Krak!

"Argh!..." Baekhyun meringis saat pergelangan tangannya dipatahkan secara paksa. Membuatnya tak bisa lagi menahan bulir air mata yang keluar begitu saja.

Bugh!

Baekhyun tersungkur saat orang-orang keji itu dengan tidak berprikemanusiaanya menendang perutnya, mengakibatkan darah segar keluar dari rongga mulutnya.

"Masih tak mau buka mulut, hm?" ancam seorang pria yang dengan wajah bengisnya beralih menjambak rambut hitam Baekhyun membuat kedua mata mereka bertemu. Baekhyun menyeringai, mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan nyeri yang ada di sekujur tubuhnya.

"Aku bersumpah ... tidak akan mengatakan sepatah katapun pada bajingan sepertimu!"

"BRENGSEK!"

Bugh!

Kembali, pria itu menendang perut Baekhyun tanpa ampun. Menendangnya berkali-kali seolah Baekhyun tidak memiliki rasa sakit akibat dari tendangannya.

"Kau tahu—uhuk!" Baekhyun mencoba keras untuk bicara meskipun mulutnya tanpa henti mengeluarkan darah segar belum lagi perut dan tulang punggungnya yang mulai mati rasa. Ia kembali menyeringai, menantang pria tampan berwajah iblis yang terus menyiksanya selama tiga hari terakhir ini. "Meskipun aku mati di tanganmu sekalipun, aku tidak akan pernah mengatakannya!" Baekhyun tertawa mengejek. "Justru kau yang rugi jika aku mati sekarang ini!"

Pria itu mengepalkan kedua tangannya, mencoba untuk menahan amarah untuk tidak membunuh Baekhyun detik ini juga.

"Kau benar! Aku sangat rugi jika aku membunuh orang yang tidak takut mati sepertimu, Byun Baekhyun!"

"Hah! Syukurlah, jika kau menyadarinya." Baekhyun terengah. Kemudian, ia terlentang menatap langit gudang dimana tempatnya di sekap tak menyadari jika sekumpulan pria berbadan besar dan kekar sudah meninggalkannya begitu saja. Termasuk orang yang tanpa henti terus menyiksanya. Baekhyun memejamkan kedua matanya, tanpa sadar ia kembali menangis. Menangis karena rasa sakit akibat luka dan memar yang ia dapat dan menangis akibat rasa cemas yang terus merumbuk menghantui hatinya.

"Mianhae ... Jeongmall mianhae, Luhan-ie~" sesalnya memejamkan kedua matanya seraya menikmati setiap aliran darah segar yang keluar dari beberapa bagian tubuhnya.

...

...

...

..

.

Drag Out

- He's Back -

Dia pergi karena suatu alasan

Dan,

Diakembali untuk keluarga yang sudah lama ia tinggalkan

Meskipun,

Semua sudah berubah

.

..

...

...

...

"Daehyun-ah, apa kau masih belum menemukan keberadaan Baekhyun?" tanya sosok pemuda cantik yang sudah tiga hari ini hampir tidak tidur dan mengabaikan rasa kantuk serta tubuhnya yang terasa pegal bukan main.

"Luhan-ie, lebih baik kau istirahat sekarang. Lihatlah, kedua lingkar matamu sudah menghitam dan kantung matamu sudah membengkak." Saran Jiyoung, menghampiri Daehyun dan Luhan -sosok pemuda cantik- yang sedang duduk di meja kerja yang berada di markas mereka. Jiyoung menarik kursi kosong yang berada di samping Daehyun dan duduk di samping pemuda tampan itu.

"Jiyoung hyung benar hyung. Istirahat-lah! Aku akan tetap mencari keberadaan Baek hyung!" Daehyun tersenyum seraya mengelus surai Luhan. Luhan merengut, bermaksud untuk merajuk.

"Aniyo! Bagaimana aku bisa istirahat jika kita saja tidak tahu apa yang terjadi pada Baekhyun diluar sana?!" Luhan sedikit menaikkan nada suaranya agar kedua orang yang terus-menerus menyuruhnya untuk istirahat berhenti membujuknya. "Aku tidak bisa tenang jika masih belum mendengar kabar Baekhyun~" lirih Luhan cemas.

"Lu, jangan memaksakan dirimu. Apa kau lupa jika nanti malam kau harus balapan?" ingat Jiyoung yang membuat Luhan mendesah sebal.

"Menyebalkan!" dengus Luhan menahan diri untuk tidak membanting kursi yang sedang ia duduki. "Aku tidak bisa fokus jika tidak ada Baekhyun sekarang! Aku juga ingin membantumu dan Daehyun, hyung!"

"Lu, aku dan Daehyun masih bisa mencari keberadaan Baekhyun. Bagaimanapun juga kau harus tetap ikut nanti malam, demi Baekhyun."

"Hyung! Dan, sampai kapan aku harus mengatakan padamu? Aku tidak bisa jika tidak ada Baekhyun. Dia sedang dalam bahaya hyung!" Luhan memotong ucapan Jiyoung dengan geram. "Terserah apa mau kalian!"

"Kau tidak harus ikut balapan malam ini, Lu!" seru sebuah suara tegas yang sudah mereka ketahui siapa pemiliknya yang membuat Luhan seketika menghentikan langkahnya yang hendak meninggalkan tempat kerja mereka.

"Kris?" pekik Luhan setelah membalikkan badannya dan menatap pemuda tinggi berbadan kekar diikuti seorang pemuda asing berwajah datar dan dingin di belakangnya.

"Kau bercanda?" sinis Jiyoung tak percaya. Kris mengulas senyum.

"Kau bisa mencari Baekhyun, Lu!" Kris berucap dan mengabaikan geraman kesal yang keluar dari belah bibir Jiyoung.

"Tidak! Aku tidak mengijinkannya!" seru Jiyoung beralih menatap tajam pada Kris. "Kau sama saja menyerahkan nyawa Luhan. Lagi pula, siapa yang akan menggantikannya? Aku? Kau? Jangan bercanda di saat situasi sulit seperti ini!"

"Sehun yang akan menggantikan Luhan!"

"Siapa?" pekik Luhan saat Kris menyebutkan nama asing di depan ketiganya. "Siapa yang kau bawa?"

"Mungkin dia tidak sehebatmu, Lu. Tapi, kemampuannya setara dengan Baekhyun!" balas Kris datar.

"Ck! Aku tidak menyangka kau dengan mudahnya membawa orang asing untuk menggantikan pro sepertiku! Aku tidak akan membiarkannya!" balas Luhan arogan. "Aku akan tetap balapan dan memenangkan hadiahnya. Dan setelah itu aku akan mencari Baekhyun tanpa menunggu kesepakatan dari kalian, aku sudah muak!"

"Kau tidak bisa berbuat seenaknya Lu!"

"AKU BISA!" bantah Luhan menatap Kris yang masih menatapnya tak berekspresi. "Awalnya aku tidak memperdulikan balapan ini karena ketidak-adaannya Baekhyuni, tapi setelah melihatmu membawa orang asing aku tidak akan membiarkannya! Aku tidak mau taruhan kita nantinya hancur hanya karena kau membawa orang baru!"

"Lu, kau sedang kacau dan kau tidak akan bisa fokus saat balapan. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Cukup pada Baekhyun, tidak padamu! Aku mohon, Lu. Percayalah padaku, tidakkah kau ingin mencari Baekhyun? Ini sudah tiga hari, Baekhyun pasti menunggu kita. Jika Sehun menggantikanmu, setidaknya kau bisa ikut Daehyun dan Jiyoung untuk mencari keberadaan Baekhyun!" Kris masih mencoba untuk membujuk Luhan yang tengah menimbang setiap ucapan Kris yang terdengar masuk akal. Luhan menghela nafas.

"Huft! ... Asalkan tidak menyentuh mobilku!" balas Luhan kemudian meninggalkan teman yang sudah ia anggap sebagai keluarganya. Kris tersenyum atas keputusan Luhan.

"Aku tidak percaya, kau membiarkan Luhan berada dalam bahaya!" sinis Jiyoung tak habis pikir.

"Dia akan baik-baik saja hyung. Lagi pula, ada kau dan Daehyun yang menjaganya!" balas Kris datar.

"Tanpa kau mengatakannya pun, aku sudah tahu!" Jiyoung berdiri dari tempat duduknya seraya mendorong kursinya dengan kasar. Ia bahkan dengan sengaja menabrak bahu Kris saat berjalan melewati pemuda jakung itu.

"Daehyun-ah! Bisa kau antar Sehun untuk melihat mobil yang kita miliki?" pinta Kris pada Daehyun yang sedari tadi memang hanya diam dan tak menanggapi atas keputusan Kris yang sepihak itu. Daehyun menghela nafas.

"Darimana kau memungutnya? Merepotkan, kajja! Ikutlah denganku!" Daehyung berjalan mendahului orang yang dibawa Kris agar mengikutinya.

"Ikutlah! Mereka tidak akan melupakanmu lama-lama!" titah Kris yang hanya ditanggapi datar oleh pemuda pucat itu.

"Arra!" balasnya singkat dan berjalan mengikuti Daehyun menuju garasi mereka.

"Kau bisa memilih semua mobil disini kecuali mobil itu dan itu!" ujar Daehyun jengah seraya menunjuk mobil Ford GT40 yang bersisihan dengan mobil Bentley Speed yang dilarang keras digunakan oleh pemuda tampan yang bernama Sehun, atau Oh Sehun lebih lengkapnya.

"Apa mobil itu milik pria cantik yang menolak kehadiranku?" tanya Sehun datar. Daehyun tertawa mengejek.

"Tidak hanya pria cantik itu yang menolak kehadiranmu. Aku adalah orang teratas disini yang sangat sangat jengah melihat wajah datarmu!" Sehun tersenyum miring.

"Kalau begitu, kau harus membiasakannya."

"Mworago? Dengar baik-baik tuan datar, jika Baekhyun nanti kembali aku sendiri yang akan mengusirmu dari keluargaku!" Sehun tersenyum kecil.

"Dan dengar baik-baik tuan teknisi, kau adalah orang pertama yang nantinya akan memohon agar aku tetap berada disini!"

"Cih! Percaya diri sekali!"

"Kita lihat saja nanti!"

"Lagi pula, darimana Kris bisa mendapatkan orang sepertimu?"

"Ceritanya rumit!" balas Sehun seraya mengitari semua mobil yang ada di garasi, sementara Daehyun hanya menatapnya sebal.

"Sebenarnya aku ingin sekali menggunakan mobil ini!" Sehun menatap mobil Bentley Speed yang tak lain adalah milik Luhan. "Kenapa dia melarangnya?"

"Ceritanya rumit!" balas Daehyun meng-copy ucapan Sehun sebelumnya yang membuat Sehun sekilas menatapnya dan memandangnya tak percaya.

"Okay, karena aku tidak diijinkan menggunakan Bentley Speed. Apa boleh aku menggunakan Mustang ini?" tanya Sehun menatap Daehyun. Daehyun menarik nafas dan berjalan mendekati Sehun yang sedang berada di samping mobil bermerk Mustang GT500. Daehyun membuka kap mesin Mustang itu, kemudian ia menatap Sehun penuh arti.

"Siapa pemilik mobil ini?" tanya Sehun.

"Awalnya Luhan, tapi ia kalah taruhan denganku. Jadi, mobil ini resmi menjadi milikku!" jawab Daehyun. Sehun meneliti setiap spesifikasi mesin yang ada di dalam mobil keluaran 2013 itu.

"Kalah taruhan?" Sehun memincingkan matanya menatap Daehyun tak paham. Daehyun tersenyum kecil.

"Setiap orang seperti kami, mobil yang kami miliki pasti memiliki sejarah yang berbeda."

"Hm, mesin V8 yang berkapasitas 5.8 liter, itu berarti tenaganya 650hp torsinya mungkin sekitar 855 Nm. Wow! Aku tidak menyangka mobil 2013 ini, mesinnya masih terlihat baru, apa mobil ini jarang dipakai? Dengan kecepatan max 322 km/h, mungkin aku bisa menang dalam waktu kurang dari 8 menit dalam jarak sekitar 4 mil!" gumam Sehun yang dihadiahi tatapan curiga dari Daehyun.

"Sebenarnya, siapa dirimu?" tanya Daehyun memincingkan kedua matanya membuat Sehun seketika menatapnya seraya tersenyum kecil.

"Tak perlu dipasangkan nos-pun aku bisa menang!" ujarnya seraya menatap Daehyun dalam. "Aku sudah bilang, kau akan menjadi orang pertama yang akan memohon padaku untuk tetap tinggal. Dan, aku sudah menunggu pertanyaan itu keluar dari mulutmu. Karena sungguh, sedari tadi yang aku dapat saat masuk tempat kumuh ini hanyalah umpatan rendahan!"

"Shit! Aku tanya, siapa dirimu?!" Daehyun menatap Sehun tajam. Sehun hanya tersenyum miring.

"Apa kau lupa padaku, Daehyun-ssi?" tanya Sehun penuh teka-teki yang membuat Daehyun seketika mengepalkan kedua tangannya tak sabar. "Kau masih belum berubah, masih tidak sabaran dan belum bisa mengontrol emosimu. Bahkan, aku tidak menyangka jika hanya Kris hyung yang mengingatku bahkan Jiyoung hyung saja melihatku seperti musuhnya."

"Kris hyung? Jiyoung hyung?" Daehyun berfikir sejenak. Sehun berdecak sebal. "Tidak ada orang luar yang memanggil Jiyoung hyung dengan nama kecilnya."

"Aish! Sudahlah, lupakan! Aku tidak mau mengingatkanmu!" Sehun mengabaikan Daehyun yang tengah berfikir keras sementara Sehun mencoba untuk mengotak-atik mesin mobil yang akan ia gunakan untuk balapan tiga jam dari sekarang.

"Omo!" pekik Daehyun tiba-tiba yang membuat seulas senyum Sehun diam-diam. "Yak! Kau! Jangan bilang—kau!" Daehyun membalikkan tubuh Sehun secara paksa, mencekram kedua bahu Sehun dan menatapnya antusias. "Omo! Kenapa kau sudah besar?" tanya Daehyun yang membuat Sehun berdecak malas.

"Sudah ingat?" tanya Sehun tersenyum miring sementara Daehyun langsung membawa Sehun kepelukannya.

"Aigoo, aku benar-benar tidak menyangka uri Sehunie sudah besar dan tampan seperti ini. Yak! Kenapa kau tidak bilang dari tadi, bodoh?"

"Hyung, hyung, hyung, lepas hyung, aku tidak bisa bernafas!" pinta Sehun yang langsung dituruti oleh Daehyun.

"Kau tidak apa-apa kan?" tanya Daehyun cemas membuat Sehun menggerutu seketika.

"Tadi saja, kau menghinaku. Sekarang, apa yang kau lakukan?"

"Aish, suruh siapa kau tidak mengatakannya? Aku tidak tahu jika kau bertambah tampan seperti ini. Bahkan, wajahmu saja tak kalah dinginnya dengan si naga itu!" Sehun terkekeh mendengar penuturan Daehyun itu.

"Yak, hyung tidakkah tadi kau mendengar Kris hyung memanggil namaku?" Daehyung berdecak.

"Siapa yang mengira jika itu si bodoh Oh Sehun?"

"Yak, hyung! Apa kau tidak lelah terus mengataiku?"

"Arraseo, arraseo. Aku benar-benar merindukanmu. Kau seperti di telan bumi selama tujuh tahun ini."

"Nde, bahkan selama tujuh tahun ini kalian bertiga sudah mendapatkan penggantiku bahkan sampai melupakanku!"

"Aniyo! Itu tidak benar, aku terlalu pangling melihat perubahanmu. Apa kau operasi plastik?" Sehun menatap Daehyun bertambah kesal yang dengan tampang bodohnya meraba-raba wajah Sehun, meneliti setiap inch rahang tegas adiknya.

"Hyung, jangan mengatakan hal konyol!" Sehun menghempaskan tangan Daehyun yang semakin gila menggerayangi wajah tampannya.

"Arra! Bagaimana bisa kau bertemu dengan Yifan?" Sehun menghentikan aktifitasnya yang tengah meneliti piston yang ada di dalam Mustang itu. Ia menatap Daehyun serius.

"Aku rasa dia diam-diam mencariku."

"Mwo?"

"Kami bertemu di bar semalam. Dia tidak mengatakan apa-apa padaku. Hanya memohon agar aku kembali pada Racedie. Aku sendiri terkejut melihat reaksi kau dan Jiyoung hyung, terlebih pria cantik itu. Aku tidak tahu jika kalian sedang ada masalah. Mungkin, karena itu Kris hyung, diam-diam mencariku!"

"Kau benar. Tapi, kenapa dia tidak mengatakan apapun pada kami? Terutama, padaku dan Jiyoung hyung?"

"Entahlah hyung!"

"Aish, sudahlah. Aku senang kau kembali!" Daehyun menepuk pundak Sehun yang membuat Sehun mengulas senyum tampan.

"Oya, hyung! Siapa orang baru itu?" tanya Sehun ingin tahu. Daehyun tersenyum.

"Setelah kepergianmu, keluarga kita benar-benar berantakan. Racedie benar-benar mengalami kehancuran. Kita bertiga sering bertengkar, terlebih pemasukan kita yang hampir tidak pernah ada. Dan, musuh semakin bertebaran dimana-mana!" nada bicara Daehyun merendah, seketika membuat Sehun merasa bersalah karenanya.

"Mianhae hyung. Aku benar-benar menyesal, aku harap kau tidak membenciku."

"Eyy, aniyo! Aku tidak pernah membencimu, aku tahu betul bagaimana keadaanmu waktu itu. Lagi pula, satu tahun kemudian kita bertiga menemukan harta karun!" Daehyun menaik-turunkan kedua alisnya menatap Sehun senang. "Kau tahu pria cantik tadi? Dia seperti segalanya untuk kami. Dia sangat hebat dalam segala bidang, balapan, bersenjata, menyamar, menghasut, dia bisa melakukan segalanya bersama dengan teman kecilnya tentu saja."

"Benarkah? Dilihat dari wajahnya tidak begitu menyakinkan."

"Itu karena kau belum mengenalnya. Saat pertama kali aku melihatnya aku juga berfikir seperti itu. Dia adalah orang yang konsisten tapi, dia sedikit arogan dan egois jika menyangkut Racedie atau apapun yang berkaitan dengan apa yang dia suka. Tapi, sungguh dia adalah orang yang penyayang dan menyenangkan. Kau tahu, rata-rata semua mobil mewah ini? Hampir separuh dari 15 mobil ini, Luhan dan Baekhyun yang mendapatkannya."

"Jadi, namanya Luhan dan Baekhyun?"

"Nde, orang yang kau sebut pria cantik itu namanya Xi Luhan, dia ace kami." Sehun mengangguk paham. "Sudah tujuh tahun banyak yang berubah Sehunie. Kekuasaan, musuh, uang semua terhampar di depan mata. Namun juga, nyawamu yang menjadi taruhannya."

"Maksud hyung?" Daehyun tersenyum penuh arti namun dibalik senyum itu mengandung sebuah senyum sendu, ia mengalihkan pandangannya pada mesin Mustang yang terpapang apik di depannya.

"Cobalah mobil ini. Kau harus bisa menyesuaikannya bukan?"

"Hyung, jawab pertanyaanku!" Sehun menahan tangan Daehyun yang hendak melangkah meninggalkanya seolah ia menhindari pertanyaan ingin tahu dari Sehun. Daehyun tersenyum lirih.

"Apa kau yakin, ingin kembali pada Racedie?" tanya Daehyun menyakinkan. "Sehunie, apa kau yakin?!" Daehyun mengulang untuk memastikan keyakinan yang bisa ia lihat di balik mata tajam Sehun.

"Hyung—"

"Pulanglah jika kau tidak yakin! Ini, bukan tempatmu lagi, Sehunie. Keluargamu, pasti kembali akan mengacaukan segalanya!"

"Aniyo!"

"Eh?!" pekik Daehyun terkejut dengan penuturan tegas yang keluar dari belah bibir Sehun.

"Aku tidak mau lagi menjadi boneka mereka, hyung! Itulah sebabnya aku disini. Itulah sebabnya aku kembali. Dan, itulah sebabnya aku tidak akan membiarkan tragedi tujuh tahun yang lalu kembali terulang. Dan, karena aku sudah merubah prioritasku. Racedie—adalah prioritas utamaku saat ini, dan selamanya." Balas Sehun yakin membuat Daehyun tersenyum bangga kepada sosok yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

"Kau sudah semakin dewasa, Sehunie. Aku bangga padamu!"

"Gomawo hyung! Bagaimanapun juga Racedie sudah menjadi separuh dalam hidupku. Karena, jika bukan karena Racedie mungkin aku juga tidak bisa berdiri di depanmu saat ini." Daehyun mengangguk paham.

"Jja, cobalah mobil ini! Aku sudah lama tidak melihat kemampuanmu lagi bocah nakal!" Sehun tertawa keras.

"Kau akan terkejut saat melihatnya hyung!"

...

..

...

"Dapat!" pekik Daehyun senang yang membuat seisi ruangan seketika berlari menghampirinya.

"Apa yang kau dapat?" tanya Luhan antusias, berharap harapannya kali ini bukanlah hanya harapan belaka.

"Aku mendapat posisi terakhir Baekhyun."

"Benarkah?" balas Luhan antusias, kedua matanya berbinar. "Dimana, dimana?" tanyanya cepat. Daehyun kembali berkutat pada komputernya.

"Di daerah Geumcheon-gu tepatnya di daerah 2.5 mil dari selatan sungai Han." Jawab Daehyun menatap orang-orang di depannya satu persatu. Kris, Jiyoung dan Luhan. Sementara, Sehun hanya menyenderkan tubuhnya di dinding penyekat antara ruang tengah dan garasi menatap bagaimana orang-orang terkasihnya yang dulu sempat ia tinggalkan kini berkembang.

"2.5 mil dari sungai Han?" gumam Jiyoung berfikir sejenak. "Apa yang Baekhyun lakukan disana?"

"Omo!" pekik Luhan saat ia teringat sesuatu.

"Wae? Apa terjadi sesuatu yang tidak kami ketahui? Yang kau lakukan di belakang kami bersama Baekhyun?" tanya Kris tajam. Luhan mendesah sebal.

"Kenapa kau selalu mencurigaiku?" tanya Luhan kesal dan membalas tatapan tajam Kris. Kris berdecak sebal.

"Karena kau selalu berbuat ceroboh dan bertingkah semaumu. Kami semua mengkhawatirkamu dan Baekhyun, Lu!" Luhan menghela nafas sebal.

"Daehyun-ie, apa kau bisa melacak tempat apa yang Baekhyun kunjungi terakhir kali secara pastinya?" tanya Luhan yang tak juga menjawab pertanyaan dari Kris.

"Jadi benar, kau menyembunyikan sesuatu dari kami?" tanya Jiyoung ikut menyerang Luhan.

"Hyung, tenanglah. Aku akan memberitahu kalian nanti!" balas Luhan dan kembali memfokuskan pada layar monitor yang sedang digarap oleh Daehyun.

"Sebentar, aku akan lihat asal sinyal ponsel Baek hyung yang terakhir!" Daehyun kembali menotak-atik komputernya. "Dapat hyung! Oh, tidak!" desah Daehyun lemas.

"Sudah kuduga!" Luhan berdecak kesal saat melihat koordinat lokasi yang terpampang di komputer Daehyun.

"Apanya?" tanya Kris dan Jiyoung bersamaan. Luhan memijit pelipisnya geram.

"Baekhyun tidak pernah mau mendengar kata-kataku!" geramnya yang membuat ketiga pemuda tampan itu semakin mengeryitkan dahinya bingung.

"Xi Luhan, apa yang kau lakukan di belakang kami?" bentak Jiyoung tak sabar. Luhan menarik nafas dan menatap Kris dan Jiyoung yang berdiri di depannya bergantian.

"Ini salahku dan Baekhyun." Luhan menunduk menyesal.

"Apa?" gumam mereka bertiga tak mengerti. Luhan mendongak, jelas di balik matanya bahwa ia tengah menahan air matanya agar tidak melesak keluar.

"Kalian ingat, terakhir kali Baekhyun balapan bulan lalu?" tanya Luhan, ketiganya mengangguk cepat. Luhan tersenyum sekilas. "Baekhyun memenangkan balapannya dengan taruhan car vs car, dan Baekhyun mendapatkannya. Tapi, sialnya mobil yang Baekhyun dapat mereka ambil paksa saat setelah mobil itu baru 1 hari berada di tangan Baekhyun. Saat itu, kalian bertiga sedang menghadiri balapan di Korea Utara untuk melawan Hekerl. Aku tidak menyangka jika mereka melanggar kesepatakan, bahkan kalian tahu? Baekhyun hampir mati saat itu!"

"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?!" tanya Jiyoung kesal. Luhan menghela nafas.

"Mianhae hyung~aku benar-benar menyesal tidak memberitahu kalian lebih cepat." Sesal Luhan menunduk.

"Memangnya siapa yang Baekhyun lawan?" tanya Kris. Luhan diam sejenak, ia menatap orang di depannya satu persatu sebelum menjawab pertanyaan dari Kris.

"Song Yunhyeong, dari D Company," balas Luhan yang membuat ketiganya menatap Luhan tak percaya.

"Bukankah kau tahu jika orang-orang dari D Company itu sudah licik dari awal?!" Jiyoung sedikit menaikkan nada suaranya tanpa sadar.

"Nde, aku tahu hyung. Dan, apa kalian tahu kenapa aku dan Baekhyun menerima tawaran balapan mereka?" tanya Luhan, ia menyeringai yang membuat Jiyoung, Kris dan Daehyun semakin menatapnya tak mengerti. "Karena aku dengar di dalam mobil itu ada chip yang berisi paket transaksi perjanjian antara D Company dan BC bahkan termasuk strategi permanen mereka pada setiap balapan yang mereka ikuti."

"Aku tidak tahu kau tak kalah licik dari mereka sehingga merelakan nyawa Baekhyun begitu saja." Sinis Jiyoung kesal bukan main. Luhan berdecak.

"Bukan aku yang bodoh, hyung! Mereka yang tidak punya otak, Yunhyeong yang tidak punya otak! Sudah tahu mobil itu penting, tapi ia jadikan bahan taruhan dengan Baekhyun." Balas Luhan tak mau disalahkan.

"Tapi, bagaimana kau tahu jika mobil itu ada chip-nya?" tanya Kris. Luhan tersenyum menang.

"Oh, ayolah tidak ada yang tidak Luhan ketahui. Semuanya akan berjalan lancar, jika si Byun tidak gegabah dan terpancing emosi, tidak memutuskan untuk kesana seorang diri." Luhan menarik nafas sebelum menjelaskan perkaranya lebih detail. "Mereka mencoba bernegosiasi padaku dan Baekhyun, dengan segala cara akal bulus mereka agar chip itu kembali ke tangan mereka."

"Apa yang mereka tawarkan?" tanya Kris agak melembut. Luhan menatap mereka dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Racedie!" jawab Luhan singkat.

"Mwo?" pekik mereka bertiga yang terkejut bukan main, bahkan termasuk Sehun yang sedari tadi hanya mencuri dengar percakapan pelik mereka.

"Kalian tahu bukan tragedi enam tahun yang lalu setelah balapan drift di Tokyo? Obsesi mereka untuk menghancurkan Racedie karena keputusanku dan Baekhyun? Mereka juga mengatakan jika aku dan Baekhyun tidak mengembalikan chip itu, maka mereka juga akan—" nafas Luhan tercekat tiba-tiba saja kalimat yang ingin ia katakan tertahan di pangkal tenggorakannya.

"Lu ..." panggil Jiyoung melembut membuat Luhan seketika mendongak dan menatap sosok pemuda yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

"Hyung~" Luhan menghambur pada pelukan Jiyeong dan menangis sejadinya. "Hiks! Mereka mengatakan akan membunuh keluarga kalian. Hiks—aku kira mereka hanya mengancam, tapi saat melihat adikmu di rumah sakit karena mereka beberapa minggu yang lalu. Mereka benar-benar tidak bercanda."

"Adikku?" ulang Jiyoung belum mencerna ucapan Luhan. Luhan mengangguk.

"Nde, hyung! Soonyoung, Soonyoung yang kumaksud!" rengek Luhan seraya melepas pelukannya pada Jiyoung.

"Bagaimana kau tahu tentang Soonyoung?" tanya Jiyoung menatap Luhan cemas.

"Mereka mengirim foto Soonyoung padaku dan Baekhyun! Tidak hanya itu, mereka juga mengancam akan membuat aku dan Baekhyun keluar dari Racedie bahkan lebih buruknya lagi, mereka akan menghancurkan Racedie. Hyung, tidakkah kau tahu bagaimana pengaruh kuat mereka di dunia balap ini? Bahkan, Hekerl yang kaya ataupun WB yang tangguh sekalipun tak berani mengusik mereka. Maka dari itu, Baekhyun tidak bisa mengontrol emosinya bahkan aku sempat bertengkar padanya,"

"Astaga, Lu~kenapa hal sepenting ini kau tidak mengatakannya pada kami?" tanya Jiyoung menatap Luhan lembut. Sungguh, sebenarnya ia tidak mempedulikan bagaimana keadaan adik kandungnya karena menurutnya hal yang lebih penting adalah keadaan dari semua adiknya yang berada di ruangan ini bersamanya.

"Mianhae hyung~jeongmall mianhae..." sesal Luhan kembali menangis.

"Arraseo, arraseo kita pasti akan segera menyelamatkan Baekhyun. Tapi, dimana chip itu?" tanya Jiyoung. Luhan diam sejenak menatap kedua mata Jiyoung yang menyiratkan ketenangan.

"Aku dan Baekhyun menyerahkannya pada Minseok!"

"Mwo? Wae?" tanya Jiyoung. Luhan tersenyum kecil.

"Untuk membuat copy-annya dengan sedikit manipulasi di dalamnya. Bukankah, harusnya seperti itu?" Luhan balik bertanya, kemudian ia menyeringai.

"Kau terlalu berani, Lu!" decak Jiyoung tak habis pikir sementara, Luhan hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Eyy, aniyo! Copy-annya tentu saja ada pada Baekhyun, hyung! Minseok berhasil membuat duplikat chip itu sama persis tanpa cacat! Kau tak perlu mengkhawatirkan chip sialan itu."

"Kenapa?" tanya Jiyoung tak paham dengan jalan pikiran Luhan. Luhan mendengus.

"Setelah Minseok membajak chip itu. Kami berniat untuk memancing mereka, aku sudah mengatur semua rencananya dengan matang. Tapi, si bodoh Baekhyun itu selalu tidak sabar dan menghancurkan segalanya. Dia pergi tanpa sepengetahuanku untuk menemui para bajingan itu tanpa mengatakan apapun padaku dan membawa chip palsu sialan itu. Awas saja jika dia sampai terluka, aku akan kembali membunuhnya!" geram Luhan marah namun di balik matanya kembali menyiratkan rasa cemas.

"Kau membuat kami bertiga jantungan!" lanjut Kris menatap Luhan tajam. Luhan hanya tersenyum menunjukkan cengirannya.

"Mianhae~"

"Arra, arra! Aku juga akan membunuh Baekhyun jika terjadi sesuatu padanya." Balas Jiyoung yang membuat Luhan mendesah lega.

"Jadi, bukankah kita harus bersiap kesana?" tanya Luhan antusias tak sabar untuk menyelamatkan sosok yang sudah menjadi separuh jiwanya sejak kecil.

"Tidak sekarang! Kita akan pergi setelah menghadiri balapan malam ini." balas Daehyun yang membuat Luhan seketika menatapnya sebal.

"Wae? Aku tidak ikut balapan, jadi untuk apa kita kesana?" tanya Luhan geram.

"Untuk mendukung Sehun tentu saja. Ini pertama kalinya setelah tujuh tahun, Sehun akhrinya kembali terjun ke jalanan." Jawab Daehyun tersenyum penuh arti menatap Jiyoung yang masih belum mengetahui apa-apa sementara, Sehun sudah berjalan perlahan mendekati mereka.

"Tujuh tahun?" gumam Jiyoung berfikir sejenak. "Omo!" pekiknya saat ia kembali teringat sesuatu. Jiyoung berbalik badan dan mendapati Sehun yang sudah berada di belakangnya.

Grep!

"Yak! Paboya! Kenapa kau tak mengatakan jika kau si bodoh Oh Sehun?!" geram Jiyoung memeluk Sehun erat yang membuat Sehun kesulitan bernafas. Sementara Luhan? Hanya menatap kedua pemuda yang berpelukan itu dengan tampang bodohnya.

"Yak, yak hyung! Berhenti mengataiku bodoh! Kenapa kalian suka sekali memanggilku si bodoh Oh Sehun?" Sehun dengan kesalnya mendorong dekapan Jiyoung yang tersenyum senang menatapnya.

"Yak! Kenapa kau tidak mengatakan jika orang yang kau bawa adalah uri Sehunie?" tanya Jiyoung menatap Kris dengan tatapan kesalnya. Sementara, Kris hanya menatapnya datar sekaligus jengah.

"Aku kira kalian mengingatnya. Bahkan, saat aku menyebut namanya saja kalian masih tidak mengingatnya!" balas Kris datar yang membuat Jiyoung berdecak sebal.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Jiyoung beralih menatap Sehun dengan tatapan rindu.

"Seperti yang kau lihat, hyung!" Sehun mengedikkan bahunya acuh.

"Aigoo, kau benar-benar membuatku pangling." Jiyoung menepuk pundak Sehun sayang. "Oya, aku lupa. Lu, kenalkan dia Oh Sehun. Sehun, kenalkan dia Xi Luhan!" Jiyoung memperkenalkan dua pemuda yang kini saling bertatapan dengan pandangan yang berbeda. Luhan yang menatapnya jengah sementara Sehun yang menatapnya tertarik. Sehun mengulurkan tangannya dan menunggu agar Luhan membalas uluran tangannya. Luhan menatap Sehun sekilas.

"Aku akan bersiap ke arena balap, setelah itu kita langsung ke Geumcheon-gu. Kita tidak bisa membuat Baekhyun menunggu lebih lama!" balas Luhan datar tanpa menerima uluran tangan dari Sehun dan berjalan menuju garasi untuk mengeluarkan mobil kesayangannya.

"Dia memang selalu seperti itu dengan orang asing. Kau tak perlu diambil hati, okay?" Jiyoung menepuk pundak Sehun bermaksud untuk menenangkan Sehun. Sehun mengangguk paham.

"Aku sangat mengerti hyung!" sahut Sehun yang kedua matanya tak pernah lepas pada sosok pria cantik yang sedang berkutat pada sebuah mobil bermerk Honda Civic berwarna putih.

...

..

...

Sepertiga malam setiap hari sabtu malam minggu, tepatnya di pinggiran jalan tol kota Seoul menjadi saksi panasnya tempat perkumpulan para komunitas ternama yang saling berpacu dan berselisih untuk merebut kehormatan dan kedudukan tertinggi mereka untuk merebut kemenangan.

Mobil-mobil rongsokan yang dimodif sedemikian rupa hingga mobil-mobil mewah yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang beruang. Para wanita seksi yang menari sesuai dengan irama dentuman musik yang dimainkan para DJ melalui mobil khususnya membuat suasana malam semakin ramai belum lagi kerlap-kerlip yang berasal dari setiap lampu hias yang dipasang di bawah mobil menjadi penerang untuk malam gelap itu.

Ckit!

Ckit!

Ckit!

Ckit!

Semua pasang mata sontak menatap kearah empat mobil yang baru saja datang dan berhenti tepat di pusat kerumunan. Tiga mobil di depan dan satu mobil berhenti di belakang mereka. Pemilik tiga mobil itu segera keluar dari mobil mereka dan menampakkan empat pemuda berperawakan tampan yang membuat beberapa gadis malam nan seksi segera mendekat dan berhambur kearah mereka.

"Lihatlah, siapa yang datang!" seru pemuda berperawakan garang yang tengah duduk di atas kap mobilnya yang terparkir tepat beradapan dengan mobil Jiyoung, Bang Yongguk. Jiyoung menyeringai dan berjalan kearahnya.

"Aku tidak menyangka kau akan mengeluarkan ace untuk balapan murahan malam ini!" sindirnya yang membuat Jiyoung seketika menatapnya rendah. "Apa kau tidak punya pilihan karena kehilangan Byun Baekhyun, GD-ssi?" tanya Yongguk tersenyum menang saat melihat Jiyoung belum juga membalas setiap ucapannya membuat seluruh anak tim Yongguk yang memang berdiri dan duduk tak jauh darinya menatap Jiyoung menghina dan kemudian menertawakan sosok yang masih memilih untuk diam.

"Well, kau harus bersyukur karena aku tidak jadi turun, Yongguk-ssi!" sahut sebuah suara yang sudah sangat mereka kenal siapa pemiliknya. Luhan, yang masih setia duduk di kap mobil Honda Civic-nya yang terparkir di belakang mobil Kris, Daehyun, dan Jiyoung seketika membuat semua pasang mata menatapnya tak berkedip. Luhan melepas kacamata hitamnya dan berjalan mendekati leader White Blood atau yang biasa disingkat dengan WB.

"Kau beruntung bukan aku yang melawan Kyungsoo malam ini. Karena kau tahu bukan? Balapan 10 menit bukanlah gayaku? Jadi, anggap saja aku mempermudah Kyungsoo malam ini untuk menang, bukankah aku sangat baik?" Luhan menyeringai yang membuat semua anggota WB menatapnya geram.

"Brengsek!" umpat Kyungsoo tak sabar bahkan ia sudah hampir melayangkan bogemnya pada Luhan jika Yongguk tidak menahan tangannya.

"Aku tidak menyangka jika kau bukanlah sosok pengecut Xi Luhan yang tak pernah muncul dengan batang hidungnya sendiri di semua balapan! Aku kira kau tidak ada apa-apanya jika tidak ada Baekhyun! Atau justru sebaliknya? Baekhyun yang hanya parasit untukmu?" hina Yongguk yang membuat Luhan seketika mengepalkan kedua tangannya dan—

BUGH!

"LUHAN!" Kris, Daehyun, Jiyoung bahkan anggota WB memekik bersamaan saat melihat Yongguk tersungkur akibat bogem yang Luhan layangkan padanya tanpa menghitung pertimbangan sebelumnya.

"Jangan pernah berani menghina Baekhyun dengan mulut busukmu Yongguk-ssi! Tidak hanya berlaku untukmu, ini juga peringatan untuk siapapun yang berani menghina Baekhyun di depan mataku. Ingat itu!" Luhan melengos pergi namun sebelum itu ia menghentikan langkahnya saat ia bersisihan dengan Sehun. Luhan menatap Sehun tajam, menandakan bahwa ia benar-benar berada diambang kemarahan.

"Kau harus menang Sehun-ssi!" kecamnya dan benar-benar pergi begitu saja mengabaikan semua pasang mata yang menatapnya bergidik ngeri.

Jiyoung tersenyum menang, ia berjongkok dihadapan Yongguk yang tengah menyeka darah yang keluar di sudut bibirnya.

"Bukankah terlalu memalukan dihina seorang pria cantik yang terlihat lemah dan pengecut katamu di depan umum, Yongguk-ssi?" remeh Jiyoung yang hanya dibalas tatapan kesal yang terpancar jelas di kedua matanya. Jiyoung beranjak dari hadapan Yongguk dan segera pergi meninggalkan kerumunan itu.

.

..

...

...

"Hey..." sapa Sehun berdiri disamping Luhan yang sedang meneliti mesin Mustang yang akan digunakan oleh Sehun untuk balapan nanti. Luhan yang menyadari keberadaan seseorang dan mendengar suara asing yang menyapanya hanya diam tanpa menoleh dan memilih untuk mengabaikan sosok baru yang mungkin sebentar lagi akan mempengaruhi hidupnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Sehun mencoba untuk mencari topik pembicaraan pada pemuda cantik yang masih memilih untuk mengabaikan kehadirannya. Luhan menghentikan aktifitasnya, ia meraih sebuah serbet yang ditanggalkan di kap mobil untuk membersihkan tangan mungilnya yang dipenuhi oleh oli.

"Mobil ini sudah enam bulan tidak digunakan untuk balapan, maka dari itu tidak ada nos di dalamnya!" terang Luhan datar yang sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan pertanyaan yang Sehun lontarkan sebelumnya.

"Aku bisa menang tanpa menggunakan nos!" balas Sehun tak kalah dinginnya. Luhan mendecih.

"Ya, kau benar! Karena sebagian dari mereka hanyalah amatir sepertimu. Ck! Pasti Kyungsoo yang memenangkan balapan malam ini. Begitu mudah dan tanpa rintangan!" gerutu Luhan yang dihadiahi tatapan datar dari Sehun.

"Jika aku menang, apa kau mau mengakuiku?"

"Mwo?" tanya Luhan tanpa sadar menatap kedua mata tajam milik Sehun. Sehun tersenyum tampan.

"Apa perlu aku ulangi? Aku kira kau tidak tuli,"

"Aniyo! Aku hanya terkejut. Lagi pula, apa pentingnya mendapat pengakuan dariku atau tidak? Kau tetaplah bagian dari Racedie sebelum dan setelah kau pergi!" balas Luhan yang membuat Sehun terkejut bukan main.

"Kau tahu?" Luhan tertawa keras.

"Ayolah, siapa yang tidak mengetahui formasi Racedie sesungguhnya? Aku rasa, mungkin semua orang di area ini sedang membicarakan sosok Oh Sehun di belakangmu diam-diam. Bukankah, sekarang kau menjadi terkenal? Oh Sehun yang menghilang selama tujuh tahun kini kembali ke rumahnya!" sinis Luhan yang membuat Sehun tersenyum miring.

"Apa kau kesal karena aku tiba-tiba datang dan kembali?" tanya Sehun lembut. Luhan menghela nafas, mencoba untuk mengontrol emosinya.

"Aku tidak memiliki alasan untuk kesal atas kedatanganmu. Racedie juga keluargamu, kau memiliki hak untuk kembali kapanpun kau mau!" Sehun tersenyum penuh arti.

"Kau benar! Tapi, semuanya sudah berubah." Gumam Sehun tertunduk sedih, namun sedetik kemudian ia mendongak dan menatap Luhan dalam. "Maka dari itu, aku membutuhkan pengakuanmu!"

"Apa pentingnya pengakuan dariku?"

"Bahkan, pengakuanmu lebih penting dari Jiyoung hyung!" Luhan tertawa keras.

"Apa kau sedang merayuku?" Luhan mengangkat sebelah alisnya, sedikit mengejek Sehun. "Bagaimana mungkin kau membandingkanku dengan leader cerewet sepertinya?"

"Dan kau satu-satunya orang yang berani bersikap lantang padanya." Komentar Sehun yang membuat Luhan semakin menertawakan ucapan Sehun.

"Kau bercanda? Untuk apa aku bersikap segan padanya secara terang-terangan di depannya sedangkan, yang aku lakukan dibelakangnya hanya menggunjingnya? Ayolah, aku bukan orang yang seperti itu!"

"Hm, aku tahu!" Luhan menatap Sehun penuh curiga.

"Aish, kau membuatku semakin tak nyaman berada di dekatmu. Cepat selesaikan balapan malam ini. Aku tidak bisa membuat Baekhyun menunggu lebih lama." Luhan bergegas meninggalkan Sehun yang masih menatap punggungnya tanpa berkedip. Tanpa sadar, Sehun tersenyum kecil mengingat percakapan singkatnya dengan Luhan yang entah kenapa berbekas dihatinya.

Puk!

Sehun berjengit saat tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya membuat Sehun seketika menoleh dan mendapat Daehyun yang menatapnya curiga.

"Kau tersenyum pada siapa?" tanya Daehyun yang entah kenapa tatapannya membuat Sehun salah tingkah.

"Hm, a-aniyo! Aku tidak tersenyum!" jawab Sehun mencoba untuk menyembunyikan kegugupannya. Daehyun tersenyum kecil.

"Luhan memang orang yang unik!"

"Mwo?" sahut Sehun cepat membuat Daehyun tersenyum menggoda.

"Kau tertarik padanya kan?"

"Eh?" pekik Sehun membuat Daehyun mengangguk mengerti.

"Memang banyak yang tertarik padanya dan banyak yang menginginkannya. Racedie beruntung memiliki orang seperti Luhan." balas Daehyun yang kini menatap pada sosok Luhan yang tengah menyapa teman-teman kenalannya yang menyambutnya antusias. Sama halnya dengan Sehun yang terus menatap interaksi Luhan yang supel itu.

"Yap, kau benar hyung! Tapi, siapa orang yang Luhan pukul tadi?" tanya Sehun ingin tahu. Daehyun menatap Sehun sekilas sebelum memutuskan untuk menutup kap mesin Mustang.

Brak!

Daehyun berbalik badan, menyandarkan tubuhnya dengan kedua tangannya yang ia lipat di depan dadanya menatap Sehun penuh arti.

"Dia Bang Yongguk," Sehun mengedarkan pandangannya pada sosok pemuda yang sedang dihibur oleh empat gadis seksi yang mengelilinginya, sementara Yongguk sendiri duduk diatas kap mobil Nissan birunya seraya tangannya yang merangkul gadis yang duduk dipangkuannya. "Dia leader White Blood atau singkatnya adalah WB. Tim itu tidak selebihnya sama seperti Racedie, hanya mengutamakan balapan dan beberapa pekerjaan yang menguntungkan mereka, perbedaannya mereka memiliki formasi yang tangguh, yang pastinya sangat sulit untuk dihancurkan. Berbeda dengan kita yang lebih mengandalkan akal dan timing. Kau tahu, pemuda yang duduk di Mazda kuning itu?" tanya Daehyun. Sehun hanya mengangguk.

"Dia Park Chanyeol, rival Luhan. Dia ace-nya WB. Mereka berdua sama-sama hebat. Tapi, sampai saat ini satu perlombaan pun belum pernah melibatkan mereka berdua!"

"Apa kau pernah melawannya?" tanya Sehun.

"Kris pernah, dan kami kalah waktu itu! Tidak ada dalam kamus kami ace melawan ace!" Sehun mengangguk paham.

"Siapa lagi anggotanya?" tanya Sehun. Daehyun mengedarkan pandangannya kearah tempat WB berada.

"Disebelah kanan Yongguk, sepasang pemuda yang duduk di Benz silver. Min Yoongi dan Park Jimin, sepasang kekasih dan sepasang teknisi. Aku mengakui kehebatan Yoongi yang kreatif dalam memodif mesin mobil. Bahkan, tidak hanya mobil ia juga bisa membuat bahan peledak dan senjata api."

"Wow, tapi menurutku kau tetaplah yang terhebat hyung!"

"Yap, aku juga tidak bisa mengelak hal itu!" Daehyun tersenyum membanggakan dirinya. "Dan, ada lagi anggota mereka. Dimana mereka, biasanya mereka selalu tak jauh dari leader bangsat mereka itu!" gumam Daehyun mengedarkan pandangannya hingga matanya jatuh pada dua sosok yang tengah berjalan menghampiri Yongguk. "Nah, itu dia!" tunjuk Daehyun membuat Sehun ikut mengarahkan matanya pada apa yang Daehyun tunjuk.

"Mereka driver-nya WB, Do Kyungsoo dan Jeon Jungkook. Do Kyungsoo itu setara dengan Baekhyun. Dan, Kyungsoo juga yang akan menjadi lawanmu nanti!"

"Apa seharusnya Baekhyun yang hadir malam ini?" tanya Sehun merasa aneh saat ia menyebut nama asing. Daehyun mengangguk.

"Itu benar! Berhubung Baekhyun tidak ada disini maka terpaksa Luhan yang menggantikannya."

"Kenapa harus Luhan?" tanya Sehun, Daehyun berfikir sejenak.

"Aku hanyalah teknisi sedangkan Kris? Dia seorang montir, Jiyoung baru saja cedera parah karena pertandingannya di Korea Utara bulan lalu dan membuatnya tidak bisa mengemudi dalam kecepatan tinggi untuk tiga bulan ke depan. Aku dan Kris, tidaklah sehebat Baekhyun dan Jiyoung apalagi Luhan. Tapi, aku rasa mungkin kau sehebat Baekhyun atau bahkan sehebat Luhan? Karena, mengingat tujuh tahun yang lalu kau berada diatas Jiyoung hyung!" Sehun tersenyum kecil.

"Aku pastikan kau tidak akan kecewa malam ini, hyung!"

"Aku tidak pernah kecewa ataupun menyesal karena telah mengenalmu, Oh Sehun! Aku bahkan sangat senang melihatmu kembali. Welcome home!" Sehun tersenyum senang.

"Nde, hyung! Bahkan, entah kenapa aku juga mengharapkan dia mengucapkan hal yang sama." Balas Sehun yang kedua matanya kembali tertuju pada sosok pemuda cantik yang tengah merangkul seorang gadis seksi dan sedikit bercengkerama dengan beberapa temannya.

.

..

...

...

"Ada tujuh peserta, tapi hanya dua diantara mereka yang diprediksi akan sampai ke finish terlebih dahulu sesuai dengan timing yang sudah ditentukan!" ujar Jiyoung memberitahu Sehun yang sudah duduk di bangku kemudi.

"Dua?" Jiyoung mengangguk.

"Kau dan Kyungsoo."

"Aku?" Jiyoung kembali mengangguk.

"Kembalinya kau pada Racedie menjadi viral untuk mereka semua. Jika, Luhan yang turun sudah dipastikan dia yang menang. Tapi, karena kau menggantikan Luhan kita tidak bisa memprediksinya. Apalagi lima diantara peserta itu hanyalah amatiran! Jadi, kau cukup fokus pada gerak-gerik Kyungsoo!" Sehun mengagguk paham. "Apa kau kaku, karena sudah tujuh tahun tidak ikut balapan?"

"Aniyo! Aku justru tidak sabar untuk memperlihatkan kepada mereka sekuat apa Racedie sekarang ini!"

"Kau benar. Cepat selesaikan dan setelah itu kita harus membawa Baekhyun kembali!" Jiyoung menepuk pundak Sehun sebelum memutuskan untuk pergi meninggalkan pemuda tampan berahang tegas itu.

"Kau bisa memasuki area start!" ujar Daehyun memberitahu yang entah sejak kapan sudah muncul dan membungkuk untuk bicara pada Sehun melewati jendela Mustang itu. Sehun hanya mengangguk. "Jaraknya tidak jauh, hanya 4,7 mil dari sini. Jika tadi perkiraanmu benar saat di garasi, mungkin kau bisa mencapai finish dalam waktu sekitar 9 menit. Tapi, jika kau lebih dari 10 menit sudah dipastikan kau tak akan bisa ikut balapan apapun!"

"Apa itu peraturannya?" Daehyun mengulas senyum.

"Hari baru, hidup baru, dan peraturan baru!" balas Daehyun yang membuat Sehun hanya mengangguk paham. "Cepatlah kesana, Kris akan memeriksa ulang mesin Mustang ini dan Luhan akan sedikit berbicara padamu!" Sehun kembali mengangguk dan segera melajukan mobilnya ke area start yang langsung disambut oleh Kris dan Luhan.

"Apa ada bagian mesin yang membuatmu tidak nyaman? Mobil ini sudah lama tidak digunakan." tanya Kris saat Sehun menghentikan mobilnya sampai batas zebra cross yang digunakan untuk area start.

"Aniyo, hanya saja aku melihat piston-nya sedikit berkarat!"

"Kita tidak bisa mengganti piston dalam waktu singkat. Tapi, berhubung mobil ini tidak dipasangi nos, mungkin akan bertahan sampai tiga jam. Jangan terlalu memaksanya, mengerti?" Sehun mengangguk paham.

"Terima kasih, hyung! Aku pasti akan memenangkan balapan pertamaku!" Kris menepuk pundak Sehun percaya.

"Aku percaya padamu. Kalau begitu, aku tinggal dulu. Luhan ingin mengatakan sesuatu padamu!" Kris bergegas pergi dan mengerling pada Luhan yang tengah sibuk entah mengatakan apa pada kenalannya membuat Luhan segera bergegas dan mendekati mobil Sehun.

"Aku hanya ingin memberitahmu untuk mengabaikan semua peserta balapan malam ini, jangan mencoba menghiraukan mereka meskipun mereka mencoba untuk mengecohmu. Kau hanya perlu fokus pada garis finish dan timingnya, juga kau harus tahu gerak-gerik Kyungsoo. Caranya mengemudi sangat santai diawal start, tapi dia memiliki berbagai cara licik saat ada lawan lain yang sudah dekat dengan garis finish di depannya bahkan di belakangnya. Kau mengerti?" Sehun hanya mengangguk.

"Bagus! Aku sangat mengharapkan kemenangan darimu, sehingga aku bisa membeli mulut bangsat leader WB!" geram Luhan yang entah kenapa membuat Sehun tersenyum karenanya.

"Dan, aku memang harus menang untuk mendapatkan pengakuan darimu!"

"Astaga, Oh Sehun-ssi bisa-bisanya kau masih memikirkan hal konyol yang sama sekali tidak penting seperti itu. Fokus saja pada balapanmu!"

"Tapi, menurutku itu sangat penting. Tidak ada apa-apanya jika hanya tiga anggota Racedie yang menerima kehadiranku, sementara dua lainnya hanya menganggapku orang asing. Itu seperti kau hidup tapi jiwamu entah pergi kemana!"

"Arra, arra! Lakukan sesukamu, aku tidak peduli!" geram Luhan tak sabar dan lebih memilih untuk meninggalkan Sehun yang masih tersenyum kagum melihat sosok pemuda cantik itu. Ya, mungkin saat ini Sehun hanya sebatas kagum tapi dia tidak akan tahu bagaimana esok, lusa bahkan hari selanjutnya mungkin benar-benar akan mengubah segala hal yang ada dalam diri Oh Sehun. Oh Sehun yang kembali setelah tujuh tahun. Oh Sehun yang kembali memilih dan merubah prioritas hidupnya. Oh Sehun yang kembali namun banyak hal yang tidak ia ketahui yang mencoba untuk berperang antara hati dan otaknya yang berjalan berlawanan. Setidaknya, Sehun mulai mencoba untuk menyakinkan dirinya jika apa yang ia pilih mulai detik ini adalah benar yang ia inginkan sejak lama, sejak ia kehilangan jati dirinya tujuh tahun yang lalu.

TBC


Next?

Don't forget to review okay...

Chapter 2 akan di update dalam waktu dekat, thank you

-Jee-