Fictionn

.

.

.

Chapter 16

.

.

.

Uchiha Sasuke

Haruno Sakura

Gaara

Uzumaki Karin

.

.

.

Ganre : Hurt/confort, Drama, romance

.

.

.

WARNING!!!! Typo, AU, OOC, DLDR!!!

.

.

.

happpy reading

.

.

o0o

"Kau sudah siap?" Sakura mendongak saat melihat ayahnya mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

"Rasanya baru kemarin kau buang air besar di pangkuanku saat makan malam. Dan lihatlah sekarang kau sudah menjadi pengantin." Sakura tertawa mendengar ucapan ayahnya.

"Arigatou sudah membawaku ke dunia ini. Karena kalian aku bertemu dengan orang yang aku cintai." Sakura memeluk ayah dan ibunya ia tak mampu menahan air matanya.

"Hei, make up mu bisa rusak. Nanti pengantin pria mu melarikan diri jika melihat wajahmu." Mebuki menghapus air matanya dengan tisu.

"Ayo jangan biarkan dia menunggumu lebih lama lagi." Kizashi membawa putrinya keluar dari ruang tunggu yang ada disebelah Gereja.

Sakura merasakan jantungnya seolah akan pecah karena debaran yang terlalu keras. Ia yakin ayahnya yang sedang menggandeng tangannya dapat mendengarnya. Tangannya terasa basah meski ia memakai sarung tangan. Sakura tertawa dalam hati ia tidak menyangka berjalan menuju altar akan segugup ini.

"Angkat wajahmu, aku ingin semua orang melihat wajah cantik putriku." Pria paruh baya itu mengelus tangan putrinya yang bertaut di lengannya. "Lihatlah pangeran mu di sana."

Mata Sakura tertuju pada pemuda yang dibalut jas pengantin warna putih berdiri di altar. Bukannya perasaan tenang yang ia dapat gadis itu justru semakin gugup. Dua gadis kecil dengan gaun putih menaburkan bunga dari keranjangnya di karpet yang akan dilalui Sakura.

Hampir saja ia terjatuh karena menginjak gaunnya sendiri. Ia bersyukur karena tangan kokoh milik ayahnya menyelamatkannya dari kejadian memalukan.

"Jangan gugup Saki, tou san memegangmu" bisik sang ayah lembut berharap bisa meredakan kegugupan putrinya.

Debaran di dadanya semakin kencang seiring jarak yang menipis menuju altar, genggaman tangannya pada lengan sang ayah semakin mengerat. Senyum Gaara terasa sangat hangat ketika ia melihat wajah pemuda itu.

"Berjanjilah kau akan menjaga senyuman Sakura." Kizashi meletakan tangan Sakura diatas telapak tangan Gaara yang terulur. "Jika kau sudah tidak lagi menginginkan putriku jangan pernah menyakitinya. Bawa Sakura pulang ke rumah kami."

"Aku berjanji akan selalu membahagiakan Sakura dan tidak akan melepaskannya." Gaara menggenggam tangan Sakura dengan lembut.

Sakura merasakan kebahagian yang membuncah ketika selesai melakukan prosesi pernikahannya. Semua yang menjadi saksi pernikahannya bertepuk tangan. Naruto terus berteriak mengucapkan selamat padanya. Ia memeluk Gaara dengan erat.

"Jidat ayo lempar buket bunga mu." Ino berteriak semangat. Gadis itu berharap jika ia mendapatkan buket bunganya kekasihnya akan segera melamarnya dan menyusul Sakura ke pelaminan.

Sakura melihat Sasuke keluar dari Gereja. Ia menoleh pada pria yang baru saja resmi menjadi suaminya. Gaara mengangguk dan gadis itu berlari mengejar Sasuke.

Teman-teman dan keluarganya merasa terkejut ketika Sakura mengejar Sasuke. Naruto menatap Gaara seolah bertanya apa yang terjadi? Dan Gaara hanya tersenyum sebagai jawaban.

.

.

o0o

.

.

Sakura berlari keluar dan melihat Sasuke berjalan menuju taman. Gadis itu tersandung gaunnya sendiri dan jatuh karena berlari. Sarung tangannya robek karena ranting kayu dan ujung gaunnya sedikit kotor karena menyapu rerumputan. Pria yang dikejarnya duduk di bangku taman.

"Sasuke." Sasuke terkejut saat mendengar suara Sakura. Gadis itu berdiri dihadapannya dengan nafas terengah.

"Sakura?" Dia tidak mengerti mengapa Sakura berada disini.

"Berjanjilah kau akan bahagia." Gadis mengulurkan buket bunga pengantin miliknya.

Sasuke hanya menatap bunga yang terulur dengan tatapan kosong. Memangnya apa yang diharapkannya, berpikir jika gadis itu meninggalkan pernikahannya untuk mengejarnya, Sasuke menertawakan dirinya sendiri.

"Ambil ini." Sakura menarik tangan kanan Sasuke dan menggenggamkan buket bunga ketangan pemuda itu.

"Melangkahlah maju. Kita mulai semuanya dari awal lagi." Sakura tersenyum. "Hallo namaku Sakura kau teman Naruto nii bukan? Kalau begitu kau juga onii san ku."

Sakura mengulurkan tangan kanannya, dengan ragu Sasuke menjabat tangan gadis itu. Ia tersenyum getir ketika tangannya menggenggam tangan Sakura.

"Omedetto, semoga kalian bahagia." Sasuke tersenyum dengan tulus dibalas senyum lebar Sakura. Ia lupa kapan terakhir kali ia tersenyum pada orang lain.

"Arigatou. Jaa na." Sakura melambaikan tangannya dan berbalik meninggalkan Sasuke dan "Kau sudah siap?" Sakura mendongak saat melihat ayahnya mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

"Rasanya baru kemarin kau buang air besar di pangkuanku saat makan malam. Dan lihatlah sekarang kau sudah menjadi pengantin." Sakura tertawa mendengar ucapan ayahnya.

"Arigatou sudah membawaku ke dunia ini. Karena kalian aku bertemu dengan orang yang aku cintai." Sakura memeluk ayah dan ibunya ia tak mampu menahan air matanya.

"Hei, make up mu bisa rusak. Nanti pengantin pria mu melarikan diri jika melihat wajahmu." Mebuki menghapus air matanya dengan tisu.

"Ayo jangan biarkan dia menunggumu lebih lama lagi." Kizashi membawa putrinya keluar dari ruang tunggu yang ada disebelah Gereja.

Sakura merasakan jantungnya seolah akan pecah karena debaran yang terlalu keras. Ia yakin ayahnya yang sedang menggandeng tangannya dapat mendengarnya. Tangannya terasa basah meski ia memakai sarung tangan. Sakura tertawa dalam hati ia tidak menyangka berjalan menuju altar akan segugup ini.

"Angkat wajahmu, aku ingin semua orang melihat wajah cantik putriku." Pria paruh baya itu mengelus tangan putrinya yang bertaut di lengannya. "Lihatlah pangeran mu di sana."

Mata Sakura tertuju pada pemuda yang dibalut jas pengantin warna putih berdiri di altar. Bukannya perasaan tenang yang ia dapat gadis itu justru semakin gugup. Dua gadis kecil dengan gaun putih menaburkan bunga dari keranjangnya di karpet yang akan dilalui Sakura.

Hampir saja ia terjatuh karena menginjak gaunnya sendiri. Ia bersyukur karena tangan kokoh milik ayahnya menyelamatkannya dari kejadian memalukan.

"Jangan gugup Saki, tou san memegangmu" bisik sang ayah lembut berharap bisa meredakan kegugupan putrinya.

Debaran di dadanya semakin kencang seiring jarak yang menipis menuju altar, genggaman tangannya pada lengan sang ayah semakin mengerat. Senyum Gaara terasa sangat hangat ketika ia melihat wajah pemuda itu.

"Berjanjilah kau akan menjaga senyuman Sakura." Kizashi meletakan tangan Sakura diatas telapak tangan Gaara yang terulur. "Jika kau sudah tidak lagi menginginkan putriku jangan pernah menyakitinya. Bawa Sakura pulang ke rumah kami."

"Aku berjanji akan selalu membahagiakan Sakura dan tidak akan melepaskannya." Gaara menggenggam tangan Sakura dengan lembut.

Sakura merasakan kebahagian yang membuncah ketika selesai melakukan prosesi pernikahannya. Semua yang menjadi saksi pernikahannya bertepuk tangan. Naruto terus berteriak mengucapkan selamat padanya. Ia memeluk Gaara dengan erat.

"Jidat ayo lempar buket bunga mu." Ino berteriak semangat. Gadis itu berharap jika ia mendapatkan buket bunganya kekasihnya akan segera melamarnya dan menyusul Sakura ke pelaminan.

Sakura melihat Sasuke keluar dari Gereja. Ia menoleh pada pria yang baru saja resmi menjadi suaminya. Gaara mengangguk dan gadis itu berlari mengejar Sasuke.

Teman-teman dan keluarganya merasa terkejut ketika Sakura mengejar Sasuke. Naruto menatap Gaara seolah bertanya apa yang terjadi? Dan Gaara hanya tersenyum sebagai jawaban.

.

.

o0o

.

.

Sakura berlari keluar dan melihat Sasuke berjalan menuju taman. Gadis itu tersandung gaunnya sendiri dan jatuh karena berlari. Sarung tangannya robek karena ranting kayu dan ujung gaunnya sedikit kotor karena menyapu rerumputan. Pria yang dikejarnya duduk di bangku taman.

"Sasuke." Sasuke terkejut saat mendengar suara Sakura. Gadis itu berdiri dihadapannya dengan nafas terengah.

"Sakura?" Dia tidak mengerti mengapa Sakura berada disini.

"Berjanjilah kau akan bahagia." Gadis mengulurkan buket bunga pengantin miliknya.

Sasuke hanya menatap bunga yang terulur dengan tatapan kosong. Memangnya apa yang diharapkannya, berpikir jika gadis itu meninggalkan pernikahannya untuk mengejarnya, Sasuke menertawakan dirinya sendiri.

"Ambil ini." Sakura menarik tangan kanan Sasuke dan menggenggamkan buket bunga ketangan pemuda itu.

"Melangkahlah maju. Kita mulai semuanya dari awal lagi." Sakura tersenyum. "Hallo namaku Sakura kau teman Naruto nii bukan? Kalau begitu kau juga onii san ku."

Sakura mengulurkan tangan kanannya, dengan ragu Sasuke menjabat tangan gadis itu. Ia tersenyum getir ketika tangannya menggenggam tangan Sakura.

"Omedetto, semoga kalian bahgia." Sasuke tersenyum dengan tulus dibalas senyum lebar Sakura. Ia lupa kapan terakhir kali ia tersenyum pada orang lain.

"Arigatou. Jaa na." Sakura melambaikan tangannya dan berbalik meninggalkan Sasuke dan kembali menuju Gereja.

Sasuke menatap buket bunga ditangannya, melangkah maju dan bahagia? Ia menghela nafas. Bahkan ia tidak tahu apakah ia masih pantas untuk bahagia. Ia melihat seekor burung yang terbang ke langit biru musim semi.

Orang bilang musim semi adalah musim bagi orang-orang jatuh cinta dan ia pun menyukai musim semi, lebih tepatnya ia mencintai gadis musim semi. Sasuke beranjak dari bangku taman dan pergi membawa buket bunga pemberian Sakura.

.

.

.

o0o

.

.

Orang-orang di dalam Gereja mulai berbisik-bisik melihat Sakura yang berlari mengejar Sasuke. Gaara sedang berbicara dengan orang tua Sakura, Kizashi yang awalnya terkejut mulai tenang. Pemuda itu yakin jika Sakura akan kembali, ia tahu apa yang ada difikiran istrinya.

"Gaara, kemana Sakura pergi?" Ino mendekati pemuda yang baru saja menyandang gelar suami dari sepupu sekaligus sahabatnya.

"Mengejar Sasuke." Gaara menjawab tenang.

"Apa kau sudah gila membiarkan Sakura mengejar Uchiha brengsek itu?" Ino nyaris berteriak membuat keluarga Uchiha yang turut hadir terkejut.

Mikoto mendekati Gaara. "Ada apa?" Ia bertanya hawatir.

"Sakura hanya ingin menyelesaikan sesuatu dengan Sasuke." Gaara mencoba menjelaskan.

"Sesuatu apa? Bagaimana kalau si brengsek itu menculiknya?" Ino tidak peduli jika Mikoto Uchiha tersinggung dengan ucapannya karena kenyataannya pria itu memang brengsek.

"Bibi aku minta maaf." Naruto mencoba menengahi mereka, ia tahu ibu dari sahabatnya itu tersinggung dengan ucapan Ino. "Ino bicaralah yang sopan kau itu seorang gadis."

Ino mengabaikan kakak sepupunya dan meninggalkan mereka. Ia memilih berbicara denga orng tua Sakura yang terlihat lebih tenang.

"Gaara sebaiknya kau susul Sakura. Ini sudah terlalu lama ia meninggalkan pernikahannya." Naruto meminta Gaara mencari Sakura. Pemuda itu mengangguk dan berjalan menjauhi pria berbut pirang dan Nyonya Uchiha yang masih menunduk.

Belum sempat Gaara melangkah keluar Sakura datang dengan senyum merekah. Ia mengangkat gaun pengantinnya hingga ke lutut membuatnya bisa berlari dan menerjang suaminya yang berada di dekat pintu.

"Arigatou." Sakura berbisik ditelinga Gaara.

"Jidat kau dari mana saja?" Senyum lega terpancar dari bibir gadis pirang itu. Bukan hanya Ino tapi semua orng yang hadir disana.

"Gomen ne Pig, aku memberikan buketnya pada Sasuke." Sakura menjulurkan lidahnya pada Ino.

"Apa-apan itu seharusnya bunga itu jadi milikku dasar jidat bodoh." Ino tertawa, ia tidak menyangka jika Sakura akan melakukannya.

"Kau tidak butuh bunga itu Ino, bagai mana jika besok kita menikah?" Sai berdiri disebelah Ino dan mengulurkan sebuah kotak beludru.

"Setidaknya romantislah sedikit jika ingin melamarku." Ino berteriak dan meninggalkan Sai disusul tawa teman-temannya.

"Oi Ino, apa kau tidak mau menikah denganku?" Sai bertanya dengan nada polos.

"Dasar menyebalkan." Ino kembali kehadapan Sai. "Berlutut." Ino memerintah Sai.

Pemuda itu menurut dan berlutut dihadapan Ino." Ulangi lamaranmu."

"Yamanaka Ino, maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Sai mengulurkan kotak beludru berisi cincin berlian kehadapan Ino.

"Ino kau akan menyesal jika menolaknya." Sakura berteriak.

"Sai jika Ino menolakmu aku akan dengan senang hati menerimamu." Sasame tertawa meledek.

"Tutup mulut kalian dasar penganggu." Ino berteriak kepada dua orng yang sudah menjadi sahabatnya sejak masih sekolah dasar.

"Baiklah aku menerimamu." Ucap Ino dan membiarkan Sai memakaikan cincin itu di jari manisnya.

"Jawaban macam apa itu, seharusnya kau lebih romantis Pig." Sakura mengejek.

"Kau sendiri tidak romantis saat melamarku." Gaara berbisik ditelinga Sakura.

"Aku tidak pernah melakukannya." Wajah Sakura memerah hingga ketelinga.

"Saat di rumah sakit kau melamarku." Gaara tertawa mengejek.

"Dasar panda merah menyebalkan." Sakura meninggalkan suaminya dan mendekati orang tuanya.

"Omedettou, Sakura chan." Mikoto memeluk Sakura, ia tidak menyangka jika dirinya akan melihat Sakura menikah dengan pemuda lain bukan dengan putranya. Tapi ia juga bahagia karena melihat gadis itu bahagia.

"Arigatou bibi." Sakura membalas pelukan wanita paruh baya itu. Awalnya ia tidak ingin mengundang keluarga Uchiha tapi Naruto mengatakan jika ia harus mengundang mereka.

Sakura melihat Suigetsu datang bersama Karin. Ia tidak tahu mengapa teman Sasuke itu bersama Karin.

"Aku pikir kalian akan kembali bersama saat aku melepaskannya." Karin berdiri dihadapan Sakura.

"Tidak ada alasan untukku kembali." Sakura tersenyum simpul. "Saat Sasuke memilihmu, saat itu pula aku melepaskannya."

"Percayalah Sasuke akan menemukan kebahagiannya, seperti aku menemukan Gaar dan kau yang menemukan Suigetsu. Terimakasih sudah datang." Sakura menjabat tangan Karin dan Suigetsu.

"Kalau begitu kau harus berterimakasih padaku Sakura, jika aku tidak datang kau tidak akan bersama Gaara." Sakura tertawa menanggapi Karin

Gaara menghampirinya dan tersenyum pada Karin. Gadis itu menjabat tangan suami Sakura dan mengucapkan selamat.

Karin menyesal pernah hadir diantara Sakura dan Sasuke menyebabkan keduanya berpisah, tapi bukankah kita tidak pernah tahu takdir seseorang. Satu hal yang ia sadari takdir Sasuke bukanlah dirinya dan bukan juga Sakura. Ia hanya berdoa semoga Sasuke juga bahagia seperti ia dan juga Sakura.

.

.

.

END

.

.

.

Terimakasih untuk para readers yg udah baca ceritaku dari awal. Terimakasih banyak untuk semua dukunganya.love you all.