2Park

By December28

.

.

.

"Apa ada hal baik yang terjadi?"

Woojin terkekeh, membiarkan ibunya bingung dan menebak-nebak apa yang menyebabkan anaknya seperti ini.

Woojin yang biasanya masih bergelung dengan selimut, pagi ini sangat berbeda.

Keluar dar kamarnya 45 menit lebih awal dengan penampilan segar dan seragam sekolahnya yang rapi ia gunakan.

"Woojin-ah.. Kau tidak membuat masalah kan?"

Woojin mendelik, meneruskan pekerjaannya memasukkan beberapa potong buah segar ke kotak makan milik ibunya.

"Buah itu untuk siapa?"

"Untukku"

"Tapi kau tidak suka kiwi"

Woojin refleks diam, mencoba membasahi tenggorokannya dan terkekeh kaku sebagai usaha untuk menghindari percakapan ini.

"Kalau kau mau jujur aku akan membantumu mengepak lebih banyak buah"

Woojin diam, sedikit tergoda dengan tawaran ibunya ini.

"Jadi..bisa ceritakan?"

Woojin menggosok hidungnya, memilih duduk di kursi ruang makan dan mengelilingi seluruh rumah dengan pandangan matanya, memastikan tidak akan ada yang mendengar selain mereka berdua.

"Apa kau akan marah kalau aku bilang aku kencan dengan seseorang sekarang?" Ibu Woojin awalnya kaget, melebarkan matanya sampai tidak lama kemudian terkekeh gemas.

"Jadi, ingin memberikan buah ini kepadanya?"

Woojin mengangguk mantap.

"Dia suka kiwi?"

Kembali mengangguk.

"Apa dia anak yang baik?" Woojin hanya membalasnya dengan senyum, berterima kasih karena ibunya tidak bertanya lebih jauh tentang siapa orang yang dikencaninya.

Setelah memasukkan kotak makan siang yang berisi buah dan beberapa kotak susu, Woojin kembali merapikan rambutnya. Membuat Ibunya yang melihat dari jauh tersenyum maklum.

"Sudah tampan"

"Aku tau, aku berangkat dulu mom"

"Hng~ "

Melangkah riang dan membuka ponselnya, membaca lagi pesan yang dikirim Jihoon pagi malam sebelum keduanya tidur.

" Jangan tidur terlalu malam. Aku tidak mau besok kita terlambat berangkat ke sekolah"

...

...

Jihoon tersenyum, membiarkan Woojin berjalan disampingnya dengan langkah pelan.

"Kau tidak terlambat hari ini"

"Tentu saja, aku sudah bilang kita tidak akan terlambat lagi"

Woojin tersenyum bangga, mencoba merangkul Jihoon yang bergerak cepat untuk menghindar.

"Ji- Jihoon ah!"

"Apa yang mau kau lakukan?" Jihoon terbelalak kaget.

"Me..rangkulmu"

"Banyak orang disini"

Woojin berkedip.

Bingung.

"Hei..kita bahkan biasa bergandengan tangan dulu saat berangkat sekolah bersama"

Jihoon menunduk. Ada rona merah muda di pipi bulatnya.

"Itu..dulu, jangan disamakan"

Woojin semakin bingung.

"Kenapa? Kenapa tidak boleh disamakan?"

Mata Jihoon memincing sebal, berjalan mendahului Woojin yang berada beberapa langkah di belakang mencoba mengejarnya .

"Jihoon-ah"

"..."

Jihoon mempercepat langkahnya, ingin cepat-cepat sampai di sekolah.

"Park Jihoon, apa kau takut orang-orang mengetahui kita berkencan ?"

Langkah Jihoon terhenti, menbalikkan tubuhnya dan menatap Woojin yang terlihat kesal.

"Bukan-" Jihoon menundukkan kepalanya, ia tau, Woojin berjalan mendekat.

"Lalu..kenapa?"

Woojin sudah ada di hadapannya, mencoba mencari mata Jihoon yang masih sibuk menunduk sejak tadi.

"Aku..hanya- malu, maksudku- bukan malu karena jalan bersamamu tapi- kau tau, pipiku tiba tiba panas dan rasanya-"

"Hmftt-"

Woojin mencoba menahan tawanya, mengulurkan tangannya untuk mengusap sayang rambut Jihoon yang terjatuh rapi menutupi dahinya.

"Kau benar-benar menggemaskan"

Woojin terkekeh, memutuskan untuk meraih tangan Jihoon yang langsung terbelalak.

Jihoon pun tidak tau. Awalnya berdekatan dengan Woojin dan bersentuhan tidak masalah untuknya, ia bahkan bisa berbaring disamping Woojin dulu, tapi beberapa hari ini... Sejak beberapa hari lalu. Ia merasa ada yang aneh, ia merasa sesak jika merasakan Woojin menyentuhnya. Jihoon merasa ada sesuatu yang menggelitik dadanya saat melihat Woojin tertawa dan menatapnya.

"Aku senang"

Jihoon menoleh, "Senang kenapa?"

"Karena kau sudah mulai menyukaiku"

Jihoon masih mengerutkan keningnya tidak mengerti, masih berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Woojin walau itu terasa menyenangkan.

Jihoon sudah mengatakannya kan?

Bersentuhan dengan Woojin, tidak baik untuk tubuhnya.

...

...

"Jihoon-ah" Jihoon dan Woojin menoleh dan menemukan Daniel di ujung koridor.

Entah kenapa Woojin seperti siap dengan kuda-kudanya dan itu membuat Jihoon tersenyum gemas.

"Baru datang?" Daniel bertanya.

"Cih..basa basi" Jihoon bisa mendengar Woojin yang menggerutu disampingnya.

"Hng, ada apa hyung?"

"Ah. Itu- apa ingin makan siang bersama nanti?"

Jihoon diam, melirik Woojin yang memutar matanya kesal.

"Mian hyung, aku sudah janji akan makan dengan Woojin"

Daniel melirik Woojin, tersenyum miring dan berseru "Kita bisa makan bertiga"

"Ah..itu hyung-"

"Aku akan menjemputmu di kelas saat jam makan siang, okay. Dan sampai bertemu nanti Yoojin"

Daniel melangkah pergi dengan santai meninggalkan Jihoon yang bingung dan Woojin yang mengeram kesal.

"Namaku Woojin, bukan Yoojin!"

Woojin berjalan kesal, meninggalkan Jihoon yang berusaha mengejarnya.

"Woojin-ah~"

...

"Kau marah?"

Hanya di baca.

Woojin marah padanya, ia bahkan tidak menoleh saat Jihoon melemparnya dengan kertas.

"Jangan marah"

Jihoon mengirimkan emotion sedih dan akhirnya Woojin membalas.

"Jadi makan siang dimana?"

"Dimanapun, denganmu. Hanya kau dan aku. Berdua saja"

Kelas awalnya hening sampai terdengar kekehan kencang dari Woojin di kursi belakang.

Siswa lain meliriknya heran, Guru bahkan menegurnya, tapi Woojin masih sibuk terkekeh dan Jihoon juga sama.

Keduanya tau alasan mereka tertawa. Hanya mereka yang tau.

...

...

Kelas olahraga.

Jihoon mengusap perutnya yang terasa penuh, hari ini benar-benar luar biasa.

Jihoon masih memiliki 3 kotak susu dan buah strawberry yang di bawa Woojin untuknya.

Jihoon duduk disamping lapangan, mengusap dahinya yang berkeringat karena sinar matahari.

Menatap Woojin dari kejauhan yang sedang bermain sepak bola sampai tak lama kemudian ada yang menghampirinya.

Hyungseob.

"Sendiri?"

Jihoon mengangguk, menggeser posisi duduknya agar Hyungseob bisa duduk disana.

"Biasanya bersama Woojin"

"Ah, dia masih bermain sepak bola"

"Oh. Begitu..."

Keduanya diam.

Jihoon merasa Hyungseob ingin mengatakan sesuatu.

"Ada yang bisa ku bantu?"

"Jihoonie. Aku dengar gosip. Jangan marah, ini gosip paling aneh yang pernah ku dengar"

"Gosip tentang?"

"Kau dan Woojin hehehe" Hyungseob terkekeh kaku.

"Ada apa dengan aku dan Woojin?"

"Banyak yang mengira kau- kau dan Woojin berpacaran-"

Jihoon tersenyum, ingin membalas seruan Hyungseob yang masih terus bicara.

"Itu lucu bukan? Hehehehe. Kau dan-"

"Aku dan Woojin" Jihoon ingin menjawab, tapi...

"Mana mungkin kau berpacaran dengan Woojin, gosiip itu benar-benar aneh dan hehehehe aku tidak habis fikir-"

Jihoon terdiam, memandang Hyungseob yang terus bicara dengan senyum kaku di wajahnya.

"Hyungseob-ah.."

"Tidak mungkin kan? Banyak orang yang menyukaimu, kenapa harus Park Woojin. Lagipula karena gosip itu orang yang menyukai Woojin akan salah paham dan-"

Tunggu.

Apa katanya tadi?

Apa Jihoon salah dengar?

"Siapa?" Jihoon membasahi bibirnya dan melanjutkan seruannya. "Siapa..yang menyukai Woojin?"

Hyungseob menunduk, ia terlihat bingung sampai akhirnya mendongak dan berseru.

"Aku.."

Jihoon melebarkan matanya.

Kaget.

Bingung.

Kesal dan...marah.

Jihoon..tidak suka keadaan ini.

Fakta bahwa ada orang lain yang menyukai pacarnya.

"Aku...menyukai Jinyoung hyung"

Masih ingat dengan jelas wajah Daehwi yang datang kepadanya.

Saat itu Jihoon hanya bisa tersenyum, mencoba sabar. Tapi sekarang?

Apa yang harus dilakukannya sekarang?.

...