Mikuo mengelus sayap putih burung dari sedikit dipolesi bercak darah yang tipis, mengotori visualisasi orang lain akan betapa cantiknya burung itu. Pemuda toska itu menjatuhkan pandangannya ke atas pangkuannya, di mana makhluk malang itu bersender pada kain celana coklatnya.
Ia menghela napas, semoga ia bisa sedikit mengembalikan nyawa unggas itu. Rambut toskanya turut bergerak ke bawah ketika merunduk dan menatap teman kecil yang berbalut perban itu. Mikuo mengerjap.
Burung dengan satu sayap saja, sulung Hatsune itu menutup netra akuamarinnya. Bukankah ini sangat mengingatnya terhadap seseorang? Sosok pemuda yang ringkih dan jarang tersenyum, memiliki perban yang mirip dengan warna kulitnya yang pucat, membalut luka tanpa arti sana-sini.
"Hanya satu sayap saja," bisik Mikuo bersenandika, "kalian mirip sekali. Tapi kurasa, Gumiya sudah tidak bisa diselamatkan." Mikuo terkekeh sedih, menikmati kesendiriannya.
(Nakajima Gumiya, pemuda dengan satu sayap yang menghitam.)