"H-huh? A-ah.. t-tidak kok. Lebih baik Todoroki-kun pergi menemui Okaa-san saja. Sampaikan salamku untuk beliau ne?"
"Hm, akan kusampaikan." Todoroki mengusap surai hijau bergelombang Izuku penuh sayang.
Setidaknya Todoroki-kun tidak akan melihat penampilan memalukanku besok. Aaaaaah! Kami-sama! Arigatou Gozaimashita!
Maa.. setidaknya Izuku belum mengetahui bencana apa yang akan menghampirinya esok.
Trap?
Hari kedua festival budaya yang Izuku khawatirkan pun datang begitu saja. Dengan susah payah Izuku menyiapkan mentalnya dirumah hingga perjalanan menuju Yuuei. Ia bersyukur sang Ibu tidak dapat datang karena ada perlu di Kyōto, kampung halamannya.
Izuku berangkat pukul 6 pagi karena Ashido dan Asui yang menyuruhnya dan segera pergi ke ruang kesehatan begitu sampai di Yuuei. Waktu terasa berjalan begitu cepat dan membuat Izuku bergidik. Sungguh ia sangat tidak menginginkan hal ini.
Kata-kata yang ia ucapkan saat mengiyakan ucapan gadis-gadis itu pun terulang dan membuat tenggorokannya terasa tercekat. Menghela nafas, setidaknya Izuku harus menepati apa yang telah ia janjikan.
"Baiklah.. setidaknya Asui-san dan Ashido-san sudah berjanji untuk membuat identitasku tidak dikenali oleh siapapun dan kalau pun ketahuan, aku tidak ingin sampai Todoroki-kun mengetahuinya.. Ini pasti akan memalukan.."
Membayangkan orang yang Izuku kasihi mengetahui kalau dirinya crossdressing membuat dirinya malu bukan main. Paras manisnya merona disepanjang koridor menuju ke ruang kesehatan. Terlalu larut dalam pikirannya, Izuku tidak menyadari jika Ashido yang sudah berpakaian maid minus bandana plus apron sedari tadi berteriak memanggil namanya hingga ia merasa jengah dan memilih untuk menepuk punggung Izuku dan membuat pemuda mungil itu refleks menengok kebelakangnya.
"Yo, Midoriya! Ayo masuk, aku dan Tsuyu-chan sudah menunggumu sedari tadi."
Izuku mengangguk pelan dan memasuki ruang kesehatan itu.
"Ano.. Ashido-san? Apakah Recovery Girl tidak menggunakan ruangan ini?"
Ashido mengedikkan bahunya cuek seraya menggeleng pelan dan mendapat gumaman gratis dari Izuku.
"Midoriya-chan."
"Ya? Asui-san?"
"Kau bisa memanggilku Tsuyu-chan."
"Y-ya..? T-Tsuyu-c-chan?"
"Ganti seragam milikmu dengan ini, kero." Asui menunjuk sebuah pakaian maid berwarna hitam putih dengan apron berenda dan juga bandana –A-APA ITU?! T-TELINGA KUCING?!
"T-Tsuyu-c-chan.. a-apakah aku harus memakai b-bandana itu?" Izuku menatap ngeri kearah bandana berbentuk neko mimi berwarna hijau tua nyaris sama persis seperti warna rambutnya.
"Tentu saja, kero."
Tsuyu tersenyum manis dan Ashido menyeringai kearahnya.
"Saa, Midoriya! Cepat pakai seragam milikmu atau kau memilih untuk kupakaikan hm?"
Ashido menyeringai jahil kearahnya dan dengan cepat Izuku menggumamkan kata tidak seraya menyambar seragam maid tersebut dan menggantinya di salah satu bilik yang sudah disediakan.
Didalam kamar bilik, Izuku menatap satu setel seragam maid itu horor dan berakhir dengan menghela nafs panjang, pasrah. Semoga saja tidak ada yang mengenali dirinya dengan penampilan seperti ini.
Izuku menanggalkan seragam miliknya dan mulai memakai pakaian maid lengkap dengan apron berenda. Ia menatap kaca full body yang disediakan didalam bilik itu dan termangu melihat penampilannya sendiri.
B-BUKANKAH INI TERLALU TERBUKA?! APA-APAAN ROK YANG BERADA DIATAS LUTUT INI?!
Pemuda mungil itu berusaha menarik-narik rok yang menutupi separuh pahanya dan terus berharap jika dengan ditarik seperti itu maka akan dengan sendirinya memanjang hingga dibawah lutut. Walau sebenarnya sungguh tidak mungkin.
"Oi~ Midoriya! Sudah selesai?"
Bahkan Ashido tidak memberinya waktu untuk menyiapkan hatinya. Harga dirinya sebagai lelaki dipertaruhkan disini. Memilih diam dan mengabaikan panggilan Ashido, Izuku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.
Baiklah.. ayo lakukan. Daijoubu tidak akan ada yang mengenalimu.. semoga saja..
Izuku berdoa dalam hati dan dengan cepat ia menyibak tirai yang menutupi bilik itu, menunjukkan penampilan dirinya kehadapan dua gadis yang berencana akan merombak penampilannya. Izuku sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk kalau dirinya akan diterta―
"Sugoi, Midoriya! Kau cantik sekali! Lihat kakimu yang ramping itu, Astaga! Aku iri sekali~" Ashido memekik girang dan melompat-lompat senang didepan Izuku yang hanya terdiam.
"Kero... Midoriya-chan, imut sekali."
Sungguh. Izuku ingin mencari lubang dan mengubur dirinya didalam sana saat ini juga.
"J-jangan melihatku dengan tatapan seperti itu, Ashido-san, As-Tsuyu-chan.." Izuku mengedipkan kelopak matanya gugup dan sesekali menarik kebawah rok yang ia pakai.
Parasnya sudah berwarna merah pekat saat ini. Ia merasa seluruh darah ditubuhnya berkumpul diwajahnya.
"Yosh, baiklah kalau begitu. Kemari Midoriya! Duduklah disini dan biarkan aku bersama Tsuyu-chan merubahmu menjadi seorang cinderella!"
"Kero.."
Jika didengar dari luar, sesekali terdapat teriakan melengking seseorang. Yah.. siapa lagi kalau bukan teriakan protes Izuku jika Ashido mulai menjahili tubuhnya dengan memakaikan berbagai item yang identik dengan seorang perempuan.
.
.
Skip Time.
Penampilan Izuku sudah resmi dirombak total oleh Ashido dan Asui. Dirinya sendiri terperangah melihat sosok yang begitu berbeda terpantul didepan cermin yang disediakan di ruang kesehatan itu.
Surai berwarna hijau gelap berombak sepinggang, wajah merona dengan tambahan blush on dan juga bibir merah merekah dengan polesan lip gloss merah jambu berperisa strawberry. Sebuah bandana berbentuk telinga kucing berbulu hijau senada dengan wig yang ia kenakan lengkap dengan ekornya pun terpasang apik.
Astaga.. ini memalukan. Aku ingin mati saja..
Izuku berteriak nelangsa didalam benaknya. Sungguh ini benar-benar memalukan. Ia melirik kearah Ashido dan Asui yang menyeringai puas.
"Hoho... bagaimana hasil kerja keras kami? Sudah pasti kau tidak akan dikenali oleh siapapun, Midoriya!"
"A-ano.. b-bisakah aku melepaskan telinga ini?" Izuku menggerakkan bandana berbentuk neko mimi yang tersemat dikepalanya dengan tidak nyaman.
"Tidak, Midoriya-kun~ tenang saja, lagi pula nanti aku dan yang lain juga memakainya kok. Hanya saja beda model."
Izuku terdiam mendengar penuturan Ashido dan menyerah untuk menampik perkataannya barusan.
"Kero.. Midoriya-chan sangat cantik dan imut.. tetapi, sepertinya ada yang kurang ne?"
Izuku melotot mendengar perkataan Asui barusan. Apa yang ingin gadis itu lakukan lagi pada tubuhnya?! Bukankah ini sudah cukup?
"Hm.. kupikir sudah cukup.. memang apa yang kurang Tsuyu-chan?"
Ashido menatap Izuku dari ujung rambut sampai kaki. Mengobservasi penampilannya seraya mengusap dagu sambil berpikir.
"Midoriya-chan tidak memiliki oppai, kero."
HUH?!
Izuku membelalak mendengar perkataan blak-blakan yang baru saja Asui ucapkan. Wajah yang terpoles make up natural itu dipenuhi semburat magenta hingga ke telinganya.
"T-tentu saja aku t-tidak m-mempunyainya, As-Tsuyu-chan! A-aku ini l-laki-laki!" teriaknya tertahan.
"Hoho.. benar juga, Tsuyu-chan.. Ne, Midoriya-kun. Ingin memakai oppai palsu?"
Ashido mengerling jahil kearahnya dan refleks Izuku menutup dada bidang yang terbalut dengan pakaian maid itu dengan kedua tangannya.
"T-Tidak! T-tidak perlu." Izuku menatap keduanya horor. Sungguh kedua teman gadisnya memang gila.
Ashido bergerak maju kearah Izuku dan menatap lehernya penuh minat lalu menyeringai dan berdeham kemudian.
"Kau mendapatkan seorang kekasih yang agresif ne? Mi-do-ri-ya-ku-n?"
"A-Apa?!"
Dengan cepat Izuku menutupi sisi lehernya yang terdapat bekas gigitan Todoroki kemarin. Bagaimana ia bisa lupa?!
"Aku penasaran siapa kekasihmu, Midoriya-chan.."
"B-bukan begitu! I-ini digigit serangga! Aku digigit kumbang badak saat perjalanan pulang kemarin!" ujarnya dengan cepat tanpa jeda.
Cara mu berbohong payah sekali, Izuku!
"A-ano.. Ashido-san, Tsuyu-chan.. a-apakah a-ada sesuatu y-yang bisa kugunakan untuk menutupi i-ini?"
Mencoba mengalihkan pembicaraan dan sepertinya berhasil, terlihat dari Asui yang nampak berpikir dan kemudian berjalan menuju kearah pojok ruangan dan mengambil sesuatu dari dalam kotak yang tampak mencurigakan.
"Bagaimana dengan collar ini, kero?"
C-COLLAR PENGEKANG ANJING?!
Jika Izuku berada di dalam dunia sebuah anime bisa dipastikan kalau background dibelakangnya dihiasi dengan berbagai petir yang menyambar ganas dan juga bola-bola arwah yang menggantung horor dibaliknya.
"A-ano.. a-aku bukan binatang peliharaan, Tsuyu-chan.."
"Aku juga tahu itu, Midoriya-chan."
Izuku facepalm.
"L-lalu, apakah tidak ada yang lain selain itu, Tsuyu-chan?"
"Mm.. Midoriya. Kau pakai saja collar itu. Kalau dipikir-pikir, jika setiap maid dikelas kita memakai collar atau choker sepertinya akan menarik."
Ashido menganggukkan kepalanya semangat dan memasangkan sebuah collar berwarna merah terang dengan sebuah rantai stainless di leher Izuku lalu menyeringai kecil seraya berbisik.
"Lain kali, beritahu kekasihmu. Kalau ingin meninggalkan sebuah jejak, jangan tinggalkan di tempat yang mudah dilihat orang. Oho.. biar kutebak. Pasti pacarmu sengaja melakukannya 'kan?"
Izuku memundurkan tubuhnya cepat dan menatap Ashido tajam seraya menyentuh lehernya yang telah terbalut sebuah collar.
Seharusnya aku melarang Todoroki-kun kemarin!
"Yosh! Baiklah kalau begitu. Nah Midoriya-kun, persiapan untukmu sudah selesai. Kau boleh keluar dan segera pergi ke kelas ne? Aku dan Tsuyu-chan akan menyusul."
"U-um.. aku m-mengerti."
Izuku pergi meninggalkan ruang kesehatan. Selama berjalan disepanjang koridor beberapa kali Izuku terlihat mengendap-endap. Ia takut jika ada seseorang yang mengenalinya bahkan dalam pakaian dan penyamaran seperti ini sekali pun.
Festival budaya di hari kedua dimulai pada pukul 10 pagi. Izuku mengecek jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 09.47 dan berarti kurang dari 15 menit lagi akan dimulai. Lelaki bernetra hijau itu berlari kecil menuju ke kelasnya.
Ia bersyukur ketika Ashido dan Asui tidak menyuruhnya untuk memakai sebuah high heels. Sungguh, jikalau pun ia sampai memakai benda itu, Izuku lebih memilih untuk melepasnya dan bertelanjang kaki saja.
Izuku melambatkan kecepatan larinya begitu sampai disebuah tikungan. Namun terlambat, ia menabrak bahu seorang lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya dan dirinya pun terpental. Belum sempat ia membungkuk lalu meminta maaf, lelaki yang ia tabrak pun meledak.
"OI! Wanita sialan, kau tidak memakai matamu hah?!"
Izuku berteriak dalam hati begitu tahu seseorang yang ia tabrak adalah teman sekelas sekaligus teman masa kecilnya. Bakugō Katsuki, selain itu dari sekian banyak orang kenapa harus Katsuki yang ia tabrak?!
Izuku membungkuk pelan dan membiarkan poni rambut palsu yang ia kenakan menutupi kedua mata besarnya dan menggumamkan kata 'maaf' dengan lirih. Mengambil langkah seribu, Izuku pun segera meninggalkan Katsuki disana yang masih berteriak kesal.
Gawat.. Gawat.. Apa yang harus kulakukan?! Semoga saja Kacchan tidak mengenaliku..
Izuku terus berjalan hingga tak menyadari jika dirinya telah berada didepan kelasnya sendiri. Seorang perempuan yang ia kenal berlari menghampiri dirinya.
"A-ano.. mencari siapa?"
"H-huh? E-etto.. U-Uraraka-s-san? I-ini aku, Midoriya Izuku.." bisiknya pelan.
"D-DEKU-KUN?!"
Uraraka berteriak heboh seraya menatapnya antusias membuat perhatian seisi kelas tertuju padanya hingga menarik perhatian Kaminari untuk menghampiri dirinya.
"U-Uraraka-san.. sshhhhh.." Izuku mendesis pelan hingga Kaminari datang dan mengajaknya berbicara.
"Wah! Siapa kau? Kenapa memakai pakaian maid yang sama dengan para gadis dari kelas kami? Oh.. boleh kuminta nomor ponselmu?" Kaminari mengerling kearah Izuku.
A-APA YANG HARUS KUKATAKAN?! B-BAGAIMANA INI?
Izuku melirik kearah Uraraka yang panik sama seperti dirinya dan akhirnya sebuah ide gila terlintas dibenaknya. Lelaki yang kini berpenampilan seperti seorang gadis manis itu mengumpulkan keberaniannya dan mulai mengujarkan sesuatu.
"A-ano.. N-namaku, A-Akatani Mikumo. Aku datang karena s-sebelumnya I-Izuku-kun meminta tolong padaku untuk menggantikannya di festival budaya disekolahnya karena ia ada keperluan mendadak di kampung halamannya."
Mengembangkan senyum terpaksa dengan sudut bibir yang berkedut. Izuku telah berbohong. Ia benar-benar payah kalau urusan berbohong dan juga.. Nama macam apa yang baru saja ia buat?!
Izuku menggulirkan pandangan keseluruh penjuru. Iris hijau zamrudnya bersibobrok dengan netra abu-turquoise. Ia terbelalak lalu segera memutuskan eye contact yang terjalin selama sepersekian detik dan kembali memfokuskan atensinya kepada seo―tunggu dulu?! Kenapa banyak sekali orang yang kini berkumpul dihadapannya?!
"M-mohon bantuannya."
Izuku menunduk dalam seraya menjerit 'T-Todoroki-kun! T-Todoroki-kun ada disini?! B-Bagaimana b-bisa? B-bukankah seharusnya ia berada dirumah sakit untuk menjenguk Ibunya?! K-kenapa ini bisa terjadi?'
"Minna.. perhatiannya sebentar."
Yaoyorozu berteriak hingga suaranya menjangkau keseluruhan kelas dan menarik beberapa murid yang berada sedikit jauh darinya untuk menghampiri dan berdiri dihadapannya. Termasuk Todoroki dan Iida yang tadinya tengah berada disudut ruangan.
"Baiklah. Minna-san.. aku akan memperkenalkan sesorang yang menggantikan Midoriya-san untuk bertugas di kelas kita karena ia terdapat keperluan mendadak yang mengharuskan dirinya tidak bisa membantu kita di festival budaya ini."
Yaoyorozu tersenyum charming. Ia berbisik pelan kearah Izuku dan menyuruhnya meperkenalkan diri untuk yang kedua kalinya. Izuku tersenyum gugup. Netra hijaunya melirik kearah Todoroki yang menatap dirinya intens.
Kami-sama.. kumohon.. semoga Todoroki-kun tidak menyadarinya..
"A-ano.. Etto.. N-namaku, Akatani M-Mikumo. Sepupu dari Izuku-kun dan aku tinggal disuatu tempat tidak jauh dari sini."
Izuku tersenyum gugup. Netra hijaunya bahkan lebih tertarik untuk memandang lantai kelasnya yang terlihat lebih mengilap dari biasanya. Ia tidak sanggup untuk menatap satu persatu teman-temannya. Perasaan dibenaknya mengatakan jika ia harus terus berhati-hati jika tidak ingin identitas aslinya terbongkar.
"Souka, kalau begitu mohon bantuannya juga Akatani!"
Kirishima berujar keras sembari mengepalkan tangannya diudara berniat memberinya semangat. Tanpa sadar Izuku tersenyum kecil. Ia tidak menyadari jika salah seorang lelaki disana menatapnya dengan tatapan penuh curiga.
"U-um.. Ha'i, Ki—etto s-siapa namamu?"
Izuku hampir saja menyebut namanya. Berbahaya sekali.. saat ini ia harus berakting agar pura-pura tidak mengenal setiap teman sekelasnya.
"Kirishima Eijirō." Ujarnya menggebu-gebu.
Izuku menggaruk pipinya pelan. Sebenarnya tanpa perlu bertanya pun ia sudah tahu nama dari setiap murid dikelasnya bahkan hingga quirk apa saja yang dimilikinya. Ah.. otaku heronya hampir kumat.
"U-um.. Kirishima-kun."
"Baiklah. 5 menit lagi maid dan butler café kita akan dibuka. Setiap orang yang sudah diberi tugas segera bersiap ditempatnya masing-masing! Layani tamu dengan sepenuh hati dan berikan mereka senyum terbaikmu! Kalau begitu, Ichi nen A gumi, Fight!"
"Ou!"
Setelah pidato singkat dari Yaoyorozu mereka pun bersorak bersama dan segera bergerak ke tempatnya masing-masing. Di hari kedua, yang bertugas adalah seluruh wanita kelas 1-A plus Izuku dan untuk lelakinya; Todoroki Shōto, Kaminari Denki, Kirishima Eijrō, dan juga Bakugō Katsuki.
Tenaga pemasak tetap dibebankan kepada Yaoyorozu dan Satō dengan Kirishima bersama Kaminari yang membantu mereka berdua didapur.
Izuku bersiap disudut ruangan, iris hijau zamrudnya menatap penjuru ruang kelasnya yang terdekorasi dengan rapih dan unik. Ia sungguh kagum dengan teman sekelasnya yang memiliki ide luar biasa tidak terbatas. Baru sejenak mengagumi keindahan kelas yang biasa ia gunakan untuk menuntut ilmu, tiba-tiba lengannya disambar dan diseret ke ruangan kosong tersembunyi yang dipisahkan oleh beberapa sekat dikelasnya.
Disana Izuku disambut oleh para gadis-gadis kelasnya minus Yaoyorozu. Mereka menatap Izuku takjub tak lupa dengan kamera ponsel yang sudah siap ditangan.
"Baru kali ini aku melihat seorang lelaki crossdress dihadapanku.."
"Hoho.. kalau begitu kita sama, Jirō-chan~"
"D-Deku-kun.. kau imut sekali~"
Uraraka menatap penampilan Izuku dari atas sampai bawah sesekali memotret dirinya yang masih termangu ditempat.
"A-ano.. t-tolong jangan panggil nama asliku untuk sementara waktu.. k-kalian bisa memanggilku Akatani." Izuku berharap-harap cemas, semoga saja para gadis dikelasnya itu bisa diajak bekerja sama.
"Baiklah kalau begitu, Akatani-chan ne?" Ashido menyahut semangat.
Izuku mengangguk kecil, membuat neko mimi yang ia pakai bergoyang pelan dan menambah kadar keimutannya.
K-K-KAWAII!
"O-oh.. k-kalau begitu, ayo bekerja. Sepertinya café kita sudah dibuka." Jirō berbicara sambil menatap layar ponselnya penuh minat karena sudah puas mengambil potret Izuku dari berbagai sudut.
Izuku mengangguk pelan dan mengepalkan kedua tangannya didepan dada. Memberi semangat untuk dirinya sendiri dan seketika dirinya tersadar.
Luka ditanganku...
Izuku baru ingat jika luka bekas pertarungan di festival olahraga saat melawan kekasihnya meninggalkan sebuah jahitan bekas operasi yang dilakukan oleh Recovery Girl di jari-jari tangannya. Ia harus segera mencari sesuatu untuk menutupi luka ditangan kanannya atau mereka akan menyadari jika seorang Akatani Mikumo adalah Midoriya Izuku.
Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Izuku tidak menyadari jika kelima perempuan yang lain sudah pergi meninggalkannya. Lelaki bersurai hijau gelap itu berusaha mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menutupi tangan kanannya. Diujung ruang kosong itu ia melihat sebuah kotak kardus yang berisi berbagai macam pakaian dan aksesoris.
Izuku memutuskan untuk mencari sebuah kain atau apapun itu, hingga akhirnya ia menemukan sebuah sarung tangan berwarna putih yang sekiranya terlihat pas dengan ukuran telapak tangannya. Tak banyak berpikir, Izuku pun langsung memakainya dan segera keluar dari ruangan itu dan bergegas untuk mengerjakan tugasnya sebagai seorang maid.
.
.
.
Sejauh ini Izuku merasa identitasnya aman. Selain itu, perangainya yang ramah dan mudah akrab dengan orang yang tidak dikenalnya sekalipun memudahkan dirinya untuk berkomunikasi dengan para tamu yang singgah di maid dan butler café kelasnya.
Izuku dapat mendengar seseorang memanggil dirinya dan dengan cepat ia menghampiri seorang lelaki yang nampaknya masih seumuran dengannya dan berasal dari sekolah lain? Dilihat dari seragamnya.. bukankah ia memakai seragam SMA Shiketsu?
"Apa yang ingin anda pesan, Goshujin-sama?"
Samar-samar Izuku pun mengingat perkataan Yaoyorozu tempo hari yang mengingatkan dirinya untuk memanggil setiap tamu lelaki di maid dan butler café kelasnya dengan sebutan 'goshujin-sama'.
Sudut bibirnya berkedut pelan, sungguh dirinya masih tidak terbiasa untuk memanggil seseorang dengan panggilan seperti itu, terlebih laki-laki. Setelah itu, sang tamu pun menyebutkan pesanannya dengan pelan. Karena kurang fokus, Izuku pun meminta agar sang pelanggan mengulang pesanannya. Ia juga agak mencondongkan tubuhnya kearah sang pelanggan dan mencatat pesanan dengan serius seraya mengangguk sesekali.
Izuku tidak menyadari jika apa yang ia lakukan barusan mengundang seorang lelaki paruh baya yang duduk tepat dibelakang tubuh Izuku menatapnya nyalang dan tertuju pada paha bagian belakang Izuku yang sedikit terlihat karena posisinya saat ini sungguh berbahaya, lebih-lebih ia memakai seragam maid dengan rok 15 senti diatas lutut.
Tangan milik lelaki itu terulur berusaha menyentuh paha mulus milik Izuku yang tidak tertutupi apapun, bahkan keberadaan petticoat yang ia pakai tidak membantu. Sedikit lagi hingga telapak tangan itu menyentuh paha Izuku, tiba-tiba saja seseorang mengaktifkan quirknya dan membekukan hampir seluruh tubuh lelaki yang berusaha menjamah paha Izuku.
Tersentak kaget karena suara teriakan dan riuh yang tiba-tiba, Izuku pun menoleh kebelakangnya mencoba melihat apa yang terjadi. Dan apa yang ia dapat? Sebuah tangan yang membeku―tidak―dibekukan terulur tepat dihadapan kakinya. Izuku pun segera beringsut mundur begitu melihat tangan yang terulur mencurigakan kearahnya.
"Okyaku-san. Tidak diperkenankan untuk berbuat mesum kepada setiap maid di café kami."
Todoroki menatap lelaki itu tajam dan segera menyeretnya keluar dari kawasan café kelas 1-A. Seisi ruangan terdiam hingga Yaoyorozu mengucapkan permintaan maaf beserta Todoroki yang menemaninya.
"Minna-san.. maafkan atas ketidaknyamanannya. Namun, apa yang sudah dilakukan oleh salah satu dari pelayan di café kami adalah benar adanya. Karena ada larangan tidak tertulis agar setiap pengunjung yang singgah di café ini tidak menyentuh setiap maid atau butler di café kami dalam konteks seksual."
"Baiklah. Silahkan nikmati hidangan kalian kembali." Yaoyorozu bersama dengan Todoroki membungkukkan tubuhnya lalu kembali ke tempatnya masing-masing.
Todoroki kembali ke tempat awalnya dan berpapasan dengan Izuku yang masih berada didepan salah satu meja tamu. Sebelum jarak mereka terlalu jauh, Izuku sedikit menarik ujung seragam Todoroki dan mengucapkan 'terima kasih, Todoroki-kun.' lalu segera berjalan dengan cepat kearah dapur untuk mengantar list pesanan.
Todoroki mematung. Ia menyadari sesuatu.
Apakah aku pernah memberi tahu namaku, kepadanya?
.
.
.
Maid and butler café kelas 1-A ditutup lebih awal karena mereka sudah kehabisan bahan makanan. Setelah itu, dilakukanlah sebuah rapat evaluasi yang dipimpin Yaoyorozu bersama dengan Iida, membahas tentang penghasilan mereka selama dua hari bunkasai dan juga jumlah tamu yang singgah di café mereka.
Setelah rapat evaluasi selesai, masing-masing murid pun diperbolehkan untuk pulang kerumah. Izuku disuruh Yaoyorozu untuk membereskan dapur sebentar. Ia bahkan belum sempat mengganti pakaiannya.
Dengan cekatan Izuku membereskan kekacauan yang ada disana. Setelah selesai, ia segera pergi ke ruang tengah kelas yang hanya dipisahkan sekat tipis antara dapur dan ruang yang di desain untuk menampung tamu lalu memberi tahu Yaoyorozu dan yang lain kalau ia sudah selesai. Namun, sesampainya disana ia hanya disambut oleh ruang kosong berisi meja dan kursi tanpa penghuni.
Apakah semuanya sudah pulang?
Izuku memilih untuk mengedikkan bahunya tidak peduli dan berpikiran mungkin saja yang lain akan datang besok untuk membersihkan sisanya. Kaki jenjang yang dibalut overknee berwarna putih menyusuri kelas dan berjalan menuju kearah pintu kelasnya yang tertutup rapat.
Izuku menggeser pintu itu pelan, tetapi nihil, pintu itu tidak mau terbuka sama sekali. Pikiran buruk Izuku mulai mengusai dirinya. Apakah ia terkunci disini? Sendirian...!?
"Akatani Mikumo."
Izuku tersentak begitu melihat ada seorang pria yang sangat dikenalnya berada disudut ruangan. Mengapa Izuku tidak menyadarinya? Netra hijaunya membelalak begitu melihat sebuah anak kunci yang sengaja lelaki itu kaitkan diantara jari-jari panjangnya.
"A-ano.. K-kau.. b-bisa kau berikan k-kunci itu padaku?"
Izuku berbicara terbata, sungguh diantara setiap orang mengapa ia harus terkunci dikelasnya yang kosong dan bersama dengan orang ini?!
"Kau gadis yang sangat tidak sopan sekali eh, Akatani. Kalau kau membutuhkannya mengapa kau tidak mengambilnya sendiri?" lelaki itu menyeringai.
Akhirnya dengan langkah tersendat, Izuku memberanikan diri untuk mendekati lelaki itu hingga jarak mereka terpaut satu meter saja.
Lelaki itu menatap Izuku tajam, menelanjanginya dan sedikit membuat Izuku bergidik. Perlahan si pria melangkah maju dan naluri Izuku mengatakan agar ia mundur ke belakang begitu ia mendekat kearahnya.
"T-Tolong b-berikan k-kunci itu p-padaku.." cicitnya.
Izuku terus melangkah mundur hingga ia tidak bisa bergerak lagi karena terhalang meja berbentuk bundar yang diselimuti sebuah taplak berwarna seputih salju.
Tanpa aba-aba lelaki yang lebih tinggi 10 senti dari dirinya pun mendorong Izuku hingga separuh badannya membentur meja dan tertidur diatasnya dengan posisi lelaki itu mengurung dirinya diantara kedua lengan kekar dan terlatih miliknya.
"Akatani Mikumo..." sebelah tangan lelaki itu membelai pipi Izuku yang masih terpoles make up.
Jantung si pemilik netra hijau sudah berdetak tidak karuan. Identitasnya terancam kalau begini, selain itu.. posisi seperti ini sungguh berbahaya!
"Sepertinya aku familiar dengan wajahmu.. apa aku mengenalmu?"
"U-uh.. k-kurasa t-tidak. K-kita baru bertemu t-tadi pagi b-bukan?" Izuku berusaha menampilkan senyum manisnya.
"Tetapi bagaimana bisa kau tahu namaku?"
Izuku ber'huh' ria. Memangnya ia pernah memanggil lelaki didepannya ini selama ia memakai seragam maid seperti ini?
"Saat aku menyelamatkanmu dari tangan jahil yang hampir menjamahmu. Bukankah setelah itu kau berterimakasih padaku dan mengucapkan namaku?"
Ya. Lelaki yang memegang anak kunci kelas 1-A adalah Todoroki dan ia juga lah yang menahan Izuku sedari tadi.
Izuku membatin panik. Ia tersentak kaget begitu Todoroki dengan iseng membelai rambut palsu yang ia pakai dan mencium ujung rambutnya. Netra heterokromnya menatap kearah collar yang dipakai Izuku dengan pandangan tertarik.
Tak sadar, Todoroki mendekatkan wajahnya kearah perpotongan leher Izuku lalu mengendusnya dan membuat Izuku sedikit mengerang tertahan.
Yang Todoroki tahu, Izuku memiliki aroma khas miliknya yang tidak pernah hilang dari tubuhnya dan ia menyukai aroma itu. Rasanya seperti aroma perpaduan lemon dan apel yang segar dan manis secara bersamaan.
Lelaki bersurai dwi warna itu sedikit terkejut begitu mengetahui aroma yang identik dengan milik kekasihnya itu melekat erat pada seorang 'gadis' manis di depannya yang ia akui kalau wajahnya sedikit mirip dengan kekasih miliknya, hanya saja gadis itu tidak memiliki freckles di kedua pipinya.
Izuku menutup mulutnya erat begitu menyadari kedua belah bibir yang terpoles lip balm berwarna merah muda itu mengeluarkan erangan yang sungguh tidak senonoh. Tapi mau bagaimana lagi? Tubuhnya selalu merespon cepat begitu disentuh oleh lelaki di hadapannya ini.
"A-ano.. b-bisakah k-kau m-minggir dari hadapanku?"
Todoroki terdiam ia menatap lurus kearah collar yang Izuku pakai dan tiba-tiba saja ia menarik rantai itu dengan kasar hingga kini dahi mereka bersentuhan.
"Aku tidak menyukai kebohongan." Todoroki berkata dengan intonasi dingin seraya menatap kedua belah biner hijau Izuku dengan intens.
A-APAKAH AKU KETAHUAN?!
Izuku berteriak panik didalam benaknya. Kedua bola matanya sudah berkaca-kaca, ia takut. Sungguh ia tidak mengenal lelaki yang kini berada didepan matanya dan juga berstatus sebagai kekasihnya.
"Seorang pembohong harus dihukum. Bukan begitu, I-zu-ku?" Seringai sadis yang jarang ditunjukkan oleh Todoroki kini terkembang sempurna disudut bibirnya dan membuat Izuku merinding melihatnya.
A-Aku ketahuan..
.
.
.
Kini posisi mereka berdua sudah berubah. Todoroki menarik sebuah kursi dan duduk disana lalu memerintah Izuku untuk duduk dipangkuan seraya menghadapnya.
"Jadi, kenapa kau berpenampilan seperti ini, Midoriya?"
Todoroki bertanya seraya memainkan rambut palsu Izuku dan membelai ekor yang menggantung dibelakangnya.
"A-aku dimintai tolong oleh Yaoyorozu-san untuk membantunya.." Izuku menunduk, ia tidak berani menatap netra heterokrom milik Todoroki.
"Hm.. jadi kau tidak sepenuhnya berbohong."
"U-Um.."
"Lalu, mengapa harus dengan berpakaian seperti ini? Aku hampir tidak mengenalimu jika saja aku tidak melihat kissmark yang kubuat di lehermu kemarin."
Todoroki mengusap collar yang Izuku pakai dengan tatapan tertarik, sesekali ia memainkan rantai yang tergantung ditengahnya. Sementara itu, lelaki yang berada dihadapannya kini sudah mendidih. Terbukti dengan seluruh wajahnya yang merona merah karena ia merasa seluruh darah yang ada ditubuhnya berkumpul di wajah hingga telinganya.
"J-jangan mengatakan hal m-memalukan seperti itu dengan wajah datar, T-Todoroki-kun!"
Lelaki mungil yang kini memiliki surai berwarna hijau gelap sepinggang meninju kecil dada Todoroki dan mendesis pelan.
"Hm? Bukankah yang kukatakan baru saja itu memang benar adanya?"
Peryataan Todoroki seketika berhasil membungkam Izuku. Netra hijaunya mencoba untuk menghindari tatapan sang dominan.
"Jadi.. kira-kira hukuman apa yang cocok untuk anak nakal sepertimu, Izuku?"
Todoroki mengangkat dagu Izuku agar lelaki bersurai hijau itu balik menatapnya. Izuku berusaha mengalihkan pandangannya namun ia tidak bisa. Biner heterokromia yang dimiliki lelaki bersurai ganda tersebut mengunci pergerakannya.
"Aku sudah menahannya sejauh ini, Midoriya.."
"..."
"Terlebih sejak aku tahu, kalau gadis maid yang tadi hampir saja dijamah oleh lelaki paruh baya yang merangkap sebagai pelanggan adalah wanitaku."
"..."
Todoroki membiarkan kedua tangan miliknya menyusuri tubuh ramping namun berotot milik Izuku. Ia sungguh tidak dapat mengendalikan dirinya begitu disuguhkan pemandangan erotis kekasihnya sendiri. Terlebih dengan pakaian seperti ini. Sungguh menggugah selera untuk dinikmati.
Todoroki menghujani tubuh Izuku dengan kecupan lembut hingga gigitan yang meninggalkan bekas. Pakaian maid yang semula terpasang rapih ditubuh mungil kekasihnya kini sudah tanggal. Izuku menutup mulut dengan kedua tangannya guna mencegah suara yang tidak senonoh keluar dari bibir.
"Keluarkan suaramu, Izuku.."
Todoroki berbisik di telinga Izuku dan membuat empunya menggeleng pelan seraya tetap menutup rapat mulutnya.
"Seorang anak nakal harus dihukum. Karena kau sudah berbohong padaku, maka turutilah aku seharian ini, Izuku."
Setelah berkata seperti itu, Todoroki melepas kedua tangan yang menutupi mulut Izuku dengan lembut dan membawanya kedalam ciuman panjang nan memabukkan.
Lidah mereka saling beradu, sang dominan mengeksplorasi keseluruhan si submissive. Suara berisik dari sesapan dan ecapan menggema di ruangan kelas itu. sesekali Todoroki menggigit bibir bawah Izuku dengan gemas dan membuat pemiliknya memekik pelan.
Izuku memukul pelan dada Todoroki mengisyaratkan agar ia menghentikan ciumannya. Sebelum benar-benar berhenti, kali ini Todoroki dengan segenap hatinya menggigit bibir bawah Izuku hingga mengeluarkan darah. Lalu menjilatnya.
"S-Shōto-kun.. hhh.."
Baru berciuman saja Izuku sudah dibuat gila seperti ini. Todoroki sungguh berbahaya. Peluh membahasahi sekujur tubuh polosnya. Biner hijaunya menatap datar seragam maid yang beberapa saat lalu masih terpasang ditubuhnya yang kini tergeletak tidak jauh dari kaki Todoroki.
Izuku merasa gerah. Ini benar-benar gila. Todoroki akan memakannya kali ini. Benar-benar memakannya. Daerah perpotongan leher, pundak hingga dadanya dipenuhi bitemark yang Todoroki berikan beberapa saat lalu.
Si pemilik quirk ganda mengulum cuping telinga Izuku seraya berbisik rendah dengan baritone khas miliknya.
"Kau tahu apa yang harus kau katakan bukan? Maid-san?"
Netra hijau yang sudah tertutup oleh kabut nafsu menatap Todoroki dengan pandangan memohon. Dengan manja, Izuku merentangkan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya yang bersepuh merah kearah Todoroki. Berbisik lirih yang disertai erangan tertahan ke telinga si pemilik mata abu-turqoise.
"Silahkan nikmati hidanganmu, Goshujin-sama."
Mendengar Izuku yang berkata seperti itu seketika membuat seringaian tersungging disudut bibir Todoroki.
"Kalau begitu, Itadakimasu."
.
.
.
Izuku merutuk kelakuan dirinya beberapa jam lalu. Saat ini ia berada digendongan Todoroki yang berjalan menuju stasiun untuk mengantar dirinya pulang. Izuku sudah mengganti pakaiannya dengan seragam miliknya, selain itu make up yang tadinya terpoles di wajah manisnya pun telah lenyap.
Ia terus menerus menundukkan wajahnya. Lelaki bersurai hijau itu tidak berani menatap paras sang kekasih. Sungguh apa yang telah ia katakan beberapa jam lalu sangatlah memalukan.
"Silahkan nikmati hidanganmu, Goshujin-sama."
Astaga.. Izuku ingin mati saja.
"Midoriya.. ada apa? Apakah kau baik-baik saja? Maafkan aku karena tadi terlalu kasar."
Izuku tetap menunduk, ia mencengkram blazer yang dikenakan Todoroki dengan erat sesekali bergumam pelan dan tidak terdengar jelas. Karena, Todoroki menggendongnya dengan gaya bridal maka memudahkan Izuku untuk menyembunyikan wajahnya yang merona hebat di dada bidang Todoroki.
Lelaki mungil itu mengeratkan rangkulannya pada leher Todoroki, ia dapat mendengar detak jantung kekasihnya yang berdentum tidak teratur. Apakah Todoroki-kun gugup?
"Izuku...?"
Refleks Izuku menatap wajah Todoroki yang menatapnya balik dengan ekspresi khawatir.
"S-Shōto-kun.. mm.. tak apa. Aku baik-baik saja. H-hanya, a-aku merasa perkataanku tadi begitu memalukan..."
Izuku kembali menyembuyikan wajahnya. Kali ini di perpotongan leher Todoroki. Melihat kelakuan Izuku yang seperti ini membuat segaris senyum muncul di bibir Todoroki.
Manis sekali..
"Apakah masih sakit?"
Perkataan Todoroki yang to the point membuat Izuku menegang dan menganggukkan kepalanya malu-malu.
"Kau keluar banyak sekali di dalam, Shōto-kun.." Izuku mencicit dengan wajahnya yang dipenuhi rona merah pekat. Ia merasa jika kepalanya dipenuhi asap yang mengepul sedari tadi.
"Hm.. aku akan berterimakasih jika kita melakukan 3 ronde tadi."
Mendengar perkataan yang baru saja Todoroki katakan membuat Izuku melotot seketika.
"Ingin melanjutkannya setelah sampai dirumahmu nanti?"
Seringai kecil kembali singgah dibibir Todoroki.
"Shōto-kun, mesum!"
終わり/ End
Omake!
"Todoroki-kun?"
"Hm?"
Izuku menautkan kedua jarinya gugup. Mau bagaimana pun ia harus tetap mengutarakan pertanyaan yang sedari kemarin mengganggu pikirannya.
"Etto.. saat itu, Todoroki-kun mengatakan kalau di hari kedua bunkasai kau akan menjenguk Okaa-san? L-lalu kenapa, T-Todoroki-kun berada disekolah juga?"
Izuku menatap kekasihnya takut. Ia khawatir jika Todoroki merasa terganggu dengan pertanyaan yang baru saja ia utarakan.
"Hm.. saat itu Yaoyorozu mengirimkanku email jika butler utama harus tetap hadir di hari kedua bunkasai. Selain itu, aku menjenguk Ibuku pada pagi hari. Jadi, kupikir tidak ada masalah."
"O-oh.. b-begitu.."
Izuku berteriak didalam benaknya. Seharusnya saat itu ia bertanya siapa saja lelaki yang bertugas di bunkasai hari kedua!
.
.
.
"Asui-san.. boleh kuminta videonya?"
Yaoyorozu menggenggam kedua tangan Asui dan menatapnya penuh harap. Sementara si gadis bersurai hijau lurus dengan aksen pita diujung rambutnya pun hanya tersenyum manis.
"Tentu saja, Yaoyorozu-chan."
"Fufu.. aku tidak menyangka jika Midoriya-san selama ini berpacaran dengan Todoroki-san.. padahal kukira ia bersama dengan Bakugō-san mengingat mereka adalah teman masa kecil." Yaoyorozu menutup mulutnya dengan elegan dan terlihat background bunga-bunga bertebaran dibalik tubuhnya.
"Aku juga tidak menyangkanya, kero."
"Selain itu, sepertinya Todoroki-san kasar sekali ne? Kuharap kamu merekamnya dengan kualitas yang HD, Asui-san."
"Tentu saja, tidak perlu khawatir, kero."
Kira-kira yang mereka bicarakan itu video apa? Fufu..
a/n : HAHAHAHAHAHA! APA INI?! PLIS, JANGAN BUNUH AO~ /dogeza
Btw, maafkan jika lime nya gakerasa.. hiks.. ampuni Ao, readers-tachi :"( Sumpah, bikin yang lime menuju lemon ternyata susah juga ih.. Huhuhu... padahal sebelumnya Ao udah pernah nulis lemon tapi kayaknya sekarang Ao udah lupa caranya.. /nanges
Siapapun yang jago buat adegan enaena ajarin Ao /nanges
Btw, ini Ao jebol 4.7k words tanpa a/n, cuma storynya doang :" maaf ya kalo kepanjangan. Ao memutuskan untuk enggak memotongnya :" dan juga mereka (TodoDeku) saling manggil nama kecil kalo pas naena/ditempat sepi doang, khusus cerita ini~ hoho /geplaked
Well, harusnya ini Ao publish dari seminggu yang lalu. Tapi, karena kesehatan Ao yang gak memungkinkan jadi Ao undur :")
Untuk nama Akatani Mikumo itu Ao ambil dari salah satu artikel digugel yang mengatakan kalau nama Akatani Mikumo adalah prototype dari character Midoriya Izuku. Hihi.. kalian bisa cari di mbah gugel yaa~
Yosh, saatnya balasan review :
Hikaru Rikou : Izuku pake baju maid itu supeeeeer dupeeeer pluuuusss ultraaaaa cuuuute percaya sama Ao deh, Hikaru-san. Kalo Kacchan sama Todo make baju butler astogeee, nikahin Ao bang /plak udah pasti mereka bakal jadi super cool. Cocok banget, karena mereka adalah seme dari uke kiyut kita, Izuku~ /didetroitsmash
Akakuro and Bbbfang : Halo Kuro-san terimakasih karena selalu dukung Ao dimanapun Ao berada :") ini udah dilanjut lhoo
shirocchin : SERIUS? HOHO.. MANTAP SHIROCCHIN! Emang banyak fanart tentang mereka tuh, bikin Ao jadi gemes karena overdosis sangking kelamaan berburu fanart di twitter di akun-akun para creator ketjeh yang selalu melestarikan pair kesukaan kita :") apalagi yang sekarang lagi zaman fanart military TodoDeku/KatsuDeku. Abang Todo emang terlahir mecom cuman ia menyembunyikannya dengan baik pake poker face andalannya /digiling Kalo temen sekelas mereka gatau hoho.. masih rahasia ceritanya. Tapi kayaknya diantara mereka udah ada yang tahu dan nebak kalo Izuku punyanya siapa~ Btw, Ao jadiin mulchap soalnya kalo 1 chap doang bakal kepanjangan :" dan juga soal rating.. err.. Ao kira ketjup gigit gitu masuk rate M juga ehehehek /dinjek lagian juga ada lime gagalnya di chap ini hohoho.. Sama-sama, shirocchin~ sebenernya Ao pengen banget ngeramein event OFA_TODODEKU.. Cuma apa daya, kadang inspirasi cerita suka ilang-ilangan :"
Asheera Welwitschia : OHOHO, AKU JUGA IKUTAN NYERAH DEH BARENG ASHEERA-SAN /ditendang ini udah update kok~
Sawako6597 : Wah terimakasih, Sawako-san~ Siip, akan Ao perbaiki lagi kedepannya~ semoga terhibur dengan chap yang sudah Ao update ini yaa~
Kazukiii : siip~ udah dilanjuuut
Nanaho Haruka : Udah next~
Sleepy Asha 00 : Halo, Asha-san~ Terimakasih karena sudah mereview beberapa karya Ao dan maafkan Ao karena belum sempat membalasnya /sungkem Umu.. Ao senang kalo Asha-san suka cerita yang Ao buat dan Yup~ Terimakasih koreksinyaa~ akan segera Ao perbaiki~ Sama-sama Asha-san dan ini sudah dilanjut
Panda Dayo : OHOHOHO.. INI SUDAH DIAPDET KOK Ao juga yang nulis mesam-mesem sama kayak panda-san /digiling dan juga.. KOKK KITA SAMA.. ASTAGA, GANYANGKA NEMU AUTHOR YANG SE-FETISH(?) hoho.. semuanya terjawab di chapter ini :") ehehehe dan woah.. penikmat doujin juga ternyata? AO JUGA SAMAAAAA AO SAMPE NGOLEKSI(?) JUGA LHO~ /gananya
Last, Terimakasih banyak untuk kalian yang sudah membaca, mereview dan mengklik follow/favorite untuk fanfic ini.. Ao senang sekali dan juga maafkan atas keterlambatan updatenya :") mau bagaimanapun kalo megang lepi dikondisi yang tidak fit membuat kepala Ao sakit :") Terimakasih bagi pembaca yang masih setia menunggu fic ini untuk update. Semoga tidak mengecewakan.
Laaaaaaaast, Mind to Review?