Cast: Seonho, all Wannaone members terutama Minhyun dan Guanlin, Minki, dan lain-lainya (masih kejutan heheheh)

Pairing: Guanlin x Seonho, Minhyun x Seonho, ? x Seonho

Genre: Comedy, romance, your typical cliché fluff romantic crossdressing fic :)

.

.

.

"Halooo? Earth to Seonho?" usik Minki sembari menjentikkan jarinya di depan wajah Seonho.

Sang remaja akhirnya mengangkat kepalanya dengan ekspresi polos terpampang. Minki menghela napas.

"Kamu gak denger kan aku ngomong apa? Dari tadi dipanggilin, mantengin hp terus. Ngapain sih?"

Seonho melirik ponselnya dan cepat-cepat memasukannya kedalam kantong. "Nggak ngapa-ngapain kok. Hehe."

Ia mendapat sebuah sentilan pedas tepat di tengah keningnya.

"Aw! Hyung, sakittt!"

"Siapa suruh kamu boong sama Hyung," dengus Minki. Dia merebut ponsel Seonho dan membuka layarnya. Aah, tentu saja. Artikel promosi acaranya dengan Wannaone. "Dulu kamu yang bilang jangan peduliin yang beginian. Sekarang coba liat, siapa yang sibuk bacain komen sampe gak dengerin Hyungnya, huh?"

Seonho menunduk, memajukan bibir bawahnya. "Cuma penasaran kok…"

Lirikan maut membuatnya semakin menunduk. Ia mendengar Minki menghela napas, kemudian merasakan bibirnya yang mencuat dicubit perlahan.

"Yaudah, asal gak kamu baperin. Yok turun, kita udah nyampe."

Ia mengangguk, merapikan poni dan rambut palsunya sebelum membuka pintu mobil. Saatnya bekerja.

.

Aba-aba dari Lee PD-nim memulai pergerakan ketiga orang yang sedari tadi berdiri di samping lapangan. Dibaluti serangkaian busana mahal dan didandani oleh make-up artist handal, mereka nampak lebih seperti bintang film daripada pemain web miniseries belaka.

Guanlin memperhatikan dengan seksama percakapan antara Minhyun dan Ahreum. Ia sudah menghafalkan script miliknya sehari sebelum mereka mulai rekaman, tentunya tak ingin terlihat bodoh ataupun tidak kompeten di depan Ahreum yang, omong-omong, terlihat amat manis pagi ini. Seperti kali-kali sebelumnya mereka berjumpa.

Sepasang mata yang sedari tadi terarah ke bandmatenya sekarang menatapnya telak, membuat Guanlin tertegun karena tertangkap basah sedang memandang.

"Kalau menurut Guanlin, bagaimana?" Butuh waktu satu detik untuk menangkap maksud pertanyaan yang dilontarkan Minhyun, dan seketika Guanlin mencoba melafalkan dialognya senatural mungkin.

Bodoh, bodoh, bodoh! Fokus, Guanlin, Fokus! Hampir saja ia melewatkan gilirannya berbicara dan merusak take yang sudah berjalan mulus.

Ahreum melemparkan senyuman, seakan berkata 'tidak apa' dan mecoba untuk menghiburnya, namun ia justru merasa semakin payah. Perlahan, langkahnya melambat tanpa disadari. Posisi mereka yang seharusnya sejajar terinterupsi oleh Guanlin yang tertinggal setengah langkah di belakang.

Sebab itulah juga, ia bisa melihat dengan lebih jelas bola yang melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke arah Ahreum.

"Awas!" pekiknya, merentangkan tangan untuk menepis benda tersebut. Tetapi ia terlambat.

Karena Ahreum sudah menangkap bola karet oranye itu terlebih dulu. Hanya dengan menggunakan satu tangan.

Wow.

Sang gadis mengedarkan pandangannya ke sekitar lapangan, mendapati dua remaja perempuan yang nampak panik dan terkejut sebelum membuang muka. Lagi-lagi, senyuman lebar merekah di wajahnya.

"Sepertinya sasaran kalian agak melenceng," panggilnya kepada kedua orang yang masih menolak untuk melihatnya. "Kalau mau melempar bola basket itu, seharusnya seperti ini."

Ahreum berjalan sambil mendribble bola di tangannya tiga, empat kali sebelum mengangkatnya dan berancang-ancang. Dari ujung matanya, Guanlin bisa melihat Minhyun yang nampak kebingungan, mengangkat tangannya ragu-ragu.

Skenario yang sama terbersit di otak Guanlin, tetapi bukannya panik layaknya Minhyun, ia lebih merasa penasaran. Apakah Ahreum benar-benar akan melakukannya, atau…

Bola itu melayang, melambung dengan indah dan masuk dengan sempurna ke dalam ring di ujung lapangan.

Woow.

"Kurang lebih seperti itu," ucap Ahreum santai, masih dengan senyuman di wajahnya, seakan dia tidak baru saja melakukan three-points shoot layaknya atlit basket professional. "Aku yakin kalian juga bisa melakukannya dengan berlatih lebih banyak lagi. Power di lemparan kalian tadi cukup mengagumkan."

Sang gadis berputar balik, disambut oleh wajah-wajah tercengang Minhyun dan Guanlin.

"Uhh…" Ahreum terselamatkan dari keharusan melanjutkan kalimatnya ketika Guanlin mulai bertepuk tangan.

Kepalanya bergoyang takjub. Mulutnya yang menganga bulat berubah menjadi tawa lebar yang menampilkan barisan gigi dan gusinya. "Hebat sekali, Ahreum-ssi! Tembakanmu sangat jitu! Apakah kamu pemain basket?"

Ahreum menggaruk tengkuknya, tidak menyangka akan mendapat respon bersemangat Guanlin. "Ah, iya, aku anggota klub basket di sekolah, hahaha…"

Guanlin tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Bukan hanya karena keahlian yang baru saja ditunjukkan sang model, namun juga karena caranya menyikapi dua gadis yang jelas-jelas berniat mengincarnya. Awalnya ia mengira Ahreum akan melempar bola ke arah mereka ala dodgeball, tetapi apa yang dilakukannya jauh lebih keren. Savage, kalau kata anak-anak jaman sekarang.

"Kau tidak apa-apa kan, Ahreum-ssi?" Minhyun bertanya selepas ia selesai tercengang. "Maaf untuk yang tadi…"

"Eyy, kenapa harus meminta maaf? Aku baik-baik saja kok," balas Ahreum sambil mengibaskan tangannya.

Mudah menyimpulkan bahwa dua orang yang sekarang sudah kabur entah kemana adalah fans Wannaone, dan Guanlin amat berterimakasih karena sang gadis sama sekali tidak menyalahkan mereka.

Dari sekian luasnya lapangan di tengah taman, bola basket itu bergulir kembali ke kaki Ahreum bagaikan tertarik gravitasi. Tiga pasang mata memandang benda bundar tersebut berhenti tepat di sepatu kanan sang gadis.

"Well… Ada yang mau main?"

.

Minki akan membunuhnya setelah kegiatan hari ini selesai, Seonho yakin itu. Mencincangnya dan menaburkan dagingnya untuk makanan anjing. Seonho sebenarnya sudah merasakan tusukan tajam di belakang kepalanya ketika ia membalas niat buruk kedua fans Wannaone dengan memamerkan kepandaiannya berbasket. Tetapi bukan salahnya kan, jika Lee PD-nim menganggap adegan mereka bermain basket sebagai 'ide yang bagus'?

Dan bukan salahnya juga kalau ia all-out bertanding dengan Guanlin karena lelaki tersebut mempunyai kemampuan yang cukup baik. Seonho memang bukan seseorang yang suka bersaing, tetapi dalam hal ini, ia tidak mau kalah. Basketball adalah satu-satunya sarana dimana ia menjadi sangat kompetitif.

Tatapan tajam dan aura gelap yang Minki pancarkan tidak bisa menahannya. Kekhawatirannya akan amarah sang manager jauh terkalahkan oleh adrenalin yang mengalir di darahnya saat ini. Sudah terlalu lama semenjak terakhir kali ia punya waktu melepas segala pikiran dan mengarahkannya ke olahraga favoritnya. Rasanya sangat membebaskan.

Ia akan menerima semua resiko saat pulang nanti, tapi untuk sekarang, tidak ada yang lebih ingin ia lakukan selain memasukkan satu poin lagi.

Senyumnya merekah saat Guanlin gagal menghalanginya. Bola yang ia lemparkan memantul di papan kayu sebelum menerobos ring besi dan menghantam tanah dengan dentuman lantang. Terdengar amat merdu di telinganya.

Secara reflek Seonho mengambil bola tersebut, berbalik badan. Tak jauh darinya Guanlin menumpukan tangannya pada lutut, mengusap keringat yang bergulir di dahinya. Sang idol mendongakkan kepalanya menatap Seonho, kemudian tersenyum di tengah hembusan napasnya. "Sepuluh-delapan. Kamu menang."

Seonho terkekeh. Napas yang tersengal-sengal menunjukkan bahwa tingkat kelelahannya kurang lebih sama seperti Guanlin, namun mereka berdua justru terlihat amat senang. "Menang tipis… Guanlin-ssi lawan yang kuat."

Untuk beberapa saat mereka saling berpandangan, sampai sebuah suara membuyarkan percakapan hening di antara keduanya.

"Yep, okayy! Sekarang kita istirahat makan siang dulu. Kumpul setengah jam lagi."

Hah. Sejenak ia benar-benar lupa bahwa mereka sedang di tengah-tengah proses shooting. Seonho menggelengkan kepala, mentertawai dirinya sendiri.

"Ayo makan," ajak Guanlin, kini sudah berdiri tegak.

"Ayo," sahutnya. "Aku sangat lapar."

Tawa singkat bernada baritone mengekori pernyataannya.

.

Sepanjang perjalanan pulang, Guanlin terus menerus bercerita tentang pertandingan kecilnya siang hari tadi.

"Aku mainnya beneran serius lho, nggak ngalah. Dia bener-bener hebat. Hyung nggak ikut match sih tadi. Harus ngerasain lawan sendiri baru percaya."

Minhyun hanya bisa mengangguk untuk kesekian kalinya. Sebagai orang yang tidak menyukai olahraga, ia memilih untuk duduk dan berperan sebagai penonton di pinggir lapangan. Jangankan ikut bermain, melihat mereka saja ia sudah merasa lelah.

Sekarang keduanya sudah tiba di dorm – kosong karena member lain belum pulang dari schedule mereka – dan Minhyun menelan ludah sebelum memutuskan memulai pembicaraan.

"Guanlin."

"Ya Hyung?"

Binar mata sang maknae membuatnya ragu, namun sebagai seorang senior, ia merasa harus melakukan ini. "Aku cuma mau bilang, ati-ati aja."

Guanlin menekuk alisnya. "Maksudnya?"

"Umur sekamu, dan posisi kita sekarang… Huh, gimana ngomongnya ya? Cuma nasehat aja sih. Hati-hati kalo mau menjalin hubungan sama seseorang." Beberapa kali ia mengambil jeda untuk dapat menyelesaikan kalimat tersebut. Setelah berhasil mengucapkannya dengan lega, Guanlin membalasnya dengan pertanyaan singkat yang membuatnya menyesal telah mengangkat topik ini.

"Hyung cemburu ya?"

"Hah!?"

"Hyung nggak cemburu kan?"

"Ya nggak lah, kok bisa-bisanya kamu ngomong gitu?" Minhyun menyisir balik rambutnya dengan jemari, sukses dibuat kaget oleh tanggapan Guanlin.

Tanpa merasa salah, Guanlin mengangkat bahunya. "Mana tau Hyung juga naksir Ahreum."

"Ngaco kamu."

Lagi-lagi Guanlin mengangkat bahunya, seolah mereka sedang membicarakan hal yang amat sepele.

"Yah, baguslah kalo nggak," simpulnya ringan. "Soalnya, aku rasa... aku bener-bener suka sama Ahreum-ssi."

TBC

.

.

.

Yooo chapter 5! Disaat kalian mengira fic ini sudah mati mungkin wkwkwk akhirnya saya bisa update lagi. Akhirnya ada pernyataan suka, tapi baru satu dari tiga pihak hahahaa. Karena itu untuk kedepannya alurnya akan lebih cepat. Semoga kalian gak keburu kebosanan ya wkwkw. Pengennya juga update sering-sering, tapi apa daya dunia berkata lain /sok dramatis amat.

Terrrrima kasih untuk cinta"ku sekalian yang masih membaca, memfollow, fav & review! Setiap komen dari kalian amat sangat saya hargai dan hormati, terima kasih sudah mau mendukung fic gaje ini muumumumumu :**** Sampai jumpa di chapter selanjutnya! ;)