It's Nightmare

_

HAPPY READING?!

"Tidak, Appa! Aku tidak akan melakukannya! Tidak akan pernah!"Putus Baekhyun. Dia sangat shock ketika Ayahnya menelfon dan menyuruhnya untuk kembali ke Korea. Bagi Baekhyun. Dia, dia sudah sangat menikmati kehidupannya di Amerika.

"Tidak ada kata tapi. Lusa, kau sudah harus tiba di Seoul…"

"Appa!"

"Kau tinggal pilih, datang sendiri atau dijemput paksa orang-orangku!"

Klik!

Telfon terputus.Baekhyun. Dia melempar ponselnya ke atas ranjang dengan kesal. Dijemput paksa? Apa dia pelaku kejahatan dan tindakan kriminal?

"Oh, shit!"

Baekhyun mengumpat. Disinilah ia sekarang. Korea. Negara yang paling ia benci karena seseorang.

Gadis berambut coklat almond itu menyeruput lattenya. Jari-jari lentiknya sibuk menyentuh angka-angka pada layar smartphonenya. Cafe ini sengaja dia pilih sebagai tempat untuk istirahat setelah penerbangannya yang melelahkan.

Beberapa pria pengunjung café terlihat mencuri pandang kearah Baekhyun. Tentu saja, siapa pun pasti terpesona dengan gadis itu. Selain rambut indahnya yang terlihat mengkilat, penampilannya juga sangat modis. Dari ekpresi wajahnya sekarang memang seperti gadis angkuh. Tumbuh dikeluarga kaya raya, kecantikan sempurna dan otak yang cerdas membuatnya merasa diatas segalanya.

Lima menit berlalu. Dipintu masuk café berhenti tiga mobil mewah. Orang-orang dengan pakaian serba hitam keluar. Beberapa diantaranya masuk sementara yang lain menunggu didepan cafe.Pemandangan yang menyita perhatian pengunjung lain itu juga menyita perhatian Baekhyun. Dan ketika menyadari siapa orang-orang itu ia langsung bangkit.

"Kalian terlambat bodoh! Aku heran kenapa Appa memperkerjakan orang-orang macam kalian…"

Para pengawal itu menunduk takut. Mereka sudah sering mendengar gadis itu membuat cukup banyak masalah selama ia di Amerika. Jadi mereka sedikit tidak suka dengan kembalinya majikan muda itu. Tidak suka bukan dalam artian membenci. Hanya saja mereka takut dimarahi seperti ini setiap harinya.

"Maafkan kami, Agasshi. Kami sudah memeriksa seluruh bandara tapi kami tidak menemukan Agasshi. Setelah kami melacak dengan GPS, ternyata Agasshi ada disini. Mohon maafkan kami…"

Baekhyun tersenyum sinis. Mengerjai para pengawal yang patuh pada Ayahnya itu adalah hobinya. Baekhyun menatap tiga pria yang menunduk itu satu persatu.

"Ya! Dimana Han Ahjussi?…"hardik Baekhyun saat tak mendapati sosok yang ia harapkan itu ada diantara pria-pria muda dihadapannya.

"Maaf Agasshi, Tuan Byun memberikan tugas ini pada kami karena Manager Han sedang mengurus sesuatu diluar kota…"Baekhyun melipat tangannya.

"Aku tidak akan pulang jika tidak bersama Han Ahjussi…"putus Baekhyun dan kembali mengambil tempat dikursinya. Para pengawal itu saling sikut. Meminta salah satu dari mereka untuk membujuk agar sang majikan muda ikut pulang bersama. Setelah beberapa saat saling sikut dan dorong, pria dengan kulit putih bersih dan tubuh yang agak berisi mendekat.

"Maaf, Agasshi. Dibanding Manager Han, tidakkah Agasshi lebih merindukan seseorang?…"tanyanya dengan senyum ramah dan tulus. Baekhyun mendongak seraya memicingkan matanya.

"Appa dirumah?…"tanyanya tak yakin. Bukankah ini masih jam kantor? Lagi pula tumben Ayahnya ada dirumah mengingat sifat gila kerjanya itu.

"Tentu. Beliau sudah menunggu Agasshi…"

Baekhyun tersenyum kecil. Bahagia karena sang Ayah rela meninggalkan pekerjaan demi menyambut kedatangannya. Tapi kalau dipikir-pikir ini bukan sesuatu yang harus dibanggakan. Bukankah biasanya para orang tua memang selalu harus menyempatkan diri untuk anaknya? Apalagi yang sudah bertahun-tahun tidak pulang.

"Mari, Agasshi…"

Baekhyun bangkit lalu melenggang pergi diikuti dua pengawalnya. Sementara pria yang berbicara tadi dengan cepat mengambil koper, tas, serta ponselnya diatas meja sebelum ikut menyusul.

e)(o

Tok Tok

"Masuk…"

Suara yang tegas berwibawa itu berganti dengan suara pintu yang terbuka dan derap langkah kaki seseorang.

"Maaf Sajangnim, kami sudah mendapatkan apa yang Anda perintahkan…"

Park Chanyeol, pria yang dipanggil Sajangnim itu mengalihkan perhatiannya dari file yang ada ditangannya.

"Benarkah?…"tanyanya sumringah.Terlihat sangat senang dan puas.

"Ne, Nona Byun sudah sekitar 15 menit yang lalu mendarat di Seoul. Sekarang dia dalam perjalanan pulang menuju mansion mewah kediaman keluarga Byun bersama para pengawalnya…"lapor pria itu.

"Bagaimana dengan gambarnya, kalian mendapatkannya?…"

"Ne…"Pria manis berkaca mata itu menjawab sembari menyerahkan sebuah camera pada Chanyeol.

"Masih tetap jutek dan bossy seperti dulu…"Komentar Chanyeol seraya memperhatikan foto-foto Baekhyun pada camera itu. Ketika dia dibandara, di cafe dan saat memarahi pengawalnya.

"Tapi tetap terlihat cantik, Sajangnim…"tutur pria muda itu membuat Chanyeol tertawa.

"Wae, kau menyukainya?…"pertanyaan itu membuat pria tersebut terkejut.

"A-aniyo Sajangnim, saya tidak berani.Lagi pula, diakan gadis incaran Anda…"Chanyeol kembali tertawa mendengar kata incaran yang disebutkan oleh assistantnya itu. Seperti dia hewan buas saja.

"Baiklah, kau boleh pergi…"

"Kamsahamnida, Sajangnim…"Pria itu membungkuk hormat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut beserta Chanyeol.

Chanyeol kembali pada cameranya yang masih memperlihatkan keangkuhan gadis itu disana. Sesaat dia tersenyum. Tidak menyangka kalau pertemuannya dengan seseorang beberapa waktu lalu membuahkan hasil.

Flashback

Dua pria berbeda generasi itu tampak duduk saling berhadapan. Didepan mereka terhidang berbagai menu makanan ditemani sebotol minuman.

Byun Sang woo, pria paruh baya yang merupakan konglomerat Korea Selatan itu menatap pria muda dihadapannya. Pria yang dia tahu bukan orang sembarangan. Sebagai sesama pengusaha mereka tentu saling mengenal dalam urusan bisnis.

"Baiklah, Tuan Park. Apa yang ingin kau bicarakan denganku. Kurasa, soal kerja sama kita tidak ada masalah. Kita sudah saling sepakat dan menandatangani kontrak. Apa yang mengganggu pikiranmu. Apa kau ingin mengubah kesepakatan kita, atau kau ingin membatalkan kontraknya, mungkin?…"Chanyeol tersenyum kecil.

"Sebenarnya aku meminta waktu bertemu dengan Anda bukan untuk membicarakan tentang pekerjaan, Tuan Byun…"

Tuan Byun terdiam sejenak. Tentu dia sedikit terkejut dengan penuturan pria dihadapannya ini.

"Aku ingin membicarakan hal pribadi dengan Anda…"Tuan Byun mengangkat alisnya.

"Apa itu?…"Tanya Tuan Byun. Sedikit tertarik karena tidak mungkin orang sesibuk Chanyeol meminta bertemu jika untuk urusan yang tidak penting.

"Maaf jika aku lancang untuk mengatakan ini…"Tuan Byun tampak diam. Menunggu apa yang akan keluar dari mulut Chanyeol.

"Aku ingin meminta putrimu…"

"Mwo?…"

"Aku ingin meminta putrimu, Byun Baekhyun…"

Tuan Byun menatap Chanyeol tak percaya.Dari raut wajahnya yang tenang dan serius itu, dia tahu kalau Chanyeol tidak main-main dengan ucapannya.Tapi tetap saja ini mengagetkan untuknya.

"Hahaha…"

Tuan Byun tertawa dan meneguk minumannya. Sikapnya itu secara tak langsung membuat nyali Chanyeol ciut. Biasanya, seperti apapun keadaan yang Chanyeol alami ia selalu tenang dan percaya diri. Tapi dia tidak menyangka kalau meminta anak gadis orang rasanya akan seperti ini.

"Maafkan aku, Tuan Park. Tapi aku tidak bisa untuk tidak tertawa…"Chanyeol mengusap tengkuknya. Dia sangat gugup sekarang.

"Tuan Park, putriku bukan gadis biasa…"Chanyeol tersenyum. Tahu pasti makna dari ucapan pria paruh baya itu.

"Kau sangat pantas bahkan terlalu pantas untuk mendampingi putriku. Aku tahu itu karena kita sudah saling mengenal sejak lama. Bukan hanya sebagai rekan bisnis karena Ayahmu dan aku berteman baik, tapi…"Tuan Byun menjeda ucapannya dan menatap Chanyeol.

"Putriku bukanlah orang yang cocok untuk mendampingimu. Dia keras kepala, kekanak-kanakan, sombong dan egois. Dia tidak akan mendengarkanku jika aku tidak memaksanya. Aku khawatir, dia juga tidak akan menghormatimu nanti…"

"Aku sudah tahu itu, Tuan Byun…"

"Mwo?…"

"Asal dia bersamaku aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Lagi pula, aku sudah berjanji padanya…"Tuan Byun menyerngit.

"Kau mengenal putriku?…"

"Ne.. Sepuluh tahun yang lalu. Tepat sehari sebelum dia berangkat ke Amerika…"

Flashback END

.

.

"Aigo, uri Baekhyunie. Selamat datang…"

Tuan Byun membuka lebar-lebar tangannya. Berharap putri cantiknya mendekat untuk memberikannya sebuah pelukan rindu. Tapi yang terjadi Baekhyun hanya terdiam dan memalingkan wajahnya. Tuan Byun yang mengerti pun tersenyum.

"Baiklah, Byun Baekhyun. Peluk Appa…"

Seketika Baekhyun tersenyum.Dengan cepat dia berlari dan memeluk Ayahnya erat.

"Appa, aku merindukanmu…"bisik Baekhyun. Walau mereka sering bertengkar tapi tetap saja kalau dia sangat menyayangi sang Ayah. Tuan Byun tersenyum seraya menepuk pundak putrinya pelan.

"Appa juga anakku, sangat-sangat merindukanmu.Penerbanganmu berjalan lancar?…"Baekhyun melepaskan pelukan mereka dan mengangguk memberi jawaban.

"Tapi Appa tahu kalau kau sudah membuat masalah begitu tiba di Seoul…"Baekhyun tertawa saja. Apa yang tidak diketahui sang Ayah tentang dirinya.

"Hanya hiburan kecil untuk menyambut kedatanganku…"kekehnya pelan. Seorang wanita paruh baya dengan seragamnya muncul dari arah belakang.

"Makan malamnya sudah siap, Tuan…"ucapnya memberi tahu. Tak lama matanya terpaku pada sosok gadis yang berdiri disebelah majikannya. Wanita itu tersenyum haru. Dan Baekhyun sangat-sangat merindukan senyuman lembutnya.

"Han Ahjumma…"Baekhyun memeluk wanita itu erat.Sangat merindukan sosok yang sudah merawatnya sejak kecil itu.

"Aigoo, Agasshi. Gwenchana?…"Tanyanya memeluk Baekhyun erat.

"Hm, aku makan dengan baik seperti yang Ahjumma katakan…"Han Ahjumma menghapus air matanya yang jatuh.

"Senang melihatmu kembali, Agasshi…"ucapnya dengan suara parau. Baekhyun tersenyum dalam pelukan hangatnya. Saat dia memutuskan untuk ke Amerika dulu, Han Ahjummalah yang paling tidak bisa melepasnya.

"Dimana Han Ahjussi?…"Baekhyun menanyakan sosok yang dulu juga sering menemaninya kemana pun ia pergi.

"Ahjussi sedang mengurus sesuatu diluar kota.Diakan kembali lusa…"jelas Han Ahjumma.

"Memangnya apa hal penting yang dilakukan Han Ahjussi sampai tidak bisa menjemputku?…"protesnya cemberut.Han Ahjumma hanya tertawa dan menghapus air mata yang mengalir diwajahnya.

"Aish, kalau Ahjumma masih menangis aku kembali ke Amerika saja…"

"Andwae, andwae…"Han Ahjumma menggeleng dan segera menarik tangan Baekhyun.

"Kajja, Ahjumma sudah siapkan makanan yang sangat enak dan spesial untuk Agasshi…"

"Jinjja?…"Tanya Baekhyun senang.

"Kalau begitu, kajja.Kau pasti merindukan masakan Korea…"ajak Tuan Byun.

"Eoh, melebihi rinduku pada Appa…"

Gadis itu tertawa dan segera menarik tangan Han Ahjumma pergi. Tuan Byun yang ditinggal pun hanya tersenyum lembut dan mengikuti keduanya menuju meja makan.

e)(o

Usai makan malam Baekhyun masuk ke ruang kerja Ayahnya. Sudah sepuluh tahun ia tidak menginjak ruangan itu. Namun nuansanya masih sama. Tidak ada yang berubah sedikit pun. Bahkan foto orang yang paling dicintainya masih terpajang rapi ditempat biasa.

"Gomawoyo, Appa…"

Tuan Byun tersenyum lembut. Baekhyun tidak akan mengucapkan terima kasih padanya kecuali untuk satu hal.

Tuan Byun memeluk putrinya. Keduanya sama-sama terlarut dalam suasana mengingat sosok yang begitu mereka rindukan.

"Aku tahu Appa pasti mengalami hal yang sulit selama ini. Gomawo, Appa sudah menjaga hati Appa untuk Eomma…"Baekhyun berucap dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya. Tuan Byun mengusap pundak Baekhyun untuk memberinya ketenangan.

"Aku selalu berharap, aku bisa mendapatkan seseorang seperti Appa. Yang tetap setia walau apapun yang terjadi, sekalipun maut yang memisahkan…"Tuan Byun menatap wajah mendiang istrinya yang tersenyum cerah bersamanya dan Baekhyun.

"Hm, semoga dia yang terbaik…"

"Nugu?…"Baekhyun mendongak dengan kening berkerut. Tuan Byun terkesiap.

"A-aniyo…"ucapnya kembali memeluk Baekhyun.

"Aigo, andai putriku selalu bersikap manis seperti ini…"

"Appa…"Baekhyun merajuk manja yang dibalas Ayahnya dengan tawa.

"Aigo, semoga Eomma-mu tidak memarahi Appa karena Appa terlalu memanjakanmu…"Baekhyun tersenyum dibahu pria paruh baya itu.

"Aku tahu aku banyak mengecewakan kalian. Mianhae, tapi seperti inilah putri kalian. Ku harap kalian tidak akan membenciku…"Tuan Byun kembali tertawa seraya menatap foto mendiang istrinya.

"Tidak, sayang. Kau adalah apa yang paling kami syukuri didunia ini…"Baekhyun tersenyum dan memper-erat pelukannya.

"Gomawoyo, Appa…"

e)(o

"Sunbae…"Langkah Chanyeol menuju kelasnya terhenti ketika seseorang memanggilnya. Merasa tahu apa yang akan gadis itu lakukan, Chanyeol memilih tidak memperdulikannya dan masuk ke kelasnya.

"Sunbae, tunggu…"

Gadis itu masuk ke kelas Chanyeol, kelas XII A. Gadis itu tersenyum ketika menyadari hanya ada mereka berdua didalam kelas. Itu artinya dia lebih leluasa untuk menyatakan perasaannya.Chanyeol yang mulai sibuk dengan bukunya mendongak saat gadis itu dengan lancang merampas buku yang ada ditangannya. Dilihat dari seragamnya, sepertinya mereka berada ditingkat sekolah yang berbeda.

"Kenapa kau berada disini? Ini lingkungan anak SMA. Kau tidak takut mendapat hukuman dari pihak sekolah?…"Gadis itu tersenyum manis.

"Ada orang-orang tertentu dan spesial, Sunbae…"Chanyeol mengangguk paham. Sangat mengerti apa maksudnya.

"Baiklah, Nona manis.Apa yang kau inginkan…"Chanyeol mencoba meladeni. Sebenarnya, dia tidak pernah peduli pada gadis-gadis yang selalu mengejarnya. Namun sepertinya gadis yang satu ini cukup nekat.

"Ada yang inginku katakan padamu, Sunbae…"ucap gadis itu malu-malu. Chanyeol tersenyum dan bersandar dikursinya.

"Apa itu?…"

"Sebelumnya perkenalkan, aku Byun Baekhyun dari kelas VII spesial A…"Chanyeol mengangkat sebelah alisnya. Bukan karena dia berada dikelas spesial A yang menunjukkan kemampuan cemerlang dari otaknya.Tapi marga gadis itu.

"Byun?…"

"Ne, aku putri tunggal, Byun Sang woo…"Chanyeol mengangguk mengerti. Jelas terlihat dari penampilannya yang terawat dan berkelas. Dia juga pernah mendengar tentang putri tunggal konglomerat itu dari teman-temannya.

"Aku sepertinya menyukaimu, Sunbae. Anni, aku mencintaimu…"Gadis yang memperkenalkan diri sebagai Byun Baekhyun itu menyerngit bingung saat Chanyeol tertawa. Apakah ada yang lucu dan pantas untuk ditertawakan?

"Waeyo, Sunbae?…"tanyanya dengan dahi berkerut.

"Aniyo, aku hanya berpikir kalau ini sangat lucu…"ucap Chanyeol begitu menyudahi tawanya.

"Ini pernyataan cinta gadis kelas atas, Sunbae…"terang Baekhyun. Terlihat tidak suka karena merasa seniornya itu menertawakannya.

"Oh, ya? Lalu, apa yang harusku lakukan?…"

'Tentu saja menerima cintaku. Ini kesempatan langka dari pewaris Byun Group…"Chanyeol terkekeh pelan mendengarnya. Astaga, gadis ini benar-benar.

"Sunbae!"panggil Baekhyun. Sedikit kesal dengan sikap acuh Chanyeol.Chanyeol berdiri dari kursinya. Dia mengitari meja sebelum akhirnya duduk dimeja itu dengan Baekhyun yang tetap berdiri dengan jarak satu langkah dihadapannya.

"Kenapa aku harus menerima cintamu, Nona Byun?…"tanya Chanyeol lembut seraya menatap mata puppy dihadapannya yang dia akui sangat indah.

"Karena aku cantik…"

"Hanya itu?…"Baekhyun tampak berpikir sejenak.

"Sebenarnya aku memiliki banyak kelebihan. Bahkan kekuranganku dianggap kelebihan…"Chanyeol melipat tangannya didada. Wow, percaya diri sekali.

"Misalnya?…"

"Aku tidak begitu tinggi, kau suka gadis yang tidak terlalu tinggikan, Sunbae?…"tanya Baekhyun bahagia. Chanyeol hanya mengangguk pelan. Ya, gadis itu ada benarnya.

"Baik Nona manis, aku akan memutuskannya…"Baekhyun mengangguk manis. Yakin kalau seniornya itu tidak akan menolaknya.

"Berapa umurmu?…"

"Mei ini 14 tahun, Sunbae…"

"14 tahun, ya? Eum…bagaimana kalau sekarang kau belajar yang rajin dulu…"

"Ne?…"tanya Baekhyun tak mengerti.

"Perluku ulangi, Nona Byun?…"Baekhyun menggenggam erat rok seragamnya. Matanya menatap tajam kearah Chanyeol. Hatinya terluka.

"Jadi, kau menolakku, Sunbae?…"lirihnya.

"Maafkan aku, tapi hanya itu yang bisa ku lakukan…"Baekhyun tampak berusaha menahan air matanya yang siap keluar. Ditolak oleh cinta pertama adalah hal yang sangat menyakitkan sekaligus memalukan bagi seorang Baekhyun.

"Kenapa, kau sudah memiliki kekasih? Siapa dia? Apa dia lebih cantik dariku? Atau Appanya lebih kaya dari Appaku?…"

"Baekhyun, aku belum memiliki kekasih.Dan kau cantik, aku tahu itu…"terang Chanyeol menenangkannya.

"Uhm, begini saja. Sekarang kau belajar yang rajin dulu dan nikmati hidupmu. Sepuluh tahun kemudian aku akan menemuimu. Kalau perlu aku akan me-"

"Tidak perlu!"balas Baekhyun dingin.

"Aku tidak mau melihat pria yang sudah melukai hatiku. Jadi jangan pernah menemuiku atau singa peliharaan grandpa-ku akan mencabikmu!"peringat Baekhyun sebelum berbalik pergi.

"Baekhyun…"

BLAM!

Baekhyun menutup pintu ruang kelas Chanyeol dengan kasar. Sebelum pergi dia sempat berbalik dan menatap pintu kelas itu.

"Aku benci kau Chanyeol! Argh!" Baekhyun menendang pintu itu sebelum akhirnya benar-benar pergi. Chanyeol yang ada didalam hanya tersenyum seraya menggeleng.

"Dasar anak SMP…"

"Argggggh!"

Baekhyun terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal. Matanya dengan waspada menatap sekeliling untuk melihat dimana ia sekarang. Sesaat ia menghela nafas, menyadari kalau ia baru saja bermimpi.

"Aish!"

Gadis itu mengacak rambutnya. Inilah yang paling ia benci dengan Korea. Susah payah dia membuang kenangan memalukan dan konyol itu tapi semuanya malah semakin jelas disini. Kenapa dia bisa memimpikan pria itu? Dan kenapa mimpinya harus sama persis dengan kejadian sepuluh tahun lalu?

Tok Tok Tok

"Agasshi…"

Seorang wanita muda dengan seragam pelayan masuk kekamar Baekhyun. Baekhyun yang memang sudah terbangun karena mimpi buruk itu pun hanya menatap wanita itu dengan wajah datar. Maklum, dia masih kesal dengan mimpinya.

"Maaf mengganggu tidur Anda, Agasshi. Diluar ada tamu untuk Agasshi…"

"Nugu?…"tanya Baekhyun. Suaranya masih terdengar serak karena baru bangun tidur.

"Dia hanya menyuruh saya untuk memberitahu Agasshi kalau ada yang bertamu…"

Baekhyun menyerngit bingung ketika pelayan itu pergi dari hadapannya. Aneh, sebenarnya orang itu bekerja untuknya atau untuk tamu itu. Karena merasa penasaran siapa yang mencarinya sepagi ini, Baekhyun pun bangkit dari ranjangnya. Tanpa merapikan gaun tidur, rambut apalagi harus kekamar mandi untuk mencuci muka.

Baekhyun menuruni tangga sambil memperhatikan sosok yang berdiri diruang tamu rumahnya. Otaknya mencoba untuk mengenali siapa sosok tinggi yang sedang memunggunginya itu.

"Nuguseyo?…"

Seperti efek slow motion, orang itu berbalik. Dengan senyum manisnya yang membuat Baekhyun membeku. Pria itu? Oh God, pria itu adalah alasan kenapa ia tidak menyukai negara ini dan kenapa ia terbangun pagi ini.

"Hai, senang bertemu lagi denganmu, Byun Baekhyun…"

Baekhyun masih mematung ketika pria bertubuh tinggi itu memeluknya. Bahkan dia lupa bagaimana caranya bergerak dan bernafas ketika pria itu memeluk tubuhnya erat.

"Cha…Chanyeol?…"ucapnya terbata.Setelah cukup lama akhirnya ia bisa juga menghirup udara lagi. Padahal rasanya ia hampir mati saat melihat wajah itu.

"Ne, ini aku. Park Chanyeol. Aku senang karena kau tidak melupakan Sunbae-mu…"

Wajah Baekhyun bersemu merah. Kejadian sepuluh tahun lalu kembali singgah dipikirannya. Padahal sudah bertahun-tahun dia berusaha untuk melupakan kejadian konyol yang memalukan itu.

"Aish, berani sekali kau memelukku…"

Baekhyun mendorong Chanyeol agar pria itu menjauh darinya. Kekesalannya makin bertambah saat pria itu hanya tertawa. Apa yang pria itu tertawakan? Sepertinya pria itu memang memiliki gangguan karena memiliki hobi tertawa yang menyebalkan. Ck, kenapa dulu dia bisa menyukainya?

"Ku kira kau merindukanku"

Baekhyun melipat tangannya kesal. Ya, mungkin apa yang dikatakan pria itu benar adanya. Tapi tetap saja dia tidak suka sebab yang melakukan adalah orang yang sudah coba dia lupakan. Orang yang ia benci karena sudah menolaknya. Aish, Baekhyun makin pusing memikirkannya. Kenapa dia yang sepuluh tahun lalu begitu bodoh hingga menyisakan kenangan memalukan ini?

"Oh ya, aku punya hadiah untukmu…"Chanyeol menyodorkan buket bunga mawar merah ditangannya pada Baekhyun.

"Aku tidak makan bunga…"ketusnya.

"Aku tidak menyuruhmu memakannya, Nona Byun…"Baekhyun melirik namja itu kesal sebelum menyambar buket bunga itu kasar.

"Wow, gadis Amerika ini memang liar.Aku menyukainya…"

"Mworagu?…"

"Kau cantik…"puji Chanyeol tulus menatap mata indah itu. Mata yang sama bening dan indahnya seperti sepuluh tahun lalu. Baekhyun memalingkan wajahnya yang tiba-tiba memanas. Entah kenapa ia merasa malu sekaligus berbunga-bunga saat melihat tatapan serta mendengar pujian itu. Aish! Baekhyun sadarlah! Seperti kau baru pernah dipuji saja!

Chanyeol tersenyum memperhatikan penampilan gadis itu dari ujung kaki sampai kepala. Terlihat sedikit berantakan tapi tetap manis dan cantik. Sepertinya akan menyenangkan jika ia bisa melihatnya dalam keadaan seperti ini setiap pagi.

Baekhyun menyerngit ketika pria itu terlihat celingak-celinguk seperti mencari sesuatu. Tetap dengan senyum menyebalkan diwajahnya.

"Apa yang kau lakukan?…"

"Aku senang karena kau tidak membawa singa peliharaan grandpa-mu…"

"Singa grandpa-ku tidak akan mau menyentuh pria menyebalkan sepertimu…"cibirnya.Chanyeol terlihat mengangguk setuju.

"Hm, dia tidak akan tega melukai pria sesempurna diriku…"

"Hah…"Baekhyun menghela nafas. Ok, sepertinya keadaan ini semakin menyebalkan.

"Untuk apa kau datang?…"Baekhyun bertanya. Lebih cepat dia menanyakan tujuan kedatangan pria itu maka lebih cepat pria itu pergi dari rumahnya.

"Menemuimu. Seperti janjiku sepuluh tahun lalu…"

"Hanya itu? Kau mengganggu tidurku sepagi ini hanya untuk ini?…"tanya Baekhyun. Apa pria itu datang hanya untuk sekedar memenuhi janjinya? Memangnya siapa yang berharap kalau pria itu harus menepati janji itu?

"Wae, kau berharap lebih?…"Baekhyun tertohok. Mungkinkah?

"M-mwo?!"

"Sebaiknya kau mandi dan ganti baju. Kau menggodaku jika berpakaian seperti ini…"

Baekhyun sontak melihat penampilannya. Matanya melebar saat menyadari dirinya keluar dengan menggunakan gaun tidur transparan ini. Aish, memalukan!

"Aku akan menunggumu…"kata Chanyeol sembari mengambil tempat disofa.

"Memangnya kita akan kemana?…"

"Kemana lagi menurutmu, tentu saja berkencan…"

"Ne?…"Baekhyun masih seperti orang idiot. Dari tadi tidak ada satupun hal yang dimengerti olehnya tentang apa yang dilakukan pria itu.

"Kapan kita menjalin hubungan?…"

"Aku akan jawab setelah kau siap…"ucap Chanyeol. Tanpa sadar Baekhyun mengangguk dan berlalu menuju kamarnya.

e)(o

"Apa yang kita lakukan disini?…"

Baekhyun bertanya ketika Chanyeol membawanya ke taman. Pria itu tak menjawab karena masih takjub melihat bunga sakura yang bermekaran dimusim semi ini. Baekhyun merasa sangat dongkol. Sejak dimobil tadi pria itu memang tidak menjawab apapun pertanyaan yang dia ajukan.

"Chanyeol!"

Chanyeol menoleh. Tahu kalau Baekhyun tidak suka dengan sikapnya.

"Jadi kau tidak suka? Ku pikir taman adalah tempat yang tepat untuk berkencan…"

Baekhyun melipat tangannya kesal. Hei, mereka bukan pasangan kekasih dan tidak pernah menjalin hubungan. Setidaknya Baekhyun sadar akan hal itu dan tidak peduli dengan semua ucapan Chanyeol.

"Oh ya, bagaimana kabarmu?…"

"Cukup buruk setelah kau datang dan mengganggu hidupku…"Chanyeol tertawa mendengar jawaban ketusnya.

"Kau tidak menanyakan kabarku?…"Baekhyun memutar bola matanya. Haruskah?

"Untuk?…"tanyanya tak peduli.

"Hanya sekedar berbasa-basi. Apa salah?…"

"Tentu saja salah. Kita tidak sedekat itu…"

"Kalau begitu mari kita menjadi lebih dekat…"

Baekhyun menatap pria itu dengan mulut terbuka. Apa sebenarnya yang pria itu lakukan sampai harus bertindak sejauh ini.

"Sepertinya kau sangat terobsesi padaku, Tuan Park…"

Pria itu tertawa dan bersandar disandaran kursi yang mereka duduki. Baekhyun yang dibuat kesal pun memilih meninggalkan tempat itu sebelum ia ikutan gila.

"Aku ingin pulang…"Baekhyun bangkit. Namun Chanyeol menahan tangannya sebelum ia menjauh.

"Kita makan dulu saja, aku tahu tempat makan yang enak. Kau mau coba?…"

Baekhyun hanya menggerutu dan masuk ke mobil Chanyeol. Dia memutuskan untuk ikut karena dia juga belum sempat sarapan tadi. Ck, masa iya hanya karena ajakan Chanyeol ia rela kelaparan?

Baekhyun mengunyah pelan daging steaknya. Kepalanya mendongak untuk melihat Chanyeol yang ada dihadapannya. Dia sedikit terkejut saat mendapati pria itu juga tengah menatapnya. Hati Baekhyun berdesir ditambah detak jantung yang berpacu cepat. Tatapan macam apa itu. Apa mungkin….Andwae! Baekhyun menggeleng. Ada apa dengan dirinya hari ini. Ini bukanlah Byun Baekhyun.

Baekhyun berdehem dan memperbaiki posisi duduknya.

"Kenapa menatapku seperti itu. Kau ingin bilang kalau aku cantik?…"Chanyeol tersenyum melihat gadis itu sudah kembali menjadi dirinya sendiri.

"Kenapa aku harus melakukannya?…"Chanyeol balik bertanya.

"Semua orang mengatakan hal itu…"

"Jinjja? Dan kau percaya?…"Baekhyun mendengus sebal. Apa maksudnya? Apa pria itu ingin bilang kalau orang-orang itu bohong dan tidak mengatakan yang sebenarnya?

"Oh ya, beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan Appa-mu…"

"Appa? Untuk apa?…"

"Aku meminta putrinya…"

"Ne?.."

"Hm, aku meminta putrinya untuk menjadi istriku…"

"Uhuk Uhuk…"

Baekhyun tersedak. Seorang pelayan dengan cepat memberikan segelas air putih beserta sapu tangan.

"Hati-hati, Agasshi. Anda terlalu cantik untuk tersedak daging steak restoran kami…"ucap pelayan itu mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi.

Baekhyun mengangguk ilfeel dan segera menatap tajam Chanyeol yang sedang menertawakannya.

"Kenapa kau selalu tertawa, huh?…"kesalnya.

"Mianhae, apa kau harus menghajar pria yang baru menggodamu itu?…"tanya Chanyeol yang hanya dibalas tatapan sebal Baekhyun.

"Lalu, apa jawaban Appa…"Tanya Baekhyun lagi.

"Oh Baekhyun, ayolah. Tidak ada yang akan menolak calon menantu sepertiku, hm?…"

"Mwo? Jadi Appa menyetujuinya?…"Chanyeol mengangguk.

"Karena itu dia memintamu kembali ke Korea untuk menyiapkan pernikahan kita…"Baekhyun menelan ludah.

"Menikah? Kita? Kapan aku menyetujuinya?!"

"Tidak ada yang meminta persetujuanmu, Nona Byun. Bukankah kau juga menyukaiku. Appa-mu sudah tahu apa yang terjadi sepuluh tahun lalu. Jadi dia sangat mendukungku…"

"Itu sudah sepuluh tahun yang lalu dan kau masih mengingatnya? Lagi pula itu hanya cinta monyet anak SMP, Chanyeol…"Chanyeol menatap mata indah itu lekat.

"Jadi menurutmu begitu?…"

Baekhyun terdiam dan memalingkan wajahnya. Chanyeol adalah cinta pertama yang sangat sulit ia lupakan walau sampai harus hijrah ke Amerika sekalipun. Sebenarnya hati kecilnya senang karena Chanyeol melakukan ini. Pria itu masih mengingatnya walau tahun demi tahun sudah berlalu. Tapi dia masih bertanya-tanya, atas dasar apa Chanyeol melakukan semua ini. Apa hanya sekedar untuk menepati janjinya?

e)(o

"Luhanie!"

Baekhyun berteriak memanggil sahabat baiknya. Hari ini dia memutuskan untuk bertemu Luhan karena dirumah dia hanya akan stress karena memikirkan Chanyeol. Langkah Baekhyun segera menuju meja makan sebab dia mencium wangi masakan dari sana.

"Eoh, kau sudah datang?…"ucap Luhan setelah melirik Baekhyun sekilas dan kembali pada masakannya. Tentu Baekhyun dibuat cemberut karena merasa diacuhkan.

"Baiklah, sepertinya aku pulang saja…"

Luhan tersenyum setelah mencicipi soupnya. Merasa sudah pas, dimatikannya kompornya lalu beranjak untuk mengambil mangkok.

"Ya! Kenapa kau tidak peduli padaku. Harusnya kau menyambut kedatanganku dan mencegahku yang ingin pergi…"protes Baekhyun namun Luhan masih asyik dengan aktivitasnya.

"Xiao Luhan!"

"Aish!"Luhan meletakkan mangkok berisi soupnya. Setelah melepas celemeknya dia pun berbalik kearah Baekhyun.

"Kemari…"panggil Luhan. Baekhyun mendekat dan memeluk sahabat baiknya itu.

"Aku bahkan baru bertemu denganmu minggu lalu…"ucap Luhan melepas pelukannya dan menarik tangan Baekhyun kemeja makan. Ya, minggu lalu Luhan memang ke Amerika untuk menemui orang tuanya yang sementara akan menetap disana untuk menemani Luxian, adiknya yang mulai berkuliah disana.

"Kau sudah sarapan?…"

"Kau pikir aku bisa makan mengingat apa yang sudah dan akan terjadi? Apalagi semua pelayan dirumah membuatku pusing karena selalu bertanya tentang Park Chanyeol. Memang apa hebatnya pria itu?…"

Luhan hanya tersenyum kecil dan mulai menyiapkan mangkok, nasi dan soupnya.

"Jangan menyiksa dirimu sendiri. Dan kenapa kau harus pusing karena hal ini. Seharusnya kau senang, artinya cintamu tidak bertepuk sebelah tangan lagi…"

"Cinta? Itu hanya tindakan konyol anak SMP, Luhan…"bantah Baekhyun. Luhan menganggukkan kepalanya.

"Ne, sangat konyol sampai kau harus memutuskan pindah ke Amerika. Jujur saja, kau pindah karena ingin melupakannya atau malu karena cintamu ditolak olehnya…"Baekhyun mendesah. Sama sekali tidak berminat untuk membahasnya.

"Bisakah aku makan sekarang, sepertinya aku lapar…"Luhan tertawa dan mengangguk mempersilahkan.

"Makanlah yang banyak…"

"Pagi…"

Baekhyun yang akan menyendok makanannya tertahan ketika mendengar sesuatu. Dia menoleh dan tampak oleh matanya seorang pria muncul dengan kaos dalam dan celana training mendekat ke tempat mereka.

Mata Baekhyun melebar. Pemandangan macam apa ini?

"Luhan! Kau gila? Ini Korea. Pemandangan konyol macam apa ini. Kalian tinggal bersama?…"pekik Baekhyun tak percaya. Diliriknya Sehun dengan tajam saat pria itu duduk disebelahnya setelah mengecup pipi Luhan.

"Oh Sehun!"Sehun melirik gadis disebelahnya.

"Selamat datang kembali, Baekhyun-ah. Aku merindukanmu…"

Sehun bersiap untuk memeluk gadis itu. Namun dia menunda aksinya saat melihat kemarahan yang meliputi gadis itu. Kalau dia tetap melakukan niatnya bisa-bisa dia digampar nanti.

"Oh Sehun, jawab aku!"

"Ini masih pagi, Baekhyun-ah, haruskah kau berteriak seperti ini?…"

"Ya, kenapa kau bisa dirumah Luhan, eoh?…"

"Sehun hanya menginap, Baek…"jelas Luhan seraya menyiapkan mangkok Sehun.

"Yeah, menginap disaat orang tuamu tidak ada dirumah. Kalian tidur bersama?…"Baekhyun menatap Sehun yang mulai menyantap makanannya dan Luhan yang menyiapkan minum untuknya.

"Anni, sejak kapan kamarku disitu?…"jawab Luhan meletakkan segelas air putih dihadapan Baekhyun. Gadis itu mengangguk, setidaknya dia masih ingat kalau kamar yang digunakan Sehun tadi adalah kamar Luxian.

"Makanlah selagi hangat…"ucap Luhan. Baekhyun menurut dan mulai meraih sendoknya. Namun sebelum makanan itu masuk ke mulutnya kembali ditatapnya Sehun dengan tajam.

"Oh Sehun, aku akan membunuhmu jika kau melakukan sesuatu pada Luhan, arra?…."Sehun menghela nafas. Gadis itu memang membencinya dari dulu. Bahkan Baekhyun masih menentang hubungannya dengan Luhan hanya karena ia berteman dengan Chanyeol.

"Aku tahu Nona Byun.Dan cepat habiskan sarapanmu…"suruh Sehun. Baekhyun tampak menggerutu.

"Kau tidak boleh membenciku hanya karena aku berteman dengan Chanyeol. Sebaliknya, kau harusnya ber-"

Sehun menutup rapat mulutnya saat Baekhyun mengayunkan sendok kearahnya.

"Ok, aku akan diam…"ucapnya menurut. Sementara Luhan hanya menggeleng pelan melihat keduanya.

e)(o

Baekhyun mengganti channel TV-nya dengan asal. Tidak ada satu tayangan pun yang menarik untuknya saat ini. Kenapa hari-harinya selama di Korea begitu menyebalkan? Ck, pasti karena Park Chanyeol.

Gadis cantik itu meremas remotenya. Benar. Karena pria itulah semua hari yang dilaluinya menjadi sangat menyebalkan. Pria itu selalu mengganggunya. Menelfon untuk bertanya kabar yang seharusnya tidak penting. Mengingatkannya untuk ini-itu.Dan yang paling menyebalkan, kenapa sekarang ia harus stress karena Park Chanyeol?

"Argh!"

Baekhyun mengacak rambutnya dan bangkit. Langkah malasnya ia seret menuju kamar. Namun belum sempat ia menaiki anak tangga pertama, ia menghentikan langkahnya. Matanya mendapati Han Ahjumma tengah bergegas menuju beranda samping.

"Ada apa?…"Tanya Baekhyun begitu seorang pelayan muda datang dari arah menghilangnya Han Ahjumma.

"Maaf, Agasshi. Manager Han sudah kembali…"

"Jinjja-yo?…"tanyanya senang. Pelayan itu mengangguk manis. Senang melihat senyum gadis itu.

Seketika Han Ahjumma masuk bersama Han Ahjussi disebelahnya. Keduanya saling pandang sejenak sebelum memutuskan untuk menghadap Baekhyun.

Mata Han Ahjussi memandang Baekhyun dari ujung rambut sampai ujung kaki. Senyumnya terukir saat matanya tepat menatap mata indah itu.

"Selamat datang, Agasshi. Maaf, saya baru kembali dan menemui Agasshi…"Han Ahjussi memberi hormat. Baekhyun tersenyum sebelum mendekat untuk memeluknya. Bagi Baekhyun, dua orang itu sudah seperti keluarga jadi dia sangat menyayangi mereka dengan tulus sebagaimana keduanya juga menyayangi Baekhyun dengan sepenuh hati.

Baekhyun melepaskan pelukannya lalu melipat tangannya didada.

"Memangnya apa yang Ahjussi lakukan sampai tidak bisa menjemputku yang sudah sepuluh tahun tidak pulang?…"Tanyanya pura-pura kesal.

"Itu masih rahasia, Agasshi…"

"Mwo?…"Pria paruh baya itu tersenyum lembut.

"Agasshi tenang saja. Saya tidak mengerjakan apapun selain hanya untuk Agasshi…"

Baekhyun memicingkan matanya. Berarti Han Ahjussi pergi untuk mengurus sesuatu yang akan diperuntukkan baginya. Apa itu? Apa jangan-jangan tentang…Jangan bilang kalau ini ada hubungannya dengan pria itu lagi.

"Apakah untuk-"

"Maafkan saya, Agasshi. Tuan Byun lebih berhak untuk menjelaskannya…"Baekhyun hanya merengut sebal.

"Apa Agasshi ingin Ahjumma siapkan teh hangat?…"tawar Han Ahjumma yang disambut senyum lebar Baekhyun.

"Ne, dan tolong bawakan ke taman belakang. Aku ingin mengobrol dengan kalian. Bolehkan?…"Pasangan itu tersenyum lembut.

"Tentu, Agasshi…"

"Pemandangan sore yang indah, Agasshi…"Baekhyun tersenyum lebar kearah Han Ahjussi yang menuangkan teh hangat untuknya. Disebelah kanannya terdapat Han Ahjumma yang memotong buah untuk Baekhyun.

"Kapan Appa pulang dari Jepang?…"

"Besok malam. Tuan Byun harus segera menyelesaikan pekerjaannya untuk mengurus urusan di Seoul…"

Baekhyun menerima teh yang disodorkan Han Ahjussi.

"Urusan yang ada di Seoul, apa itu?…"Baekhyun bertanya dengan dagi berkerut. Han Ahjussi terlihat sibuk dengan gelasnya tanda ia tidak mau menjawab pertanyaan Baekhyun. Gadis itu pun beralih pada Han Ahjumma. Tapi dia baru akan membuka suara ketika Han Ahjumma menyodorkan garpu dengan buah apelnya.

"Agasshi, Tuan Park sepertinya pria yang baik. Dari sikap dan cara bicaranya, dia juga terlihat sopan dan bisa dipercaya. Ahjumma ikut senang jika kalian bersama…"Kerutan makin jelas diwajah cantik itu.

"Ahjumma, kau mengenal Chanyeol?…"

Perempuan paruh baya itu menutup mulutnya. Matanya bertemu dengan mata sang suami yang tampak mengisyaratkan agar ia tidak melanjutkan obrolan ini lagi.

"Itu…itu…"Baekhyun melipat tangannya didada saat menyadari pasangan suami istri yang tengah bersamanya itu saling memberi tatapan aneh.

"Baiklah, kalau Ahjumma tidak mau bicara. Aku tidak akan memaksa…"

"Maafkan Ahjumma, Agasshi. Ahjumma bukannya tidak ingin bicara, hanya saja…"

"Hanya saja?…."

"Hanya saja ini bukan kewenangan kami, Agasshi…"sela Han Ahjussi.

Baekhyun membuang nafas kasar. Jika para pelayan yang lain dia bisa marah. Tapi tidak untuk dua orang yang kini bersamanya itu.

"Baiklah, lupakan saja…"

e)(o

"Appa, kau sedang bercanda? Ini sama sekali tidak lucu…"marah Baekhyun setelah mendengar apa yang dikatakan Ayahnya. Baru saja pulang dari Jepang Ayahnya langsung memanggilnya untuk membicarakan sesuatu. Pertunangan? Pernikahan? Apa itu? Bahkan diumurnya yang menginjak usia 24 tahun ini Baekhyun tidak pernah sekalipun berpikir bahwa ia akan menjalani yang namanya pernikahan. Apa lagi dengan pria yang sudah pernah menolaknya. Ini sangat buruk dan memalukan.

"Kau pikir pernikahan adalah sebuah lelucon? Appa melakukan yang terbaik untukmu…"jelas Tuan Byun tenang.

"Pokoknya aku tidak mau. Titik!"putus Baekhyun menghempaskan tubuhnya pada sofa diruang kerja Ayahnya.

"Jebal, Appa. Berhenti melakukan perjodohan gila ini…"

"Ini bukan perjodohan, Baekhyun-ah. Appa tidak menjodohkanmu. Dia sendiri yang datang dan memintamu pada Appa…"

"Dan Appa menerimanya?…"

"Memangnya apa yang salah dari seorang Park Chanyeol. Dia baik, tampan, sukses, apa lagi yang kau butuhkan?…"

Baekhyun terdiam. Dia membenarkan ucapan Ayahnya barusan. Tidak ada yang salah dari seorang Park Chanyeol. Hanya saja kenangan sepuluh tahun lalu sangat memalukan untuknya.

"Lihat, kau sendiri bahkan tidak bisa menyebutkan dimana letak kelemahannya. Tidak ada pilihan, kalian akan segera bertunangan dan menikah…"

"Appa!"

"Keputusanmu tidak akan mengubah apapun. Semuanya sudah disiapkan. Minggu depan kalian akan segera bertunangan dan akan menikah bulan depan…"

"Appa…"

Tuan Byun menghela nafas. Dia akan melunak jika mendengar suara putri semata wayangnya itu bergetar. Dipeluknya sang anak dan menepuk pundaknya pelan. Menenangkannya.

"Maafkan Appa, tapi percayalah, Baekhyun-ah. Appa tidak akan membuatmu menderita. Appa tahu seperti apa Chanyeol dan keluarganya. Mereka baik dan sangat menyukaimu. Kau sendiri juga mengenalnya, bukan? Appa yakin kalian akan baik-baik saja jika bersama…"Baekhyun tidak menjawab. Hanya isak tangisnya yang terdengar.

"Sekali lagi maafkan, Appa. Kalau kau tidak mau melakukannya demi Appa, setidaknya lakukan demi Eomma-mu…"

Baekhyun tersenyum miris. Ayahnya sangat tahu kelemahannya.

e)(o

Drrtt Drrtt Drrtt

"Yeoboseyo?…."salam Baekhyun.

"Kau dimana?…"Baekhyun menghela nafas saat mendengar suara itu.

"Dari mana kau tahu nomer ponselku?…"

"Kau tidak perlu tahu. Kau ada dimana sekarang?…"

Baekhyun melirik ke sekelilingnya. Dia sedang duduk santai menikmati ice cream disebuah toko dikawasan Myeongdong.

"Kau juga tidak perlu tahu…"ucap Baekhyun memasukkan satu sondok ice cream strawberry ke mulutnya. Ehm, dingin dan lezat.

"Jangan keluyuran dan membuang waktumu. Bukankah pertunangan kita beberapa hari lagi. Kau harus banyak istirahat…"

"Benarkah? Kalau begitu aku harus segera pulang…"ucap Baekhyun menurut dengan ekpresi wajah sedih yang berlebihan. Terdengar decakan gemas diseberang sana.

"Kajja, ku antar pulang…"

Baekhyun menyerngit dan menolehkan kepalanya ke segala arah. Dia mendengus saat melihat pria itu melambaikan tangan kearahnya.

e)(o

Baekhyun menghembus nafas bosan. Sesekali matanya melirik berbagai perhiasan yang ada disekitarnya. Berbelanja perhiasan adalah suatu kesenangan bagi seorang wanita sepertinya.Tapi mengingat dengan siapa ia pergi sekarang…

Baekhyun menoleh kekanan. Dimana Chanyeol tengah memilih cincin ditemani seorang pegawai toko. Cincin yang katanya akan menjadi cincin pertunangan mereka.

"Ini adalah model terbaru toko kami dan dibuat dengan edisi terbatas. Cincin ini sangat cocok untuk cincin pertunangan ataupun pernikahan, Tuan…"Chanyeol mengambil satu dari sepasang cincin berlian dari kotak beludru itu.

"Bagaimana dengan harganya?…"Pegawai itu tersenyum ramah.

"Kita selalu membayar mahal untuk sesuatu yang indah dan berkelas, Tuan. Apalagi jika yang akan memakainya secantik calon istri Anda…"ucap pegawai itu melirik Baekhyun yang ada disebelah Chanyeol.

'Itu hanya modus agar kau membelinya, bodoh!' batin Baekhyun.

Chanyeol menarik tangan kiri Baekhyun.Dipakaikannya cincin itu dijari manisnya.Terlihat sangat indah dan mewah.

"Terlihat bagus…"

"Apa yang tidak pantas untukku…"sombongnya.Chanyeol tersenyum dan kembali menatap pegawai cantik itu.

"Baiklah, kami akan ambil yang ini…"

"Agasshi, keluarga Tuan Park sudah datang…"

"Ne?…"

Baekhyun yang duduk diranjangnya seketika bangkit. Raut terkejut dan gugup jelas terlihat diwajahnya. Malam ini adalah pertunangannya dengan Chanyeol.Sesaat gadis itu menerawang membayangkan masa depannnya. Tidak, dia belum mau menikah sekarang. Dia akui memang kalau pria itu tidak kurang apapun. Masalahnya, dia belum siap berumah tangga dan berkomitmen.Itu saja.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas diotak Baekhyun. Kabur.Ya, dia tahu dia nekat dan Ayahnya tidak akan memaafkanya nanti. Tapi setidaknya dia harus melakukannya. Berhasil atau tidak, takdirnya lah yang akan menentukan.

Kaki jenjang yang tertutupi gaun merah itu melangkah dengan sangat hati-hati.Hentakan high heels-nya sama sekali tidak terdengar dilantai keramik yang licin saking pelan dan lembutnya gerakan gadis itu.

"Agasshi?…"Baekhyun mengeram kesal ketika mendengar suara itu.

"Kenapa Agasshi ke belakang, bukankah para tamu ada didepan?…"ucap seorang pelayan wanita mendekat.

"Ne? Oh, aku…aku hanya ingin mengambil minum, ya, minum…itu saja…"ucap Baekhyun tergagap.Pelayan muda itu menatapnya aneh.

"Kenapa tidak meminta bantuan saya? Agasshi tunggu disini saja, biar saya ambilkan minuman untuk Agasshi…"Baekhyun memaksakan senyum kecil diwajahnya.

"Tidak usah, aku ingin mengambilnya sendiri. Kau pergi saja…"suruh Baekhyun lembut.Pelayan itu merasa sangat aneh melihat perubahan sikap majikan mudanya itu.

"Tapi Agasshi…"

"Pergi, kau berani melawanku?…"marah Baekhyun. Obrolon tak penting ini hanya akan membuang waktunya.

Pelayan itu menunduk takut sebelum akhirnya pamit.

'Huh, sama saja.Gadis itu memang selalu menakutkan' batinnya.

"Aish, mengganggu saja…"desis Baekhyun. Dengan cepat dia berlari menuju dapur. Beruntung tidak ada para pelayannya disini. Mungkin mereka sibuk mengurus tamu dan semacamnya. Terlebih Han Ahjussi dan Han Ahjumma. Mereka pasti merasa sedang menikahkan anak gadisnya.

Mianhae, Ahjussi, Ahjumma.

Baekhyun membuka pintu belakang. Dia keluar dengan cepat menjauh dari bangunan megah itu. Tapi bukan berarti rencananya untuk kabur mulus-mulus saja. Tidak ada jalan keluar disini. Haruskah ia memanjat tembok dengan gaun dan high heels ini?

"Tangga!"seru Baekhyun senang saat matanya melihat sebuah tangga disudut taman. Dengan susah payah diseretnya tangga itu dan mulai memanjat.

Hap!

Baekhyun menghela nafas lega begitu dia berhasil keluar.Dia bertanya-tanya, kenapa dia tidak melakukan hal ini dari kemarin?

"Sekarang aku harus pergi…"ucap Baekhyun yakin. Baru beberapa langkah menjauh dia pun kembali terdiam.

"Dompet dan ponselku!"jeritnya histeris. Aish, kenapa dia bisa melupakannya?

Mata Baekhyun disilaukan oleh cahaya lampu dari sebuah mobil. Otak Baekhyun langsung bekerja. Akan sangat baik jika dia meminta bantuan orang itu untuk kabur dari sini. Ya, sebelum orang-orang Ayahnya menemukannya.

Chanyeol baru saja selesai melakukan pekerjaannya. Dengan cepat dia masuk ke mobil. Hari ini adalah hari pertunangannya dengan Baekhyun. Tentu dia tidak ingin terlambat dan mengecewakan. Dia memutuskan untuk bertemu asistannya ini saja harus berdebat kecil dengan Eomma-nya.

Chanyeol melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba matanya melihat seorang wanita melambaikan tangan dipinggir jalan. Seperti butuh bantuan.

Pria itu mempertajam penglihatannya. Merasa mengenal sosok dalam balutan gaun merah menyala itu.

"Baekhyun?…"

Chanyeol menepikan mobilnya.Wanita itu langsung masuk begitu Chanyeol menghentikan mobilnya.

"Huh, akhirnya…"ucap Baekhyun lega. Merasa kalau dirinya telah selamat dari suatu peristiwa mengerikan.

"Gomawoyo Tuan, aku tidak akan melupakan ja…"Baekhyun menelan ludah.

"Kau…"tunjuk Baekhyun tak percaya.Pria itu, kenapa pria itu ada disini? Bukankah seharusnya pria itu sudah ada dirumahnya?

Chanyeol yang melihat ekpresi terkejut Baekhyun tersenyum. Dia tahu apa yang akan gadis itu lakukan.

"Ya! Kenapa kau ada disini?!"tanya Baekhyun kesal. Sial, sia-sia usahanya kabur. Bahkan tangannya masih sakit saat menyeret tangga tadi.

"Lalu kau, apa yang kau lakukan disini. Bukankah seharusnya kau ada dirumahmu. Menunggu calon tunanganmu yang tampan ini?…"

"Oh, aku tahu. Kau pasti sudah tidak sabar menungguku, bukan? Hingga kau menjemputku kesini?…"goda Chanyeol diikuti tawanya. Sementara Baekhyun hanya memasang wajah kesal.

"Baiklah, sepertinya kita hampir terlambat…"Chanyeol mulai menjalankan kembali mobil sportnya. Sesekali diliriknya Baekhyun yang hanya menatap kesal kearah jendela.

"Apa kau ingin kabur?…"

'Tadinya iya, tapi gagal karena kau…"ketus Baekhyun membuat pria itu terkikik pelan.

"Aku datang terpisah dari orang tuaku karena ada hal yang harus ku selesaikan dikantor. Dan sepertinya aku tidak rugi. Aku tidak akan membiarkanmu pergi Baekhyun, kau ingin mempermalukan keluargaku dan Ayahmu?…"

Baekhyun tak menjawab. Bahkan dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya kalau sampai sang Ayah mengetahui aksi kaburnya ini. Dan sekarang, dia akan segera bertunangan dengan pria yang sudah pernah menolaknya. Ya Tuhan, takdir macam apa ini?

e)(o

Baekhyun berbaring resah diranjangnya. Sejak dua jam yang lalu matanya belum juga bisa terpejam. Dirinya pun masih belum percaya dengan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Baekhyun memandang cincin yang melingkar dijari manisnya. Cincin yang indah dan tampak begitu sempurna dijari tangannya.

"Huft…"

Baekhyun menghembus nafas kasar. Dia kembali mengingat bagaimana acara pertunangannya tadi berlangsung. Semua tamu yang hadir memujinya dan Chanyeol. Dalam hati Baekhyun tentu merasa tersanjung dan bangga. Kalau dipikir-pikir, dia dan Chanyeol adalah pasangan yang sangat sempurna, bukan? Tapi mengingat seringaian menyebalkan pria itu membuatnya sangat kesal. Pria itu seolah merasa menang atas dirinya. Aish!

Tok Tok

"Nugu?…"

"Ini Appa…"

Baekhyun dengan cepat duduk diranjangnya. Tuan Byun masuk perlahan kemudian duduk dipinggir ranjang menghadap putrinya. Baekhyun menunduk dengan memainkan jarinya. Dia takut kalau sang Ayah membahas perihal kemunculannya bersama Chanyeol.

"Appa tidak akan bertanya tentang masalah itu…"ucap Tuan Byun seolah mengerti apa yang tengah dipikirkan Baekhyun.

Baekhyun mendongak.

"Ne?…"

"Walau Appa tidak sepenuhnya percaya tapi Appa akan berusaha percaya karena Chanyeol berusaha untuk melindungimu…"

Baekhyun menghela napas lega.Sepertinya Ayahnya sangat percaya dengan Chanyeol.

"Aigoo, Appa benar-benar tidak tahu apa yang harus Appa lakukan terhadapmu…"

Baekhyun tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.

"Kau sudah dewasa, Baekhyun-ah. Jika ingin melakukan sesuatu setidaknya kau harus berpikir dua kali untuk melakukannya. Kau juga harus memikirkan apa dampak dari semua perbuatanmu…"Baekhyun kembali menunduk diam. Ya, dia tahu dia salah. Kalau seandainya tadi dia berhasil kabur, pasti Ayah-nya sangat malu pada semua tamunya.

"Mianhae, aku tidak akan mengulanginya lagi…"janjinya pelan.Tuan Byun tersenyum lembut seraya menatap wajah cantik putrinya.

"Kau tahu, Appa merasa bahagia tapi disaat yang bersamaan Appa juga merasa sedih…"

"Waeyo, Appa?…"Baekhyun menatap wajah berwibawa Ayahnya.

"Appa bahagia karena putri Appa sudah menemukan pria yang baik dan akan segera menikah.Tapi disisi lain Appa juga sedih karena kau akan menjadi milik pria lain…"

Baekhyun tersenyum dan beringsut untuk memeluk Ayahnya.

"Aniyo, Appa. Walau aku sudah menikah, aku akan tetap jadi milik Appa. Itu sudah pasti…"Tuan Byun tersenyum dipundak Baekhyun.

"Berjanjilah untuk bahagia, aratchi?…."

"Ne, Appa…"

"Aigoo, Eomma-mu pasti merasa sangat bahagia sekarang. Putri kecilnya sudah dewasa…"Baekhyun tersenyum haru. Dia merasa sangat merindukan Eomma-nya sekarang.

e)(o

"Eomma, kau mendengarkanku?…"Tanya Baekhyun setelah meletakkan mawar putih digundukan tanah dihadapannya.

"Eomma, datanglah pada mimpi Byun Sang woo itu. Eomma tahu betapa dia telah banyak mengatur hidupku?…"adu Baekhyun.

"Lihat putrimu Eomma. Anakmu Byun Baekhyun, tumbuh dengan cantik dan masih muda. Aku bukan perawan tua yang tidak laku Eomma, kenapa dia memperlakukanku seperti ini…"Baekhyun tetap mengoceh meski ia sadar kalau sang Eomma tidak akan menjawabnya.

"Eomma…"

Baekhyun menangis. Bukan karena Eomma-nya tidak menjawab. Lebih pada kerinduan yang mendalam. Ditinggal oleh orang terdekat dan dicintainya diusia kecil membuat Baekhyun sangat terpukul. Diusia labil seperti itu membuatnya bingung dan merasa tak ada lagi kasih sayang yang tulus untuknya.

Tangis Baekhyun terhenti ketika sebuah sapu tangan muncul dihadapannya. Pandangannya beralih pada sang pemilik sapu tangan yang tengah menatapnya dengan lembut.

"Annyeonghaseyo, Eommonim. Perkenalkan, aku Park Chanyeol, tunangan dari putrimu, Baekhyun…"salam Chanyeol menatap foto wanita cantik dengan senyum indah yang ada dihadapannya. Baekhyun yang tak peduli dengan apa yang pria itu lakukan tiba-tiba terkejut ketika Chanyeol menggenggam tangannya.

"Izinkan aku mendapatkan restumu, Eommonim. Aku berjanji akan selalu menjaga, melindungi dan mencintainya…"

Chanyeol beralih menatap mata Baekhyun dan menggenggam tangannya erat.

"Aku akan terus menjaga dan mencintainya, baik disaat sakit maupun senang, dalam keadaan duka maupun suka, sampai maut memisahkan…"

A Wedding Day!

Janji suci pernikahan terucap sudah. Pesta resepsi pernikahan super mewah juga sudah berakhir. Menyisakan kelelahan dan rasa tak percaya diwajah cantik itu.

"Hah…"Baekhyun menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan pelan.

"Ok, Baekhyun. Ini semua hanya mimpi. Kau cukup tenang dan tidur maka kau akan terbangun seperti seharusnya…"

Baekhyun mengangguk pasti dan mulai berbaring diranjang. Bersiap memejamkan matanya dan berharap terbangun dengan keadaan yang dia harapkan. Bermimpi didalam mimpi adalah hal yang biasa, bukan? Mungkin saja saat ini dia sedang mengalaminya.

TBC

Wooaaaaa apa ini? Apa ini?! Tiba2 kepikiran ff baru padahal masih ada 2 hutang ff lagi yang belum kelar hehe, tapi nanti dinext kok tunggu aja okee?! Maaf ya kalo alurnya kecepetan, soalnya kemungkinan ini ff twoshoot hehe