Tiffany menahan tangan Baekhyun saat anaknya itu akan beranjak masuk kedalam stasiun. Raut wajahnya terlihat khawatir, karena ini kali pertama dia membiarkan Baekhyun pergi dengan menggunakan kereta. Meskipun ada Chanyeol bersama Baekhyun, Tiffany tetap merasa khawatir.
"Tenang saja, mom. Aku akan baik-baik saja."
"Benar ibu mertua, aku akan menjaga Baekhyun selama disana."
Helaan nafas pelan dikeluarkan Tiffany. Ia akhirnya menunjukkan senyumannya lalu mengangguk. Tangannya mengelus pelan pipi Baekhyun lalu menatap Baekhyun dan Chanyeol bergantian. "Berjanji untuk hati-hati selama disana. Jangan berpergian hingga larut malam, jangan lupa makan, jangan macam-macam selama disana. Mengerti?"
Baekhyun tersenyum senang, ia merasa senang karena ibu tirinya terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya. Jadi ia mendekat kemudian memeluk Tiffany setelahnya ia mencium kedua pipi Tiffany. Sikapnya itu mengundang senyuman lega diwajah cantik sang ibu. "Baekhyun janji! Tidak perlu khawatir, aku sudah besar."
"Tapi kau tetap bayi kecil untukku," Tiffany mencubit kedua pipi Baekhyun dengan gemas. Ia mengusap kepala Baekhyun lalu memberikan kecupan di kening anaknya itu. Ia menoleh menatap Chanyeol. "Jangan lepaskan pandanganmu dari Baekhyun ya Chanyeol. Aku tidak mau ada luka sekecil apapun ditubuh anakku."
"Mommy~" rengek Baekhyun. Ia mengerucutkan bibirnya, merasa kalau sikap ibunya terlalu berlebihan. Lagipula ia hanya akan pergi ke Busan selama tiga hari. Tidak lama.
Lain halnya dengan Baekhyun yang merengek, Chanyeol malah menganggukkan kepalanya mantap kemudian memberikan hormat pada Tiffany. "Siap ibu mertua. Aku akan menjaga Baekhyun. Tidak perlu khawatir."
Tiffany menghela nafas lega. Ia mengelus pundak Baekhyun pelan. "Jangan lupa memberikan kabar kepada Taeyeon."
"Iya iya~ aku pergi dulu. Sampai jumpa~"
Setelahnya Tiffany merelakan kepergian anaknya yang berlibur bersama dengan kekasihnya itu. Ia menghela nafas pelan kemudian tersenyum. Baekhyun sudah dewasa, dan lelaki mungil itupun sudah banyak berubah. Baekhyun kecilnya sudah kembali lagi. Dan semua itu berkat Chanyeol yang hadir dalam kehidupan Baekhyun.
.
My Squishy
ChanBaek
Chapter 20 (END)
.
Baekhyun tidak bisa melepaskan senyuman lebar di wajahnya. Sejak dirinya naik kereta untuk pertama kalinya, Baekhyun benar-benar sudah sangat bahagia. Apalagi Chanyeol membawakan telur rebus dan soda untuknya. Impiannya benar-benar terwujud, makan telur dengan soda diatas kereta. Impian kecil namun bermakna bagi Baekhyun. Apalagi ketika dirinya sudah berhasil menginjakkan kakinya di Busan. Baekhyun rasanya ingin menangis saking bahagianya. Bahkan dirinya melompat-lompat kecil saking senangnya.
Semenjak kejadian yang tidak mengenakkan terjadi di kehidupannya, Baekhyun memang jarang sekali berpergian untuk berlibur. Dia lebih senang mengurung dirinya di dalam kamar ataupun pergi sendiri ke mall untuk menghilangkan bosan. Dan ini kali pertama setelah sekian lama Baekhyun menghirup udara yang berbeda. Apalagi dia berpergian dengan kekasihnya, benar-benar hal yang tidak pernah ia pikirkan akan terjadi.
"Kau suka?" Chanyeol tidak dapat menahan rasa gemas saat Baekhyun tersenyum sambil menatap lembut kearahnya. Ia mengelus surai Baekhyun, menujukkan rasa sayangnya dari sana.
"Sangat suka. Chanyeol... terimakasih."
"Bukan masalah besar, sayang," Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun. Membawanya keluar dari stasiun. Chanyeol menyuruh Baekhyun untuk duduk menunggu, sementara dirinya mencari taksi yang dapat dijadikan kendaraan yang akan membawa mereka menuju hotel.
Ngomong-ngomong tentang hotel, Chanyeol sudah menyewa satu kamar di hotel mewah yang berada di pinggir pantai. Dirinya ingin membuat liburan yang berharga untuk Baekhyun. Lagipula dia juga takut Baekhyun tidak akan nyaman jika dia memesan kamar di hotel yang murah, seperti yang biasa dia pesan jika pergi dengan teman-temannya.
Selesai mencari taksi, Chanyeol langsung menjemput Baekhyun. Membantu kekasihnya itu membawa barang yang dibawanya.
"Kita ke hotel dulu, Chan?"
"Ya," Chanyeol mengelus pipi Baekhyun dengan ibu jarinya. "Kita istirahat dulu, Baek. Kau pasti lelah bukan?"
"Eum..." anggukan kecil diperlihatkan Baekhyun. "Pinggangku sakit karena duduk lama."
Chanyeol terkekeh mendengar ucapan Baekhyun. Ia mengangguk kemudian menuntun Baekhyun agar masuk ke dalam taksi.
.
.
Chanyeol dan Baekhyun memang sampai di Busan sore hari, ketika mereka sampai di hotel, matahari sudah mulai turun. Bersiap untuk menyembunyikan sinarnya.
Setelah merapikan barang bawaan mereka, Chanyeol menarik tangan Baekhyun agar menuju balkon kamar hotel. Ia memeluk tubuh Baekhyun dari belakang. Kamar hotel yang di pesan Chanyeol menghadap kearah laut, mereka dapat menyaksikan matahari terbenam dari balkon kamar mereka.
Menikmati angin yang menyentuh wajahnya, Baekhyun menyamankan dirinya dalam pelukan Chanyeol. Senyuman tipis terlukis di wajahnya. Ia mendongak untuk melihat wajah tampan Chanyeol yang tengah menatap hamparan laut di depannya.
"Chanyeol..." panggilnya pelan. "Aku sangat senang."
Chanyeol menunduk, dengan gemas ia mengecup ujung hidung Baekhyun kemudian membalas senyuman kekasih mungilnya. "Akupun senang jika kau senang," setelahnya Chanyeol mengecup pucuk kepala Baekhyun ketika Baekhyun kembali menatap kearah depan.
"Aku tidak menyangka kalau aku akan memiliki kesempatan ini..." tangan Baekhyun menggenggam tangan Chanyeol yang melingkar di pinggangnya. "Ku kira aku hanya akan menghabiskan waktu liburan di dalam kamar dengan buku. Tapi saat ini aku merasa sangat beruntung. Aku beruntung bertemu denganmu, Chan..."
"Aku senang sudah membawa keberutungan untukmu," Chanyeol mengeratkan pelukannya kemudian menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Baekhyun. Membuat lelaki itu mengedikkan bahunya saat merasakan geli. Namun setelah itu terdiam, menikmati hembusan nafas Chanyeol.
"Terima kasih kau sudah sabar dengan sikapku dulu, Chan."
"Kalau aku tidak sabar, aku akan melewati sikap manismu yang seperti ini, Baek. Kesabaranku berbuah manis."
Baekhyun dibuat tersenyum lebar mendengar ucapan Chanyeol. Si mungil membalikkan tubuhnya untuk memeluk pinggang Chanyeol. Menenggelamkan kepalanya didada Chanyeol dan merasakan detakan jantung Chanyeol yang membuatnya nyaman. Manik sipit Baekhyun terpejam saat Chanyeol membalas pelukkannya. Ia tersenyum kecil merasakan kecupan di keningnya.
Suasana tenang di sekitar mereka membuat keduanya tidak ingin menjauh. Hingga matahari telah bersembunyi dan hari menjadi gelap, Chanyeol baru melepaskan pelukan mereka. Ia menatap wajah Baekhyun di bawah temaramnya cahaya, meskipun begitu, ia masih dapat melihat cantiknya wajah Baekhyun.
"Sebaiknya kau mandi, Baek. Setelah itu kita makan malam. Lalu istirahat, agar besok kita dapat berlibur sepuasnya."
Baekhyun mengangguk, menuruti ucapan Chanyeol. Ia berjalan pelan untuk masuk kembali ke dalam kamar, namun langkahnya kembali mendekati Chanyeol. Dengan senyuman kecil, Baekhyun mencium pipi Chanyeol dengan cepat kemudian berlari masuk ke dalam. Membuat Chanyeol terkekeh ditempatnya. Tingkah kekasihnya itu benar-benar menggemaskan.
"Semoga aku tahan tidur denganmu malam ini, Baek..."
.
.
"Tidak apa-apa, kan?"
Chanyeol menggaruk lehernya, meneliti ekspresi wajah Baekhyun. Takut-takut kalau kekasihnya itu tidak senang dengan pilihannya. Dia tidak ingin liburan mereka menjadi kacau.
"Aku... baru sempat belajar sepeda. Jadi kita pergi dengan ini."
"Tentu," Baekhyun tersenyum. "Kenapa kau terlihat takut?"
"Aku takut kau tidak nyaman. Hari juga sedang panas, kau tidak apa-apa dengan sinar matahari?"
"Tidak apa, Chanyeol."
"Kalau begitu, ayo! Tunggu apa lagi!"
Chanyeol naik keatas sepeda, menyuruh Baekhyun agar duduk di kursi belakang. Tidak lupa ia menarik tangan Baekhyun agar melingkar di pinggangnya. Dengan pelan, ia mengayuh pedal sepeda. Membuat dirinya dan Baekhyun perlahan meninggalkan hotel.
Baekhyun yang duduk di belakang Chanyeol tidak henti membentuk senyuman. Tangannya yang melingkar, memeluk erat pinggang Chanyeol. Ia juga menyandarkan kepalanya pada punggung Chanyeol. Baekhyun sangat senang dengan apa yang Chanyrol lalukan untuknya. Kekasihnya itu ingin membuatnya nyaman dengan menyewakan hotel yang mewah, namun pada akhirnya Chanyeol tetap menunjukkan kesederhanaannya ketika mengajaknya pergi dengan sepeda.
"Kapan kau belajar sepeda, Chan?"
"Saat kita berencana untuk berlibur," Chanyeol sedikit melirik kearah Baekhyun. "Hana menemaniku. Dia sangat bersemangat saat melihatku jatuh."
Tawa kecil Baekhyun terdengar. Seketika bayangan wajah lucu Hana terlihat olehnya. Membuatnya iri dengan gadis kecil itu, karena ia dapat melihat bahkan menemani Chanyrol saat belajar naik sepeda.
Ngomong-ngomong tentang Hana, Chanyeol benar-benar mengajaknya bertamu kerumahnya setelah mereka berpacaran. Baekhyun masih ingat dengan jelas bagaimana godaan yang diberikan ibu dan kakak Chanyeol kepada anak bungsu di keluarga itu. Lalu bagaimana lembutnya ibu Chanyeol menyambut dirinya. Baekhyun senang, melihat itu membuatnya senang. Karena Chanyeol tidak harus tersiksa karena keluarganya, tidak seperti dirinya.
Baekhyun semakin mengeratkan dekapannya pada Chanyeol saat terhanyut dalam pikirannya. Hidupnya memang tidak berwarna, tapi itu hanya masa lalu. Kini hidupnya penuh dengan warna karena lelaki yang tengah mengayuh sepeda untuknya.
"Sayang," panggil Chanyeol. "Kau memelukku terlalu erat."
"Eh?" Baekhyun melepaskan tangannya yang melingkar pada pinggang Chanyeol. "Kau tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa," Chanyeol kembali menarik tangan Baekhyun agar melingkar di pinggangnya. "Jangan lepaskan, nanti kau jatuh."
Baekhyun hanya mengangguk di belakang Chanyeol. Ia tersenyum kecil saat Chanyeol menggenggam tangannya.
"Mau beli ice cream sebelum kita ke pantai?"
"Tentu."
.
.
Okay.
Seharian mengayuh sepeda benar-benar membuat kaki Chanyeol rasanya ingin copot. Namun saat melihat wajah senang Baekhyun rasa lelahnya seketika menguap. Apalagi saat Baekhyun berkata, "Aku senang menaiki sepeda bersamamu, Chanyeol. Ini rasanya... sangat romantis." Menghilang sudah semua rasa lelah di tubuh Chanyeol. Kesenangan Baekhyun selalu menjadi prioritasnya.
Tapi wajah malu-malu Baekhyun saat ini juga membuatnya gila. Pasalnya, kekasihnya itu duduk di pinggir kasur dengan memilin bajunya.
"Baek? Kau mau mandi dulu?"
Baekhyun mengangguk sambil menatap Chanyeol. Ia berdiri lalu berjalan pelan kearah kamar mandi. Namun tarikan tangannya oleh Chanyeol membuat ia berhenti. "Chanyeol?"
"Baekhyun, mau mandi... bersama?"
"A-apa?"
.
Dan disinilah sepasang kekasih itu berakhir. Tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh mereka, Chanyeol dan Baekhyun berendam di bathup yang sama dengan punggung yang menempel. Baekhyun terlalu malu untuk berhadapan dengan Chanyeol saat ini.
Baekhyun pernah mandi bersama dengan Jongin saat mereka kecil, ia juga pernah di ajak ayahnya mengunjungi tempat pemandian umum waktu itu. Tapi dirinya tidak pernah segugup ini. Saat melihat tubuh Chanyeol, Baekhyun merasa suhu disekitarnya tiba-tiba memanas. Apalagi saat punggungnya dan Chanyeol saling bersentuhan.
"Baek..."
Bahkan panggilan Chanyeol membuatnya terlonjak kaget.
"I-iya?"
"Mau minum ini?" Baekhyun menoleh lalu mendapati Chanyeol yang tengah memegang botol berwarna maroon. Baekhyun ingat, botol itu memang sudah disediakan oleh pihak hotel dan di letakkan di samping bathup.
.
"Itu..."
"Wine," Chanyeol memutar tubuhnya, ia terkekeh melihat punggung Baekhyun yang menegang. Dengan pelan, ia membawa Baekhyun agar menatap kearahnya. Ia dapat dengan jelas melihat wajah Baekhyun yang memerah. "Mau?"
"Apa... enak?"
Kepala Chanyeol mengangguk. "Tenang saja, kita boleh meminum ini asal tidak berlebihan kok."
Pada akhirnya Baekhyun menyetujui keinginan Chanyeol. Ia dapat melihat Chanyeol yang mengambil dua gelas dan membuka tutup botol, meskipun terlihat kesulitan, Chanyeol dapat membukanya.
Chanyeol menuangkan cairan berwarna gelap kedalam gelas yang dipegang Baekhyun kemudian gelas untuknya. Hanya sedikit. Ia tersenyum kepada Baekhyun, memajukan gelas yang ia pegang. "Cheers."
Baekhyun membalas senyuman Chanyeol lalu mempertemukan gelas mereka. Ia meminumnya pelan, membiarkan rasa manis dan pahit menyatu di dalam mulutnya.
"Enak?"
"Eum..." Baekhyun mengangguk senang. "Ini rasa yang baru untukku."
Chanyeol mengelus kepala Baekhyun. Tubuhnya mendekat kearah Baekhyun untuk memberikan kecupan di kening si mungil. "Bukankah ini menjadi semakin romantis? Kita berendam bersama sambil menikmati wine."
Wajah Baekhyun memerah mendengar ucapan Chanyeol. Maniknya menatap kearah tangannya yang di genggam oleh Chanyeol. Baekhyun tersenyum, Chanyeol benar-benar lembut padanya. Bahkan untuk menggenggam tangannya, Chanyeol melakukannya dengan perlahan.
"Baekhyun, aku mencintaimu."
"Aku juga."
"Aku juga apa?" Tanya Chanyeol menggoda kekasihnya yang telah memerah ditempatnya.
"Chanyeol~"
"Apa sayang? Katakan."
Baekhyun mengulum bibirnya, ia menjadi gugup hanya untuk menatap wajah tampan Chanyeol. "A-aku juga mencintaimu, Chanyeol," dan akhirnya kalimat itu terucap dari bibirnya.
Merasa tingkah kekasihnya sangat menggemaskan, Chanyeol menghabiskan sisa wine di gelasnya dalam sekali teguk kemudian langsung membawa Baekhyun ke dalam pagutannya. Ia menekan bibir Baekhyun dengan mata yang terpejam, tangannya mengelus pipi Baekhyun, membuat lelaki yang lebih mungil darinya merasa nyaman.
Chanyeol melepas pagutannya hanya untuk menatap wajah Baekhyun. Ia tidak menjauhkan jarak wajahnya dengan Baekhyun, maniknya tetap meneliti wajah manis Baekhyun dalam jarak yang dekat. Sangat cantik.
"Chan..." Baekhyun menggigit bibir bawahnya. Tangannya memegang pundak Chanyeol kemudian memerasnya. "Kau... mau apa?"
"Baekhyun," Chanyeol membuat posisinya menjadi nyaman. Kini tubuh Baekhyun telah bersandar pada sisi bathup, sedangkan dirinya berada diatas tubuh Baekhyun. "Bolehkah?"
Baekhyun kembali menggigit bibir bawahnya. Saat ini dirinya bukan Baekhyun yang dulu, kini ia paham apa yang diucapkan oleh Chanyeol.
Berterimakasihlah pada Jongin yang selalu meracuni pikirannya.
Tangan Baekhyun yang berada dipundak Chanyeol perlahan pindah menjadi melingkar di leher kekasihnya itu. Kepalanya dengan pelan mengangguk, hingga Chanyeol menatapnya tidak percaya.
"Benarkah?"
"Eum..." Baekhyun kembali mengangguk. "Lakukanlah."
Chanyeol tersenyum lalu mengecup kening Baekhyun. "Terimakasih," setelahnya Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun, membawanya keluar dari kamar mandi kemudian merebahkan tubuh Baekhyun yang masih basah keatas ranjang. Maniknya menatap Baekhyun penuh kagum. Lelaki yang tengah pasrah di bawahnya terlibat sangat indah.
"Chan..."
Chanyeol menutup bibir Baekhyun dengan bibirnya. Kepalanya ia miringkan, membuat dirinya dapat dengan mudah menikmati bibir manis Baekhyun. Mulutnya terbuka, menjilat bibir Baekhyun membuat kekasihnya membuka mulutnya. Tanpa ragu, Chanyeol memasukkan lidahnya kedalam mulut Baekhyun. Mengaitkan lidah Baekhyun dengan lidahnya.
Satu tangannya mengelus pipi Baekhyun, sedangkan tangannya yang lain mulai menyentuh tubuh Baekhyun. Bagian dada menjadi sasaran pertamanya. Jemari kasar Chanyeol mengelus dada Baekhyun dengan lembut. Bergantian menggoda puting Baekhyun, menekan dan memilinnya pelan. Reaksi yang diberikan Baekhyun benar-benar membuatnya senang, kekasihnya itu membusungkan dadanya dengan erangan pelan.
"Eungh... Chanyeol."
Bibir Chanyeol turun menuju leher Baekhyun, menciuminya pelan dengan lidah yang sesekali menjilati kulit Baekhyun. Ia tersenyum kecil saat merasakan sedikit rasa asin karena keringat Baekhyun. Tidak puas hanya menjilat, Chanyeol menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Baekhyun kemudian menyesap kulit Baekhyun. Membuat tanda merah disana.
"Anh!" Baekhyun bereaksi untuk hisapan Chanyeol pada lehernya. Ia memegang kepala Chanyeol, menekannya meminta lebih. Baekhyun mendongakkan kepalanya, membiarkan Chanyeol menjelajah lehernya dengan mudah. Ia sangat menyukai sensasi saat Chanyeol menghisap kulit lehernya lalu menjilatnya kemudian menghisapnya lagi. Apalagi Chanyeol tidak hanya melakukannya pada lehernya, karena saat ini Chanyeol sudah melancarkan pekerjaan bibirnya menuju dada Baekhyun.
Pada dada Baekhyun, Chanyeol menjulurkan lidahnya untuk menyapa puting Baekhyun kemudian mengulum puting Baekhyun yang sudah menegang. Tidak puas, Chanyeol menghisap puting Baekhyun, membuatnya terlihat seperti bayi yang sedang menyusu.
Baekhyun mendesah kencang. Ia tidak lagi menekan kepala Chanyeol, melainkan meremas sprei untuk menyalurkan kenikmatannya.
Jika bibir Chanyeol sibuk bekerja di dada Baekhyun, maka tangannya mulai mengelus paha dalam Baekhyun, membuat kekasihnya merapatkan kakinya karena geli. Chanyeol terkekeh ditempatnya, ia membuka lebar kaki Baekhyun lalu kembali membelai lembut paha Baekhyun.
"C-chan..."
Chanyeol meninggalkan dada Baekhyun untuk menatap wajah kekasihnya yang memerah. Ia mengecup bibir Baekhyun sekilas. "Tunggu sebentar," Chanyeol turun dari kasur, meninggalkan Baekhyun yang menatap dirinya penuh tanya. Mengapa Chanyeol meninggalkannya lalu berlari tergesa menuju tasnya?
Dan pertanyaan dikepala Baekhyun terjawab saat melihat Chanyeol membawa sebuah botol dan bungkusan kecil di tangannya. Sedangakn Chanyeol mendekat kearah Baekhyun dengan wajah malunya. Ia tidak akan munafik, karena dirinya memang berharap dirinya dapat menyentuh Baekhyun. Maka ia telah menyiapkan lube dan kondom untuk berjaga-jaga.
"Hm... aku membawanya untuk berjaga-jaga."
Baekhyun mengulum senyumnya. Tiba-tiba jantungnya berdetak sangat cepat. Ia merasa sangat gugup, apalagi saat Chanyeol telah membuka lebar kakinya lalu duduk di depan selangkangannya. Ia benar-benar malu.
"A-aku malu."
"Tidak perlu malu, sayang. Kau sangat cantik."
Wajah Baekhyun memerah, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya membuat Chanyeol terkekeh melihatnya.
Setelah dirasa Baekhyun telah siap, Chanyeol mulai menuangkan lube keatas penis Baekhyun, membuat lelaki itu mendesis nikmat. Tangan Chanyeol menggenggam penis Baekhyun yang sudah setengah berdiri. Ia mengocok penis dalam genggamannya sambil menatap wajah Baekhyun.
Baekhyun yang tengah memejamkan matanya dan mendesah nikmat membuat Chanyeol menggila. Tanpa mengurangi kecepatan gerakan tangannya, Chanyeol naik untuk meraup bibir Baekhyun dalam kulumannya. Mengunci desahan Baekhyun dengan melumat habis bibir Baekhyun.
Baekhyun yang baru pertama kali merasakan kenikmatan dalam dirinya tanpa butuh waktu lama mengeluarkan cairannya, membasahi tangan Chanyeol. Ia terengah-enggah, tubuhnya semakin lemas. Apalagi ciuman kasar Chanyeol yang baru pertama kali ia dapatkan membuatnya semakin melayang.
"Lucu sekali, squishyku ini..." Chanyeol mencium pipi Baekhyun gemas. Ia meletakkan bantal di bawah pinggang Baekhyun, lalu kembali duduk di depan selangkangan Baekhyun. Maniknya jatuh pada bokong Baekhyun. Bokong yang membuatnya tergila-gila pada sosok Baekhyun. Dan membuatnya menjadi peduli dengan Baekhyun.
Tangannya menyentuh bokong Baekhyun, meremasnya pelan. Dalam diam, Chanyeol merasa sangat senang. Meremas bokong Baekhyun ternyata lebih mengasikkan daripada meremas squishy.
"Aahh Chanyeol~"
Desahan Baekhyun membuatnya semakin berani. Chanyeol kembali menuangkan lube pada tangannya kemudian mengarahkan satu jarinya kearah lubang Baekhyun. "Bilang jika sakit, Baek."
Anggukan kepala diberikan Baekhyun. Ia memejamkan matanya saat merasakan rasa ngilu ketika ujung jari Chanyeol memasuki lubangnya yang sangat sempit. Semakin dalam, Baekhyun tidak tahan untuk tidak berteriak. Membuat Chanyeol menarik tangannya dan langsung menghadap Baekhyun.
"Apa sangat sakit?"
Baekhyun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Chanyeol.
"A-apa berhenti saja?"
"Tidak apa-apa, Chanyeol... a-aku bisa menahannya."
"Tapi aku tidak mau menyakitimu."
"Tidak apa sungguh. Baekhyun tidak apa-apa jika ini Chanyeol."
Chanyeol tidak dapat menahan senyumnya. Bibirnya memberikan kecupan di kening Baekhyun. "Baiklah. Cakar, gigit atau pukul aku jika kau merasa sakit, okay?"
"Tidak apa, Chanyeol. Baekhyun tidak akan menyakiti Chanyeol."
Chanyeol semakin dibuat gila oleh sosok Baekhyun di bawahnya. Ia kembali menyatukan bibir mereka, membawa Baekhyun kedalam pagutan lembutnya. Jemarinya kembali mengelus lubang Baekhyun dan kembali mencoba memasuki lubang Baekhyun.
Baekhyun benar-benar sempit. Bahkan satu jarinya saja susah untuk masuk. Chanyeol dapat merasakan remasan pada lengannya, Baekhyun benar-benar tidak ingin menyakitinya. Dan dia dengan kurang ajarnya membuat Baekhyun merasakan sakit.
Saat satu jarinya sudah berhasil masuk, Chanyeol mengehela nafas lega. Ia melepaskan pagutannya lalu menatap Baekhyun. Satu jarinya mencoba bergerak, maniknya terus menatap raut wajah Baekhyun. Dan ia sangat menikmati saat-saat dimana Baekhyun mulai terbiasa dengan satu jarinya.
Membuatnya mulai mencoba memasukkan satu jari lainnya.
"Sshh Chanyeol..."
"Tahan sayang..."
Kedua jari Chanyeol berhasil masuk, saat itulah Chanyeol menggerakkan kedua jarinya untuk melebarkan lubang Baekhyun. Menyiapkannya untuk dimasuki sesuatu yang lebih besar dibandingkan jarinya.
"Kau siap?" Tanya Chanyeol saat ia melepaskan jarinya dari lubang Baekhyun. Ia kembali mengecup kening Baekhyun, menyalurkan cintanya lewat kecupan lembutnya.
"Lakukanlah..."
Senyuman diberikan Chanyeol kepada Baekhyun. Lelaki tinggi itu merobek bungkus kondom, memakainya pada penisnya yang sudah menegang sejak tadi. Chanyeol mengocok penisnya terlebih dahulu sebelum ia memposisikan penisnya di depan lubang Baekhyun.
"Kali ini, kau serius boleh melakukan apapun kepadaku, Baek. Kau boleh menyakitiku."
Baekhyun memberikan senyuman manisnya kepada Chanyeol. Tangannya terangkat untuk mengelus pipi Chanyeol. "Hanya lakukan Chanyeol. Bukankah aku sudah bilang kalau aku siap?"
Chanyeol tidak dapat membalas perkataan Baekhyun, jadi dia kembali menyatukan bibir mereka. Bersamaan dengan ia mendorong penisnya masuk kedalam lubang Baekhyun. Membiarkan Baekhyun menjambak rambutnya untuk menyalurkan rasa sakitnya.
Ketika penis Chanyeol telah masuk seluruhnya kedalam lubang Baekhyun, rasa bahagia membuncah dalam diri pasangan tersebut. Gerakan cepat namun lembut Chanyeol membuat Baekhyun melayang. Benar-benar nikmat. Yang dapat di lakukan Baekhyun hanya mendesah, mendesah dan mendesah. Chanyeol benar-benar membuatnya gila dengan kelembutan yang ia berikan.
Baekhyun kini sadar, bahwa 'pembelajaran' dari Jongin benar-benar bermanfaat.
.
.
Tiffany menatap lelaki yang berdiri di depannya dengan mata yang membola. Bagaimana tidak, Nickhun tiba-tiba pulang. Disaat Baekhyun tidak ada di rumah.
"Mana Baekhyun?"
Dan tidak seperti biasanya, suaminya ini juga mencari Baekhyun.
"Dia... menginap dirumah Jongin."
"Tumben sekali."
Diam-diam Tiffany menghela nafasnya, berpikir bahwa Nickhun percaya dengan ucapannya.
"Aku akan menjemputnya, kau ikut denganku."
"Apa?!"
Tiffany tidak dapat melakukan apapun ketika Nickhun menarik tangannya menuju mobil yang membawa mereka menuju rumah Jongin. Waktu sudah hampir tengah malam, Tiffany hanya berharap kalau Jongin sudah tidur manis di tempat tidurnya.
Namun harapannya pupus ketika mereka sampai bersamaan dengan Jongin yang juga baru pulang kerumahnya.
"Eoh? Om? Tante? Ada apa?" Pertanyaan polos keluar dari bibir Jongin.
"Mana Baekhyun?"
"Baekhyun? Bukannya dia sedang berlibur dengan Chanyeol?"
Tiffany menahan nafasnya saat Jongin bicara. Ia menatap tajam anak muridnya itu. Kenapa Jongin bisa dengan bodohnya membocorkan perihal liburan Chanyeol dan Baekhyun?
"Apa?"
"Ah!" Jongin tiba-tiba panik saat menyadari apa yang di ucapkannya. "I-itu, Baekhyun di dalam om!"
Nickhun menghela nafasnya. Ia kini menoleh kearah Tiffany, meminta penjelasan dari wanita yang menjadjmi istrinya itu. "Cepat jelaskan."
Selama ini Tiffany memang berani kepada Nickhun, dia suka membalas ucapan lelaki di depannya ini. Namun, ia tau ini kesalahannya karena menyembunyikan perihal liburan ini. Jadi dirinya menjadi cukup takut, apalagi Nickhun menatapnya sangat tajam.
"B-baekhyun memang berlibur dengan Chanyeol."
"Kemana?"
"Ayolah Nick, kenapa kau seperti ini?"
"Aku ingin bertemu Baekhyun."
Tiffany mendecak kesal. Ia mengerutkan keningnya. "Tunggu saja, besok mereka pulang."
"Katakan kemana mereka pergi?"
"Busan," jawab Tiffany singkat. Dia hanya tidak suka, kenapa tiba-tiba lelaki ini terlihat peduli dengan Baekhyun? Dari mana saja?
"Naik apa?"
"Kereta."
Manik Nickhun terpejam disertai dengan helaan nafas panjang. "Ayo kita jemput."
"Apa?!"
.
.
Chanyeol menatap Baekhyun yang keluar dari kamar mandi, lelaki itu sudah bersih dan wangi sekarang. Ia tidak dapat menyembunyikan senyuman senang saat Baekhyun mendekat kearahnya lalu duduk di sampingnya. Apalagi saat lelaki mungil itu meringkuk memeluknya. Sangat menggemaskan.
"Masih sakit?" Chanyeol mengelus pingang bawah Baekhyun.
"Eum..." Baekhyun hanya mengangguk dan bergumam pelan. "Semalam... benar-benar pengalaman paling menyenangkan dalam hidupku," Baekhyun mendongak menatap Chanyeol. "Terimakasih, Chan."
"Baek..." Chanyeol menangkup pipi Baekhyun dengan kedua tangannya. "Aku yang pertama untukmu, bukan?" Chanyrol menghela nafas melihat anggukan Baekhyun. "Maaf karena... kau bukan yang pertama untukku."
Baekhyun tersenyum dan kembali memeluk Chanyeol. "Tidak apa, tapi aku akan jadi yang terakhir untukmu, Chan."
"Tentu," Chanyeol balas memeluk Baekhyun, ia mencium pucuk kepala Baekhyun lalu menghirup aroma shampoo Baekhyun. "Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu."
Kedua belah bibir pasangan itu kembali bertemu. Hanyut dalam pagutan lembut dan basah yang memabukkan. Kedua tangan Baekhyun telah melingkar di leher Chanyeol. Kepala Chanyeol bergerak miring ke kanan dan ke kiri untuk memperdalam ciuman mereka. Melumat bibir Baekhyun.
TOK TOK TOK
Pagutan keduanya terlepas saat mendengar ketuka di pintu kamar hotel mereka. Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan bingung. "Kau memesan sarapan?"
Chanyeol menggeleng. Ia menjauh dari Baekhyun, melangkah menuju pintu kamar. Tanpa mengintip siapa orang di luar, Chanyeol membuka pintu kamar hotel dan terkejut melihat dua orang di depannya.
Bagaimana mungkin kedua orang tua Baekhyun bisa di depan pintu kamar hotel mereka?
"Mana Baekhyun?"
Mendengar suara yang tidak asing untuknya, Baekhyun langsung melesat menuju pintu. Meskipun ia harus meringis merasakan sakit pada bagian bokongnya.
"Ayah?" Baekhyun sedikit menarik tangan Chanyeol, tidak membiarkan Chanyeol berdiri di depan ayahnya. "Kenapa bisa disini?"
"Baekhyun," Nickhun berjalan masuk, mendekat kearah Baekhyun lalu memeluk tubuh anaknya. Tangannya menangkup wajah Baekhyun yang menatap ayahnya dengan tatapan bingung. "Apa kau tidak apa-apa?"
Baekhyun mengangguk bingung. "Baekhyun tidak apa."
Tatapan Nickhyn beralih kepada Chanyeol. Maniknya menatap tajam kearah Chanyeol yang mematung di tempatnya. "Kau... Park Chanyeol?"
"I-iya."
Decihan kecil keluar dari bibir Nickhun. "Berani sekali kau membawa Baekhyun pergi tanpa seizinku," mata Nickhun meneliti ruangan yang di tempati oleh Chanyeol dan Baekhyun. Matanya memicing saat mendapati keadaan kasur yang berantakan. "Apa yang kau lakukan pada anakku?"
"Ah itu..." Chanyeol melirik lelaki paruh baya di depannya dengan takut. Ayah Baekhyun benar-benar mengerikan untuknya. Tatapan tajamnya itu, benar-benar mirip dengan tatapan saat Chanyeol bertemu dengan Baekhyun pertama kali. "Aku..."
"Apa?"
Chanyeol menelan air liurnya susah payah. Ia memejamkan matanya kemudian berlutut di depan Nickhun. "Maafkan aku papa mertua! Aku berjanji akan bertanggung jawab. Aku serius dengan Baekhyun. Aku tidak akan menyakiti Baekhyun. Aku akan membuat Baekhyun bahagia, membuat Baekhyun menjadi orang paling bahagia dimuka bumi ini. Jadi ku mohon, jangan paksa aku untuk berpisah dengan Baekhyun. Aku tidak bisa hidup tanpa Baekhyun. Kalau papa mertua memaksa, aku bisa menculik Baekhyun!" Entah sebanyak apa nafas yang diambil Chanyeol, lelaki itu sanggup mengucapkan kalimat tersebut dalam satu tarikan nafas.
Nickhun menaikkan satu alisnya. Ia menatap Chanyeol yang berlutut di depannya kemudian melirik Baekhyun yang menunduk dengan Tiffany di sampingnya. Lelaki paruh baya itu menghela nafasnya lalu memukul pelan kepala Chanyeol. "Bangun."
Satu kata dari Nickhun membuat Chanyeol langsung bangkit dari posisinya. Kini ia dengan berani menatap mata Nickhun.
"Memangnya aku ada bilang bahwa kau harus meninggalkan anakku? Aku hanya bertanya apa yang kau lakukan kepada Baekhyun?"
"Ah itu..." Chanyeol menggigit bibir bawahnya. "A-apapun yang aku lakukan... percayalah itu sangat pelan dan lembut. Baekhyun tidak akan merasa sangat sakit."
Nickhun menghela nafasnya. Bingung kenapa lelaki di depannya sangat aneh. "Cepat bersiap. Kita makan siang bersama."
Baekhyun yang sedari tadi menunduk langsung mengangkat kepalanya. Ia menatap ayahnya kemudian mendekat. "Ayah..." panggilnya. "Ayah benar-benar tidak akan memisahkanku dengan Chanyeol? Ayah merestui hubungan kami?"
"Aku tidak bilang merestui hubungan kalian ataupun ingin memisahkan kalian. Kenapa kalian berdua beranggapan seperti itu?"
Baekhyun tersenyum kemudian memeluk tubuh ayahnya. "Terimakasih, ayah."
Pelukannya dibalas oleh sang ayah, membuatnya semakin bahagia. Manik sipitnya menatap Chanyeol lalu melemparkan senyumannya. Baekhyun melebarkan senyumannya saat Chanyeol mengusap lembut kepalanya.
Sedangkan Tiffany hanya berdiri di tempatnya, memandang haru pemandangan di depannya. Dalam diam, ia memuji sikap Nickhun dan bangga oleh lelaki yang menjadi suaminya itu.
.
.
The End
.
.
Dan... happy ending~
Yey! Akhirnya aku bisa ngetik chapter terakhir ini setelah mood buat ff ini menghilang u.u aku harus baca ff ini dari awal dua kali baru bisa dapet moodnya :( semoga kalian gak kecewa sama endingnya ya^^
Daaaan aku mau bilang terima kasih banyaaaak buat kalian yang udah support ff ini. Nunggu dengan sabar, apalagi selalu komen :') kalian bener-bener penyemangat aku. Selain baca ulang ff ini, mood aku balik juga karena baca komen2 kalian. Apalagi komen yang receh :') aq syukak.
Sekali lagi, terimakasih banyak, luv luv sampai jumpa di ff yang lain daaan goodbye squishy :')
9-22-2017 ~ 7-18-2019