"Ibu kecewa padamu."

Chanyeol tertunduk. Mengusap wajahnya dengan kasar.

Ucapan ibunya tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Kentara sekali jika ibu yang selalu membanggakannya itu tengah kecewa berat kepadanya.

"Ibu membiarkan kalian berhubungan lantaran kau bisa membuat Kyungsoo kembali bisa tersenyum seperti semula. Namun jika tau begini akhirnya. Kau yang membantu Kyungsoo merencanakan ini. Ibu benar-benar kecewa...

...kau tau betapa ibu menyayangi kalian berdua. Tapi kenapa Chanyeol? Seharusnya dari awal kau mengingatkan jika apa yang dilakukan Kyungsoo itu salah. Bagaimanapun kau juga kakak Kyungsoo. Meskipun hanya saudara sambung kau berhak menasehati adikmu jika ia salah.

Lihat kekacauan apa yang kalian buat bersama. Sungguh ibu benar-benar kecewa yeol."

Kata-kata ibu benar mengena pada hatinya. Entah bagaimana kini ia mulai menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah saudara tirinya perbuat.

Karena bagaimanapun ia tau sedari awal dan tidak mencegah. Namun malah berdiri dibelakang wanita itu untuk mendukung.

Jika saja sekarang ia tidak tengah berada di kantor mungkin Chanyeol tidak akan berpikir ulang untuk melempar acak barang-barang disekitarnya.

Ia bersalah dan entah bagaimana ia harus memperbaiki ini semua.

Chanyeol terus merenung diam ditempatnya. Berpikir keras hal apa yang bisa ia lakukan untuk sedikit membantu memperbaiki apa yang terjadi kini.

Meski mungkin tidak banyak, namun Chanyeol sedikit ingin menebus kesalahannya.

Ketika serius berpikir tentang cara apa yang harus ia gunakan, tiba-tiba saja Chanyeol teringat jika ia memiliki satu jalan keluar yang mungkin bisa menyelasaikan semua.

Segera ia menyambar ponselnya. men-scroll layar guna mencari nama seseorang. Saat nama yang ia cari ketemu, Chanyeol sedikit menghela nafasnya.

Tanpa perlu membuang waktu, Chanyeol segera menghubungi nomor tersebut. Dan mungkin Tuhan memang tengah berpihak padanya, lantaran seseorang yang ia hubungi itu langsung menjawab panggilannya pada detik ke-tiga.

"Jongdae..." sapa Chanyeol.

Terdengar suara balasan dari seberang. Chanyeol terlalu tidak perduli untung mendengar ucap basa-basi temannya itu sampai ia langsung memotong ucapannya.

"Kau yang ditugaskan Kim Jongin untuk mencari Do Kyungsoo adikku kan? Jika ia aku akan beritahu kemana adikku sekarang berada."

Dan Chanyeol mulai bisa menghela lega napasnya sekarang. Lantaran sedikit banyak ia telah membuka jalan untuk penyelesaian masalah ini.

Akhirnya ia sedikit menebus rasa bersalahnya kepada adik tirinya, ibunya serta keponakannya. Baby Hae.

Demi Tuhan, Chanyeol benar-benar merasa berdosa kepada bayi mungil itu. Karena bagaimana pun ia turut andil memisahkan dirinya dengan ibunya. Karena itu Chanyeol paling merasa berdosa padanya.

"Baby Hae. Maafkan uncle. Tapi tenang, kau akan segera bertemu dengan mama mu kembali." senyum tulus Chanyeol tersemat di bibirnya ketika netranya memandang gambaran keponakan kecilnya yang ia abadikan beberapa waktu lalu.


Tidak perlu membuang waktu. Hari itu juga pada jam itu juga Jongin langsung melajukan mobilnya menuju bandara.

Ia bahkan tidak mau repot-repot untuk menggunakan pesawat biasa. Ia langsung menyewa pesawat pribadi. Jadi ketika 45 menit kemudian ia sampai dibandara, Jongin sudah langsung bisa terbang menuju Jepang untuk menjemput Kyungsoo-nya. Kekasihnya. Cintanya.

Selama dalam pesawat Jongin merasa tidak tenang sama sekali. Bahkan ia mengabaikan pramugari yang menawarinya makanan atau minuman selagi menunggu.

Dalam pikirannya Jongin bingung. Ia tidak tau nanti apa yang harus ia katakan kepada Kyungsoo. Lantaran rasanya ia tidak cukup punya muka untuk bertemu wanita itu setelah mengingat apa yang telah ia perbuat dimasa lalu.

Namun dilain sisi, Jongin pun tidak mungkin mundur. Ia tidak mungkin meminta pilot untuk putar balik lantaran ia tidak cukup berani bertemu dengan Kyungsoo.

Lebih-lebih putranya Haechan.

Bayi kecil itu membutuhkan ibunya. Bukan hanya air susu dari Kyungsoo namun kasih sayangnya pula.

Jongin tau bagaimana rasanya hidup diasuh oleh pelayan lantaran orangtuanya yang teramat sibuk dan karena itu ia tidak akan membuat putranya merasakan hal yang sama.

Tidak bisa.

Putranya harus mendapatkan segalanya yang terbaik. Termasuk kasih sayang ibunya.

Jadi dengan hati yang besar Jongin mencoba menekan rasa malunya. Apapun akan ia lakukan meski harus mencium kaki Kyungsoo pun ia rela asal wanita itu mau ikut kembali bersamanya.

Tak terasa, memikirkan Kyungsoo nyatanya menghabiskan banyak waktu. Jongin bahkan tak sadar jika pesawat pribadi yang ia tumpangi nyatanya telah mendarat sempurna di Jepang.

Ia berdehem ketika sadar sedari tadi seorang pramugari mencoba memanggilnya.

Jongin langsung turun begitu saja dari pesawat di ikuti oleh seorang tangan kanan nya.

"Apa kau benar sudah mengkonfirmasi jika Kyungsoo ada disana?"

Seseorang yang bernama Jongdae itu mangangguk. Kemudian mengulurkan sebuah tablet kepada atasannya.

"Bagus." ucap Jongin ketika melihat sebuah gambar bahwa yang disana terlihat wanitanya tengah termenung sedih didalam kamarnya. Meski samar, tapi Jongin yakin jika itu adalah Kyungsoo. Kekasihnya.

"Bawa aku sekarang kesana."

Mengangguk adalah apa yang dilakukan oleh Jongdae. Lelaki itu kemudian membukakan pintu mobil ketika akhirnya mereka sampai pada pelataran depan bandara.

Tanpa banyak bicara, Jongdae mengambil alih kemudi dan mengusir supir sebelumnya. Ia lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang guna membelah jalanan di Jepang. Hendak segera menjemput ratu hati atasannya.


Siang itu langit Jepang begitu kelabu.

Kyungsoo yang tadinya sibuk memangkas bunga ditaman belakang harus segera bergegas kembali masuk ke dalam lantaran hujan akan segera turun.

Ahh, wanita itu kini sudah mulai mau kembali membuka diri. Bercerita dengan ibunya taunya membawa begitu banyak dampak kepadanya.

Ia tak lagi hanya mengurung diri di dalam kamar namun mulai mau menginjakkan kakinya untuk berjalan-jalan di sekitar halaman rumah.

Ini sudah lewat dari 2 hari dan ia mulai merasa baik.

Hanya saja tidak demikian dengan hatinya. Ia masih sakit karna merindu. Entah mengapa beberapa hari kebelakang ia memiliki firasat buruk tentang putranya. Dan Kyungsoo hanya dapat memanjatkan doa agar putranya baik-baik saja.

Kyungsoo menghentikan langkahnya ketika mendengar dering bell rumah. Wanita itu mencoba memanggil ibunya jika sedang ada tamu namun taunya ibunya terlalu sibuk di dapur dan tidak mungkin menemui tamu dengan ke adaan penuh tepung.

Dengan helaan nafas panjang, akhirnya Kyungsoo mengalah untuk membuka pintu menemui siapa gerangan orang yang bertamu di siang hari yang hendak hujan begini.

Namun matanya membola ketika membuka pintu tersebut. Ia mematung mengatahui siapa gerangan yang datang bertamu ke rumah orangtuanya.


Canggung adalah apa yang pantas di gambarkan dari suasana keduanya.

Terlalu hening membuat Jongin menggigil ditempatnya. Dadanya berdegup kencang lantaran akhirnya dapat bertemu dengan pemilik hatinya.

Ia gugup setengah mati berhadapan dengan Kyungsoo saat ini. Sedari tadi wanita itu enggan menatapnya. Hanya sekali ketika ia datang dengan raut terkejut yang kentara. Selebihnya wanita itu membuang muka dengan wajah datar.

Tadi ia juga bertemu dengan Nyonya Park ibu dari Park Chanyeol dan ibu sambung dari Kyungsoo.

Tapi wanita tua itu hanya tersenyum kecil sembari mempersilahkannya masuk, sebelum kemudian pergi memberi ruang untuk dirinya dan Kyungsoo.

"Kyungsoo maafkan aku."

Akhirnya keheningan mereka terpecah. Jongin yang pertama lantaran tak kuat lagi terjebak dalam hening seperti ini bersama Kyungsoo.

Terlalu aneh dan canggung menurutnya. Jadi meski dadanya berdegup dengan kencang, Jongin tetap memberanikan dirinya.

Namun tidak ada tanggapan apapun dari wanita itu. ia tetap duduk tenang di tempatnya seolah tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Jongin.

Tentu hal tersebut membuat Jongin frustasi. Dengan cepat lelaki itu kemudian mengubah duduknya menjadi bersimpuh di kaki Kyungsoo.

"Apa yang kau lakukan." respon Kyungsoo yang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Jongin.

Wanita itu hanya tidak menyangka jika lelaki seangkuh Jongin mau menurunkan harga dirinya hanya demi meminta maaf. Dan ini sudah kedua kalinya lelaki itu meminta maaf dengan cara seperti ini.

"Maafkan aku Kyungsoo. Maafkan kesalahanku dulu. Ku mohon ampuni aku, ampuni dosaku dan kembalilah kepadaku. Demi Haechan. Demi putra kita. A-aku berjanji, aku akan memperlakukanmu dengan baik dan tidak akan ada kejadian seperti masalalu lagi. Ku mohon Kyungsoo, maafkan aku."

Kyungsoo menghela nafas.

Dadanya tiba-tiba terasa sesak mendengar untaian kata dari Jongin. Belum lagi air mata yang ikut mengalir dari mata lelaki itu.

Kyungsoo paham betul, Jongin bukan lelaki yang lemah. Lelako itu tidak akan dengan mudah menjatuhkan air matanya. Namun lihat, hanya demi dirinya lelaki itu bahkan menangis penuh sesal.

Tiba-tiba hatinya bergetar. Nuraninya berbisik untuk mengampuni Jongin dan memulai hidup baru dengan lelaki itu.

Tapi itu hanya sebentar sebelum kemudian egonya kembali mengambil alih. Memamasi dengan mengulang-ulang tentang kejadian masalalu yang menimpanya. Betapa jahat dan kejinya lelaki itu. Dan hal tersebut memancing amarahnya untuk kembali naik.

Dengan sekali sentak, Kyungsoo menendang Jongin dengan kakinya membuat lelaki yang bersimpuh itu tersungkur.

Ia kemudian berdiri dengan raut wajah marah.

"Kau pikir semudah itu?" tanya Kyungsoo.

"Kau pikir semudah itu untuk memaafkan kesalahanmu? Kau jahat Jongin. Kau BAJINGAN!

..Kau pikir bagaimana sakit hatiku dulu yang kau tukar dengan taruhan konyolmu itu? Dan kau pikir bagaimana remuknya aku ketika tau ternyata tau mendua dengan sahabatku? Kalian berdua sama-sama bajingan! Aku benci denganmu dan wanita ular itu...

...dan bukankah sudah ku katakan jika aku akan membalasmu dulu? Jadi sekarang rasakan penderitaanku. Kau pantas mendapatkannya. Dan jangan lagi-lagi datang untuk mencoba menemuiku."

Dengan itu Kyungsoo berlari keatas. Menuju kamarnya tanpa mengindahkan Jongin dibawah sana yang berteriak memanggil namanya. Memohon kepada.

Jongin sendiri hanya mampu tersedu ditempatnya. Ia sudah tidak perduli jika orang lain melihatnya menangis. Karena sekarang hatinya tengah sakit dan yang ia butuhkan hanya menangis untuk mengurangi rasa sakit itu.

Jongin tersentak ketika merasakan seseorang menepuk pundaknya.

Lelaki itu berbalik dan mendapati nyonya Park yang tersenyum lembut kearahnya. Buru-buru Jongin menghapus air matanya.

Ia kemudian bangkit dan membungkuk sopan kepada ibu dari kekasihnya.

"Jangan menangis. Kyungsoo hanya masih dikuasai emosi. Ia akan segera baik. Sekarang kau pulanglah, dan kembali nanti."

Jongin sudah hendak membantah untuk tetap berada disana menanti Kyungsoo. Namun taunya Nyonya Park lebih keras kepala.

"Tidak, kau harus pergi Jongin. Biarkan Kyungsoo tenang. Kau bisa kembali lagi esok."

Tanpa bantahan, Jongin meninggalkan kediaman orangtua Kyungsoo dengan kecewa.

Sedang Nyonya Park yang sedari tadi mengawasi keduanya hanya bisa menghela nafas berat. Bingung dengan keputusan apa yang harus ia lakukan terhadap Kyungsoo dan Jongin.


Jongin kembali.

Kyungsoo mendengus ketika melihat lelaki itu ternyata kembali lagi hari ini. Padahal sudah lewat seminggu namun ia begitu rajin datang ke rumah orangtuanya hanya untuk hal yang sia-sia.

Ia ingin bertemu dengan Kyungsoo namun Kyungsoo tidak pernah menemuinya. Kyungsoo hanya akan mengintip didekat tangga sebelum kemudian kembali lagi masuk ke dalam kamarnya.

Hanya ibunya yang dengan sabar selalu menemui Jongin dan berbicara dengan lelaki itu. Namun Kyungsoo tidak pernah sama sekali menampakkan batang hidungnya didepan Jongin.

Jongin akan pergi ketika jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kadang Kyungsoo berpikir bagaimana dengan pekerjaan lelaki itu di Korea jika ia seminggu ini kerjanya hanya terus menungguinya.

Tapi ada yang aneh siang ini. Ini bahkan masih pukul 2 siang namun Jongin entah bagaimana terlihat cepat-cepat pergi dari kediamannya.

Bukan Kyungsoo mengintip. Namun ia tidak sengaja melihat lelaki itu berlarian di pelataran rumahnya menuju mobil.

Dari gelagatnya lelaki itu terlihat benar-benar panik.

Tapi siapa yang peduli. Itu bukan urusan Kyungsoo. Jadi wanita itu mengedikkan bahunya sebelum kemudian melanjutkan kegiatan membacanya.

Ketika ia mulai tenggelam kembali ke dunianya. Tiba-tiba seseorang datang membuka pintu kamarnya dengan keras.

"Kyungsoo..."

Entah kenapa, melihat ibunya yang datang dengan raut wajah kalut, tiba-tiba saja hatinya berdentum keras.

Perasaannya terasa tidak enak. Seperti sebuah kabar buruk akan menimpa dirinya.

"H-haechan..."


Langkahnya terburu-buru menyusuri lorong rumah sakit itu. Jangan lupakan air matanya yang tidak berhenti mengalir dari mata bulatnya.

Ia bahkan tidak perduli ketika dicaci karena dengan sembarangan menabrak orang-orang yang menghalangi jalannya.

Bahkan ibunya yang berlari dibelakang pun ia hiraukan. Pikirannya blank. Kini dalam kepalanya hanya terngiang-ngiang nama putranya.

Orang itu adalah Kyungsoo.

Wanita itu langsung kalut ketika mendapat kabar dari ibunya jika putranya masuk ke rumah sakit.

Hatinya remuk, merasa menjadi ibu yang tidak berguna lantaran dengan tega mengabaikan putranya. Kini penyesalan mulai menggerogoti dirinya. Ia menyesal, sepenuhnya menyesal.

Ketika akhirnya langkah kakinya sampai pada pintu dimana putranya dirawat tanpa perlu mengetuk Kyungsoo langsung masuk begitu saja.

Ia bahkan tidak memperdulikan bagaimana tatapan orang-orang disana yang menatap terkejut akan kehadiran.

"K-kyungsoo bagaimana kau bisa sampai kemari?" tanya Jongin. Lelaki itu hanya tidak mengira bahwa kekasihnya kembali ke Korea dengan keadaan yang teelihat kacau.

Kyungsoo hanya melirik Jongin sebentar sebelum tangisan Haechan kembali menyita perhatiaannya.

Dengan segera Kyungsoo melangkahkan kakinya sebelum kemudian menggendong Haechan yang sebelumnya ditidurkan diatas ranjang.

Ajaibnya, tangisan Haechan langsung berhenti begitu merasakan hangat rengkuhan ibunya. Hati Kyungsoo terenyuh melihat bagaimana reaksi yang diberikan oleh putranya.

Bukan hanya Kyungsoo. Namun semua orang disana pun merasakan hal yang sama lantaran sulitnya menenangkan Haechan sedari tadi, sedang hanya dengan sentuhan ibunya bayi itu langsung diam dan tenang.

"Apa ini adalah ibu dari pasien?" dokter bertanya setelah kembali dari rasa harunya.

Jongin hanya mengangguk. Tak mampu menjawab lantaran buncahan bahagia dalam hatinya. Merasa bahwa akhir bahagia akan segera datang ke dalam keluarga kecilnya.

"Syukurlah. Dengan begini masalah kita akan lebih ringan." ujar dokter itu. "Ahh, nyonya Kim bisa kah anda menyusui Haechan sebentar? Dia kekurangan cairan lantaran tidak bisa mengkonsumsi ais yang lain kecuali milik anda."

Kyungsoo mengangguk. "Tentu dokter."

"Baik kalau begitu mari tinggalkan Nyonya Kim untuk menyusui pasien lebih dulu. Dan untuk Tuan Kim anda bisa berada disini untuk menemani putra dan istri anda."

Dan semua yang berada disana pergi. Meninggalkan Kyungsoo, Jongin dan Haechan hanya bertiga diruangan tersebut.

Jongin sendiri merasa takjup lantaran putranya terlihat begitu semangat untuk meminum asi dari ibunya. Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang selalu menolak jika diberikan susu formula ataupun asi dari bank asi.

Kedua orangtua muda itu terdiam. Sibuk memandangi buah hati mereka yang terlihat lucu lantaran mengoceh disela-sela menyusunya.

Keduanya sama-sama tersenyum tulus melunturkan sedikit ketegangan yang terjadi beberapa hari kebelakang.


Dua jam kemudian Haechan bisa tertidur lelap lantaran perutnya yang telah terisi penuh.

Tanpa sadar Kyungsoo tersenyum menatap bagaimana nyenyak tidur putranya.

Wanita itu kemudian mulai memperbaiki selimut agar putranya tidak kedinginan. Ia masih sibuk memandang Haechan ketika seseorang menggenggam pergelangan tangannya.

Kyungsoo menengok dan mendapati Jongin yang menatap sendu kearahnya.

"Kita perlu bicara." ucap Jongin serius.

Kyungsoo yang merasa sudah saatnya pun akhirnya hanya mengangguk. Menyanggupi permintaan Jongin lantaran ia pun tak kuasa jika harus kembali berpisah dengan putranya.

Dan disinilah mereka sekarang. Keduanya memutuskan untuk berbicara di taman rumah sakit setelah menitipkan Haechan kepada Nyonya Park serta Nyonya Kim.

Mereka perlu meluruskan sebuah masalah disini.

"Jadi bagaimana?" kembali Jongin yang membuka percakapan diantara mereka. "Apa kau mau kembali kepadaku dan membesarkan Haechan bersama?"

Kyungsoo diam. Ia melirik kearah Jongin yang memandang penuh harap kepadanya.

Wanita itu menghela nafas sebelum kemudian menggeleng. "Maaf Jongin aku tidak bisa."

Tentu Jongin terkejut luar biasa dengan jawaban Kyungsoo. Lelaki itu hanya tidak menyangka jika Kyungsoo sebenci itu padanya. Bahkan setelah insiden putra mereka yang masuk rumah sakit.

Apakah sesulit itu untuk memaafkan keasalahannya dimasa lalu? Sungguh Jongin berjanji untuk menebus kesalahannya itu dengan hidupnya. Hanya beri dia kesempatan untuk memperbaiki semua.

"Kyungsoo tapi..."

"Jongin dengar.." sekali lagi, Kyungsoo menghela nafas sebelum kemudian menatap lekat kearah Jongin. "Aku belum siap untuk memaafkanmu. Kau tau seberapa sakit hati yang harus ku bawa selama ini. Terlalu banyak Jongin."

"Aku tahu. Untuk itu beri aku kesempatan. Maafkan aku Kyungsoo.. Maafkan aku.."

"Andai maaf bisa mengembalikan segalanya Jongin maka aku tidak akan ragu memberikanmu maaf, tapi sayang tidak bisa." Kyungsoo tersenyim kecut.

Sedang Jongin disebelahnya sudah terlihat begitu frustasi. Bingung harus bagaimana lagi untuk mendapatkan hati Kyungsoo kembali.

"Kyungsoo apa kau tidak ingat Haechan? Jika kau memang tidak bisa memaafkan ku maka lakukan itu demi Haechan. Putra kita. Ia membutuhkan orangtuanya Kyungsoo. Ia membutuhkan kita untuk bersama membesarkannya."

"Itu yang inginku bicarakan kepadamu Jongin. Aku sudah berpikir dan kurasa ini adalah jalan terbaik."

Jongin menggeleng. Sekali lagi memohon kepada Kyungsoo untuk menyetujui usulannya.

"Kyungsoo ku mohon..."

"Tidak Jongin." dan Kyungsoo terlalu keras kepala untuk diluluhkan.

"Ayo besarkan Haechan bersama namun mari jalani kehidupan masing-masing. Hidupmu hidupmu. Hidupku hidupku. Dan maaf aku tidak menerima penolakan."

Dan hati Jongin jatuh berkeping-keping dengan pembicaraan singkat itu.

Impiannya. Masa depannya. Semua hancur bersamaan dengan Kyungsoo yang menghancurkan hatinya.

Kini semua seimbang. Bagaimana dulu Jongin yang menghianati kini ia yamg dihianati. Bagaimana dulu ia yang bermemainkan kini ia yang dipermainkan. Dan bagaimana dulu ia yang menghancurkan kini berganti ia yang dihancurkan. Dunia begitu adil lantaran karma selalu berjalan sejalan dengan bagaimana hidup itu berjalan.


THE END

(for SEASON 1)

see you on season 2


Note :

Terimakasih untuk perhatian kalian semua. Terimakasih untuk reviewnya. Sampai jumpa nanti di Season 2 : 'After The Party'

Ps : untuk season 2 akan dilanjutkan di watpad. Jika kalian masih ingin membaca bisa main ke akun beby vee (wp : Veebeby_)