BGM untuk chapter ini:

1. Final Fantasy Crisis Core – The Price of Freedom

2. High School DxD – Shinsou no, Ojou-sama desu

.

.

.

Rise of Human I

-Cerita ini murni fanfiction, saya tidak mengambil apapun dari cerita ini-

.

.

.


Volume 2: Lahirnya Sang Kaisar Naga Merah

Chapter 6

Gadis Bersurai Merah

(Play! Final Fantasy Crisis Core – The Price of Freedom)

Matahari mulai menunjukkan sinarnya, pertanda rutinitas orang-orang dimulai. Termasuk orang dengan surai pirang yang masih terlentang di ranjang empuknya. Matanya mulai membuka ketika seberkas cahaya menyinari kulit tan eksotisnya, membuat pemuda itu mengerang sebentar karena silau. Sepertinya dia harus mengganti tirai jendela agar cahaya matahari tidak sampai tembus. Sejujurnya suasana seperti ini sudah sangat lama tidak Naruto rasa, maklum 4 tahun terakhir ini ia hanya tidur di ruang bawah tanah yang pastinya sinar matahari tidak terlihat.

Tapi, bagi pemuda yang berbeda dengan kebanyakan pemuda lainnya, hal itu tidak sedikitpun mengganggu. Ia bukan seseorang yang akan menarik selimut dan tertidur kembali seperti kebanyakan pemuda malas. Naruto bangkit dari kasurnya, ia lalu merapihkan tempat tidur yang sedikit berantakan itu. Setelah selesai, pemuda pirang itu meregangkan tubuhnya agar tidak kaku. Otot-otot sangat terlihat jelas saat Naruto mengangkat kedua tangannya.

"Sekolah ya … aku kembali lagi ke zaman dulu." Gumamnya sambil mengingat-ingat kenangan sewaktu masih di pusat pelatihan militer. Bagi Naruto sendiri, pusat pelatihan militer itu bagaikan neraka. "Jangan terlalu dipikirkan, ini hanya untuk sementara waktu." Lanjutnya yang meyakinkan dirinya untuk tidak memikirkan sekolah, tapi tujuan kenapa dia masuk sekolah. Apapun keadaannya misi harus dilaksanakan.

Naruto berangkat menuju Akademi Kuoh setelah membersihkan badan dan sarapan sedikit untuk menambah tenaga. Makanan pokoknya adalah pil protein yang selalu dibawa oleh personel ANBU jika misi itu memakan waktu cukup lama.

Mulai sekarang Naruto akan benar-benar menjalankan misinya.


Naruto masuk ke Akademi Kuoh sebagai murid pindahan dari Inggris. Cukup masuk akal jika melihat penampilan Naruto yang memiliki surai pirang asli dan mata biru khas bule-bule sana. Ia berada di kelas 2-B yang terdapat banyak sekali jenis manusia di sini. Mulai dari yang malu-malu sampai tingkat kemesumannya melebihi ambang batas. Naruto dapat mengetahui itu hanya dengan melihat mimik wajah.

Naruto langsung mengikuti pelajaran saat pertama masuk sekolah. Pelajaran yang tidak terlalu susah menurutnya meskipun sama sekali belum diajarkan sewaktu di pusat pelatihan militer. Akademi Kuoh memberi pelajaran tingkat lanjut bagi muridnya, bukan dasar-dasar. Poin tambahan untuk Naruto dari misi ini adalah mendapatkan wawasan tambahan –meskipun sebagian besar wawasan itu tidak berguna jika diaplikasikan ke dalam pertempuran. Tapi Naruto tetap mempelajari semua yang diajarkan oleh gurunya, mungkin saja ia bisa membuat sebuah jutsu baru.

Tempat duduk Naruto berada di paling belakang dekat jendela. Di depannya ada murid berambut coklat jabrik yang terus menampilkan wajah mesum dibarengi oleh kebencian tingkat akut. Entah karena apa, Naruto diberi tatapan benci oleh hampir seluruh siswa laki-laki di kelas ini. Di sebelah kanannya duduk siswi berambut coklat panjang yang sedari tadi curi pandang pada Naruto. ANBU pirang itu jelas mengetahui kelakuan yang diperbuat gadis beranjak dewasa itu, namun ia hiraukan saja. Kembali menatap guru yang mengajar dengan semangat.

Bel istirahat berbunyi, hampir seluruh siswa berhamburan ke luar kelas menuju kantin. Sebagian ada yang tetap di kelas sambil memakan bento yang mereka bawa dari rumah. Naruto hanya duduk diam sambil memandang langit cerah tak berawan di balik kaca jendela. Terus memikirkan bagaimana caranya menarik perhatian salah satu iblis keturunan bangsawan sekaligus adik kandung dari Maou Lucifer saat ini, namanya adalah Rias Gremory. Ya, Naruto diberi misi untuk menarik perhatian gadis iblis itu apapun caranya.

"Susah jika tidak bisa mengaktifkan Chakra di lingkungan sekolah ini," gumam Naruto sedikit mengeluhkan keadannya. Naruto di sini ekstra hati-hati karena berdasarkan informasi yang telah ia terima, kaum iblis yang menempati kota Kuoh semuanya memiliki kepekaan tingkat tinggi. Sedikit saja hawa kekuatan terpancar maka mereka akan cepat sadar, otomatis masalah akan bermunculan.

"Aku hanya tinggal bertemu dengannya, memberi kesan yang akan selalu di ingatnya dan melakukan sesuai rencana sebelumnya." Naruto tersenyum tipis.

"Uzumaki-kun,"

Naruto mendengar suara seorang gadis memanggil namanya, ia menoleh dan mendapati gadis yang duduk bersebelahan dengannya berdiri di samping meja. Menunduk malu-malu sambil memainkan jari-jemarinya.

"Ya?"

"Ano … apa Uzumaki-kun tidak ingin jalan-jalan keliling sekolah ini? Biasanya murid baru selalu melakukan itu agar cepat terbiasa dengan lingkungan sekolah."

Naruto berpikir sejenak, boleh juga. Mungkin saja ia bisa bertemu dengan gadis bernama Rias. Cukum mudah menemukan Rias karena penampilannya yang mencolok dan berbeda dari yang lain. Naruto tersenyum, "Ide bagus. Baiklah, kalau boleh bisa minta temani aku keliling sekolah ano … etto-"

"Murayama."

"Ah Murayama-san."

"Baiklah Uzumaki-kun. Mari ikut aku, kita mulai dari halaman depan sekolah sampai ruang klub."

Naruto dan Murayama berjalan berdua, melihat-lihat seluruh pelosok sekolah yang sangat besar ini. Banyak siswi terutama kelas 2-B yang iri melihat Murayama berjalan berdua bersama Uzumaki Naruto, sosok siswa yang menjadi idola dadakan, bukan hanya wajahnya saja yang tampan namun postur tubuh kekarnya menambah daya tarik kaum hawa. Siswa kerempeng juga iri ketika melihat tubuh Naruto yang tegap dan berorot.

Selama perjalanan Murayama terus mengoceh tentang informasi tempat yang dikunjungi mereka, mulai dari halaman depan sampai taman yang ada di belakang. Gadis ceria itu sepertinya tidak lelah terus berbicara, bahkan Naruto yang hanya mendengarnya pun merasa kelelahan. Informasi yang diberikan Murayama kebanyakan tidak berguna baginya. Meskipun begitu ia tetap mendengarkan sebagai bentuk hormat pada orang yang telah mau menemaninya keliling sekolah. Tunggu … sepertinya terbalik, harusnya Naruto yang menemani Murayama jalan-jalan.

Naruto meminta Murayama untuk berhenti menemaninya keliling sekolah karena hampir semua bangunan sudah didatangi. Awalnya Murayama menolak karena masih ada 1 lagi bangunan yang belum dikunjungi, remaja pirang itu beralasan ingin ke kantin karena perutnya sudah lapar dan tidak mau ditemani oleh siapapun. Ia ingin makan dengan tenang. Murayama yang memikirkan alasan Naruto mengangguk menyetujui saja. Jika ini demi kebaikan Naruto maka Murayama akan melakukan apapun. Gadis bersurai coklat itu pamit ke kelas.

Naruto sekarang sendirian. Ini lebih bagus daripada ada orang lain, lagian tempat yang belum di kunjungi adalah bangunan tua di sebelah barat Akademi Kuoh, tempat berkumpulnya para anggota Occult Research Club (Klub Penelitian Ilmu Gaib) yang mana semua anggotanya adalah iblis.

Tidak perlu banyak waktu untuk sampai di depan gedung tua berlantai 2 ini. benar-benar gedung yang sudah terlihat tua. Di sekitarnya terdapat pepohonan tinggi. Jika orang normal pasti beranggapan gedung ini sudah tidak ada yang pakai. Tapi berbeda dengan pemikiran makhluk supernatural, tempat yang kelihatannya seperti ini cocok untuk dijadikan sarang bagi mereka. Tak terkecuali para bangsawan. Naruto merasakan dan mencium aroma yang tidak asing lagi baginya, beberapa iblis pasti sedang berada di dalam gedung.

Remaja pirang itu menatap jendela yang terbuka. Tidak ada siapapun yang terlihat, hanya warna langit-langit bangunan saja yang nampak. "Apa mereka tidak pernah keluar dari sarangnya saat jam istirahat?" Gumam Naruto. Ia berpikir setidaknya ada 1 iblis yang keluar dari bangunan ini, melakukan kegiatan seperti siswa normal. Tapi sepertinya pada bangsa iblis di sekolah ini tidak mau mendekatkan diri mereka dengan yang lain, dengan manusia.

"Aku akan periksa lagi nanti." Naruto berbalik hendak pergi meninggalkan gedung itu, baru 3 langkah berjalan ia berhenti, menengok ke belakang dan melihat seorang gadis sedang menatap dirinya dari jendela. Gadis bersurai merah panjang, Rias Gremory.

(Play! High School DxD – Shinsou no, Ojou-sama desu)

Rias Gremory, gadis iblis dari clan Gremory. Merupakan High-Class Devil dengan kemampuannya mengendalikan Power of Destruction. Ia adalah seorang gadis cantik, sangat cantik malah. Surai merah yang dipadukan dengan kulit putih mulus, siapa yang tidak mau mendapatkan hati gadis itu. Tidak hanya cantik, ia juga pintar.

Naruto dan Rias saling menatap dengan pandangan biasa, seperti memandang seseorang yang tidak dikenal. Keduanya saling tatap cukup lama. Entah apa yang mereka berdua pikirkan di dalam hati masing-masing. Suasana yang sepi serta dibarengi hembusan angin semakin membuat keadaan itu mendramatisir khas adegan sinetron jaman sekarang yang mana pada akhirnya mereka akan jadi sepasang kekasih. Tapi di sini, di dunia yang penuh kegelapan ini, hal seperti itu tidak ada dan dianggap tabu. Dunia penuh kelicikan tidak perlu namanya kasih sayang.

'Jadi dia iblis yang bernama Rias Gremory. Memang seperti yang tertera di gulungan misi, dia mirip dengan Maou Lucifer. Sekarang apa yang akan kulakukan untuk memberi kesan awal?' Batin Naruto menyeringai tipis dalam hatinya.

Sementara di pihak Rias, ia memandang remaja pirang di depannya dengan sedikit penasaran. Pasalnya ia baru melihat wajah tan itu di sekolah ini. Beberapa saat kemudia rasa penasaran itu ditepisnya, buat apa juga ia penasaran dengan orang normal tidak dikenal seperti remaja di depannya. Auranya menunjukkan manusia normal, tidak lebih. Orang seperti itu tidak akan menarik perhatiannya.

Rias hendak berbalik, tapi gerakannya terkunci setelah Naruto melemparkan senyuman hangat pada Rias. Saat itulah rasa penasaran timbul dalam hatinya, walau hanya sedikit.

'Kurasa ini sudah cukup. Lagian waktu istirahat sudah habis beberapa menit lalu. Aku harus cepat-cepat ke kelas.'

Naruto mengakhiri adegan dramatis itu dengan yang pertama mengalihkan pandangan. Berjalan menjauhi gedung tua itu. Rias yang melihat pemuda pirang itu pergi kembali ke kursinya, duduk santai lalu menatap papan catur mahal yang tersaji di atas meja.

"Dia siapa?" Tanya Rias pada orang yang berdiri di sampingnya.

"Hmm?"

"Laki-laki pirang itu."

Orang yang ditanya adalah gadis bersurai hitam panjang diikat. Ia juga adalah iblis sama seperti Rias. "Aku juga tidak tahu siapa dia. Kalau tidak salah Ketua OSIS pernah bilang kepadaku bahwa akan ada murid pindahan dari Inggris. Sepertinya itu dia. Hmm … namanya … aduh siapa ya? Ah aku baru ingat. Namanya Uzumaki Naruto."

"Begitu," gumam Rias. Menggerakkan tangan lalu mengambil bidak menteri, dijalankannya menuju daerah musuh.

"Memangnya ada apa? Kau tertarik pada dia?" Senyum jahil seketika tercipta di wajah ayunya.

"Mana mungkin! Manusia normal yang tidak punya aura kekuatan seperti dia tidak akan membuatku tertarik. Aku hanya sedikit penasaran saja padanya. Dan sekarang rasa penasaran itu sudah hilang. Malahan, sekarang aku lebih tertarik kepada anak bernama Hyoudou Issei. Kau juga merasakan aura yang terpancar dari tubuhnya 'kan, Akeno?" Rias tersenyum simpul sambil memandang temannya.

Akeno balas tersenyum. "Ya. Aku sangat jelas merasakan kekuatan besar pada Hyoudou-kun."

"Sekarang, bagaimana aku membuatnya jatuh ke dalam pelukanku?"


Bel pertanda sekolah berakhir berbunyi, para siswa yang sudah berasa jenuh karena pelajaran langsung berhambur ke luar kelas, pulang menuju rumah masing-masing atau singgah di tempat karaoke bersama teman-teman sebaya. Masih ada juga yang berdiam diri di kelas, bukan bermaksud ingin dipuji sebagai siswa teladan atau pintar, dia –yang sampai sekarang masih berdiam di kelas, tidak sedikitpun menggerakkan pantat menjauhi permukaan kursi adalah siswa yang masih tertidur sejak dimulainya pelajaran terakhir.

Naruto hanya geleng-geleng kepala melihat tinggah laku salah satu siswa di kelasnya. Apa tidak ada yang sadar orang itu sedang tertidur atau mereka tidak memperdulikannya walaupun sebenarnya mereka tahu? Jika seperti ini keadaannya, Naruto tidak tega.

"Hei bangun!" Naruto mengguncan tubuh lumayan montok itu beberapa kali. Terus digoyangkan sampai siswa itu menggeliat pertanda hendak bangun dari tidur siangnya.

"Ada apa?" Tanya siswa itu, matanya masih setengah terbuka. Mungkin saat ini siswa itu tidak sadar dengan yang ia perbuat.

"Etto … jam pelajaran sudah beres dari tadi. Sebaiknya kau pulang ke rumah dan lanjutkan acara tidurmu." Kata Naruto berusaha untuk ramah.

"Oh begitu, baiklah. Sampai berjumpa lagi besok."

Tidak ada kata terima kasih, tidak ada raut wajah yang menyiratkan terima kasih, siswa berbadan lumayan montok itu melenggang pergi dengan dinginnya tanpa memperdulikan Naruto yang sudah baik hati mau membangunkannya.

Sekarang ANBU pirang itu mengerti kenapa seisi kelas tidak ada yang mau membangungkan siswa goblok itu.

"Dasar!" Umpat Naruto cukup keras.

Ia mengambil tas yang masih bertengger di samping mejanya, memutuskan untuk langsung pulang ke apartemen dan akan sedikit membantu membasmi iblis liar yang ada di kota ini. Salah satu tugas dari divisi Penyerang adalah memberantas iblis liar yang sering meresahkan warga sekitar. Banyaknya kasus orang hilang tanpa sebab adalah ulah dari iblis liar yang memakan manusia. Naruto tahu bahwa beberapa Ninja dari divisi Penyerang ada yang bertugas menjaga kota ini. Mungkin jika ia beruntung, Naruto dapat bertemu langsung dengan beberapa Ninja itu. Bagaimanapun keberadaan prajurit Ninja di kota ini sedikit banyaknya akan mempengaruhi misi Naruto.

"Uzumaki-kun."

Naruto berhenti berjalan tepat tiga langkah setelah ia menuruni tangga, membalikkan badan hanya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ia menahan diri untuk tidak mengumpat kesal, baru tadi emosinya dibuat naik sedikit sekarang hal yang jauh lebih buruk telah menghampirinya. Remaja pirang itu berusaha untuk tersenyum meskipun sebagian besar saraf otaknya menolak perintah itu.

Di hadapannya, berdiri seorang gadis muda dengan rambut hitam pendek, hanya sebatas lehernya saja. Wajahnya yang kecil dihiasi oleh kacamata bergagang hitam yang melapisi mata ungunya. Hidungnya yang mancung membuat dia terlihat seperti seorang ratu, meskipun ekspresi yang ditunjukkan sempat merubah pikiran orang yang baru pertama kali bertemu dengannya. Namun, wajah cantik yang tidak dihiasi oleh senyuman membuatnya terlihat tegas dan berwibawa. Gadis muda yang pertama kali Naruto kenal di kota ini namanya Sona Sitri, Ketua OSIS di sekolah. Orang pertama yang mengantar Naruto menghadap kepala sekolah, sekaligus salah satu iblis dari keluarga penguasa kota ini.

Naruto tidak pernah berpikir akan bertemu dengan Sona lagi secepat ini. Biasanya orang-orang yang dicari oleh anggota OSIS adalah siswa bermasalah. Apakah Naruto sudah membuat kesalahan di sekolah atau identitas aslinya telah diketahui? Dalam keadaan seperti ini ia tidak bisa mengambil keputusan mana yang benar. Satu hal yang ANBU pirang itu ketahui, jika Sona bertindak maka hal buruk akan terjadi.

"Sona-san ya, kita bertemu lagi." Naruto mati-matian menahan senyum yang terlanjur terukir di wajahnya. Tidak seperti pertemuannya dengan Rias yang bisa leluasa tersenyum demi kepentingan misi, sekarang keadaannya berbeda. Sona tidak masuk ke dalam target misi. Hal-hal yang tidak penting selalu Naruto singkirkan dari pemikirannya. Dan sekarang ia dipaksa ramah di hadapan makhluk supernatural yang dibencinya, apalagi ia tidak punya kepentingan dengan iblis di depannya.

Naruto benar-benar muak dengan situasi ini.

"Ada yang bisa kubantu?"

Gadis itu menyipitkan mata, tidak sepenuhnya percaya dengan sikap ramah yang ditunjukkan remaja pirang di depannya. Sejak pertama kali bertemu dengan Naruto, entah kenapa Sona selalu menyimpan rasa curiga pada diri remaja itu. Instingnya berteriak bahwa laki-laki di hadapannya berbahaya. "Sebenarnya ada, Uzumaki-kun. Bisa kau ikuti aku menuju ruang OSIS?"

"Me-memangnya aku membuat kesalahan yang fatal sampai-sampai di bawa ke ruang OSIS?"

"Hn. Uzumaki-kun akan tahu setelah tiba di sana."

"Baiklah, silahkan pimpin jalannya Sona-san."

Sona berbalik dan berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Naruto mengerti maksud Sona yang langsung menunjukkan jalan tanpa basa-basi lagi. Pemuda pirang itu mengikuti langkah Sona tepat satu meter di belakang gadis iblis itu. Menjaga jarak serta tidak mau berdekatan dengan Sona. Mereka ditemani hanya dengan suara kaki yang bergesekkan dengan permukaan lantai. Setelah beberapa saat berjalan, mereka sudah berdiri di depan pintu yang bertuliskan 'Ruang OSIS'. Ruangan itu berada di lantai tiga gedung utama.

"Ayo masuk. Jangan sungkan dan anggaplah seperti di rumahmu sendiri, Uzumaki-kun."

"Terima kasih Sona-san." Kata Naruto ramah memasuki ruangan OSIS.

Terdengarlah suara pintu yang ditutup, jadi seperti ini ruangan tempat High-Class Devil berdiam, ruangan yang memiliki arsitektur memukau dengan warna dominan biru. Juga wewangian yang membuat rileks. Benar-benar ruangan khas seorang bangsawan. Pasti ruangan Rias Gremory tidak beda jauh dengan ini.

"Silahkan duduk, Uzumaki-kun."

"Terima kasih." Naruto duduk di sofa empuk yang berada di tengah ruangan. Sedangkan Sona sendiri sudah duduk di kursi kebesarannya yang terdapat papan namanya di meja. Itu adalah meja khusus ketua OSIS yang disediakan sekolah.

Sona menghela nafas sebentar sebelum memulai pembicaraannya. Membenarkan letak kacamatanya yang sedikit melorot, kilatan yang tercipta akibat pantulan sinar matahari yang masuk melalui jendela membuat mata ungu Sona tidak terlihat. Ia berdehem sebentar guna memeriksa kesiapan pita suaranya. "Maksud kedatanganku untuk menyuruhmu ke sini karena ada salah satu aturan yang kau langgar." Mata ungu Sona menatap dalam mata blue shappire Naruto.

"Eh, melanggar aturan? Aku rasa aku tidak melanggar satupun aturan di sekolah ini." Sanggah Naruto.

"Mungkin Uzumaki-kun hanya tidak menyadarinya."

"Lalu apa kesalahanku?"

"Ingat sewaktu jam istirahat, kau telat 15 menit masuk ke kelas. Waktu segitu lamanya sudah melampaui batas toleransi yang membolehkan siswa terlambat masuk kelas maksimal 5 menit setelah bel istirahat berakhir. Alasan kenapa guru yang mengajarmu di kelas membolehkanmu mengikuti pelajaran karena kau adalah murid baru yang tentu saja belum terbiasa dengan peraturan sekolah ini. Ingat Uzumaki-kun, 15 menit tidak ada di kelas bisa diartikan sebagai bolos pelajaran." Sona menerangkan dengan sangat jelas aturan yang Naruto langgar.

"Jadi seperti itu ya … ahaha maaf, aku tidak terlalu memperhatikan peraturan sekolah ini sampai mendetail seperti itu." Kata Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Sona kembali menghela nafas. Sebenarnya bukan tujuan ini ia menyuruh Naruto ke ruang OSIS, kata-kata tadi hanya alasan yang ia buat. Sebenarnya jika guru tidak mempersalahkan dan memaafkan keterlambatan Naruto maka anggota OSIS pun tidak berhak menghakimi pemuda pirang itu. Gadis iblis itu ingin mengorek sedikit informasi dari Naruto. Bukan informasi yang bersifat universal, melainkan data pribadi Naruto. Sona cukup curiga dengan siswa pindahan yang katanya dari Inggris, tapi memiliki nama asli Jepang.

"Untuk yang satu ini akan kumaafkan. Tapi jika lain kali Uzumaki-kun berbuat pelanggaran maka siap-siap menerima hukuman yang berlaku dariku. Mengerti?"

"Siap Kaichou."

"Bagus. Ngomong-ngomong, boleh aku bertanya?"

"Tentu saja."

"Ini mengenai data indentitasmu yang kubaca beberapa hari lalu. Di sana tertuliskan bahwa Uzumaki-kun berasal dari Inggris. Aku penasaran jika kau dari negara barat kenapa bisa memiliki nama asli Jepang? Bahkan margamu hampir sama dengan marga keluarga samurai zaman dahulu." Tanya Sona dengan nada yang seperti biasa, professional dan tegas.

"Kalau masalah itu, sebenarnya Ibuku berasal dari Jepang dan Ayahku dari Inggris. Untuk menghormati Ibuku maka aku diberi nama asli dari Jepang. Dan kenapa aku bisa memakai bahasa Jepang dengan lancar itu karena sejak kecil aku telah diajari oleh Ibuku." Jawab Naruto yang pastinya bohong dengan ekspresi seperti kebanyakan orang jika sedang ditanyai seperti itu.

Sona menatap dalam mata blue shappire Naruto. Mencari kebohongan yang mungkin saja ada. Ia menghela nafas, lagi. Sepertinya mencurigai manusia biasa seperti remaja pirang di depannya akan sia-sia. Mungkin saja instingnya kali ini yang salah.

Cukup aneh jika seorang Sona Sitri melakukan hal seperti tadi. Tapi ia punya maksud tersendiri. Tidak perlu ditanyai juga ia sudah tahu data tentang siapa dan dari mana kedua orang tua Naruto. Yang ingin Sona ketahui dan menuntaskan rasa curiganya adalah reaksi dari pertanyaannya tadi. Sedikit saja menggerakkan mata, itu akan membuat banyak arti. Sona bisa dengan mudah membaca kebohongan hanya dari gerakkan mata. Dan sekarang ia tidak menemukan satupun kebohongan dari mata Naruto.

"Begitu, terima kasih karena sudah meluangkan waktu untuk mengunjungi ruang OSIS. Uzumaki-kun sudah bisa keluar dari sini."

"Akhirnya, aku sudah tidak kuat menahan lapar di perutku. Kalau begitu sampai bertemu kembali Sona-san. Aku pergi dulu."

Naruto mengangkat pantatnya dari sofa empuk milik Sona, berjalan menuju ambang pintu, dibuka pintu itu dan ditutup lagi. Tapi sebelum benar-benar menutup Naruto sempat menyeringai tipis. 'Keh, ingin mencari kebohongan ya … tidak semudah yang kau pikirkan, iblis. Kau cukup pintar dengan bergerak secara terang-terangan namun memiliki maksud tersembunyi. Aku hampir terjebak dalam permainanmu jika saja tidak cepat sadar dengan situasi. Hanya orang bodoh yang sudah mengetahui informasi umum itu lalu ditanyakan lagi. Kesalahanmu adalah menganggapku seperti orang biasa yang tidak tahu trik mencari kebohongan. Butuh lebih dari itu untuk membongkar identitasku yang sebenarnya.'

Sona Sitri itu iblis pintar yang bergerak dengan penuh perhitungan berdasarkan data statistik musuh, entah itu kelebihan atau kekurangan. Memang akan sangat bagus melakukan pergerakkan jika benar-benar sudah mengetahui karakteristik musuh. Namun, apakah taktik seperti itu berlaku jika data yang didapat Sona tidak sama dengan kebenarannya?

Sona adalah iblis pintar, namun Naruto jauh lebih pintar.


Sore hari mulai menjelang di kota Kuoh. Naruto terlambat sampai ke rumah karena urusannya tadi dengan sang Ketua OSIS. Hari pertamanya menginjakkan ke Akademi Kuoh sudah mendapatkan banyak masalah. Sepertinya misi kali ini ia harus ekstra hati-hati. Jangan sampai ketahuan sebelum waktunya. Remaja pirang itu saat ini sedang berjalan di sekitar taman. Bukan untuk bertamasya tapi jalur ini memang jalur menuju apartemennya. Jadi sekalian saja Naruto melewati taman dari pada mengitarinya seperti kebanyakan orang yang tidak ada niatan bertamasya, padahal jalan memasuki taman lebih cepat sampai tujuan.

"Sial! hari ini aku benar-benar dibuat kesal karena harus bersikap ramah pada makhluk menjijikkan seperti mereka." Umpat Naruto dengan suara rendah.

Baru saja memasuki seperempat wilayah taman, instingnya berteriak tanda akan ada bahaya. Naruto melihat ke atas, langit yang asalnya berwarna orange kini tergantikan dengan sesuatu seperti kekkai berwarna ungu kehitaman. Hal seperti ini sudah sering Naruto lihat, jika ada kekkai seperti ini maka, "Malaikat jatuh berada di sekitar ini." Gumam Naruto sambil memincingkan mata, mengedarkan pandangan ke segala arah guna menemukan malaikat jatuh yang telah membuat kekkai ini.

Arghh!

Naruto tersentak ketika mendengar jeritan kesakitan dari arah depat, tepatnya pusat taman. Ia berlari sekuat tenaga. Perasaannya tidak enak. Apakah malaikat jatuh itu memiliki tujuan membunuh manusia? Terutama manusia yang memiliki Sacred Gear. Naruto sampai di pusat taman yang memiliki air mancur, ia melihat sesuatu yang membuatnya tertegun.

Di sana, di depan air mancur tergeletak seorang siswa Akademi Kuoh dengan genangan darah menemani di sekitarnya. Tubuh siswa itu bersimbuhkan darah hasil dari luka berupa lubang menganga di bagian perut. Hal yang tidak jauh berbeda seperti yang dialami Naruto dulu. Dari luka parah itu mengeluakan debit darah sangat banyak. Tapi hal yang paling membuatnya tertegun yaitu … remaja malang itu adalah salah satu teman kelasnya bernama Hyoudou Issei, siswa yang duduk di depannya.

"… Hyodou-san," gumam Naruto dengan tangan terkepal erat. Lagi, kejadian sama terulang kembali. Apakah Naruto bisa menyelamatkan nyawa temannya yang hampir mati? Kejadian seperti ini yang membuatnya benci pada malaikat jatuh. Tidak perlu ditanyai juga ANBU pirang itu sudah tahu tujuan kenapa malaikat jatuh bergender perempuan yang duduk manis di atas tembok air mancur itu membunuh Issei. hanya berisikan dua kata dalam satu kalimat, Sacred Gear. Benda pusaka hasil pemberian Tuhan kepada para manusia sebagai kekuatan untuk mensejajarkan diri dengan kaum supernatural. Mereka yang kelak akan dipandang hormat namun berakhir tragis karena takdir lucu ini. Jika saja Naruto yang berada di posisi Issei dan berhasil selamat, mungkin ia akan meminta untuk tidak diberi benda bernama Sacred Gear. Lebih baik menjadi manusia normal.

"Ho, ternyata ada orang lain di taman ini ya … maaf Nak, tapi aku tidak akan membiarkan ada saksi." Suara sensasional yang keluar dari mulut malaikat jatuh cantik itu bagaikan hinaan di telinga Naruto.

Gadis malaikat jatuh yang memiliki surai panjang berwarna hitam serta memakai pakaian yang sangat kurang bahan itu menciptakan satu buah Light Spear berwarna merah. Ia melemparkan Light Spear itu menuju tempat Naruto berdiri. Remaja pirang itu tidak tidak sedikitpun bergerak dari tempatnya. Seperti seseorang yang pasrah menunggu ajal kematiannya. Namun bukan itu yang sedang ia lakukan, perasaan amarah telah menguasai otak Naruto. Sedikit lagi Light Spear itu menancab di dada Naruto. Malaikat jatuh itu menyeringai senang, tapi seringaian itu tidak berlangsung lama setelah tiba-tiba Light Spear-nya terpantul ke sembarang arah oleh sesuatu kasar mata berwarna biru. Hawa sekitar tiba-tiba berubah menjadi dingin.

Tanpa sadar Naruto telah mengaktifkan Chakranya dan melepas setengah dari total Chakra yang ia miliki. Hawa membunuh dicampur dengan luapan energi besar cukup untuk membuat gadis malaikat jatuh berdiri dengan kedua lutut bergetar hebat.

Naruto menatap benci pada musuhnya, "Aku akan MEMBUNUHMU!"

Bersambung


Catatan Penulis:

Saya menulis fanfic dengan alur seperti ini karena terinspirasi setelah guru menerangkan tentang sejarah G.30 S/PKI. Bukan terinspirasi dari Author atau fanfic lain. Alur cerita seperti ini tiba-tiba mengalir indah di otak saya. Ngahah.

Tentang tujuan misi, menurut kalian misi Naruto sebenarnya apa? Membunuh Rias? Mengorek informasi dari Rias? Atau … silahkan pikir sampai puas jawabannya.

Bagi mereka yang merasa fanfic ini menarik tolong kasih pendapat, saran, dan kritik. Apapun itu akan saya terima mulai dari kritik ide sampai tata cara menulis.

Terima kasih sudah membaca karangan saya.

[29.12.2017]