"Seongwoo-ya" Minhyun memanggil Seongwoo yang fokus memperhatikan Song Ssaem menerangkan dengan pelan.

Ia sendiri tidak tahu mengapa, baru kali ini ia tidak tertarik dengan belajar. Padahal biasanya dia semangat sekali untuk belajar.

Panggilan Minhyun hanya dibalas dehaman saja oleh teman seperjuangannya itu. "Jika pinggulmu di remas oleh orang yang baru kau kenal, apa yang akan kau lakukan?" tanya Minhyun dengan sangat pelan.

Seongwoo langsung mengalihkan perhatiannya pada Minhyun begitu mendengar pertanyaan sahabatnya itu. "Apa kau bilang?" tanya Seongwoo dengan tajam.

Minhyun sama sekali tidak menoleh ke Seongwoo, ia lebih memilih untuk mencorat-coret lembar kertas bukunya dengan sangat random, bahkan ia enggan mengulang pertanyaannya tadi.

"Untuk apa kamu bertanya tentang itu? Tentu saja aku akan menendang asetnya" jawab Seongwoo dengan sedikit emosi. "Jangan bilang kamu diperlakukan seperti itu," selidik Seongwoo.

Minhyun terdiam, ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. "Siapa Min?" tanya Seongwoo dengan tajam.

"Eum... Jong —hyun?" jawab Minhyun dengan ragu, membuat kedua mata Seongwoo membola.

Seongwoo hampir saja meluapkan emosinya, bertepatan dengan guru Song yang berucap jika jam sudah berakhir, lalu disusul dengan suara bel istirahat yang berbunyi nyaring.

Anak-anak lain pun sudah pergi meninggalkan kelas, menyisakan Seongwoo dan Minhyun disana. Seongwoo mengepalkan tangannya, menahan emosi yang siap meledak saat itu.

"Ong..." Minhyun memanggilnya dengan lirih, saat melihat Seongwoo bangkit dari kursinya, takut menyulut api Seongwoo. Demi apapun, Seongwoo saat marah itu benar-benar menakutkan.

Tangan Minhyun menggenggam tangan Seongwoo yang masih terkepal. "Jangan. Aku tak apa, sungguh" ujar Minhyun tanpa menunggu Seongwoo mengeluarkan suaranya.

"Lagi pula, aku sudah menamparnya tadi" lanjut Minhyun, membuat Seongwoo menghela nafas, lalu mengubah raut mukanya.

Seongwoo kembali duduk, lalu membalas genggaman Minhyun. "Kamu bener gapapa kan?" tanya Seongwoo menatap Minhyun dengan khawatir.

Minhyun menganggukkan kepalanya, "Eung!" balasan Minhyun membuat sebuah kurva diwajah Seongwoo.

"Lain kali, langsung saja tendang asetnya, kalau perlu, jangan bertemu dengannya lagi, ok?" Seongwoo berucap seraya menepuk-nepuk pucuk kepala Minhyun, sudah seperti ibu ke anaknya.

Minhyun kembali menganggukkan kepalanya, lalu membuat gestur ok menggunakan tangannya. "Tapi sepertinya, aku terlalu kencang menamparnya" ujar Minhyun seraya menatap telapak tangannya.

"Eoh? Biarkan saja, dia pantas mendapatkannya, Minhyunnie" balas Seongwoo dengan tidak peduli.

Minhyun memajukan bibirnya. "Tapi, kasian Ongie~!" rengek Minhyun. "Pasti sakit ssh~" tambah Minhyun dengan diakhiri ringisan kala membayangkannya dengan menempelkan kedua telapak tangan di pipinya.

Seongwoo menatap datar sahabatnya itu, dia tidak habis fikir, sudah dilecehkan masih saja peduli, sahabatnya ini manusia atau malaikat sih?! batinnya diiringi helaan nafas berat.

. . .

Minhyun kembali menuju perpustakaan, di tangannya ada bungkus plastik berisikan dua batang youghurt beku.

"Whaaa~!" Tubuh Minhyun limbung kebelakang saat ada seseorang yang menubruknya saat ia ingin masuk ke perpustakaan.

Ia merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya, mencegahnya terjatuh ke lantai.

Matanya menatap sosok yang sudah menabrak sekaligus menolongnya itu. Manik hitamnya bertemu dengan kelereng sewarna coklat pekat itu. Membuat jatungnya berdetak tak karuan untuk kesekian kalinya.

(ya ampun, picisan sekali /-/)

"Eum.. mian" ujarnya seraya membenarkan posisinya, membuat rangkulan di pinggangnya terlepas.

"Gwaenchanha, salahku juga tidak melihatmu masuk Minhyun-ah" balasnya dengan senyuman kecil.

Minhyun sidikit tersipu saat melihat senyumannya. "Ah tak apa, aku juga asal masuk tadi, hehe" ucap Minhyun dengan cengirang canggung.

"Ah ya, eum.. apa pipimu sakit Jonghyun-ah?" tanya Minhyun menunjuk pipi Jonghyun yang masih terlihat sedikit memerah, bekas tamparanny tadi.

"Eo? Ah, tidak apa, tidak sakit kok" jawabnya seraya menyentuh pipinya yg masih memerah samar.

Minhyun memajukan bibirnya, "Jangan berbohong, kalau tidak sakit, pipimu tidak mungkin memerah seperti itu" balasnya sedikit merajuk.

Tangannya mengeluarkan satu batang yonghurt beku yang sengaja ia beli tadi untuk Jonghyun. "Igeo," ujar Minhyun seraya menyodorkan batangan yoghurt itu.

Jonghyun menatapnya bingung, membuat Minhyun menghela nafas, lalu menempelkan yoghurt beku itu ke pipi Jonghyun yang memerah. "Ssssh~" desis Jonghyun saat merasakan dingin menjalar dipipinya.

"Tuhkan! Pasti sakit" pekik Minhyun saat melihat Jonhyun meringis, tangannya pun dengan telaten mengompres pipi Jonghyun dengan yoghurt beku itu.

Jonghyun diam-diam tersenyum saat mendapatkan perhatian dari Minhyun. Ia menelusuri wajah Minhyun yang nyaris sempurna tanpa celah. Mata rubahnya, hidungnya, serta bibirnya yang merah merona.

"Minhyun-ah" panggilnya dengan suara rendah dan dibalas dehaman oleh Minhyun yang masih sibuk mengompres pipinya, kalau boleh jujur, bahkan pipinya sudah baik-baik saja.

"Apa aku sudah pernah bilang kalau kamu itu cantik?" ujaran Jonghyun membuat Minhyun berhenti mengompres pipinya, lalu mengalihkan pandangannya ke Jonghyun.

"N-ne?!" tanya Minhyun sedikit terkejut, matanya kembali bertemu dengan kelereng coklat milik Jonghyun yang memikat.

Jonghyun memajukan langkahnya, menatap obsidian milik Minhyun. "Kamu cantik" ujarnya dengan suara rendahnya, membuat Minhyun merinding.

Untuk beberapa saat, mereka terdiam, saling mengagumi manik mata masing-masing, membuat diri mereka saling terjatuh dalam black hole yang tak berujung.

Minhyun memutuskan pandangan mereka, menatap ke arah lain dengan gusar. "Ah, eum.. igeo, untuk mu, agar pipimu tidak memerah lagi," ujar Minhyun seraya menyerahkan batang yoghurt ke tangan Jonghyun.

"Kalau begitu, aku duluan, eum.. sampai jum —pa?" ujar Minhyun dengan sedikit tidak yakin, lalu beranjak pergi dari hadapan Jonghyun dengan terburu.

Setelah kepergian Minhyun, ia tersenyum kala mengingat Minhyun yang salah tingkah dengan semburat merah samar dipipinya.

Matanya menatap yoghurt di genggamannya, lalu mengarahkan yoghurt itu ke pipinya kembali, lalu senyuman semakin terukir diwajah tampannya.

"Cutie.." gumamnya memandang kearah Minhyun pergi tadi, lalu melangkahkan kakinya menjauhi perpus, beranjak menuju kelasnya.

. . .

hell-o! ch.4 up!

ada kah yang menunggu ff ini?

maafkan aku yg ngepending ini ff dan malah nge publish ff baru ehehe :'33

dan maaf kalau pendek, soalnya agak kagok juga kalo panjang2 :'))

ps: kalau ada typo, naklumin aja, aku lagi ga ngelakuin proofread soalnya

so, jangan lupa kasih jejak kalian ok? at least vote are enough for me :33

with love, latte-a ca.