And All The Moments We Had

Disclaimer : I do not own Naruto.

Credit to Masashi Kishimoto

Just for fun and write this out of boredomness


.

2. Sang cahaya

.

.

.

Mata berwarna emeraldnya menatap sendu ke sebuah meja dan kursi kosong yang seharusnya diduduki bungsu Uchiha tersebut. Dalam matanya terdapat secercah rasa kerinduan dan harapan.

Rindu akan sosok sang pujaan hati. Harapan agar suatu saat ia dapat bertemu lagi dengannya.

Tapi tak ada secercah cahaya dimatanya. Hanya tatapan sendu yang berisi kerinduan yang mendalam dan harapan yang tak ada arti.

Hampir semuanya tidak menyadari tatapan itu.

Tetapi Naruto Uzumaki menyadarinya. Menyadari arti tatapan dari emerald yang indah tersebut. Menyadari kehilangan cahaya yang menyinari hidupnya.

Bel istirahat berbunyi.

Semua murid memberi salam kepada guru.

Guru keluar kelas.

Kemudian para murid berhamburan meninggalkan kelas.

Tetapi, sosok Naruto Uzumaki tetap tinggal di dalam kelas bersama sesosok perempuan berambut merah jambu yang telah merenggut hatinya sejak 4 tahun yang lalu itu. Naruto melangkahkan kakinya dan duduk didepan Sakura Haruno. Si pujaan hati.

Awalnya ia hanya menatapi wajah Sakura yang sedang menatap sendu bekas bangku Uchiha Sasuke itu. Naruto—secara tak langsung—dapat merasakan kesedihannya. Ia hanya bisa berdiam diri menunggu Sakura untuk berbicara dan mulai menuangkan seluruh hatinya—seperti yang sering mereka lakukan berdua.

"Kau tahu…"

Naruto tersentak ketika akhirnya Sakura berbicara.

"Sehari sebelum ia pindah, aku mengungkapkan perasaanku padanya." Ia menggigit bibir bawahnya, "Kau tahu apa yang ia katakan?" Sakura menutup matanya sementara suaranya mulai bergetar, "Terima kasih. Sudah, hanya itu."

"Padahal, aku berharap, setidaknya aku dan Sasuke-kun dapat bersama ketika ia pergi!" Air matanya mulai jatuh, dan suaranya mulai terbata-bata.

Little did she know, hal itu membuat hati kecil naruto sakit.

"A…Aku tak tahu apa yang kurang dariku! Aku sudah memanjangkan rambutku, memperbagus nilai-nilaiku, aktif di organisasi. Semuanya! Semuanya kulakukan agar Sasuke-kun dapat melihatku!"

Naruto mengeraskan kepalan tangannya.

"Tapi, tak pernah! Tak pernah sekalipun ia melihat keberadaanku! Aku akan selalu dianggap salah satu wanita yang tergila-gila padanya!"

"Apakah aku kurang cantik? Apakah rambutku kurang panjang? Apakah aku…"

"Berarti dia manusia terbodoh yang pernah kuketahui."

"Eh?"

Naruto mendenguskan nafasnya keras dan menurunkan alisnya, "Berarti terbukti bahwa Sasuke Uchiha itu bodoh dan mempunyai mata burik sekaligus katarak kuadrat!"

"Na…Naruto, apa maksudmu?! Kau tahu…"

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu!" Naruto mengangkat kepalan tangannya didepan dadanya, "Sasuke itu buta! Ia tidak dapat melihatmu seperti aku melihatmu-ttebayo!"

"Sakura Haruno itu memang tidak sempurna. Ia bukan yang tercantik, ia bukan yang terpintar…" Naruto mengeraskan telapak tangannya, "Tetapi Haruno Sakura itu indah! Keindahannya adalah cahaya yang menyinari kehidupanku!"

"Dan kalau cahaya itu hilang," Naruto mengarahkan jempolnya ke dadanya, "Aku, dengan seluruh tenagaku akan mengembalikan cahaya tersebut-ttebayo!"

Mata emeraldnya membulat sempurna, ia tidak menyangka kata-kata ini akan keluar dari mulut Naruto.

"Jadi," Naruto menghapus jejak-jejak air mata dipipi Sakura, "Aku berjanji akan selalu menjaga agar cahaya itu tak akan pernah hilang!"

.

.

Bletaak!

Sebuah jitakan berhasil mendarat di dahi anak tunggal Uzumaki tersebut.

"I…ittai, sakura-chaaan!"

"Naruto, kauu!" Sakura menarik nafas kemudian tertawa lepas, "Ya ampun, aku tak pernah menyangka kau akan seserius ini!" Sakura menghentikan tawanya dan tersenyum lembut, "Terima kasih Naruto, kau adalah sahabat yang terkonyol dan terbaik yang pernah aku miliki."

Yah, meski didalam dirinya ia berharap untuk dipanggil lebih dari sekadar 'sahabat', tetapi toh ia tersenyum juga, karena sang cahaya telah kembali.

Selama cahayanya tetap bersinar terang, ia akan bergembira.

.

Selama Sakura-chan bahagia, Naruto juga bahagia.

~0~

.

.

.

Omake

.

"Aaaah, rasanya seperti menonton film drama picisan, ya, Tenten!"

"Ino, sssssttt!"

Yah, yang tidak diketahui kedua insan yang ada didalam kelas tersebut adalah kedua sosok teman kelasnya yang sedang mengintip di balik pintu, Yamanaka Ino dan Maito Tenten.

Awalnya, sih, mereka ingin masuk kelas setelah dari kantin. Tapi, mana ada sih yang rela mengganggu momen teman sekelasnya itu? Yah, meski kaki mereka sudah mulai pegal hasil mengintip selama 15 menit nonstop tapi, toh, akhirnya terbayar juga dengan adegan aku-akan-mengembalikan-cahaya-mu-sakurah-chan.

Well, meski mereka merasa gemas ketika Sakura memanggil Naruto hanya sekedar 'sahabat', tapi, toh, akhirnya mereka tersenyam-senyum sendiri ketika melihat Naruto dan Sakura tertawa bersama.

"Aaaah, aku jadi pengen nonton drama, deh, sepulang sekolah ini 'Ten!"

"Araaaa, aku jugaaa!"

.

.

.


.

.

Aaaah, Arigatou yang udah baca chapter ini!

Gomen kalau ada kekurangan yang berarti diantara kita *Dichidorisaskay* di cerita ini *uhuk*

Yang baik boleh kasi review? Add to favorite juga boleh koook *kenaserangansusanoombahmadara*

sekali lagi Makasih minnaaa!

...