IF U LIKE THIS STORY PLEASE LEAVE UR REVIEW AFTER READ OR BEFORE U LEAVE THIS PAGE FOR SUPPORT THE NEXT CHAPTER

.

.

I'M GLAD IF U ENJOY TO READ THIS STORY AND YEAH! TYPO ALWAYS BE MA STYLE

.

.

.


HunHan : Brother Conflict

short story series

.

Chapter 1 : A New Brother


.

.

.

.

Sehun termangu di depan pintu kamarnya yang tertutup menatap seseorang yang tengah berdiri tepat di samping ranjangnya. Mata orang itu terbelalak berbalik menatap sehun.

"AAAAA!" Hingga tiba tiba ia berteriak layaknya anak gadis yang baru dapat menstruasi pertamanya dan hal itu membuat sehun refleks menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan mencari tahu siapa gerangan yang menakuti orang asing dihadapannya ini sampai membuatnya berteriak histeris.

"Si—siapa kau!"

Mata sehun mengerjap dua kali dengan cepat ketika melihat orang asing dihadapannya sedang bersiap memakai pakaiannya, kedua tangan orang asing itu menyilang di depan dadanya yang tak tertutupi apapun sambil menatapnya terkejut.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, siapa kau?" tanya sehun balik

Luhan mengedip polos kemudian segera memakai pakaiannya

"Ini kamarku, kenapa kau ada disini? Dan lagi—siapa kau?" tanya sehun lagi

Orang asing itu diam kebingungan harus berkata apa, ia bingung bagaimana caranya menjelaskan situasi ini padan sehun—si pemilik kamar, orang itu terdiam sambil mengigit bibir bawahnya

Mata sehun memicing, ditatapnya baik baik sosok dihadapannya.

"kau—"

"OHSE!"

BAM!

"E—eh, apa yang sedang kau lakukan?"

Sang ibu mengerjap polos saat melihat sehun yang tengah meringis kesakitan di belakang pintu sambil mengusap ngusap kepalanya.

"Astaga ibu! Bisakah kau mengetuk pintunya terlebih dahulu?"

Sang ibu tersenyum jahil, "siapa suruh kau berdiri di belakang pintu?"

"Tsk!"

"Ibu ingin bicara denganmu, bisakah kau ikut ibu sebentar?"

Sehun menatap orang asing itu sekilas lalu mengangguk,

"Baiklah"

Sang ibu menyeret sehun keluar kamar dan membiarkan pintu itu terbuka begitu saja. Luhan— orang asing itu, menatap polos kearah ibunya yang tengah membicarakan sesuatu dengan seorang pria perawakan tegap tinggi yang merupakan adik tirinya itu, sang ibu berkata dengan suara pelan dan tangannya yang bergerak gerak heboh kesana kemari mencoba membantunya menjelaskan sesuatu kepada adik tirinya itu.

Sang ibu mencubit pipi sehun gemas saat sehun lebih memfokuskan dirinya menatap sosok luhan yang masih berdiri kaku di posisinya.

"Kau mengerti sehun?" sehun mengangguk nganggukan kepalanya

"Iya iya aku mengerti" balas sehun seraya mengusap pipinya

Sang ibu tersenyum lega, "ibu mohon padamu, anggaplah ia sebagai kakakmu sendiri, buatlah ia merasa nyaman berada di tengah tengah keluarga kita, bersikaplah seperti biasa" wanti ibunya sambil menggerakan jari telunjuknya kearah sehun.

"Baik ibu, aku mengerti" sehun tersenyum walaupun dalam hatinya ia tengah berceloteh ria tak terima karena kini ia harus berbagi kamar dengan kakak tirinya.

Sehun sempat ingin protes, namun melihat ekspresi ibunya yang begitu bahagia saat menatap luhan, sehun mengurungkan niatnya. Hhh~ bagaimana pun orang bernama luhan itu adalah anak kandung dari ibunya, dan mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju ia harus menganggap luhan sebagai kakaknya. En yeah! Kehidupan sehun kini berubah hanya dalam waktu beberapa menit saja.

Ia kini bukan lagi anak tunggal dalam keluarga kecil ini, ia kini sudah menjadi seorang adik dari seorang pria berwajah manis bernama Xi LuHan. Dan entah mengapa sang ibu malah lebih sering memperhatikan luhan ketimbang dirinya.

Tapi tenang saja, sehun tidak cemburu..

Sehun tidak cemburu..

Yah, ia tidak cemburu, setidaknya untuk saat ini

.

"Ibu, sup ku juga habis kenapa kau tidak menuangkan sup lagi untukku?" ucap sehun sambil menunjukan mangkuk supnya yang kering kerontang.

Luhan menatap sehun sejenak lalu beralih menatap ibunya yang sedang menuangkan sup kedalam mangkuk supnya yang sudah kosong.

"Bukankah kau memang tidak makan sup?" sehun terdiam kikuk, menatap luhan sebentar lalu memalingkan wajahnya

Stupid kau Sehun! Ia baru ingat kalau ia memang tidak mengisi mangkuk supnya

"K—kalau begitu kenapa kau tidak menuangkan air untukku?"

Sang ibu yang kini sedang menuangkan air minum kedalam gelas kosong milik luhan. Dan luhan lagi lagi menatap wajah sang ibu

"Gelasmu masih penuh, kau belum meminumnya"

Sehun terdiam menatap gelas minumnya yang masih penuh, kemudian secara tiba tiba ia menenggak habis airnya lalu menunjukannya pada sang ibu.

"Sekarang kosong"

Sang ibu tertawa gemas melihat kelakuan sehun yang seperti anak kecil

"Baiklah baiklah, ibu akan mengisinya lagi, ayo cepat habiskan makananmu dan jangan banyak bicara lagi"

Sehun menoleh kearah luhan yang tertangkap basah sedang menatapnya, wajah luhan memerah saat itu lalu cepat cepat mengalihkan pandangannya kearah lain.

.

.

20.30 South Korea,

Ranjangnya, selimutnya, kamar mandinya, sandal rumahnya, lemarinya, dan semua hal yang ada di dalam kamarnya kini harus berbagi dengan luhan, ya! Dengan luhan! Kakak tirinya yang entah datang dari mana asalnya, entah itu dari kayangan atau langit atau bahkan dari dalam perut bumi, entahlah sehun tak mengerti itu. Yang jelas kini ia harus berbagi kamar dengan seorang xi luhan.

Dan sehun tak suka itu!

Seriously! Sehun tak suka jika harus berbagi ranjang dengan orang lain apalagi sehun tidak tahu apakah luhan itu steril atau tidak che!— sedikit lebay sih kedengarannya, tapi sehun memang tak suka berbagi ranjang ataupun pakaian dengan orang yang jelas jelas belum ia kenal.

Meskipun ia berdiam diri saja bukan berarti ia setuju setuju saja dengan keputusan ibunya, jauh dari di dalam hatinya sehun tak suka jika harus berbagi kamar dengan luhan. Ya ya ya meskipun luhan pun bergender sama dengannya, tapi tetap saja sehun merasa keberatan dengan hal itu, tapi apa daya? Ia sangat menghormati keputusan ibunya yang sepihak, jadi ia tidak bisa berkoar koar protes seenak jidat.

Sehun berdiri di ambang pintu sambil bersender di kusen pintu, matanya tak lepas dari gerak gerak pria berdarah cina yang saat ini dan detik ini sedang merapihkan pakaiannya yang baru saja ia keluarkan dari dalam koper kecil miliknya. Ia mendesah kecil seraya memijat kepalanya yang terasa berputar putar.

Ibunya sudah menceritakan semuanya, meskipun tidak secara detail namun sehun cukup memahaminya. Sehun sempat terkejut mengetahui fakta bahwa dulu ibunya sudah pernah menikah, dan luhan adalah 'hasil' dari pernikahan ibunya yang pertama. Dan sehun semakin terkejut ketika tahu bahwa ternyata ayahnya pun tahu hal ini, dan ayahnya pun juga tahu bahwa istrinya memang mempunyai satu orang anak yang tinggal bersama ayahnya di cina. Dan sehun masih tak paham mengapa ibunya baru mengungkap hal ini sekarang.

Ok keep calm.. Jadi pada intinya! sekarang sehun benar benar punya kakak dan itu bukan sebuah lelucon atau sebuah mimpi,

HELL GAES Sekarang sehun punya kakak!

.

"Aheemm!"

Luhan mengerjapkan matanya sebelum menoleh kearah pintu, ia tersenyum ragu menatap sehun yang bersedekap tangan di ambang pintu sembari menatapnya lekat lekat.

Sehun berjalan perlahan kearah luhan setelah menutup pintu kamarnya terlebih dahulu. Bukan sehun tidak suka karena punya kakak, toh ibunya pun sudah memperingatinya berkali kali bahwa ia harus bersikap baik pada luhan dan membuatnya merasa nyaman ada di rumah ini, hanya saja... Ia masih tidak rela jika seseorang menempati kamarnya begitu saja.

"Sebenarnya aku bukan tipe orang yang suka berbagi hal hal yang bersifat pribadi"

Luhan mendongak, "maaf" Ucapnya dengan sesal

"Yah mau bagaimana lagi, kau kakaku sekarang. Aku harus menghormatimu, luhan"

luhan menatap sehun sambil menautkan kedua alisnya

"—hyung" lanjut sehun seraya tersenyum, ah bukan! Tepatnya menyeringai, entah apa itu artinya tapi luhan tak menyukai senyuman itu. Luhan seperti menangkap satu makna yang tersembunyi dalam senyuman aneh itu

"Umm.. Jika kau keberatan, aku akan mencari tempat tinggal lain saja" ucap luhan seraya beranjak dari posisinya.

Sehun membelalakan matanya lalu menahan bahu luhan yang hendak melangkah, "hee? T—tunggu dulu, aku tidak mengatakan bahwa aku keberatan, kita bisa berbagi kamar"

Luhan mengangguk paham, lalu kembali duduk di pinggiran tempat tidur. Setelah melipat rapih semua pakaiannya kepala luhan bergerak kearah kiri dan kanan, tak lama ia tersenyum semringah melihat sebuah lemari kayu berwarna hitam yang cukup besar tak jauh dari nakas.

"Yah selama kau mentaati peraturannya"

Dahi luhan berkerut, ""hm? Peraturan apa?"

"kamarku"

"ada peraturannya yah?" sehun mengangguk

"berapa umurmu hyung?"

"26" sehun cengo

What the— Apa telinganya tak salah dengar? 26? Sehun pikir umurnya hanya beda 1 atau 2 tahun dengan nya.

"Yang benar saja?"

"Apa untungnya aku berbohong padamu?"

Sehun mangut-mangut paham,

"Ok hyung dengar, peraturannya adalah jangan mengotori kamarku, jangan menempelkan apapun di dinding, jangan menaruh pakaianmu di lemariku karena lemarinya sudah penuh, jangan pakai sikat gigiku dan handuk ku, jangan menyentuh laptop dan komputerku, jangan memakai selimutku, jangan pakai bajuku, dan jangan memindahkan barang barangku tanpa seizinku walaupun hanya satu inci"

Pluk— pakaian luhan yang ia pangku di kedua tangannya terjatuh di lantai begitu saja

Luhan cengo..

TUNGGU DULU!

Apa yang sehun maksud? Apa sehun benar benar tak suka luhan ada dikamarnya? Sebelah mata luhan berkedut kedut tanda kesal

Well, peribahasa— dimana bumi dipijak disitu langit di junjung itu memang benar benar berlaku untuk luhan saat ini.

"Kau benar benar tak suka aku ada disini yah oh sehun?"

Sehun membelalak, "jangan panggil aku dengan nama lengkapku"

"memangnya kenapa? memangnya kau akan rugi? lagipula masa aku tidak boleh meletakan bajuku di lemarimu? Lalu aku harus menyimpannya dimana? Dibawah ranjang begitu?" luhan mendengus sebal, ini keterlaluan namanya, segala hal tidak boleh, sekalian saja luhan tidak boleh tidur diranjangnya.

"Eh? Ini kamarku hyung, jadi kau harus mengikuti peraturannya" sehun menyeringai tipis dan hal itu semakin membuat luhan naik pitan—lagi

"Haaa! Tapi peraturanmu itu terlalu merepotkan! Kalau begini kecoak saja tak mau menempati kamarmu!" luhan berjingjit, menunjuk nunjuk hidung sehun yang lebih tinggi darinya.

Lagipula siapa yang mau kamarnya ditempati kecoak?

"Jauhkan jarimu dari wajahku" sehun cepat cepat menyentil jari luhan gemas.

"Kau—!" luhan menatap sehun tajam, ia ingin marah, ia ingin sekali menjambak rambut sehun. Tapi luhan sadar bahwa tindakannya sama sekali tidak mencerminkan seseorang yang sudah dewasa.

Sehun yang menatapnya tersenyum meledek, "kenapa hyung? Mau marah?"

Luhan mendengus sambil membuang muka, "idiot" kemudian kembali merapihkan pakaiannya yang terjatuh di lantai.

Kkkk... lihatlah wajah luhan yang memerah karena menahan amarahnya. Ekspresi yang ia tunjukan itu terlihat sangat menggemaskan, matanya berkaca kaca, dan bibirnya mengerucut lucu, sehun suka itu... Luhan terlihat seperti anak kecil yang sedang di bully temannya

.

.

Luhan berkacak pinggang, sehun tak mengizinkannya tidur di kasur yang sama. Luhan berpikir keras, bagaimana caranya ia bisa tidur malam ini jika ia harus tidur beralaskan lantai dingin dan sebuah futon tipis? Di tengah suhu udara minus enam derajat celcius, Jari telunjuk luhan mengetuk ngetuk di dagu lancipnya...

you must be fucking kidding me, batin luhan tak percaya bahwa kehidupannya akan lebih jauh sulit dari sebelumnya, lebih lebih kalau sehun ada bersamanya.

Cklek—

Luhan menoleh kearah pintu dan munculah sosok sehun dengan wajah masamnya. Sehun diam sejenak di pintu sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri luhan yang sedang berdiri di samping tempat tidur.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Luhan tak menjawab, luhan lebih senang memalingkan pandangannya kearah lain ketimbang harus menatap wajah sehun yang selalu membuatnya ingin marah.

Sehun terkikik geli membuat luhan menatapnya heran.

"Kau bisa tidur di tempat tidur, untung saja aku ini baik hati"

WHAT!?

"Baik? Baik katamu!? Baik dari segi apanya? Astaga! Jika aku harus memilihmu antara adolf hitler dan dirimu, aku lebih senang memilihnya dari pada dirimu, kau itu lebih kejam dari siapapun yang kejam di dunia ini"

"Mulutmu itu berbisa sekali ya luhan, jadi medusa saja sana!"

Mata luhan terbelalak, "kau tidak sopan yah! Jangan panggil aku dengan namaku, dan lagi! Aku ini laki laki mana bisa jadi medusa, stupid kau!" wajahnya kembali memerah

sehun mulai gemas, dia gemas bukan karena kesal. Ia gemas melihat wajah luhan yang memerah karena menahan amarahnya yang hampir meledak dan sehun sangat menyukai itu, entahlah meski luhan lebih tua darinya tapi luhan malah terlihat lebih menggemaskan dari anak umur 2 tahun.

"Kalau begitu kau tidur saja dilantai" ucap sehun dingin, dengan keberanian dari raja api(?) luhan melempar bantal yang ada di atas ranjang ke wajah sehun, ekspresi sehun benar benar minta di tabok bolak balik pakai papan pencuci baju, sangat menyebalkan!.

"Tsk! Beraninya kau"

"kau pikir aku takut hah?" tantang luhan

"Dasar kau pria jadi jadian!"

Kedua alis luhan menukik tajam keatas, tak percaya dengan apa yang baru saja sehun ucapkan,

"Apa!? Jadi jadian!? Apa maksudmu albino!" Tunjuk luhan kearah sehun

"Iyah kau pria jadi jadian, berbatang tapi wajahmu cantik begitu. Ah jangan jangan kau ini trans gender yah?"

"A—apa?!" jerit luhan agak lebay

"lalu kenapa ada pria yang cantik begitu? Hah hah? Pria itu diciptakan tampan bukan cantik"

"Ini sudah takdir, mau bagaimana lagi!" pipi luhan menggembung

"Bohong"

"Aku tidak bohong"

"Itu buktinya, hidungmu jadi panjang"

Luhan menyentuh hidungnya, "aku bukan pinocchio yah!"

"Terus apa? Cinderella? Putri salju? Atau mermaid?"

"Aaarrghh! Kau menyebalkan! Keparat kau oh sehun! Mati saja kau dimakan hiu atau digerayangi kecoak!"

sehun hanya terkikik geli melihat luhan yang marah marah sendiri sambil menendang dan menginjak nginjak bantal sehun yang tergeletak dilantai, dan sehun tersenyum kikuk melihat tingkah luhan.

"Seram juga dia kalau marah"

.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan sehun tak bisa tertidur. Ia bangkit dari posisinya lalu menatap luhan yang tertidur di bawah tempat tidurnya dengan hanya beralaskan futon putih yang tipis dan selimut tipis ditengah udara malam yang dingin.

Sehun tiba tiba terkekeh kecil melihat luhan yang sedang tertidur. Kemudian ia berjengket dari posisinya lalu menghampiri luhan dan memandangi wajah luhan dari dekat.

Luhan punya wajah yang cantik, kulitnya terlihat halus dan putih, kalau di perhatikan dari dekat seperti ini luhan memang mewarisi garis wajah ibunya. Wajah ibunya dan wajah luhan tidak jauh berbeda, mereka punya mata indah yang sama, bentuk bibir yang sama, bulu mata lentik yang sama, alis yang sama, garis wajah yang sama, dan senyuman yang sama, hal itu sangat berbeda jauh darinya yang mewarisi garis wajah tegas dari sang ayah.

Semakin lama sehun menatap wajah luhan, ia semakin merasa tenang. Sehun mendengus tiba tiba seraya mengusak kasar rambutnya, astaga ada apa dengannya, kenapa ia rajin sekali memandangi wajah orang yang sedang tidur macam masokis level awal, dan untuk apa pula ia memuji muji wajah luhan?

—tak adakah hal yang lebih berguna daripada memuji-muji wajah si medusa jejadian ini?, pikirnya mendengus kecil,

"Dasar masokis"

Mata sehun terbuka lebar lebar ketika tiba tiba saja luhan bersuara, sehun menatap wajah luhan lagi dari dekat, hanya mencoba memastikan apakah luhan mengigau atau luhan sadar bahwa ia tengah di awasi sedekat ini. Dan saat wajah sehun semakin dekat dengan wajah luhan, mata luhan terbuka dan bola matanya bergerak berkilat menatap sehun.

"Whuuaa!" sehun kaget tak kepalang, ia segera menjauhkan tubuhnya sampai jatuh terduduk dilantai.

"Heh! Apa yang kau lakukan huh?" ucap luhan seraya bangkit dari pembaringannya

"Tidak, aku tidak melakukan apa apa" wajah sehun memerah, ugh! Untung saja kamarnya gelap jadi luhan tidak menyadari bahwa saat ini wajah sehun bersemu merah karena malu.

"Lalu kenapa kau memandangi wajahku seperti itu?"

"Tsk! Jangan terlalu percaya diri, aku tidak memandangimu, aku hanya tidak bisa tidur lalu melihat ada nyamuk melintas dan hinggap di dahimu"

Luhan mengernyit lalu menyentuh dahinya sendiri, "oh benarkah?"

Luhan kembali menatap sehun, "tapi aku tidak merasakan ada nyamuk yang hinggap di dahiku, apa kau benar benar melihat ada nyamuk?"

Sehun mendengus kemudian menegakan tubuhnya, "kau cari saja sendiri" lalu kembali ke tempat tidurnya.

"Naiklah ke atas"

"Huh?" luhan mengerjap

"Tidurlah di disini, nanti kau bisa sakit dan terserang flu jika tidur dibawah"

"Tapi kau tidak mengizinkanku tidur di atas"

"Naiklah sebelum aku berubah pikiran" ucap sehun sebelum membaringkan tubuhnya lalu membelakangi luhan.

Luhan tersenyum senang, dan dengan girangnya ia meloncat ke atas tempat tidur, menepuk nepuk bantalnya lalu berbaring tepat di samping sehun. Hhh~ akhirnya~ malam ini ia bisa tidur nyenyak tanpa khawatir kedinginan. Luhan tersenyum lalu menoleh ke samping kirinya menatap punggung sehun.

"Selamat malam, dan aku harap kau benar benar mimpi bertemu medusa" bisik luhan

Sehun yang mendengar bisikan luhan hanya bisa tersenyum kecil.

.

.

.

.

STOP OR NEXT?

**GIMME REVIEW AND I'LL POST THE NEXT CHAPTER IF I GETABLE 10+ REVIEW

ZAIJIAN GUYS~ :*

Salam 520!

—mooncolaberry—