FIND OUR WAY BACK
Title : Find Our Way Back
Rating : General
Category : M/M
Character : Hwang Minhyun, Kim Jaehwan, Yoon Jisung, Wanna One member
Couple : Minhyun/Jaehwan (Minhwan)
Tag : disbandment au, Minhwan, Minhyun, Jaehwan, Wanna One
Author Note : Ide ini aku peroleh dari tweet akun twitter shoulderniel kemudian aku berpikir untuk membuat fanfic dari ide tersebut. Maaf bukan bermaksud mencuri idenya.
Maaf, aku sudah lama tidak membuat fanfic. Aku cuma mau ngeramein fanfic Minhwan couple. Happy reading readers... ^^
"Hyung, aku kesepian... Aku merindukan kalian.." rengek Jaehwan dalam mabuknya. Dia sedang menelpon Jisung, mantan leader Wanna One.
"Jaehwan-ah, kau dimana? Kau mabuk? Kim Jaehwan!"
Beep beep beep
Chapter 4 : Confession
...
Flashback
Beeb beeb beeb
Suara dering handphone Minhyun, membangunkan pemuda 22 tahun itu. Minhyun terbangun dan melihat jam yang ada di samping tempat tidurnya. Jam menunjukan pukul 01.45 dini hari. 'Siapa yang menelponku malam-malam begini' pikirnya. Pemuda Busan itu meraih handphone-nya dan menjawab sambungan telepon yang sejak tadi mengganggunya.
"Hallo, hyung. Ada apa menelponku, Jisung-hyung?" tanya Minhyun pada orang di seberang line teleponnya. Jisung, mantan leader Wanna One adalah orang yang menelpon Minhyun.
'Cepat hubungi Jaehwan. Dia menangis sambil merancau tidak jelas. Aku rasa dia mabuk. Cepat cari dia. Dia tidak mungkin ada di dorm, managernya akan memarahinya jika dia mabuk,' kata Jisung dengan nada memerintah dan sekaligus khawatir. Walaupun sudah bukan leader Wanna One lagi, tapi Jisung sudah menganggap anggota Wanna One sebagai saudaranya sendiri. Dia tetap peduli pada mereka walaupun kontrak kerja yang mengikat mereka sudah berakhir.
"Baik, hyung. Aku akan segera mencarinya," jawab Minhyun sambil bangkit dari ranjangnya dan bergegas keluar kamar.
End Flashback
...
Setelah menempuh perjalanan 15 menit, Minhyun sampai di sebuah club yang ia duga adalah tempat Jaehwan mabuk-mabukan. Dia bergegas memasuki club tersebut. Matanya melihat sekililing mencari sosok Kim Jaehwan. Tidak juga menemukan sosok pemuda berambut dark brown itu, Minhyun bertanya pada pelayan di club tersebut.
"Permisi. Aku mencari pemuda dengan rambut dark brown dan pipi yang sedikit chubby. Tadi aku sudah menelpon ke sini untuk membawanya pulang," tanya Minhyun.
"Apa yang Anda maksud adalah orang itu," jawab pelayan tersebut sambil menunjuk ke arah seorang pemuda yang menundukkan kepalanya di meja club. "Sejak tadi dia terus merancau," tambah pelayan tersebut.
Minhyun kemudian menghampiri pemuda itu. Benar saja. Dia adalah Jaehwna yang dia cari. "Berapa banyak yang dia minum?" tanya Minhyun sambil berusaha menyadarkan Jaehwan.
"Saya rasa sekitar 4 sampai 5 botol soju," jawab pelayan itu.
"Lima botol?" kata Minhyun terkejut. Minhyun tahu Jaehwan bukan peminum yang baik. Dia tahu pemuda satu tahun lebih muda darinya itu akan langsung mabuk jika dia meminum satu botol soju saja. "Baiklah. Aku akan membawanya pulang. Terima kasih sudah menjaganya," kata Minhyun sambil memapah Jaehwan.
Minhyun dibantu pelayan club tersebut memapah tubuh tidak sadarkan diri Jaehwan ke luar club. Jaehwan lebih berat dari Minhyun apalagi dengan kondisinya yang tidak sadarkan diri membuatnya terasa lebih berat. Oleh karena itu, Minhyun meminta bantuan seorang pelayan club untuk membantunya memapah Jaehwan. Mereka kemudian memasukan Jaehwan ke taxi yang sejak tadi menunggu Minhyun di luar. Itu adalah taxi yang sama yang ditumpangi Minhyun saat menuju club.
"Kita mau kemana sekarang, tuan?" tanya supir taxi pada Minhyun.
"Hmmmm.. entahlah. Sebaiknya kita jalan dulu saja pak," jawab Minhyun seadanya. Dia bingung harus membawa Jaehwan kemana. Tidak mungkin membawa pulang Jaehwan ke dorm pemuda yang mabuk itu. Managernya mungkin akan memarahinya jika ia tahu Jaehwan bertingkah seperti sekarang. Namun, tidak mungkin juga membawa Jaehwan ke dorm Nuest.
Setelah beberapa saat, Minhyun memutuskan untuk menghubungi seseorang, Yoon Jisung. Jisung adalah pilihannya untuk meminta bantuan. Jisung pasti mampu membantunya. "Hyung, apa kau ada di rumah? Aku butuh bantuan," tanya Minhyun tanpa basa-basi saat line teleponnya tersambung.
'Kau sudah menjemput Jaehwan?'
"Sudah, hyung. Jawhan ada bersamaku sekarang," jawab Minhyun sambil menatap Jaehwan yang ada di sampingnya. "Karena itu, aku sekarang membutuhkan bantuan mu, hyung," tambah pemuda Busan itu.
'Apa yang bisa aku bantu?'
"Apa aku dan Jaehwan boleh menginap di tempatmu malam ini, hyung? Aku tidak mungkin membawa Jaehwan pulang ataupun membawanya ke tempatku. Lebih tidak mungkin lagi membawa Jaehwan ke hotel kan? Sekarang aku hanya bisa meminta bantuan padamu saja, hyung,"
'Baiklah. Bawa Jaehwan ke tempatku. Aku akan memberi password ku lewat pesan. Saat ini aku sedang di luar kota. Kau bisa menjaga Jaehwan di sana. Jaga dia baik-baik,'
"Baik, hyung. Terima kasih banyak," kata Minhyun sebelum mengakhiri sambungan teleponnya.
"Pak, tolong bawa kami ke gedung G," pinta Minhyun pada supir taxi yang ditumpanginya.
...
Setelah beberapa menit, Minhyun sampai di gedung G, tempat tinggal Yoon Jisung. Pemuda kelahiran 1995 itu, membawa Jaehwan yang masih belum sadarkan diri memasuki gedung tersebut. Rumah Yoon Jisung ada di lantai 3, ruang nomor 3010. Sampai di tempat itu, Minhyun lalu membawa Jaehwan masuk ke dalam.
Minhyun membawa pemuda yang mabuk itu ke salah satu kamar yang ada di situ. Dia berpikir mungkin itu adalah kamar Jisung. Dia lalu membaringkan Jaehwan dengan hati-hati. Dia juga melepaskan sepatu yang dipakai Jaehwan dan menyelimutinya hingga sebatas pinggang.
Anggota Nuest itu kemudian duduk di ranjang dan memandang Jaehwan dengan lembut. Dia membelai rambut Jaehwan. Sedangkan, tangan yang satunya ia gunakan untuk menggenggam tangan pemuda satu tahun lebih muda darinya itu. Matanya tidak lepas dari wajah Jaehwan yang terlihat lelah.
"Apa yang kau rasakan sebenarnya? Kenapa kau terlihat lelah dan menderita? Apa ada yang menyakitimu, Jaehwan-ah?" gumam Minhyun dengan pertanyaan-pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada orang di depannya.
Seolah merasakan kehadiran Minhyun, Jaehwan menitikkan air mata di dalam tidurnya. "Hyung..." lirih Jaehwan mengigau.
"Hyung di sini Jaehwan-ah," ucap Minhyun lembut sambil menghapus air mata Jaehwan. "Jangan menangis Jaehwan-ah. Maafkan hyung. Maaf sudah membuatmu sednirian Jaehwan-ah. Hyung janji tidak akan meninggalkanmu lagi," tambahnya masih dengan membelai rambut pemuda kesayangannya itu dengan lembut.
Minhyun terus menatap Jaehwan dengan rasa sayang, khawatir dan perasaan bersalah. Hingga setelah beberapa saat, ia terlelap di samping Jaehwan. Dia tertidur sambil menggenggam tangan pemuda kesayangannya itu.
...
"Eunghhh..." erang Jaehwan mulai terbangun dari tidurnya. Matanya yang terbuka mencoba membiasakan dengan cahaya di ruangan tersebut. Mata sayu Jaehwan mengamati ruangan tempatnya berbaring sekarang. Merasa asing dengan ruangan tersebut, Jaehwan bangkit dari tidurnya mencoba untuk duduk. "Aku dimana?" gumamnya dengan sidikit menahan sakit di kepalanya. Kepala penyanyi solo itu masih terasa pusing akibat mabuk.
"Kau sudah bangun, Jaehwanie?" Suara lebut yang berasal dari seseorang yang kini depan pintu dengan semangkuk sup di tangannya itu membuat Jaehwan terbelalak. Dia tidak menyangka saat membuka matanya di pagi hari akan disambut oleh orang tersebut. Dia adalah Minhyun, Hwang Minhyun, seseorang yang ia rindukan selama ini.
"Minhyun hyung?" lirih Jaehwan terpaku dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Iya. Hyung di sini. Kau terkejut?" tanya Minhyun sambil berjalan menghampiri Jaehwan. Pemuda yang lebih tua itu duduk di pinggir ranjang tempat Jaehwan. "Makan sup ini. Ini akan membantu menghilangkan mabukmu," tambah Minhyun mengabaikan tatapan bingung Jaehwan.
"Hyung yang membawaku pulang tadi malam?"
"hmm" Minhyun mengangguk sambil menyiapkan sup dan sendok untuk menyuapi Jaehwan.
"Hyung tahu dari mana aku mabuk semalam? Darimana hyung tahu aku ada di club mana?"
"Kau baru sadar dari mabuk tapi sudah banyak bertanya, ya? Buka mulutmu, aaa..." Minhyun mencoba menyuapi Jaewhan.
"Jawab pertanyaanku hyung," rengek Jaehwan.
"Kau masih saja suka merengek. Makan sup mu dulu baru hyung akan cerita semuanya padamu,"
"Jadi benar hyung yang membawa aku pulang? Lalu dimana kita sekarang? Ini bukan dorm Nuest maupun tempatku,"
"Buka mulutmu" Minhyun mulai dengan nada memerintah. Jaehwan akhirnya menuruti kata hyung-nya itu. Dia membuka mulutnya agar Minhyun dapat menyuapinya. "Anak pintar," kata Minhyun.
Minhyun menyuapi Jaehwan hingga pemuda yang lebih muda itu menghabiskan sup-nya. "Aku sudah menghabiskan sub ku. Sekarang katakan padaku, bagaimana hyung dan aku bisa ada di sini? Dan ini tempat siapa?" tanya Jaehwan tidak sabar.
"Ini tempat Jisung hyung. Tadi malam Jisung hyung yang menelponku dan mengatakan bahwa kau sedang mabuk di sautu tempat. Kemudian, aku membawamu kemari agar aku bisa menjagamu," jawab Minhyun masih dengan nada lembut.
"Hyung masih peduli padaku?" tanya Jaehwan memberanikan diri. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Minhyun, tapi dia juga tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia ingin tahu apa dia bagi Minhyun sebenarnya.
Mendengar pertanyaan Jaehwan, Minhyun menunduk. Rasa bersalahnya yang ada pada dirinya tidak mampu dia tutupi. "Maafkan aku, Jaehwan-ah," lirihnya.
"Kemana hyung selama ini? Kau berjanji akan selalu menghubungiku, akan selalu menjawab teleponku, akan selalu mendengar ceritaku. Kemana Minhyun hyung yang menjanjikan semua itu padaku?" tanya Jaehwan dengan air mata yang mulai menetes. Kali ini dia benar-benar tidak peduli jika terlihat lemah dihadapan Minhyun. Sudah cukup dia memendam semua amarah dan rasa kecewanya pada pemuda dihadapannya itu.
Sedangkan, Minhyun bahkan tidak mampu menatap mata Jaehwan. Dia tahu jika dia salah dan dia merasa menyesal akan hal itu. Dia merasa menjadi seorang pengecut.
"Tapi aku sadar hyung. Aku memang sendirian dari awal. Aku bukanlah siapa-siapa dari awal. Bagimu maupun bagi orang lain, aku hanya Jaehwan yang membutuhkan bantuan. Karena itu kau membantuku saat kita masih di Produce kan? Kau merasa kasihan padaku. Bahkan saat kita ada di Wanna One aku hanya rekan kerjamu saja kan hyung? Itukah yang hyung pikirkan selama ini?"
"Jaehwan-ah, aku tidak pernah menganggapmu seperti itu," Minhyun mulai memberanikan diri untuk menghadapi amaran Jaehwan.
"Lalu apa? Apa aku bagimu hyung? Kenapa sekarang kau membantuku lagi? Aku baru saja ingin me..hmmmpp"
Ucapan Jaehwan terhenti saat bibir Minhyun menutup bibirnya. Jaehwan terbelalak dan terpaku. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia terkejut dengan ciuman tiba-tiba Minhyun. Setelah merasa bahwa amarah Jaehwan mulai mereda. Minhyun menghentikan ciumannya.
"Hyung..?"
"Maafkan hyung Jaehwan-ah. Hyung- lah yang salah. Hyung terlalu takut mengakui perasaan hyung sendiri. Hyung ingin sekali menghubungimu dan mendengar suaramu. Tapi, jika aku melakukannya, hyung tidak akan bisa menahan diri untuk menemuimu saat itu juga. Hyung tidak ingin mengganggu persiapan debutmu atau comeback Nuest. Karena itu, hyung menjauhimu,"
"Lalu kenapa sekarang hyung menemuiku? Apa hyung tahu aku sendirian dan kesepian?" tanya Jaehwan dengan air mata yag mengalir sejak tadi.
"Karena itu hyung minta maaf Jaehwan-ah. Maafkan aku," Minhyun mendekap Jaehwan yang menangis. "Kali ini hyung tidak akan menahan diri lagi. Hyung tidak akan membuatmu kesepian dan sendiri lagi," ucap Minhyun dengan mendekap erat Jaehwan. "I love you Kim Jaehwan," mantra itu diucapkan Minhyun dengan lembut tepat ditelinga Jaehwan.
Mantra itu berhasil meluluhkan hati Jaehwan. Penyanyi solo itu akhirnya membalas pelukan Minhyun dan menanis dalam dekapan pemuda yang juga dicintainya itu. "Aku juga mencintaimu, hyung," balas Jaehwan. "Tolong jangan pernah meninggalkan aku lagi," tambahnya.
I love you. Sebuah mantra yang mampu meluluhkan ego dan amarah dua orang yang saling mencintai. Mantra yang membuat mereka bersatu dalam kasih sayang. Mantra itu yang mampu menjelaskan semua pertanyaan yang tidak terjawab. 'I love you' hanya terdiri dari tiga kata, tapi mampu mengubah dunia dua orang yang saling menyayangi seperti sebuah surga.
...
.
.
.
Chapter 4 end
.
.
.
Akhirnya satu fanfiction tentang Minhwan sudah selesai.. Terima kasih untuk reader yang mau membaca fanfic ini. Jika reader-nim punya sedikit waktu tolong sempatkan untuk menuliskan review untuk fanfic ini. Terima kasih. Sampai jumpa.
