Thunder

younger!Luhan x older!Sehun

Disclaimer :Sebuah karya imajinasi seorang fans yang meminjam nama tokoh idola nyata.

Mohon tidak membaca jika tidak menyukai konten cerita ini, terima kasih! :)

You're like lightning

an instant ray of light

.

.

.

.

.

.

Untuk mahasiswa beasiswa sepertinya, memiliki pekerjaan paruh waktu merupakan hal mahfum. Terutama jika berkuliah di luar negeri tanpa keluarga. Itulah alasan mengapa ia mengayuh sepedanya menuju salah satu toko baju branded subuh ini. Tidak, jangan berpikir tinggi mengenai statusnya, ia tidak bekerja sebagai pramuniaga, keamanan, apalagi model disana. Praktisnya, ia adalah cleaning boy. Deskripsi pekerjaannya seputar menyapu, mengepel, mengelap kaca etalase atau dua kali dalam seminggu membersihkan kantin dan toilet. Ya, itulah part-time job Lu Han.

Fakta mengenai bekerja di restoran maupun kafe bukanlah hal sulit tidak menjadi pilihan baginya karena Lu Han merasa bekerja sebagai cleaner dari pukul tujuh hingga sembilan pagi sangat tepat dengan jadwal kuliahnya. Ia tetap bisa menghadiri kelas pagi yang kebanyakan dimulai pukul 10. Terkadang, ia bisa meminta keringanan dari supervisor di tempatnya bekerja untuk memulai dari pukul enam hingga delapan ketika kelas pengganti atau tutorial dimulai pukul sembilan. Menurut Lu Han, jadwal pekerjaannya saat ini tidak mewajibkannya untuk mengorbankan waktu sekolahnya untuk diskusi kelompok, mengerjakan paper, maupun berkumpul dengan teman-temannya. Meskipun ia bukan tipe morning person, demi tambahan uang Lu Han menyemangati dirinya sendiri untuk bangun tepat waktu dengan senyuman.

"Selamat pagi, Luhan. Bagaimana kabarmu?"

Salah satu colleague-nya, Mr. Evan bertanya dengan senyum begitu Lu Han menampakan wajahnya di depan ruangan penyimpanan kebersihan.

"Pagi Mr. Evan, aku baik bagaimana denganmu?"

"Aku baik tentu saja, kau datang cepat pagi ini." Lanjutnya sambil melirik jam dinding di dalam ruangan.

"Ugh, aku tidak bisa tidur nyenyak tadi malam karena hujan membuat suhu turun drastis!" keluh Lu Han yang kini menaikan hoodie jaketnya ke kepala.

Mr. Evan tertawa mendengarnya, "Kau sudah setahun tinggal disini dan masih tidak bisa beradaptasi dengan cuaca negara ini?"

Lu Han merengut dan menggelengkan kepalanya. "Jika aku tau Inggris punya kecenderungan hujan sepanjang tahun aku akan memilih negara lain. Like seriously Mr. Evan, summer in here is freakin' wet and cold! Aku bisa menghitung dengan satu telapak tangan hari dimana suhu mencapai 25o!"

Mr. Evan kali ini terbahak dan menepuk pundak Lu Han. "Aku ingat saat itu, dan kau mengeluh ingin mandi berulang kali karena kegerahan! Such a whiny kid." Ejeknya.

"Haah, aku tidak tau bagaimana aku akan bertahan menghadapi musim panas di China nanti ketika aku selesai studi."

"Mengendap saja di kulkas!" jawaban Mr. Evan membuat Lu Han menggelengkan kepala tersenyum saat tiba-tiba sebuah lengan merangkul bahunya dari belakang,

"Apa yang mengendap di kulkas?" Lao-ge, salah satu teman satu warga negara bertanya disampingnya.

"Nǐ de zhīfáng –lemakmu!" jawab Lu Han dalam Bahasa China sebelum kabur sambil membawa sebuah brush untuk memulai menyapu toko.

"Yak Xiǎozi Brat!" teriak Lao-ge kesal membuat Lu Han terkikik geli.

.

.

.

.

.

.

"Kau ke kampus hari ini?!" Suara Lao-ge sedikit kencang meskipun ia hanya berjarak satu meter karena saat ini mereka tengah berhenti di lampu merah diatas sepeda masing-masing. Hujan tipe showering membuat pandangan Lu Han buram karena air berkumpul di kacamatanya. Mereka telah selesai bekerja sekitar sepuluh menit yang lalu dan sedang dalam perjalanan pulang.

Lu Han mengangguk sekali sebagai jawaban, "Aku ada kelas pukul 12 nanti."

"Hmm… hati-hati ya. Prediksi cuaca mengatakan kecepatan angin mencapai 18 m/s siang ini!"

Lu Han mengerang frustasi membayangkan harus menerjang hujan kembali dalam cuaca 11oC dan kecepatan angin tinggi dengan sepedanya. Bisa dipastikan ia akan sampai kelas dalam keadaan basah kuyup, kedinginan, dan betis merana. Lao-ge terkekeh melihat tingkah Lu Han, sementara anak lelaki itu menghembuskan napas keras menguatkan mentalnya dan mengalihkan tatapan ke sembarang arah karena lampu lalu lintas belum berganti hijau.

Saat itulah matanya bersiborok dengan seorang pria yang tengah duduk di dalam kafe. Pria itu tengah menggenggam cangkir minumannya yang kini menggantung di udara. Lu Han menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatan namun karena matanya sudah mengidap myopia ditambah buliran air hujan ia menyerah dan kembali melihat kedepan.

"Green!" seru Lao-ge membuat Lu Han segera mengayuh sepedanya, ia sudah sedikit menggigil karena air sudah mulai merembes ke dalam sepatunya.

.

.

.

.

.

.

'Hey, what's wrong?'

'Huh? Oh, nothing.'

.

.

.

.

.

.

York merupakan salah satu kota kecil di bagian timur laut England yang didirikan oleh bangsa Roma. Luas areanya hanya 271.9 km2 yang kental dengan arsitektur zaman medieval. University of York terbagi menjadi Campus West and East. Sebagai mahasiswa jurusan fisika, gedung kuliahnya berada di West dan jarak antara akomodasi dan kampusnya dapat di tempuh sekitar 20 menit dengan sepeda. Namun di keadaan angin kencang seperti saat ini, Lu Han yakin ia butuh setidaknya 35 menit untuk sampai. Hal inilah yang membuat ia kini tengah berdiri di depan pintu flatnya dengan raut berpikir.

Lebih baik sepeda dengan resiko basah dan kedinginan atau bus tidak begitu basah tapi harus berjalan kaki? Lu Han mengetuk-ketukan kakinya dengan tangan bersidekap di dada.

Buk!

Sebuah dorongan dari arah belakang membuat Lu Han terlepas dari keamanan hujan dan mengeluarkan teriakan melengking layaknya perempuan.

"Yak hyung! Kenapa mendorongku?!" desis Lu Han setelah kembali berlindung di bawah atap flatnya dan menatap sinis pelaku pendorongan.

Byun Baekhyun, warga negara Korea yang merupakan teman satu flatnya tersenyum tak berdosa di hadapannya.

"Kau lama! Aku mau berangkat kerja tapi kau menghalangi jalan."

Lu Han mendecak mendengar jawaban si pria yang lebih tua lima tahun ini. "Pegawai macam apa yang baru berangkat bekerja pukul 11.30, ha?!"

"Pegawai macam aku, bocah. Kau, bukannya kelas pukul 12? Kenapa masih disini?" Baekhyun menarik mereka berdua keluar pintu dan berniat mengunci ketika Lu Han menahan tangannya.

"E-eh hyung jangan di kunci dahulu!" larang Lu Han membuat Baekhyun memutar matanya.

"Waeyo? Kau mau bolos kuliah hanya karena hujan?"

"Of course not! Prof. Edmond will give me extra paper if I skip his class," Lu Han merinding membayangkan tambahan paper mengenai fisika quantum, menulis satu saja sudah perjuangan apalagi jika harus menulis dua kali lipat?!

"Lalu? Kenapa tidak berangkat sekarang saja?" tanya pria 24 tahun yang berpakaian layaknya mahasiswa seperti Lu Han, waterproof jacket yang melapisi sweater dan jeans gelap.

Lu Han memutar bola matanya jengah dan menunjuk butiran air yang turun dari langit, "Jigeum biga naeligoissda –saat ini hujan."

Baekhyun menjitak kepala Lu Han membuat ia mengaduh. "I know, brat! Pikirmu aku buta?! Aish, aku bisa cepat tua berbicara denganmu!"

Baekhyun berjalan menembus hujan meninggalkan Lu Han yang masih berdiri di depan pintu dan mencibirnya. Sebelum mahasiswa ini bisa kembali memikirkan pilihan menaiki sepeda atau bus, teriakan flatmate-nya membuat Lu Han memelototkan matanya, mengunci pintu flat, dan berlari mengejar hyung nya.

"Cepat ke kampus idiot! It's 11.40 right now!"

.

.

.

.

.

.

"Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa bekerja sebagai administrator mahasiswa di departemen fisika. Kau 'kan lulusan history." Tanya yang lebih muda ketika mereka berhasil memasuki gedung departemen setelah menembus hujan dengan bus.

"Tidak usah banyak komentar. Kau sudah telat kelas." Jawab Baekhyun yang berjalan menuju administrative section dan menepuk punggung Lu Han cukup keras membuat si empunya meringis dan menghentakan kaki sekali.

"Jangan merengut seperti bocah, cepat masuk kelas!" perintah Baekhyun sekali lagi.

"Ye, ye, wangja nim," balas Lu Han malas dan melangkahkan kaki menuju kelas.

"Luhan-ah!" belum sampai lima langkah, Lu Han kembali membalikan badan menghadap Baekhyun. "Eonje jibe olgeoya –pukul berapa kau pulang?"

"Entahlah, probably 7. Why? You want me to wait for you?"

Baekhyun mengangguk membuat alis Lu Han terangkat satu. "Kemana pacarmu yang tinggi itu?"

Mengangkat bahu menjadi jawaban Baekhyun dan Lu Han meringis iba. "That bad? Baiklah, aku akan menunggu hyung selesai dan kita bisa ke kedai korea di Clairemont road. How?"

"Kau memang dongsaeng terbaik," jawab Baekhyun dengan dua ibu jari terangkat. "Oh omong-omong sekarang sudah 12.35, aku yakin Prof. Edmond akan tetap memberikanmu extra paper." Ucapan Baekhyun sukses membuat Lu Han mengumpat dan berlari cepat menuju kelas. Pria 24 tahun itu terkekeh geli dan kembali melanjutkan langkahnya menuju office.

.

.

.

.

.

.

"It's October which means autumn but why does it always rain?!" Lu Han mengeluh putus asa dengan kacamata berembun dan lengan yang memeluk dirinya sendiri.

Baekhyun menyikut rusuk sang mahasiswa pelan menyuruhnya menjaga sikap. "Bisakah kau memelankan rengekanmu?!" bisiknya tajam.

Lu Han mendesis menanggapi Baekhyun. "Aku lapar, kedinginan, kehujanan, and this shop still has audacity to make us wait outside?!"

"Sikkeuleoun ainoisy kid." Ucap Baekhyun pelan sambil menutup wajahnya pasrah.

Kedai korea yang terletak di clairemont road memang hanya memiliki ukuran 3x3 meter dengan bentuk huruf L untuk tempat makan sementara sisa ruangan digunakan sebagai dapur. Ajaibnya, kedai ini selalu ramai karena memang hanya akan buka pukul 18 – 22. Dan Lu Han sebagai warga negara China tidak mengidolakan masakan korea hingga rela mengantre hampir 30 menit hanya untuk mendapat giliran makan. Namun hari ini ia tidak bisa menghindar karena Baekhyun baru saja putus dengan pacar selama satu tahun-nya yang dibumbui pertengkaran semalam suntuk. Itu lah alasan sesungguhnya mengapa Lu Han tidak bisa tidur nyenyak semalam dan berakibat bangun pagi buta. Teriakan keduanya begitu memekakan hingga penghuni flat lain keluar dan menanyakan dirinya yang tengah berjongkok dengan berbungkus duvet di depan pintu.

"Lover's quarrel. Sorry to disturb you all."

Lu Han mengingat mengatakan hal tersebut sebelum pacar Baekhyun keluar dari ruangan dengan membanting pintu. Napas tersengal dan wajah merah menahan amarah adalah ekspresi yang di tampilkan sebelum ia melintasi para penghuni flat lainnya dan keluar dari tempat itu. Lu Han membungkuk meminta maaf pada penghuni lain dan perlahan menutup pintu ruangannya. Hal pertama yang Lu Han temukan adalah Baekhyun yang meringkuk di depan kamarnya dengan tatapan kosong.

"Hyung…?" panggil Lu Han, bergerak perlahan menuju Baekhyun.

Baekhyun tidak merespon apapun dan Lu Han melepas duvet di tubuhnya untuk menutupi tubuh Baekhyun. Setelah memastikan tubuh Baekhyun terbungkus, ia duduk bersila di hadapan yang lebih tua dengan punggung menghadap yang lebih tua.

"I'm here hyung, neo na hante gidaeda –you can lean on me." Lu Han mengucapkan itu dan memejamkan mata karena jarum jam sudah menunjukan angka 12.15 am dan ia harus bangun pagi untuk bekerja. Ditengah kesadarannya yang menipis ia merasakan Baekhyun yang menjatuhkan dahinya di punggungnya dan menangis terisak.

"Table for two?" pertanyaan pelayan di depan pintu mengalihkan ingatan Lu Han dan ia mengangguk sangat cepat seperti hiasan anjing di mobil.

"Finally!" serunya girang dan langsung menarik tangan Baekhyun.

Lu Han mengikuti langkah si pelayan dan mengerutkan dahi karena matanya tak menemukan meja kosong apalagi ketika menyadari ia dibawa ke sebuah meja di pojok kanan yang sudah berpenghuni.

"Maaf apakah anda keberatan berbagi meja dengan para pemuda ini?" tanya pelayan wanita itu pada pasangan yang telah menempati meja.

Si wanita terlihat terkejut selama sedetik sebelum wajahnya berubah tersenyum, "Oh tentu saja, silahkan."

Wanita ini anggun sekali dalam balutan gaun hitam dan cardigan putih dengan rambut blonde yang disanggul. Kecantikan caucasian menguar dan Lu Han terpana sesaat.

"Move, brat!" bisikan Baekhyun menyadarkannya dan ia terkekeh canggung pada senyuman terlalu manis Baekhyun yang mengancam. "Hyung mau di dalam atau di pinggir?"

"Pinggir."

Lu Han mengangguk dan segera masuk ke bagian dalam meja sambil membungkuk terima kasih pada pasangan di hadapannya.

"Aku harap kami tidak mengganggu kalian." Ucap Lu Han kepada si wanita yang dibalas gelengan kepala anggun.

"Tentu saja tidak. Di luar sedang hujan dan restoran sedang penuh. Kami tidak keberatan."

Lu Han mengulum senyum dan menganggukan kepala.

"Are you ready to order?" tanya si pelayan membuat Lu Han mengalihkan tatapan dari wanita tersebut ke Baekhyun.

"Hyung mau makan apa?"

"Haemul Jeongol, kau mau juga?"

"Tidak-tidak aku tidak bisa makan pedas. Bibimbap saja dan small dakgangjeong."

"Aish dasar bocah," ejek Baekhyun yang dibalas Lu Han dengan sipitan mata. "Satu haemul jeongol, satu bibimbap, dan porsi kecil dakgangjeong nona." Pesan Baekhyun.

"Untuk minumnya?" tanya si pelayan dan Baekhyun dan Lu Han menyengir bersamaan. "Barley tea, please."

Setelah sang pelayan mencatat pesanan mereka, dua flatmate ini terkikik geli. "Allowance ku baru akan cair bulan depan. Ini demi kau hyung." Ucap Lu Han.

"Dasar bocah pelit, kau 'kan gajian minggu depan. Penipu ulung!"

"Lebih baik dari pada hyung, pendapatan 19000 pounds sebulan saja pesan minuman yang free!" balas Lu Han yang dihadiahi delikan mata dan tepukan di punggung cukup keras.

Baekhyun tersenyum meminta maaf pada pasangan di depannya yang memperhatikan interaksi keduanya dengan mata membola.

"Maaf, adik ku memang sedikit brazen."

Si wanita terkekeh sedangkan si pria memperhatikan bocah di sebelahnya yang sedang merengut sambil memainkan ponsel. Baekhyun mengangkat sebelah alis dan menendang kaki Lu Han membuat anak lelaki itu mengerang kesal dan mengusak wajahnya.

"Naneun yeogiseo innaehalyeogo nolyeoghanda, hyung. Han beonman deohamyeon neol dasi ttaelilgeoya –I try to be patient here, hyung. Sekali lagi kamu memukulku aku akan membalas." Ucap Lu Han dengan senyuman manis namun tangan terkepal.

Kekehan kecil dari arah depan membuat kedua flatmate itu mengalihkan tatapan membunuh satu sama lain kepada si wanita.

"Ah maaf, interaksi kalian sangat menggemaskan." Tuturnya sambil mencondongkan badan. "Oh, by the way I'm Charlotte and he is Sehun. Apakah kalian orang korea? Rasanya tadi Bahasa yang sama yang sering digunakan Sehun ketika ia menelpon teman koreanya."

Dua pasang mata mengalihkan perhatian mereka pada si pria yang memang sedari tadi diam. Baekhyun berani bersumpah melihat pupil mata si pria membesar ketika mata Lu Han beralih padanya. Namun hal itu hanya berlangsung beberapa detik karena mata tajam itu beralih padanya.

"Annyeonghaseyo." Sapanya singkat.

"A-annyeonghaseyo…" balas Baekhyun tergagap karena dihujam tatapan tajam tiba-tiba.

Baekhyun merasakan aura tidak bersahabat dari si pria namun hilang begitu bocah di sebelahnya bersuara.

"Nǐ hǎo, Wǒ jiào Lu Han."

Baekhyun facepalmed dalam pikirannya. Ia tidak habis pikir kepolosan atau kebodohan teman satu flatnya yang bisa dengan mudah memberikan nama lengkapnya pada orang asing.

"You're Chinese?" tanya si pria dengan kerutan dahi.

"Yap, I'm a proudly Chinese."

"But you speak Korean?"

"Well, I've live for one year with Baek-hyung. He teaches me almost every day. Kinda understand a bit." Jawab Lu Han dengan cengiran polos. "Itu sangat membantu karena sekarang ia tidak bisa mengataiku dalam Bahasa korea lagi, hah!"

Senyuman tipis kini menghiasi wajah si pria pendiam.

"So, you two are not related?" tanya si wanita lagi.

"Pfft, I will get bullied daily if I were his little brother." Elak Lu Han yang berakhir tendangan di kaki dari Baekhyun kembali.

"Lihat 'kan?! Baek-hyung barbar layaknya wanita!" adu Lu Han yang malah kali ini mendapat tepukan di tengkuk dari yang lebih tua.

"Luhan-ah mulutmu tidak bisa dikontrol. Jangan percaya padanya, Charlotte. Aku yang cepat bertambah tua karena mengurusi bocah ini selama setahun."

"Hahaha, aku sangat ingin punya saudara. Jadi kau Luhan dan kau Baek-hyung…?" Charlotte dengan ragu melafalkan kembali nama mereka.

Lu Han terkekeh tertahan sementara Baekhyun memerah. "Ah namaku Baekhyun, hyung merupakan honorific sesama pria."

Bibir Charlotte membentuk bulatan kecil mengerti. "Seperti ketika kau memanggil Suho atau Kai, right Sehun?"

Sehun, si pria pendiam mengangguk dan bersamaan dengan itu dua porsi bulgogi daging sapi, sundubu jjigae, seolleongtang, dan dua mangkuk nasi serta kimchi hadir di meja mereka. Jelas sekali itu bukan pesanan Lu Han dan Baekhyun namun air liur si bocah tetap tidak bisa berhenti memperhatikan bulgogi dihadapannya. Ditambah suara ribut perut Lu Han, Baekhyun mengusak rambut hitam bergelombang milik pemuda 19 tahun di sampingnya.

"Sabarlah sebentar lagi makanan kita tiba."

Lu Han meneguk air liurnya perlahan dan menganggukan kepala. "Kau harus traktir aku daging sapi minggu depan hyung!" ucapnya dengan raut serius membuat Baekhyun tertawa mendecih.

"Maniak!" ejek Baekhyun yang dibalas cengiran lebar Lu Han.

"Do you like beef, Lu?" suara itu membuat baik Baekhyun dan Lu Han menghadap Sehun dengan mata membelalak.

"Eh…? How do you–"

"Kau memberinya nickname Sehun?" perkataan Lu Han terpotong oleh suara Charlotte yang alis matanya tengah menukik memperhatikan Sehun.

Sehun terlihat santai memasukan potongan kimchi kemulutnya. "Bukankah nama depanmu Lu dan nama belakangmu Han?"

"D-duì, I mean yes."

"Aku rasa ini normal untuk memanggilmu Lu karena itu adalah your family name. Appropriate for formal conversation, right?"

Lu Han hanya bisa menganggukan kepala dan Sehun mengalihkan pandangan dari Lu Han kearah Charlotte, dan menaikan sebelah alis seolah menantang si wanita.

"That's rare." Celetuk Baekhyun menyadari percakapan mata kedua pasangan di depannya. "Umumya orang-orang mengasumsikan Luhan sebagai satu nama. Seperti aku yang pernah meneror bocah ini saat ia mengatakan namanya hanya Luhan. Aku pikir ia membohongiku."

"Itu benar! Aku korban pitingan taekwondo Baek-hyung. .Barbar!" Lu Han menusukan sumpitnya ke lengan Baekhyun di tiap kata.

"Katakan sekali lagi dan ucapkan selamat tinggal pada kamarmu, idiot." Baekhyun menyipitkan matanya dan membuat gestur dengan kepalan tangannya.

"Na jalmotaesseoyo, jeosonghamnidamy fault, I'm sorry." Tutur Lu Han kembali duduk manis dan memainkan sebuah sumpit dengan jari-jarinya di tangan kanan.

"Apakah kalian mahasiswa disini?" tanya Sehun kembali yang dibalas anggukan oleh Lu Han.

"UoY?"

"Yap, tapi Baek-hyung sudah bekerja."

"What do you study, Lu?"

"Oh, phy-"

"How about you, Sehun-ssi? What do you do for living?" Baekhyun melipat tangannya di atas meja dan tersenyum menatap Sehun. Lu Han itu terlalu polos dan dia akan membeberkan seluruh detail dirinya tanpa berpikir dua kali. Ia bahkan beberapa kali mendapat calon stalker seandainya Baekhyun dan paca-ah, mantannya tidak dengan cepat mengonfrontasi mereka dengan ancaman polisi.

"Kebetulan aku cukup ahli dalam angka Baekhyun-ssi." Jawab Sehun tenang.

"He is an accountant." Charlotte menceletuk sambil mengambil sesendok bulgogi.

"Charlotte…" Sehun menghela napas dan mengerutkan dahi akan jawaban Charlotte.

"Oh sungguh? Temanku di kampus terlihat ingin mati ketika ujian semester lalu. Oh, dia mengambil jurusan akutansi omong-omong." Kali ini Lu Han yang menginterupsi pembicaraan dengan komentar polosnya.

"Patricia?" tanya Baekhyun mengingat teman Lu Han.

"Yap, that girl cried suddenly at 2 am in the library. Untung, sayang. Kalau tidak aku sudah meninggalkannya sendirian karena membangunkanku yang baru tertidur 10 menit." Cerita Lu Han berapi-api.

"Aww, girlfriend?" goda Charlotte, yang dijawab dengusan Baekhyun.

"She's happily married with her soulmate since diaper, something related to girly thing like that." Sanggah Lu Han dengan kibasan tangan.

"What? but you said you love her!" timpal Charlotte lagi.

"She's like my sister here. Dia teman pertamaku selain Baek-hyung disini."

Jika Sehun sempat menahan napas, Baekhyun perlu memberinya penghargaan karena itu sangat tidak terlihat. Sedari tadi ia tidak memperhatikan Charlotte dan Lu Han melainkan pria di seberang kanannya yang makan dengan tenang tapi bereaksi dengan apapun yang berhubungan dengan bocah 19 tahun di sebelahnya.

Kali ini pesanan Lu Han dan Baekhyun yang tiba dan Lu Han dengan gembira mengambil mangkuk bibimbapnya. "Jalmogeseumnida!"

Baekhyun bersumpah si Sehun ini tersenyum –dengan pandangan mata yang Baekhyun ragu mengartikannya –melihat Lu Han makan dengan lahap sebelum tatapannya berubah datar ketika menghadap Baekhyun. "Baekhyun-ssi?" tanyanya membuat Baekhyun berdeham dan menyeruput stewnya terlalu cepat.

"Aak, tteugeo! –hot!"

Lu Han memberikan gelas barley tea kehadapannya dan menepuk punggungnya perlahan. "Pelan-pelan, hyung. Kau ini bar- ehehe, minum yang banyak hyung." Lu Han menyengir polos dan kembali melanjutkan makannya ketika Baekhyun memelotot kearahnya.

"You okay?" Charlotte bertanya dengan raut khawatir yang dibalas Baekhyun dengan gelengan kepala.

"Selamat menikmati makanan kalian," tutur Baekhyun mempersilahkan pasangan di depannya melanjutkan makan malam mereka.

Makan malam mereka berlanjut hening dengan sesekali pertanyaan terlontar dari Charlotte atau Baekhyun yang ditimpali oleh Lu Han. Lu Han mendapatkan omelan dari Baekhyun mengenai tingkah laku makannya yang sambil memainkan game di ponsel.

"Ini sedang seru, hyung. Yixing mengajak ku bergabung dengan timnya sekarang." Bela Lu Han ketika Baekhyun mengancamnya.

"Karaktermu di LoL tidak akan mati kalau kau absen memainkannya setiap lima jam sehari, bodoh! We are eating with people right now!" lanjutnya mendesis dikalimat akhir.

Lu Han terpaksa meletakan ponselnya kembali di saku celana dengan wajah tertetuk. Baekhyun tersenyum minta maaf pada Charlotte dan Sehun yang dibalas tatapan pengertian oleh sang perempuan dan tatapan mengancam dari yang pria. Sebelum Baekhyun mengemukakan suaranya, bocah di sebelahnya secara ajaib melemparkan pertanyaan yang seharusnya mereka tanyakan sedari awal.

"Omong-omong, kalian pacaran ya?"

Bahasa tubuh Sehun jelas menegang sementara Charlotte tersenyum manis. "Nu'uh, we are enganged."

"Daebak!" seru Lu Han gembira dan memberikan selamat yang dibalas tawa malu Charlotte,

"Daebak…" lirih Baekhyun bersamaan karena menyadari pria di seberang kanannya yang baru saja memberikan tatapan putus asa kearah anak lelaki warga negara China yang menjabat tangannya gembira.

"You're lucky Sehun-hyung!"

.

.

.

.

.

.

tebece

hai...? setelah exam, winter break, new term, exam, summer break, new term, aku kembali

kemampuan menulisku masih di level amateur yang sama jadi mohon maklum

ini kemungkinan hanya tiga atau empat part? mudah2an pasti tamat ehehehehe , v