dan basah. Sentuhan yang ringan membuat Ino tersentak. Melihat reaksi wanita itu, Sai semakin berani bereksplorasi Jarinya menemukan titik sensitif yang tersembunyi di balik lipatan keintimannya. Dengan ahli dia memanipulasi dan merangsang area tersebut dengan ibu jarinya. "Wow you're the feisty one" Sai berguman.
Ino hanya bisa merintih dan mengerang menikmati sensasi yang mengalir ke sekujur tubuhnya. Sai bisa merasakan celananya mulai terasa ketat. Suara desah wanita itu membuatnya terangsang. Ino merasa lemah bila saja dia tidak bersandar di mobil dan memeluk pria itu dia pasti sudah ambruk.
Sai tersenyum, Dia akan menggoda wanita itu sampai memohon padanya. Sai menebak wanita di hadapannya itu pasti tidak pernah memohon. Wanita cantik, sukses dan kaya yang juga seorang control freak. Sai bisa merasakan wanita itu selalu ingin in-charge. Selalu mendominasi dari cara wanita itu memerintahnya menarik tangannya untuk menyentuhnya di tempat yang ia inginkan atau menjambak rambutnya untuk memperdalam ciuman mereka. Wanita itu ingin memerintah Sai api dia tidak akan membiarkannya.
"kau mau lebih?" pria itu berbisik di telinga Ino.
Wanita itu telah jatuh ke dalam lubang hasrat dan sesuatu dalam dirinya ingin diisi, belaian pria itu di tempat intimnya membuat Ino berhenti berpikir. Dengan parau ia menjawab "iya"
Sai menyelipkan dua jari pada liang yang panas dan basah itu, perlahan dia mengerakkan jarinya naik turun, melihat wanita itu memejamkan mata Sai meningkatkan temponya. Desahan nafas wanita berambut pirang itu semakin pendek dan Sai tahu sebentar lagi dia akan mencapai klimaks. Sai tidak akan membiarkan wanita itu merasa puas dengan cepat. Lalu dia berhenti
Ino bisa merasakan kehangatan merebak dari pusat ke seluruh tubuhnya. Jari pria itu memenuhi inti kewanitaannya. Dia merasakan tensi meningkat dengan setiap dorongan. Sebentar lagi dia mencapai klimaks "faster!" Guman wanita pirang itu memerintah. Tapi bukan climax yang dia dapatkan. Tiba-tiba dia merasa kosong.
Iris aquamarine-nya melebar tak percaya. Pria itu berhenti saat dia hampir keluar. "Mengapa berhenti?" Ino paling tidak suka digantung.
"Bila kau ingin melanjutkannya, it should be on my term" pria itu memandang Ino tanpa ekspresi.
Sai tidak menghiraukan hasrat dan ereksinya. Tubuhnya sudah memohon-mohon untuk mencicipi wanita itu. Tapi Sai ingin melakukannya hanya dengan caranya.
Ino yang masih terangsang dan penasaran akhirnya memutuskan untuk setuju. Dia tidak suka di atur-atur tapi dia tidak bisa pergi begitu saja tanpa merasa puas "ok, aku setuju"
"Nama ku Sai" pria itu berkata. Matanya hitamnya berkilat di bawah cahaya bulan
"Sepertinya sedikit terlambat untuk berkenalan. Aku Ino" tidak perlu memberitahu nama belakang karena ini hannyalah sex semata. "jadi ke mana kita pergi?"
"Apartemenku dua blok dari sini, keberatan memberiku tumpangan"
Ino tersenyum "ayo berangkat"
.
.
Mereka tiba di apartemen Sai. Tampak dari luar kompleks apartemen itu terlihat kumuh. Sudah jelas ini bukan daerah elit konoha. Ino mengernyitkan dahi bagaimana bila pria ini orang jahat. Oh well sudah terlambat untuk berpikir rasional. Wanita berambut pirang itu sudah terlanjur masuk ke kandang macan.
Ino mengikuti Sai, Pria itu membuka pintu dan Ino terkejut menemukan Apartemen pria itu layak huni. Tidak ada yang mewah tapi semuanya terlihat rapi, bersih dan terorganisir. Dia curiga Sai adalah seorang neat freak karena semua terlihat sangat rapi dan sempurna. Kecuali sudut ruang tamu di mana dia melihat kanvas, kuas dan cat berserakan
"Selamat datang di tempatku yang sederhana. Buatlah dirimu senyaman mungkin. Mau minum sesuatu gorgeous?"
"Wine bila kau punya, Kau melukis?"
"Ya, itu hobby ku" Sai memeriksa cabinet dapurnya dan menemukan sebotol shiraz. Dia mengambil dua gelas dan menuangkannya.
Ino duduk manis di sofa dan mengamati lukisan-lukisan yang tergantung di dinding.
"Ini Indah Sai" ucap wanita itu memandang lukisan gadis kecil membawa boneka di jembatan.
Sai menyerahkan gelas wine pada wanita itu "terima kasih, tapi kita di sini bukan untuk memandangi lukisanku. Gorgeous"
Sai duduk di sebelah wanita itu. Dengan santai dia meraih helaian rambut pirang Ino yang panjang dan memainkannya di antara jari-jarinya
"apa yang kita tunggu" tanya Ino. Kesunyian ini semakin membuat aneh situasi. Ke mana perginya situasi panas yang tadi terjadi di antara mereka
"dengar Ino, bila kau ingin berhubungan sex denganku kau harus menuruti aturanku. Kau tidak boleh bicara atau melakukan apa pun bila aku tidak meminta. Apa kau mau sedikit mencoba hal-hal baru?"
Ino menegak habis winenya "Apa kau maksud roleplay Sai dan kau mengingkan aku menjadi submissive?"
Pria itu mengangguk "Aku bisa melihat kau adalah dominatrix by nature. Kau selalu merasa ingin mengontrol segala hal dalam hidupmu dan sesuatu si sekeliling mu aku tidak bilang itu buruk. Tapi sekali ini saja Ino kau mencoba membiarkan orang lain membuat keputusan. Mungkin saja kau akan menyukainya. Kita tidak akan melakukan hal-hal yang ekstrem atau membuatmu terluka"
Ino sebenarnya sedikit bosan dengan sex yang begitu-begitu saja merasa tertantang "apa yang harus ku lakukan?"
Mata kelamnya menatap Ino "tidak ada, kau harus percaya padaku dan melakukan apa yang aku minta. Bila kau membantah kita bisa berhenti dan kau silakan pulang"
"hm.. sepertinya mudah"
"We'll see" Sai berdiri dan meraih tangan wanita berambut pirang itu membawa Ino ke kamar tidurnya. Di kamar itu Ino menemukan cermin besar yang menutupi salah satu sisi dinding. Entah mengapa Sai meletakan cermin itu tepat di hadapan tempat tidurnya.
"Lepaskan pakaianmu" perintah pria itu
Ino menurut, Dia menanggalkan satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya. Berdiri telanjang hanya mengenakan high heel lubotin nya yang berwarna hitam. Sai tidak melakukan apa-apa dia mengamati wanita itu kemudian duduk di kursi dan menyesap winenya menatap wanita itu.
Sepuluh menit berlalu Ino berdiri menatap bayangan dirinya di cermin. Sai hanya duduk diam. Wajahnya datar tanpa ekspresi dan apresiasi Ino mendadak merasa tidak nyaman dan malu dengan ketelanjangannya. Dia merasa bagaikan sapi yang diamati dan teliti sebelum di beli.
"Apa yang kau rasakan Ino?"
"Ini memalukan, tidakkah kau akan melakukan sesuatu. aku tidak akan berdiri di sini sampai pagi" Ucap Ino ketus
Sai berjalan mendekat. "sht...t apa kau lupa aturannya ino? Jangan khawatir aku hanya sedang mengamati keindahanmu"
Sai menelusuri lekuk tubuh wanita itu dengan tangannya "jangan membuat suara apa pun Ino. Jangan bergerak. Bila kau tidak patuh aku akan menghukummu"
Ino hanya berdiri di sana dalam diam menikmati sensasi tangan pria itu di kulitnya. Sai memeluknya dari belakang. Bibir pria itu menghujani lehernya dengan cumbuan sedangkan tangannya sibuk mengelus dan meremas payudara Ino.
Wanita itu ingin mendesah ketika Sai dengan sengaja menggigit dengan lembut titik sensitif di lehernya. Tapi dia menahannya karena tidak ingin Sai berhenti. Dia bisa merasakan ereksi pria itu menempel di bokongnya. Itu membuatnya sangat terangsang. Pria itu menginginkannya tapi memilih untuk menyiksanya dengan belaian dan setuhan lembut yang membuat dia bertambah basah.
Sai menyentuh Ino dengan lembut dan sabar seolah wanita itu terbuat dari kaca yang mudah pecah. Dia ingin menikmati waktunya tidak perlu terburu-buru. Tidak tiap saat dia tertarik dengan wanita. Pria itu menarik dan merebahkan Ino ke tempat tidur. Dari laci dia mengambil sebuah borgol.
"apa yang akan kau lakukan?" Ino tentu
"Percayalah padaku gorgeous" Sai membuka t-shirtnya.
Ino menahan nafas melihat kulit pria itu sepucat dan semulus porcelain. Walau tidak terlihat kekar seperti binaraga. Sai juga memiliki otot yang tampak seperti dipahat. Air liur Ino hampir menetes melihat pemandangan di hadapannya. Ino gatal ingin menarik celana pria itu dan menyentuh kulit telanjangnya tapi dengan kejam Sai memborgol tangannya.
Pria berambut hitam itu dia menikmati ke frustrasian wanita itu.
Sai duduk mengangkangi wanita yang dia kondisikan untuk pasrah. Dia memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan wanita cantik berambut pirang di bawahnya.
Sementara Ino menatap Sai dengan rasa ingin tahu yang besar, Ino tidak suka di borgol dia tidak suka diam. Tapi mungkin pria ini akan membuatnya menikmati hal yang memalukan ini.
Sai mempossisikan wajahnya di antara kaki Ino. Dengan tangannya dia merentangkan kedua kaki wanita itu dengan lebar. Sehingga dia bisa melihat dengan jelas inti kewanitaannya. Wanita itu merasa malu dan merona Sai melihatnya dari dekat dan begitu personal
Pria itu memberikan Ino senyum sadisnya "jangan bersuara Ino" lalu menundukkan kepala menciumi inti kewanitaannya yang sudah basah karena terangsang.
Ino menggigit bibirnya berjuang melawan keinginannya untuk berteriak. Meredam sensasi yang dihasilkan lidah pria itu di pusat kenikmatannya. 'Damn, it's just too good'
Merasa bibir dan lidahnya saja tidak cukup. Pria itu membenamkan tiga digit jarinya. Mengerakannya maju mundur dengan cepat, Lidah dan bibirnya juga tidak berhenti bekerja menstimulasi pusat kenikmatan wanita itu.
Ino merasa tubuhnya menegang dan bergetar dengan semua sensasi yang di hasilkan di bawah sana. Dia merasakan kenikmatan asing menjalar di tubuhnya. Dia ingin mengelinjang tapi lengan sai menahannya. Ino menutup mulutnya dengan kedua tangan meredam teriakan yang memaksa keluar. Dia hampir sedikit lagi sampai.
Sai yang mampu membaca situasi dengan liciknya berhenti, Dia tidak ingin wanita itu klimaks. Tidak sekarang. Ino merasa hampir menangis karena frustrasi padahal sedikit lagi. Melihat wanita itu sedikit down, Sai menciumnya
"Sabar gorgeous, Kalau kau bersikap baik aku akan membuatmu orgasme" Sai menuntun wanita itu berdiri dan kemudian membuatnya berlutut dihadapan pria itu.
Mata Ino terbelalak ketika pria berambut hitam itu menurutkan celananya. Wanita itu menegak ludahnya. 'Oh my god, It's big' Ino mengerti apa yang Sai inginkan. Ino menjilati kejantanan pria itu lalu mengulumnya. Dan Sai lagi-lagi memberikan senyuman yang menyebalkan itu.
"Good girl, Aku janji setelah ini aku akan memberimu kenikmatan yang tak terlupakan" Sai memegang kepala pirang yang berlutut diantara kedua kakinya. Ino benar-benar ahli akan sangat memalukan bila dia keluar di mulut wanita itu. Sai sudah tidak tahan lagi dia membutuhkan wanita itu sekarang. Persetan dengan kesabaran dia dan wanita itu butuh pelepasan. Pria itu menarik dan mengendong Ino keranjang. Ino berbaring tengkurap dan mengangkat pantatnya. Pria itu membuatnya menunging. Betapa memalukan posisi seperti ini. Sementara tanganya tidak bisa berbuat apa-apa. Wajah ino terbenam dalam kasur pasrah menanti apa yang akan Sai lakukan.
Sai mengambil kondom demi keamanan. Pemandangan di hadapannya sungguh indah, Bokong wanita ini sangat sempurna, Tangannya gatal ingin memukulnya. Dia memposisikan dirinya di pintu kewanitaan wanita itu. dengan jarinya dia memastika Ino masih basah dan siap untuk menyambut dirinya.
"Apa yang kau inginkan Ino?" Pria itu bertanya tangannya sibuk membelai pusat keintiman Ino.
Sementara wanita berambut pirang itu panas dingin dan frustasi menanti-nati pria itu memasuki dirinya. Lubang yang menganga perlu diisi "Aku mengingin kan mu sekarang"
Katakan "Please"
Ino kesal sangat kesal tapi tidak punya pilihan. Kebutuhannya begitu mendesak untuk diingkari lagi. Ino Yamanaka yang sangat bangga dan percaya diri tidak pernah tunduk dan memohon dan pria ini membuatnya merasa tidak berdaya "Please Sai, Aku mohon sekarang"
Sai merasa puas mendengar Ino memohon pada dirinya. Dia merasa dibutuhkan.
Ino merasakan otot dinding kewanitaanya meregang, pria itu masuk perlahan-lahan memenuhi dirinya. Dia menyukai rasanya begitu cocok dan sempurna. Pria itu mulai bergerak membuat Ino berkontraksi
"Ah..ah..ah" Ino tidak lagi menahan erangannya, Dia berhenti berpikir. Dia berhenti menganalisa hanya fokus dengan sensasi eletkrik yang mengalir disekujur tubuhnya. Badannya mulai berkeringat nafasnya pendek-pendek. Dia merasakan riak-riak kecil perlahan menjadi gelombang besar siap menyapu nya.
Sai menjadi bertambah frantic mendengar desahan wanita itu. Dia senang Ino menikmatinya. Sai mencengkram pinggul wanita itu dan menghujam lebih dalam dan cepat. Dia ingin wanita itu puas dan mungkin datang kembali padanya.
"Oh my god, Sai.. oh my god fuck me harder.." Wanita itu memekik.
Sai hampir tidak bisa menahan dirinya lagi. Tapi dia harus membuat wanita itu orgasm. Sai meraba dan mengelus clitoris wanita yang kini super sensitive sembari menghujamkan dirinya dengan cepat.
Ino merasakan sentakan terakhir Sai membuat damnya bocor. Dia pun diterpa gelombang kenikmatan yang luar biasa setelah dua kali kenikmatan itu diingkari. Otak wanita itu blank itu beberapa saat. Tubuhnya gemetar tangannya mencengkram seprai dan bibirnya memekikkan nama Sai. Kesabaran berbuah manis dia tidak pernah merasakan climax yang begitu lama dan hebat seperti ini.
Sai merasakan dinding wanita itu mengetat disekelilingnya. Dia pun menyerah. Otaknya melepaskan endorphin dan oksitosin saat dia mengalami ejakulasi. Tubuhnya mendadak begitu lelah dan relax tapi dia merasakan euphoria dan ketentraman.
Sai melepaskan borgol dari tangan wanita itu, Ino berguling merilekskan tubuhnya. Sai berbaring disampingnya mengusap rambutnya dan mencium kening nya. Itu bukan gesture yang Ino harapkan dari pria asing yang baru dia kenal.
"Apa yang kau rasakan?"
"It's feels so good" Ino memejamkan matanya lelah dan mengantuk "Sai bisa aku bermalam disini?" Dia terlalu lelah untuk menyetir pulang. Ino tahu ini salah. Harusnya dia segera berpakian dan pergi. Sebelum terjadi komplikasi 'thanks and good bye' itulah aturannya. Hanya saja having sex dengan Sai sangat luar biasa tidak cukup hanya sekali.
Biasanya Sai selalu mengusir wanita pergi setelah sex tapi kali ini dia membuat pengecualian. Dia bahkan memeluk wanita itu. Mata Sai mulai berat "Ino selamat tidur" bisik pria itu lirih. Ino memejamkan mata membiarkan suara nafas Sai membuainya "Selamat tidur Sai" . Dua insan itu tertidur ketika diluar sana matahari baru saja akan terbit.