Beautiful Prince(ss)
.
Byun Baekhyun as Hisahito no miya Bekkyon shinno denka
Park Chanyeol as Mafia Phoenix
.
SUMMARY
Baekhyun tidak mengerti saat seseorang membawanya ke tempat yang asing, istana mafia Phoenix. Dia hanya seorang pangeran penerus takhta kedua dari Jepang dan ia tak mengenal Chanyeol sama sekali. Lantas ia bertanya-tanya tentang apa yang Chanyeol rencanakan dengan menculiknya hingga ia tahu dan menyadari bahwa dunia memang tak pernah berpihak kepadanya.
.
WARNING : BOY X BOY (YAOI)! MATURE CONTENTS! Abuse! Mafia!
Don't bash! Don't plagiat!
.
Chapter 1
"Mōshiwake arimasen, Tennō Heika." Ujar seorang pria ber-jas hitam dengan rambut yang sudah hampir semua tertutup oleh uban yang kini berdiri di hadapan sang Kaisar dengan kepala tertunduk penuh hormat.
"Ada apa, menteri Youka?" Tanya pria lain yang duduk tenang diatas singgasananya, sang Kaisar Jepang ㅡNikohito.
"Keadaan rakyat mulai memanas lagi mengenai isu perubahan tentang aturan hukum 1947 'kekaisaran harus dipimpin oleh pria'. Mereka menentang perubahan untuk aturan itu, mereka mengatakan bahwa itu sudah menjadi adat di Jepang. Pemerintah dituding tidak menghargai adat istiadat Jepang yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu" jelas menteri bernama Youka itu sambil membacakan surat berita di tangannya.
Sang kaisar terdiam, krisis yang saat ini dihadapi oleh keluarga kekaisaran pun cukup pelik dimana mereka tidak memiliki keturunan laki-laki selama 40 tahun terakhir. Setiap pangeran dari Kaisar tidak memiliki putra laki-laki tapi justru semuanya perempuan, kecuali pangeran ke-2 dari Kaisar, yakni pangeran Akainu, dia sama sekali belum memiliki keturunan.
Krisis ini mendesak pihak keluarga kekaisaran untuk mengambil keputusan yang akan berdampak besar bagi masa depan negeri matahari terbit ini, yaitu merubah isi aturan hukum 1947 bahwa kekaisaran Jepang tidak boleh dipimpin seorang wanita.
Dan efeknya sekarang juga sudah cukup membuat kacau, padahal keputusan itu belum benar-benar akan di laksanakan. Perdebatan panjang dengan parlemen pun masih berlangsung sampai detik ini.
"Sumimasen, Nikohito-tenno. Saya akan segera menyelesaikannya" ujar perdana menteri, Rayga Sonoza.
Kaisar Nikohito hanya terdiam, dia tak memiliki wewenang terhadap politik nyata. Ia hanyalah sebagai simbol pemersatu Jepang.
"Lakukan saja yang terbaik untuk rakyat kita" ujar Kaisar setelah melewati jeda panjang sebelumnya.
e)(o
Hoeekk
Hoeekk
"Sayang.. ada apa? Kau sakit?" Tanya pangeran Akainu sambil memijat tengkuk istrinya yang masih menunduk menghadap wastafel setelah memuntahkan seluruh sarapan paginya.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya mual dan sedikit pusing" jawab puteri Hana, istri dari pangeran Akainu.
Pangeran Akainu pun menuntun istrinya untuk berbaring di ranjang mereka.
"Istirahatlah, aku akan panggilkan dokter."
"Tidak perlu, Pangeran. Aku baik-baik saja" Puteri Hana menahan tangan suaminya yang sekarang kelihatan begitu khawatir dan pangeran Akainu kini menatap istrinya dengan tatapan dalam.
"Aku akan panggilkan dokter istana. Istirahatlah" Akainu melepas dengan lembut tangan Hana dari tangannya kemudian bergegas pergi untuk menemui dokter istana.
e)(o
Berita tentang kesehatan puteri Hana yang tidak baik hari ini telah sampai ke telinga kaisar yang merupakan mertua dari puteri Hana.
Setelah mendengar kabar tidak sedap itu, ia segera pergi menuju istana selatan tempat tinggalnya puteri Hana dan pangeran Akainu.
Saudara dari Akainu pun ikut datang kesana. Mereka adalah putra mahkota Nakaito dan putri Hinaito yang kehilangan gelar kerajaannya karena menikah dengan rakyat biasa, bukan dari keluarga kerajaan.
"Konnichiwa, Tenno Heika." Dokter yang baru saja keluar dari kamar Hana dan Akainu langsung menyapa sang kepala negara dengan sopan.
"Bagaimana keadaan menantuku?"
Dokter itu tersenyum seperti tengah menahan luapan kebahagiaan dalam dirinya dan kemudian menatap kaisar dengan senyuman yang makin melebar.
"Saya turut berbahagia, Tenno Heika. Putri Hana dinyatakan tengah mengandung dan usia kandungannya sekitar 2 minggu" jelas dokter tersebut membuat ketiga anggota keluarga kerajaan itu kaget bukan main.
"Putri Hana.. mengandung?" Tanya Nakaito yang baru buka suara sejak tadi.
Dokter tersebut beralih menatap putra Mahkota negeri ini dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya.
"Benar, Kotaishi Nakaito shinno denka."
Nakaito terdiam, ada banyak hal yang saat ini ia pikirkan. Termasuk tentang apa jenis kelamin calon keponakannya nanti. Ia mulai merasa cemas sekarang.
"Saya undur diri, paduka. Permisi" dokter itu pun pergi menyisakan sang Kaisar, Nakaito serta Hinaito.
Berita kehamilan putri Hana istri dari pangeran Akainu pun dengan mudah menyebar ke kalangan masyarakat luas bahkan ke telinga para parlemen Jepang hingga membuat mereka memutuskan untuk menunda perdebatan tentang perubahan aturan hukum 1947 sampai jenis kelamin calon anggota keluarga kerajaan baru itu diketahui.
e)(o
Kehamilan putri Hana kini sudah berada di usia tua, sudah 8 bulan lebih ia mengandung dan diprediksi akan melahirkan sekitar 26 hari lagi.
Selama itu pula putri Hana terus menjadi sorotan publik. Semua orang penasaran akan jenis kelamin bayi yang dikandung oleh putri Hana karena dia tidak ingin melakukan USG ketika janinnya berusia 4 bulan sampai sekarang. Ia bilang ia tidak mau jika jabang bayi nya diharapkan lahir ke dunia karena berjenis kelamin laki-laki. Ia khawatir bayi nya perempuan dan semua orang justru berbalik memunggungi anaknya nanti.
"Kenapa melamun?" Hana cukup terkejut saat mendengar suara suaminya dari arah belakang. Kemudian ia merasakan sepasang tangan melingkar di perutnya yang membesar serta sebuah dagu yang bersandar di bahu sempitnya.
"Tidak apa-apa, pangeran" jawab Hana pelan.
Ia merasakan geli saat hidung mancung suaminya bergesekan dengan lehernya. Sejak mengandung, ia selalu merasa bahwa dirinya sensitif akan sentuhan sekecil apapun.
"Pangeran..." panggil Hana dengan suara pelan yang nyaris seperti berbisik.
"Hm?"
"Bagaimana kalau anak kita perempuan?"
Pangeran Akainu terdiam sejenak, "lalu kenapa? Bagiku, perempuan atau laki-laki sama saja. Dia tetap darah daging kita"
"Tapi aku.." Hana tak meneruskan ucapannya dan malah terdiam sambil menghela nafas. Entah kenapa ia jadi khawatir sendiri.
"Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Tidak apa-apa jika dia bukan laki-laki. Aku tak mempermasalahkannya." Akainu mengecup mesra bahu istrinya kemudian semakin mengeratkan pelukannya tanpa membuat kandungan istrinya tertekan.
"Kau benar... dia tetaplah anak kita"
e)(o
Hari ini seluruh istana kekaisaran Jepang dibuat kalang kabut dengan berita persiapan kelahiran putri Hana yang begitu mendadak. Padahal dokter memprediksi lahirnya bayi putri Hana masih 2 minggu lagi, tapi sekarang putri Hana sudah mau melahirkan.
Jeritan kesakitannya menggema di penjuru istana selatan tempat kediaman pangeran Akainu dan putri Hana.
Para pelayan sudah berjajar dengan wajah cemas didepan kamar putri Hana yang digunakannya untuk bersalin.
Mereka meringis tiap kali mendengar jeritan putri Hana yang begitu menyayat telinga. Wanita itu kini tengah berada di ambang hidup dan mati.
Mereka terus berdoa didalam hati semoga putri Hana baik-baik saja dan bayinya lahir sehat.
Kaisar, perdana menteri, putra mahkota, putri bungsu Kaisar serta para petinggi negara juga sudah menunggu di luar kamar Hana. Mereka harap-harap cemas akan jenis kelamin anaknya pangeran Akainu.
Yang paling kelihatan gelisah diantara mereka semua adalah kaisar dan putra mahkota. Keduanya memiliki pemikiran yang bertolak belakang dimana Kaisar berharap bahwa cucu nya nanti berjenis kelamin laki-laki sedangkan putra mahkota justru berharap bahwa keponakan barunya itu bukanlah laki-laki.
"Tenangkan diri anda, Baginda." Ujar perdana menteri dengan sopan setelah melihat raut penuh kecemasan dari kaisar nya.
"Aku begitu khawatir dengan keadaan menantu serta cucu baru ku" jawab Kaisar dengan pandangannya yang tak fokus.
"Mereka akan baik-baik saja, otou-chan" sahut Hinaito sambil mengelus tangan ayahnya untuk menenangkan ayahnya agar tidak terlalu cemas.
Tak lama kemudian terdengar sebuah suara tangisan bayi yang memecah rasa panik diantara semua orang.
Tangisan yang kemudian membawa kebahagiaan semua orang karena ternyata tangisan itu berasal dari seorang bayi laki-laki, cucu laki-laki satu-satunya sang Kaisar yang kemudian dinamakan Bekkyon, seorang bayi laki-laki dengan mata seindah bulan sabit, seterang bulan purnama, berkilau bagai bintang dilangit malam. Pewaris takhta ke-3 setelah pamannya serta ayahnya.
Tahun berganti tahun dan Baekhyun tumbuh menjadi anak yang cerdas, ceria dan aktif. Setiap sore hari ia selalu berlarian di sekitar istana dengan gelak tawa khas anak-anaknya yang membuat semua orang menjadi gemas. Dia adalah cucu kesayangan Kaisar Nikohito.
Baekhyun kecil selalu membuat semua orang tersenyum bahagia karena tingkahnya yang menggemaskan dan polos.
Tapi ternyata kebahagiaan tak selamanya selalu berada di samping Baekhyun kecil.
Suatu hari, saat usia Baekhyun menginjak 5 tahun, ia dan orang tuanya mengalami kecelakaan mobil yang merenggut nyawa pangeran Akainu dan putri Hana. Mereka meninggal ditempat sedangkan Baekhyun selamat namun keadaannya sangat kritis.
Semua orang berduka atas hal buruk yang menimpa keluarga kecil pangeran Akainu. Rakyat Jepang dan keluarga kekaisaran sangat terpukul atas meninggalnya pangeran ke-2 serta istrinya itu yang sudah memberikan calon penerus takhta yang sangat beharga seperti pangeran Bekkyon. Dengan adanya kecelakaan maut ini, Baekhyun resmi menjadi pewaris takhta ke-2 setelah pamannya karena ayahnya sudah tiada.
Belum lagi berita kritisnya keadaan pangeran kebanggaan rakyat Jepang yakni Bekkyon yang saat ini tengah berperang melawan maut di rumah sakit Tokyo.
Ternyata Dewi Fortuna masih sangat menyayangi Baekhyun kecil karena nyatanya pangeran mungil itu berhasil melewati masa kritisnya di rumah sakit.
1 bulan penuh Baekhyun dirawat di rumah sakit dan dia sudah di perbolehkan pulang hari ini.
Satu yang membuat semua orang makin merasa sedih, Baekhyun kehilangan ingatannya. Ia bahkan tak ingat bahwa ia adalah cucu dari kaisar Jepang dan orang tuanya baru saja meninggal.
"Siapa aku?" Tanya Baekhyun kecil sambil menatap orang-orang dewasa yang berada di sekitarnya.
"Anda adalah pangeran Bekkyon, putra dari mendiang pangeran Akainu." Jawab salah seorang disana dengan raut sedih saat menyebut kata 'mendiang'.
Baekhyun kecil terdiam. Ia sama sekali tak ingat siapa dirinya. Fakta yang membuatnya semakin kebingungan adalah ia yang tak bisa mengingat kedua orang tuanya. Meski rasa rindu itu ada dalam benaknya, tapi ia tak tahu harus melabuhkannya kemana.
Hari itu Baekhyun dibawa pulang kembali ke kediamannya di istana kekaisaran.
Baekhyun yang merupakan seorang bocah yang ceria berubah drastis menjadi pendiam. Semua orang begitu kehilangan sosok menyenangkan Baekhyun yang selalu menghibur mereka.
Untungnya, kecemasan mereka tak bertahan lama karena seiring berjalannya waktu kepribadian Baekhyun kecil mulai kembali seperti dulu meski ingatannya tetap tak kembali.
Perasaan sakit di hati Baekhyun kecil selalu hadir ketika ia melihat foto dua orang yang katanya adalah mendiang orang tuanya.
Ia tak bisa menangis, namun dirinya merasa sangat hampa dan sakit. Ia masih melakukan pencarian dirinya yang sebenarnya namun tak pernah menemukannya seolah dirinya yang sebelum kecelakaan sudah mati dan sekarang dia adalah orang yang baru. Semuanya terasa berbeda sekarang.
Baekhyun kecil mulai tumbuh menjadi bocah berusia 7 tahun yang kini sudah berada di sekolah dasar.
Ia adalah anggota keluarga kekaisaran pertama yang tidak bersekolah di Gakushuin ㅡsekolah khusus keturunan kerajaan dan keluarga bangsawan.
Ia beradaptasi dengan baik di sekolahnya, mendapatkan banyak teman dan aktif di kelasnya meski setiap saat selalu dikawal oleh selusin pengawal.
Terkadang rasa sakit itu muncul lagi ketika Baekhyun melihat teman-temannya diantar atau dijemput oleh orang tua mereka.
Ia selalu bertanya-tanya seperti apa sosok orang tuanya. Meski ia tahu seperti apa rupa orang tuanya dari foto, tapi ia tetap saja tak mampu mengingat sosok seperti apa mereka dulu.
"Kau memandangi mereka lagi"
Baekhyun yang tengah berdiri di depan foto kedua orang tuanya terperanjat saat mendengar teguran seseorang di belakangnya yang entah sejak kapan berada disana.
"Naiji onee-san, kau mengagetkanku" ujar Baekhyun sambil mengelus dadanya ketika melihat figure kakak sepupunya yang berusia 4 tahun lebih tua darinya.
"Jangan memaksakan dirimu, Kyo-kun. Kau akan mengingatnya lambat laun"
Kyo-kun..
Mereka bilang itu adalah nama panggilan kesayangan dari orang tuanya untuknya ketika masih kecil.
"Aku hanya selalu ingin tahu sosok seperti apa mereka itu, onee-san"
"Mereka baik dan sangat menyayangimu, Kyo-kun. Aku pun sangat iri karena orang tuaku selalu sibuk." Keluh putri Naiji sambil menghela nafasnya, dia adalah putri dari putra mahkota Nakaito.
"Onee-san.. apa ingatanku bisa kembali?" Tanya Baekhyun kecil dengan polos.
"Tentu saja, Kyo-kun. Kau hanya perlu bersabar."
e)(o
Waktu berjalan dengan begitu cepat rasanya bagi Kaisar Nikohito. Ia merasa bahwa Baekhyun baru saja lahir kemarin sore tapi kenyataannya sekarang pangeran Baekhyun sudah tumbuh menjadi seorang pangeran berwajah rupawan berusia 18 tahun yang menjadi favorit rakyat Jepang.
Sosoknya tetaplah sama, cerdas, periang dan aktif. Namun hingga lebih dari 10 tahun telah berlalu, Baekhyun tak kunjung juga mendapatkan kembali ingatan masa kecilnya sebelum mengalami kecelakaan mobil.
Lahir dengan nama Bekkyon yang memiliki nama Korea Byun Baekhyun ㅡkarena ibunya adalah Byun Hana keturunan Korea Selatanㅡ sekarang ia bukan lagi Bekkyon no miya. Semua orang kecuali orang terdekatnya memanggilnya dengan gelar pangerannya, Hisahito no miya. Hisahito berarti "tenang dan berbudi luhur" dengan lambang pribadi pohon koyamaki.
Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas sekarang, ia selalu bersekolah di luar sekolah Gakushuin dan berbaur dengan orang biasa diluar sana. Didalam pandangan Baekhyun, tidak ada yang namanya perbedaan kasta. Baginya semua orang sama saja. Jadi ia ingin berbaur dengan orang lain dan tak ingin terjebak bersama para bangsawan di Gakushuin. Ia ingin mengenal kehidupan remaja dari kalangan rakyat biasa.
Sesuai dengan makna namanya, pangeran Hisahito tumbuh menjadi pribadi yang tenang dalam menghadapi keadaan meski sifatnya yang periang tak pernah berubah, dia juga memiliki budi luhur yang membuat banyak orang kagum dan mengelu-elukan namanya.
Pangeran Hisahito telah membuat semua orang tertarik padanya sejak ia masih kecil dan sekarang apalagi.
Kemana pun ia melangkah, senyum menawannya tak pernah lepas dari parasnya yang rupawan. Semua orang memuji kecantikan alaminya meski ia seorang pria, orang-orang bilang bahwa pangeran Hisahito adalah putra dari Aphrodite. Hanya satu yang tak mereka ketahui, fakta bahwa Baekhyun bukanlah seorang dominan.
"Be-chan.. kau habis darimana?"
Langkah Baekhyun yang disertai beberapa bodyguard bertubuh kekar langsung terhenti saat mendengar suara yang amat familiar di telinga mereka.
"Ojii-chan.. berhenti memanggilku seperti itu, aku bukan lagi anak kecil" rengek Baekhyun sambil memberengut lucu pada kakeknya.
Kaisar Nikohito justru hanya terkekeh kecil melihat tingkah cucu bungsu nya yang katanya tidak mau dipanggil seperti anak kecil namun kelakuannya masih seperti anak kecil, jauh dari kata dewasa.
"Kemarilah, Be-chan. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu"
Baekhyun meniup poni nya yang memanjang hingga menutupi kening ketika mendengar panggilan kakeknya lagi-lagi begitu padanya. Ia pun akhirnya mengikuti langkah sang kakek yang menuntunnya menuju ruang pribadi Kaisar.
"Ada apa, ojii-chan?" Tanya Baekhyun heran. Jarang-jarang kakeknya membawanya kesini. Ini pasti serius.
"Duduklah dulu" Kaisar menunjuk kursi yang berada didekat Baekhyun dan Baekhyun pun menurut dengan dia yang langsung saja duduk disana.
"Apa... ada sesuatu yang penting?" Tanya Baekhyun ragu.
"Hn," Kaisar bergumam samar, "Kyo-kun.. aku ini sudah tua, sebentar lagi aku turun jabatan. Sekitar 1 bulan lagi."
Baekhyun menunduk menatap lantai, entah kenapa ia jadi sedih.
"Aku tahu, ojii-chan."
"Kau sudah tumbuh menjadi seorang lelaki yang membanggakan, Kyo-kun. Namun bagiku, kau tetaplah Be-chan kecil" ujar Kaisar sambil menatap Baekhyun dalam, ia menaruh impian besarnya pada cucu kesayangannya itu, yaitu untuk mensejahterakan rakyat Jepang.
"Kelak, kau akan jadi pemimpin Negeri ini sepertiku. Setelah paman mu turun takhta, kau lah yang akan menggantikan posisinya. Yang aku inginkan, kau mulai mengenal seluk beluk pemerintahan sejak dini"
Baekhyun semakin menunduk saja. Jika pembicaraan sudah mengarah ke arah ini, selalu saja berbuah tak menyenangkan bagi dirinya. Ia ingin berhenti tumbuh menjadi orang dewasa dan berhenti menua agar tanggung jawab itu tak datang kepadanya. Membayangkan menjadi orang nomor satu di Jepang membuat kepalanya pening seketika. Ia belum siap dan belum pantas untuk itu. Sekalipun ia sudah belajar keras untuk berjiwa kepemimpinan selama ini, ia tetaplah tidak bisa karena ia bukan tipe koleris yang suka mendominasi dan menguasai. Ia boleh saja cerdas, tapi bukan berarti ia suka menjadi orang yang tampil didepan, ia lebih suka bekerja di belakang layar, menjadi otak suatu kegiatan. Ia adalah campuran dari dua tipe karakter yang hampir sama, Melankolis dan Plegmatis. Kecerdasan yang ia miliki sama seperti halnya tipe Melankolis, tapi konsisten tinggi yang ada pada tipe Melankolis tidak ada padanya.
"Ojii-chan ingin aku melakukan apa?" Cicit Baekhyun.
"Satu minggu lagi, akan ada acara perjamuan di Korea Selatan. Para diplomat dan pemimpin Negara dari Asia Timur akan datang kesana. Dan aku tidak bisa menghadiri acara itu karena kondisiku semakin menurun. Jadi, aku ingin kau yang pergi kesana dan menjadi wakil dari keluarga kekaisaran Jepang"
Dalam diam, Baekhyun tercengang. Ia tidak bisa menunjukan ekspresi terkejutnya secara terang-terangan karena itu sikap yang sungguh tidak sopan terhadap Kaisar.
"Tapi.. aku hanya remaja, ojii-chan." Balas Baekhyun dengan ragu. Kali ini ia mendongak menatap kakeknya itu dengan tatapan memelas.
"Kau tidak akan sendirian. Perdana Menteri Kisame akan menemanimu" sahut Kaisar dengan nada meyakinkan membuat Baekhyun tak punya alasan lagi untuk menolak. Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk.
"Baiklah, ojii-chan. Aku akan mematuhi titahmu"
e)(o
Hari ini adalah H-2 dari acara perjamuan yang akan di laksanakan di Korea Selatan dan Baekhyun saat ini bersama Perdana Menteri Jepang tengah berada di bandara untuk segera melakukan penerbangan menuju Korea Selatan.
"Apakah anda gugup, Hisahito no miya?" Tanya Perdana Menteri Kisame saat melihat raut gelisah dari pangeran favorit warga Jepang itu.
"Sedikit. Aku merasa aku belum pantas, Kisame-sama"
"Jangan merendah, denka. Anda adalah calon kaisar masa depan. Sudah sewajarnya anda ikut campur dalam masalah pemerintahan" hibur Perdana Menteri sambil tersenyum menenangkan pada pangerannya.
"Tapi, kenapa tidak putra mahkota saja yang pergi?" Tanya Baekhyun.
"Beliau sedang sibuk, denka"
'Sibuk apanya? Dia bahkan terus mengolok-olokku' batin Baekhyun ketika teringat kejadian sebelum ia berangkat ke bandara.
"Ah.. Hisahito no miya, kau akan pergi ke Korea Selatan untuk urusan negara, hm?" Tanya Nakaito dengan aksen mengejek.
"Ya" hanya itu yang Baekhyun katakan. Ia terlalu muak untuk hanya sekedar berbicara dengan pamannya itu.
Sejak ia pulang dari rumah sakit pasca kecelakaan tragis yang di alaminya dulu, hanya pamannya itulah yang sepertinya kelihatan tidak senang dengan kepulangannya. Nakaito juga kerap kali bersikap sinis dan ketus padanya, padahal ia tak tahu apa salahnya. Dan setelah lebih dari 10 tahun ini, Baekhyun akhirnya kebal dengan sikap sinis Nakaito padanya. Ia sudah tak peduli lagi. Tak di anggap keponakan olehnya pun ia tak akan rugi.
"Hati-hati, jangan sampai kau membuat malu Jepang disana" bisik Nakaito di sebelah telinga Baekhyun ketika ia melewati Baekhyun dan berjalan menjauh.
"Hisahito no miya? Anda baik-baik saja?"
Lamunan Baekhyun buyar seketika saat perdana menteri Kisame menegurnya. Dan ia baru sadar bahwa ternyata sekarang mereka berdua sudah berada didalam pesawat.
"Aku baik-baik saja" jawab Baekhyun sambil tersenyum lebar ala Hisahito no miya yang periang.
"Anda jarang sekali pergi ke luar negeri, jadi saya takut jika anda melupakan surat-surat untuk pergi ke luar negeri, oleh karenanya paspor dan visa anda berada pada saya" jelas perdana menteri Kisame membuat Baekhyun mengedip-ngedipkan matanya polos.
"Aaah.. aku juga baru ingat itu, Kisame-sama. Arigatou gozaimasu." Baekhyun tertawa kecil menertawai kecerobohannya yang merupakan kelemahannya selama ini.
Untung saja Kisame sigap dan cepat tanggap. Jika tidak, mungkin sekarang ia gagal mengikuti penerbangan karena ketinggalan dua hal penting itu.
"Saya tahu anda pasti akan lupa" Kisame balas tersenyum pada Baekhyun.
"Maaf merepotkan anda"
"Tidak sama sekali, denka. Anda sudah menjadi tanggung jawab saya dalam perjalanan kita ke Korea kali ini"
"Bisa kah anda membangunkan aku saat kita sampai? Aku mengantuk" pinta Baekhyun dengan wajah polosnya yang membuat semua orang tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah menggemaskan itu.
"Tentu, denka. Akan saya lakukan"
Setelah mendengar kesediaan Kisame, Baekhyun pun me-rilekskan bahunya pada sandaran kursi pesawat kemudian mulai memejamkan matanya dengan tenang hingga akhirnya ia terlelap.
e)(o
Baekhyun tidak tahu seberapa lama ia tertidur di dalam pesawat, tahu-tahu Kisame sudah membangunkannya dan bilang bahwa mereka sudah mendarat di Korea. Kisame mengatakan bahwa sekarang ini mereka berada di Bandara Gimpo, Korea Selatan.
"Rasanya cepat sekali" gumam Baekhyun sambil mengikuti Kisame turun dari pesawat kemudian mengambil barang-barang mereka lalu menemui beberapa orang berjas hitam yang sudah menunggu mereka didepan pintu bandara.
"Selamat datang di Korea Selatan, tuan Kisame dan Pangeran Hisahito" sapa salah satu orang berjas hitam itu sambil membungkuk 45° pada dua orang Jepang itu.
Dia pasti pengawal suruhan Korea Selatan yang ditugaskan untuk menyambut mereka.
"Silahkan memasuki mobil, tuan" orang itu menunjuk pintu mobil yang sudah dibuka oleh pengawal lain dengan sopan.
"Terimakasih banyak" Kisame tersenyum kearah pengawal itu lalu mempersilahkan Baekhyun duluan untuk masuk kedalam mobil, barulah setelah itu ia masuk.
"Sepertinya anda harus cuci muka, Hisahito no miya" ujar Kisame saat mobil sudah melaju dan membelah keramaian di jalanan kota Seoul.
"Apa aku terlihat buruk?" Tanya Baekhyun sambil meraba-raba wajahnya. Ia khawatir jika ia tadi ngiler dan sekarang iler nya berada di wajahnya. Tapi sumpah, selama 18 tahun ini ia hidup, ia tak pernah mendapati dirinya bersimpah air liur saat bangun tidur. Ia bukan orang seperti itu.
"Tidak, denka. Hanya saja anda begitu jelas kelihatan bangun tidur. Saya khawatir nanti ada wartawan yang memotret wajah anda"
Alasan yang bagus untuk dijadikan jawaban atas pertanyaannya, Baekhyun tahu itu. Lembut namun terdapat makna lain dibaliknya.
Sejak keluar dari pintu kedatangan di bandara tadi, ia sudah melihat banyak wartawan yang memotret mereka namun tentunya dari jauh karena ia dan Kisame mendapat perlindungan dari pihak Korea Selatan.
Kalau nanti, itu beda lagi ceritanya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, mereka akhirnya sampai di sebuah gedung pencakar langit.
Hotel Feon.
Hotel yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama beberapa hari ke depan hingga mereka pulang lagi ke Jepang.
'Sepertinya menyenangkan tinggal di luar istana'
Itu adalah yang selalu Baekhyun pikirkan tiap kali dia berada di luar istana yang penuh dengan aturan. Tapi bukan berarti ia adalah seorang pembangkang.
Tinggal di istana juga menyenangkan. Ia punya segalanya didalam istana. Namun Baekhyun juga ingin sesekali tinggal di luar istana dan melakukan hal apapun yang ia suka tanpa harus di layani oleh orang lain. Ia ingin melakukan segala sesuatunya sendiri. Seperti memasak, menyiapkan air untuk mandi, mencuci piring, menyiapkan baju untuk dipakai, membereskan tempat tidur dan sebagainya. Hal itu mungkin lumrah bagi orang biasa, namun tidak bagi orang seperti Baekhyun. Ia tidak diperbolehkan melakukan hal-hal yang tak seharusnya ia lakukan. Untuk itu tangan Baekhyun begitu halus dan cantik seperti tangan seorang perempuan.
"Mari masuk, denka" Kisame mempersilahkan Baekhyun untuk berjalan didepannya menuju kedalam hotel dan Baekhyun mengiyakannya tanpa berkata apa-apa.
Ketika masuk, mereka berdua di suguhkan dengan kemewahan interior hotel Feon. Selain itu, mereka juga langsung jadi buruan para wartawan yang mengejar berita juga pandangan kagum dari orang-orang.
Pangeran Hisahito itu cukup terkenal di kalangan masyarakat Asia. Ia dikenal sebagai pribadi yang santun, ramah, periang lembut dan cantik tentunya. Sikapnya yang tidak angkuh membuat orang-orang menyukainya. Mereka bilang meskipun dia seorang pangeran tapi dia sama sekali tak menyombongkan dirinya. Malah sebaliknya. Baekhyun itu ibarat ilmu padi; 'semakin berisi semakin merunduk'.
"Prince Hisahito, apakah perjalanan anda menyenangkan?"
"Bagaimana tanggapan anda tentang Korea Selatan?"
"Saya dengar anda baru pertama kali mengunjungi Korea Selatan, apa itu benar?"
"Tolong beri kami tanggapan, Prince Hisahito"
Berbagai pertanyaan dilontarkan para wartawan pemburu berita itu dengan antusias meski mereka dihalangi oleh para pengawal namun Baekhyun tak menjawab pertanyaan mereka semua dan hanya tersenyum manis ke arah mereka seakan memberi tanda bahwa ia akan menjawab pertanyaan mereka di lain waktu.
Baekhyun tak lagi mendengar kebisingan itu setelah ia memasuki lift bersama perdana menteri Kisame dan seorang pria berjas hitam yang mungkin memang ditugaskan untuk menemani mereka.
"Maaf atas ketidaknyamanannya, pangeran Hisahito" ujar pria itu tegas namun tetap mempertahankan kesopanannya.
"Tidak apa-apa" jawab Baekhyun dengan bahasa Korea nya yang sangat fasih. Satu lagi kelebihannya, ia cakap berbahasa. Ia menguasai bahasa Korea, Thailand, Jerman, China dan Inggris selain bahasa negara nya sendiri.
Kisame juga fasih dalam bahasa Korea omong-omong.
TING
Denting suara lift berbunyi dan mereka sampai di lantai 21 hotel Feon, lantai dimana kamar hotel president suite berada.
Orang berjas hitam itu mengantar mereka sampai ke depan pintu kamar hotel dan setelahnya pamit untuk pergi.
Dia juga mengatakan bahwa kamar Baekhyun dan Kisame bersebelahan
"Saya akan membereskan barang-barang anda"
"Tidak perlu" Baekhyun menyahut dengan refleks dan setelahnya ia merasa kikuk karena ia merasa bahwa barusan ia bersikap tidak sepantasnya.
"Maaf, maksudku.. aku bisa membereskannya sendiri. Anda tidak perlu repot-repot" lanjut Baekhyun, matanya melirik kesana kemari, tidak fokus.
Kisame tersenyum memaklumi, "baiklah kalau begitu, denka. Silahkan istirahat. Saya akan kembali ke kamar saya"
Baekhyun tak menjawab dengan ucapan tapi dia mengangguk cepat dan segera menyeret koper besarnya menuju ruangan lain tempat kamar tidur berada sedangkan Kisame keluar dari kamar Baekhyun dan memasuki kamarnya sendiri.
Semua biaya penginapan mereka selama disini tentu saja menjadi tanggungan pihak Korea Selatan. Mereka juga menempatkan para diplomat dari negara-negara tetangga di kamar hotel bestandar president suite, selain karena fasilitasnya yang mewah dan nyaman, keamanannya juga terjamin.
"Kamarnya nyaman juga" gumam Baekhyun setelah memasukkan beberapa baju yang sekiranya akan dipakai beberapa waktu kedepan dan membiarkan baju-baju yang lainnya berada didalam kopernya.
Korea Selatan...
Kakeknya bilang bahwa ibu nya ㅡByun Hanaㅡ adalah keturunan asli Korea Selatan. Dan kakeknya bilang bahwa orang tua ibunya sudah meninggal dunia.
Selama ini, Baekhyun tak pernah tahu seperti apa keluarga dari pihak ibunya. Yang ia tahu hanya itu, bahwa orang tua ibunya sudah tiada.
'Kurasa aku harus mengunjungi makam mereka'
Baekhyun membawa tungkai kakinya keluar dari kamar hotelnya menuju ke kamar Kisame yang berada di sebelah kamarnya.
TOK TOK TOK
"Kisame-sama, bisakah aku masuk?" Tanya Baekhyun hati-hati sambil menempelkan telinganya pada pintu kamar hotel Kisame.
"Denka.. silahkan masuk" Kisame membuka pintu lebar-lebar kemudian mempersilahkan Baekhyun masuk dengan dia yang setengah membungkuk ke arah pangeran kesayangan rakyat Jepang itu.
"Ada yang anda butuhkan, Hisahito no miya?" Tanya Kisame setelah mereka berdua duduk di ruang tamu.
"Aku ingin mengunjungi makam kakek dan nenek dari ibuku" jawab Baekhyun to the point membuat Kisame terdiam seribu bahasa.
Ia tak berani mengatakan 'iya' atau 'tidak' karena ini berada diluar kuasanya. Ia hanya mempunyai kewajiban menemani dan melindungi pangerannya di negara asing ini, tapi untuk mendatangi makam orang tua dari pihak putri Hana... dia rasa itu bukan haknya untuk mengiyakan.
"Maafkan saya, denka. Saya rasa anda salah orang, seharusnya anda meminta izin pada Yang Mulia Kaisar Nikohito. Saya sama sekali tak berhak untuk menjawab permintaan anda" sesal Kisame dengan penuh kesopanan.
Baekhyun terdiam tak bisa berkata-kata. Haruskah ia meminta izin pada kakeknya? Apa kakeknya itu akan menyetujui keinginannya? Jika tidak, apa alasannya?
"Saya bisa menghubungi Kaisar jika anda memang ingin" tawar Kisame.
Baekhyun mengangguk atas tawaran Kisame dan Kisame langsung saja mengambil ponselnya lalu menghubungi Kaisarnya.
Ia menelpon di ruangan yang berbeda dengan Baekhyun. Baekhyun mengerti itu, ini pasti hal yang sensitif.
Setelah sekitar 5 menit Kisame berbicara dengan Kaisar lewat telepon, ia kembali lagi ke hadapan Baekhyun dengan selembar note kecil di tangannya.
"Denka, Kaisar mengizinkan anda untuk mengunjungi makam orang tua mendiang putri Hana, saya akan menemani anda kesana"
"Baiklah, kita pergi sekarang saja"
Baekhyun berdiri dan merapikan jas formal yang ia pakai sejak berangkat dari Tokyo.
Belum sempat mereka berjalan keluar ruangan, ponsel Kisame sudah kembali berdering membuat keduanya kembali terdiam.
"Maaf, denka. Saya akan menerima telepon dulu"
Kisame permisi sebentar untuk menerima telepon yang entah dari siapa dan Baekhyun terpaksa menunggu kembali.
Kali ini Kisame menerima telepon tidak lama karena beberapa saat kemudian ia sudah kembali dengan ekspresi yang membuat Baekhyun berpikir bahwa mereka sekarang pasti tidak jadi pergi.
"Maaf sekali lagi, denka. Barusan saya menerima telepon dari diplomat China, beliau mengatakan bahwa ingin membicarakan kerja sama pribadi antara Jepang dan China jadi saya tidak bisa menemani anda untuk mengunjungi keluarga mendiang putri Hana. Tapi anda jangan khawatir, para utusan dari Korea Selatan yang akan menemani anda sampai kesana. Mereka sudah menunggu di lobi hotel. Saya akan memberikan alamatnya pada mereka" jelas Kisame panjang lebar.
Jika saja tak ingat sopan santun, Baekhyun ingin sekali menghela nafas atau mendengus didepan pria setengah baya itu. Dan pada akhirnya, Baekhyun hanya tersenyum meski terlihat jelas bahwa senyuman itu dipaksakan.
"Tidak apa-apa, Kisame-sama. Anda bisa pergi duluan" Baekhyun melakukan gerakan kecil di kakinya sambil mempersilahkan Kisame untuk pergi duluan.
"Terimakasih, denka. Saya permisi. Hati-hati dengan perjalanan anda, denka" Kisame membungkuk sopan kemudian berjalan pergi meninggalkan Baekhyun sendirian didalam kamar hotel Kisame.
"Selalu saja sendirian" gumam Baekhyun sedih namun setelahnya ia langsung tersenyum lebar sambil melenggang pergi.
Jantungnya berdegup kencang jika mengingat bahwa ia akan mengunjungi makam makam kakek dan neneknya hari ini.
Baekhyun berjalan memasuki lift dan ketika sampai di lobi, dia disambut oleh beberapa pengawal yang akan menemaninya menuju makam pribadi keluarga besar Byun.
Matanya menelusuri setiap bagian sudut kota Seoul yang ia lewati saat di perjalanan. Tak sengaja matanya melihat sebuah toko bunga dan ia meminta berhenti secara spontan.
"Tolong hentikan mobilnya" ujar Baekhyun cepat. Untung saja supirnya tidak langsung menginjak rem, supirnya memberhentikan mobilnya di pinggir jalan kira-kira 5 meter dari toko bunga yang dilihat Baekhyun.
"Pangeran, andaㅡ" sebelum supir itu menyelesaikan ucapannya, Baekhyun sudah lebih dulu keluar dari mobil dan berlari ke arah belakang membuat para pengawal yang berada di mobil lain juga ikut keluar.
Mereka panik dan berpikir bahwa pangeran Jepang itu akan kabur namun setelah melihat remaja itu memasuki sebuah toko bunga, mereka langsung menghela nafas lega.
KRING KRING KRING
Suara bel dari arah pintu berbunyi dengan nyaring ketika Baekhyun memasuki toko bunga itu.
"Selamat siang, tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang wanita tua yang sepertinya adalah pemilik toko bunga ini.
"Ya, umm.. aku ingin membeli bunga"
"Bunga jenis apa yang anda inginkan?" Tanya wanita tua itu.
"Entahlah" jawab Baekhyun pelan.
"Apakah ini untuk kekasih anda?"
Baekhyun langsung menggeleng dan mengibas-ngibaskan tangannya cepat, "bukan.. bukan.. ini untuk keluarga ku. Aku ingin mengunjungi mereka di makam"
Wanita tua itu mengangguk paham lalu tersenyum kemudian mengambil sebuket bunga campuran yang di rangkai dengan sangat cantik.
"Mungkin ini cocok"
Baekhyun menerima buket bunga itu dan melihatnya dengan seksama. Memang cantik, dan warna nya tidak terlalu mencolok.
"Ini bagus. Baiklah, aku ambil yang ini saja" Baekhyun kemudian merogoh saku belakang celana kain nya dan mengeluarkan dompetnya. Ia mengambil beberapa lembar yen dari dalam dompetnya. "Aku tidak punya pecahan uang Korea, aku hanya punya Yen. Tidak apa-apa kan?"
Wanita tua itu tersenyum, "kalau begitu kau tak usah membayarnya, nak"
"Tidak, bunga cantik ini harus diberi nilai yang setimpal. Kuharap ini cukup" Baekhyun menyerahkan 3 lembar uang yen bernilai ¥10.000 per lembarnya membuat wanita tua itu kaget.
"Ini terlalu banyak, nak."
"Bagiku bunga ini bernilai lebih dari itu. Terimakasih atas bunga nya" Baekhyun menundukkan kepalanya sopan kemudian tersenyum dan keluar dari toko bunga itu sedangkan wanita tua pemilik toko bunga itu hanya mematung dengan uang senilai ¥30.000 di tangannya. Nilai yang cukup fantastis hanya untuk sebuket bunga sederhana dari toko nya.
"Pangeran Hisahito, sebaiknya anda tidak berlarian seperti tadi" ujar salah satu pengawal saat Baekhyun kembali berjalan menuju mobil yang tadi ia naiki.
Bukannya merasa bersalah, Baekhyun malah tersenyum lebar dengan wajah polos bak anak kecil. "Aku hanya buru-buru" jawab Baekhyun sebelum akhirnya ia masuk kembali kedalam mobilnya.
Setelah mobil yang dinaiki pangeran Jepang itu kembali melaju, hanya keheningan lah yang melanda.
Sebenarnya sang supir sudah ingin bertanya pada pangeran berwajah cantik itu namun ia ragu sehingga ia hanya bisa sesekali mencuri pandang lewat kaca spion tengah dalam mobil.
"Ada yang ingin anda katakan? Katakan saja, paman" ujar Baekhyun tenang dengan pandangan yang masih mengarah keluar jendela mobil.
Supir itu langsung menegang saat Baekhyun berbicara padanya. Jadi sedari tadi pangeran Hisahito itu sudah menyadari gelagat anehnya?
"Euhh.. um... maaf atas kelancangan saya, pangeran Hisahito"
Jauh diluar perkiraannya, Baekhyun justru tersenyum childish pada supir mobil itu seolah tak ada beban dalam dirinya. Supir itu sempat termenung melihat senyum Baekhyun. Bukannya ia terpesona, ia hanya sedang berpikir bahwa ternyata rumor yang mengatakan bahwa pangeran Jepang itu sangat sopan dan ramah adalah realita, bukan expektasi semata.
"Tidak apa-apa, paman. Katakan saja apa yang mengganjal pikiranmu"
"Mm.. kalau boleh saya tahu, untuk apa anda membeli bunga itu?"
"Untuk keluargaku" jawab Baekhyun singkat, ia tersenyum sambil menatapi sebuket bunga yang masih berada dalam dekapannya.
Perjalanan mereka akhirnya sampai ke tujuan juga. Mobil yang Baekhyun tumpangi berhenti sejenak didepan sebuah gerbang pemakaman yang dikelilingi oleh pagar besi yang menjulang tinggi. Lingkungan pemakamannya juga sangat asri dan bersih. Terlihat sekali bahwa keluarga Byun itu memang berasal dari keluarga berada.
"Ini tempat pemakaman keluarga mendiang putri Byun Hana, pangeran Hisahito" lapor seorang pengawal sambil membungkuk sopan padanya.
"Arigatou gozaisimasu" ujar Baekhyun dengan ceria seperti biasanya lalu ia melangkahkan kakinya dengan mantap menuju kedalam pemakaman. Kedua tangannya memegang buket bunga dengan manis lalu ia tersenyum simpul saat melihat dua pusara di atas bukit. Itu pasti pusara nenek dan kakenya.
e)(o
Sepulang dari pemakaman keluarga Byun, Baekhyun mendapatkan telepon dari perdana menteri Kisame bahwa ia mengajaknya makan siang di sebuah restaurant Korea.
Baekhyun yang masih berada dalam perjalanan menuju hotel Feon pun meminta supirnya untuk memutar arah menuju alamat restaurant yang Kisame berikan.
Dengan jarak yang tak cukup jauh, mereka akhirnya sampai dengan cepat di restaurant itu.
Saat turun dari mobil, Baekhyun langsung disambut oleh para pengawal yang siap menemaninya namun Baekhyun menolak. "Tidak usah menemani saya, saya akan masuk sendiri" ujar Baekhyun dengan sopan dan ramah kemudian memasuki restaurant yang bergaya elegan itu.
BRUK
Baekhyun kaget.
Ada yang menabrak bahu nya, dan sepertinya orang itu tak sengaja. Untung saja ia tak terjatuh karena bersenggolan dengan pria bertubuh tinggi itu.
Baekhyun menoleh ke belakang untuk menatap siapa orang yang menabraknya, begitupun orang itu, ia juga menatap Baekhyun dibalik kacamata berwarna gelap yang ia pakai. Aneh memang memakai kacamata gelap didalam ruangan seperti ini. Tapi biar saja lah, apa urusannya?
Baekhyun terdiam dan membalas tatapan pria tinggi itu meski ia tak bisa langsung menatap mata pria itu. Ia berusaha menampilkan sebuah senyum pertemuan pertama pada pria yang tak ia kenal itu, sebagai formalitas kesopanan. Ia kira pria itu akan meminta maaf padanya namun hingga ada yang memanggil, pria itu tak kunjung minta maaf padanya hingga senyum di wajah Baekhyun pudar.
"Yo! Bos! Cepatlah, orang itu tak suka menunggu" seru seorang pria yang memiliki tinggi badan hampir sama dengan pria itu dan sama-sama mengenakan kacamata gelap. Pria itu sudah berada di ambang pintu keluar dan berbalik hanya untuk sekedar memanggil pria lainnya.
Pria tinggi yang tadi menabrak bahu Baekhyun kini malah berbalik dan kembali berjalan tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. Setidaknya pria itu harus minta maaf padanya. Jelas-jelas restaurant ini luas dan jalan yang mereka lalui barusan juga luas, lalu kenapa pria itu bisa menabraknya? Apa penglihatannya berkurang karena memakai kacamata gelap?
Ah sudahlah.
Pada akhirnya Baekhyun hanya bisa menarik nafas dalam agar ia tetap diberi kesabaran ekstra. Ia tak boleh meledak-ledak. Ia harus menjalani aturan tata krama sebagai seorang anggota keluarga kekaisaran.
Berusaha mengabaikan sedikit rasa jengkel yang ada dalam hatinya, ia pun memasuki ruang VVIP yang dipesan oleh Kisame dan berusaha menampilkan senyum manis seperti biasanya. Ia tak mau Kisame bertanya yang tidak-tidak padanya.
Jangan kira ia tak bisa merasakan rasa kesal, jengkel atau pun marah. Bagaimanapun juga ia hanya manusia biasa. Ia juga bisa merasakan emosi negatif seperti orang lain, hanya saja selama ini ia berusaha menyembunyikannya dengan apik untuk menjaga etika baiknya. Seperti orang munafik, kenyataannya memang begitu. Bukan keinginannya untuk jadi seperti ini, hanya saja keadaan yang memaksa.
"Denka.. anda sudah sampai"
Kisame langsung berdiri dan memberi hormat pada Baekhyun ketika melihat remaja 18 tahun itu memasuki ruangan.
"Apa aku terlambat?" Baekhyun menarik kursi dan mendudukinya. Diikuti dengan Kisame yang juga ikut duduk setelah pangerannya duduk.
"Tidak sama sekali, denka"
Mereka memulai ritual makan siang mereka dalam keheningan, hanya terdengar beberapa suara dentingan alat makan. Itu pun tidak terlalu keras. Mereka sangat menjaga tata krama makan.
Setelah selesai menyantap makanan yang ada di atas meja. Mereka mulai bercakap ringan.
"Bagaimana kunjungan anda ke makam keluarga mendiang Putri Hana?" Kisame bertanya dengan ekspresi penasaran.
Baekhyun tersenyum kemudian berdehem kecil. Ia meminum sedikit air putihnya sebelum menjawab. "Lancar. Aku senang karena lingkungan pemakamam sangat bersih dan terjaga. Setidaknya mereka bisa beristirahat dengan tenang disana."
"Syukurlah kalau begitu."
"Tentu. Kunjungan singkat yang begitu berarti, Kisame-sama" Baekhyun tersenyum lebar. Namun dibalik senyum itu Kisame dapat menangkap bahwa ada segurat rasa sedih yang coba ditutupi sang pangeran.
e)(o
"ㅡjadi dia mencoba memonopoli pasar Jepang bos. Kau harus berhati-hati dan..." Sehun yang asalnya fokus pada layar gadget nya kini menatap Chanyeol dan langsung menghentikan ucapannya ketika melihat pria yang lebih tua 2 tahun darinya itu melamun. "Bos.. kau tidak mendengarkan aku sejak tadi?"
Chanyeol tak menyahut dan masih sibuk dengan dunianya sendiri. Sehun mengusap wajahnya kasar. Tidak biasanya sang Phoenix bersikap demikian. Jadi ia mengoceh panjang lebar sejak tadi tak di dengar sama sekali? Bagus.
"Bunuh saja aku!" Teriak Sehun frustasi. Chanyeol yang mendengar teriakan menyebalkan Sehun langsung tertarik ke dunia nyata. Ia menatap tajam yang lebih muda. Jika itu bukan Oh Sehun, maka sudah dapat dipastikan bahwa kepala orang itu akan menjadi hiasan dinding ruang kerja Chanyeol.
"Bos! Aku bicara padamu sejak tadi." Ujar Sehun yang rasanya sudah ingin meloncat keluar dari dalam mobil yang saat ini tengah melaju cukup kencang.
Ia benar-benar kesal pada Chanyeol kali ini. Selama 10 tahun lebih ia hidup bersama Chanyeol, tak pernah sekalipun pria itu kedapatan hilang fokus. Chanyeol bukan pria seperti itu, tidak dan bukan.
"Memangnya apa sih yang kau pikirkan?" Sehun bertanya sinis dan Chanyeol ternyata menanggapi pertanyaan sinis Sehun dengan positif. Itu artinya suasana hatinya sedang baik.
"Siapa lelaki tadi?" Chanyeol tak suka basa-basi.
Pertanyaan dibalas dengan pertanyaan. Sehun tak suka itu. Namun saat melihat raut serius nan gelap dari Chanyeol membuat Sehun urung untuk kembali meneriaki sahabat sekaligus atasannya itu.
"Lelaki yang mana?"
Serius. Pertanyaan Chanyeol itu sungguh ambigu. Sejak pagi tadi ia bersama Chanyeol, mereka banyak bertemu laki-laki. Jadi yang dimaksud Chanyeol itu lelaki yang mana?
Chanyeol mendengus atas pertanyaan Sehun. Tak sadar dengan pertanyaannya sendiri yang lebih membingungkan. "Aku tak akan mengulang pertanyaanku Sehun"
Sehun mengerutkan hidungnya. Jelas ia bingung. Chanyeol berkata dengan clue yang tidak jelas. Ia pun menelusuri kembali kedalam ingatannya setiap kejadian yang ia dan Chanyeol lewati di restaurant makanan Korea tadi karena ia yakin ucapan Chanyeol yang katanya 'tadi' itu merujuk pada kejadian di restaurant. Dan pikirannya kini tertuju pada seseorang yang mungkin saja dimaksud Chanyeol.
"Remaja lelaki berambut hitam yang memakai setelan formal itu?"
"Hn"
"Yang kau tabrak bahunya itu?"
"Hn"
"Benar yang itu?"
Chanyeol tak menjawab, namun matanya langsung menatap Sehun dalam tatapan tajam membuat tubuh Sehun mendadak meriang melihatnya.
"Serius! Kau tak tahu siapa dia bos?" Sehun mengangkat sebelah alisnya dengan sarkastik. Yang ditanya justru balik menatap Sehun dengan tatapan datar.
"Memangnya sepenting apa dia sampai aku harus tahu?" Chanyeol balik bertanya dengan sinis.
"Dia itu fantastis bos! Seluruh Asia juga pasti mengetahuinya, bos!" Sehun semakin menaikkan nada bicaranya seolah memanas-manasi Chanyeol mengenai ketidak-tahuannya.
"Tidak penting"
"Bos" Sehun frustasi karena Chanyeol tak mengetahui siapa lelaki tadi sedangkan Chanyeol hanya menatap Sehun tajam, ia tak suka bertele-tele.
"Okay.. okay bos.. akan kuberi tahu" Sehun menghela nafasnya karena merasa kalah dari Chanyeol, "asal kau tahu ya bos. Dia bukan orang sembarangan. Dia..."
"Dia siapa, Oh Sehun?" Tanya Chanyeol penuh penekanan. Kalimat Sehun yang menggantung membuat ia ingin sekali mencekik pria itu saat ini juga.
"Dia Hisahito no miya Bekkyon shinno denka dari Jepang"
Chanyeol terdiam. Ia menatap Sehun lekat tanpa berkedip kemudian nyaris tertawa mengejek namun langsung menahannya hingga kini yang tersisa hanyalah sebuah senyum mengejek yang sangat meremehkan.
"Pangeran Hisahito, Bekkyon? Yang benar saja Sehun." Chanyeol mendengus tak percaya pada ucapan Sehun yang terdengar seperti lelucon di telinganya. Yang ia bayangkan pangeran Jepang itu adalah seseorang dengan tinggi badan mencolok dan pria dewasa, bukan anak-anak sepertinya yang tidak perlu di khawatirkan eksistensinya. Jadi ia berbisnis untuk bermain dengan anak kecil?
Tanpa berkata-kata, Sehun langsung melakukan sesuatu dengan gadget nya dan menunjukkannya beberapa saat kemudian pada Chanyeol.
"Lihat dengan mata kepalamu sendiri" Sehun memperlihatkan layar gadget nya.
Dalam layar gadget Sehun, ia melihat bahwa foto lelaki tadi ada disana. Bukan hanya satu, tapi banyak. Dan namanya berada dalam daftar pencarian nomor 3 teratas dalam situs web pencarian resmi Asia. Tentunya nomor 1 adalah nama Park Chanyeol dan nomor 2 adalah boyband terkenal dari Korea.
"Dia itu pangeran kesayangan Jepang. Si pangeran berwajah cantik dengan etika yang luar biasa terjaga. Si pembawa kebahagiaan katanya" gumam Sehun di akhir kalimatnya. "Tapi, kenapa kau menanyakannya bos?"
"Hanya urusan bisnis" jawab Chanyeol tenang dan tanpa emosi, seperti biasanya. Maka Chanyeol pun hanya menatap datar pada jalanan yang terlihat didepannya.
"Bisnis? Ada hubungannya dengan pasar Jepang?" Tanya Sehun penasaran. Matanya berbinar semangat dan berhasil menuai seringai tipis di bibir kissable Chanyeol.
"Kau lihat saja nanti"
.
Bersambung
.
Oke gue bawa ff baru guys~
Gak baru sih sebenernya ya, ff dengan judul ini pernah publish di akun gue yang satunya lagi di ffn, cuman ada beberapa yang di rombak lagi dari ide awal ceritanya karena gue agak gak srek aja sama ide awal ff ini..
Gue harap kalian suka oke, dan.. JANGAN KETIPU SAMA CHAPTER AWAL-AWAL karena chapter chapter selanjutnya gue bakal nunjukin siapa geng Phoenix sebenernya, so.. yang penasaran sama yg suka ff ini please vomment. Satu komentar dan bintang dari kalian amat berahrga buat penulis amatiran cem gue.