Seonho masih diam tak merespon. Sosok itu menghela napasnya pelan, perlahan ia mendekatkan wajahnya pada pemuda manis di depannya. Napas Seonho seketika tercekat ketika sepasang daging kenyal memagut belah bibirnya dengan tiba-tiba. Pemuda manis itu memejamkan matanya, larut dalam ciuman lembut yang terasa begitu manis.

Perlahan pagutan itu terlepas, menyisakan deru napas tak beraturan dari keduanya. Seonho kembali membuka mata, mempertemukan manik gelapnya dengan milik pemuda tinggi di hadapannya.

"L– Lai Guanlin?"

.

.

Colors

Chapter 2

.

.

Produce 101/Wanna One Fanfiction

Romance, Humor, Highschool!AU, Hybrid!AU, Yaoi

Main!Guanho Couple

(Lai Guanlin x Yoo Seonho)

Rating: M

.

.

.

Happy Reading! -Buttermints-

.

.

.

Sepasang pemuda itu tampak duduk saling berhadapan di lantai ruang tengah. Dua gelas susu cokelat hangat dan sepiring besar roti panggang berbagai selai–buatan Guanlin–terhidang di tengah-tengah mereka. Setelah insiden ciuman tadi mereka berdua sama-sama tidak mengeluarkan sepatah katapun, hanya sesekali Seonho memandangi Guanlin yang sibuk membolak-balik roti di atas pan selagi ia membuatkan susu cokelat hangat untuk mereka berdua. Sampai akhirnya mereka duduk berhadapan seperti sekarang pun masih belum ada yang berani memulai pembicaraan.

Canggung. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan mereka sekarang.

Sejujurnya banyak sekali yang ingin Seonho tanyakan pada lelaki tinggi di depannya ini. Hanya saja tatapan mata Guanlin membuat nyalinya sedikit menciut. Mengangkat wajahnya saja ia tidak berani, apalagi bicara dan bertanya yang macam-macam.

"Makanlah, nanti rotinya dingin."

"A– Ah ne..." Diambilnya seiris roti panggang berselai cokelat, kemudian mulai memakannya perlahan-lahan.

"Enak?"

"Umm..." Seonho menganggukkan kepalanya. "Kau– tidak makan?"

"Aku tidak terlalu suka roti."

"He? Lalu kenapa kau membuat banyak sekali roti panggang?"

"Aku membuatkannya untukmu. Kau selalu makan roti panggang saat sarapan, jadi kubuat saja sebanyak-banyaknya." Bibir Guanlin membentuk sebuah cengiran lebar.

Ah benar, ia lupa jika sebelum ini Guanlin berwujud sebagai seekor puppy dan selalu ikut kemanapun dia pergi–kecuali kamar mandi. Jadi, tak heran jika dia hapal beberapa kebiasaannya di rumah.

"Um– terimakasih?"

"Sama-sama. Lagipula aku yang harusnya berterimakasih karena kau sudah dengan senang hati menerima dan merawatku."

Senyum lembut yang dilayangkan lelaki tinggi itu memunculkan debaran menyenangkan di dada sebelah kiri Seonho. Ia kembali menundukkan kepalanya sambil menggigit roti panggang yang tersisa, mencoba menyembunyikan guratan merah di pipinya.

Sementara Seonho sibuk menghabiskan sarapannya, Guanlin sibuk memperhatikan lekat-lekat lelaki dihadapannya sambil sesekali meneguk susu cokelat yang mulai mendingin.

"Aku boleh bertanya sesuatu?"

Telinga berbulu cokelat itu menegak ketika suara Seonho memecah keheningan diantara mereka. Matanya kini fokus menatap Seonho tepat di matanya,

"Silahkan."

"Sebenarnya... kau ini apa?"

"Aku hybrid, lebih tepatnya manusia setengah anjing."

"Ah..." Seonho mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Lalu, kau datang darimana? Kenapa bisa tahu rumahku?"

"Aku dikirim oleh Sungwoon-hyung kemari, ke rumah mate ku." Guanlin tersenyum lebar.

BLUSH

Semburat merah muda mendadak muncul di pipi tembam Seonho begitu Guanlin mengucapkan kata mate dengan tegas. Mate berarti pasangan hidup atau jodoh kan? Berarti lelaki tampan di depannya ini adalah jodohnya begitu? Monolognya dalam hati.

"S– Siapa Sungwoon?"

"Dia orang yang merawatku sejak aku masih kecil. Semua makhluk sejenisku tinggal dan dirawat disana bersama beberapa orang lainnya."

"Jadi... yang seperti dirimu ini ada banyak?"

Guanlin menganggukkan kepalanya antusias.

"Banyak sekali, terutama jenis hybrid anjing dan kucing. Aku punya banyak teman di rumah lamaku."

"L– Lalu dimana rumahmu?"

"Disini."

Kali ini rona merah menyanangkan itu merambati kedua telinga Seonho. Wajahnya terasa semakin memanas manakala Guanlin kembali mengucapkan jawaban bernada polos namun berhasil membuat jantungnya berdetak tak karuan.

"M– Maksudku tempat tinggalmu sebelum kau dikirim kemari."

"Mm... kurasa tak jauh dari sini. Sedikit naik ke bukit dan disana ada rumah besar berpagar tinggi, aku tinggal di sana. Kenapa? Apa kau ingin datang berkunjung?"

Pemilik surai cokelat tampak mengembangkan senyumnya lebar-lebar. Telinga runcingnya menegak, menandakan bahwa dirinya kini sedang antusias. Seonho yang disuguhi pemandangan menggemaskan itu hanya bisa menahan diri agar tidak melompat ke arah Guanlin dan mencubit habis pipinya.

Tahan Seonho tahan, jangan melakukan sesuatu yang akan berakhir memalukan.

"Y– Ya mungkin kapan-kapan kita bisa kesana."

"Yeah!" Guanlin bersorak gembira sambil mengangkat kedua tangannya ke udara.

Seonho tersenyum disela-sela kegiatan mengunyahnya. Entah kenapa ia turut merasakan euforia yang tengah melanda Guanlin sekarang.

Soul connection, eh?

"Tidak Seonho, aish. Apa yang kupikirkan?" Ucapnya lirih.

Ruangan itu kembali senyap seperti tadi, dengan Seonho yang masih sibuk menghabiskan roti-rotinya dan Guanlin yang sibuk memandangi sang pujaan hati.

Guanlin senang tentu saja. Setelah menunggu sekian lama akhirnya dia bisa bertemu dengan matenya, orang yang akan mendampinginya sampai akhir kehidupannya nanti. Sejujurnya dia tak pernah berharap yang berlebihan tentang seperti apa rupa matenya, yang penting matenya itu setia dan mau menerimanya dengan terbuka.

Namun sepertinya dewi fortuna tengah berbaik hati padanya. Ia dipertemukan dengan lelaki manis nyaris sempurna seperti Seonho. Pipi tembam, kulit putih bersih, tubuh ramping namun berisi, tak ketinggalan bibir plushy yang selalu membentuk lengkungan manis di wajahnya.

Ah, dia suka semua yang ada pada Seonho–

"Apa kau sudah selesai dengan susu cokelatnya?" Teguran halus itu berhasil menyadarkan Guanlin dari lamunan singkatnya.

–termasuk suara lembut itu.

"Ah, ne aku sudah selesai."

Seonho mengangguk kemudian mulai membereskan piring serta gelas yang sudah kosong untuk dicuci. Namun gerakannya berhenti ketika sebuah tangan kekar menahan pergelangan tangannya.

"Biar aku saja."

"E–Eh? Tak apa, biar aku saja. Lagipula tadi kau sudah–"

Belum sempat Seonho menyelesaikan ucapannya, Guanlin sudah terlebih dulu mengambil alih piring dan gelas di tangannya. Ia melemparkan senyumnya kemudian beranjak ke dapur.

Seonho hanya bisa diam di tempat, menuruti perintah Guanlin. Diam-diam ia mengamati figur belakang milik pemuda tinggi itu sejak tadi, mulai dari pundak tegapnya, punggung lebarnya, lengan yang tampak kokoh, dan–

–tunggu. Kemana ekornya?

Pemilik surai caramel itu mematung dengan bibir yang sedikit terbuka dan mata membola.

E– Ekornya hilang?!

"Seonho persediaan rotimu habis. Sepertinya kita harus ke mini market nanti."

Hening.

Guanlin yang awalnya sibuk menggeret kantong sampah dari dapur seketika menghentikan kegiatannya. Ia menolehkan kepalanya pada Seonho yang tidak merespon ucapannya barusan.

"Seonho?" Guanlin membungkuk dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Seonho.

Yang dipanggil terlihat meneguk ludahnya gugup.

"I– itu–"

Telinga runcing milik Guanlin tampak menegak waspada.

"Ekor– ekormu hilang!" Seonho berteriak heboh.

.

.

~Buttermints~

.

.

Guanlin tampak berputar-putar di depan cermin, memperhatikan daerah punggung bagian bawah tempat awal ekornya berada sebelum menghilang entah kemana. Pemuda tinggi itu menggaruk-garuk kepalanya bingung. Setelah transformasi dari seekor anjing menjadi manusia ia tidak merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Tidak ada rasa sakit, gatal, ngilu ataupun lainnya, semuanya normal. Seingatnya Jihoon tak pernah membahas tentang bagian tubuh yang bisa hilang secara mendadak begitu dirinya berubah.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Gumamnya.

Sementara Guanlin sibuk berpikir, Seonho hanya duduk manis di atas ranjang sambil memperhatikan pemuda yang lebih tinggi. Kalau boleh jujur ia juga sama bingungnya dengan Guanlin. Jelas-jelas ia melihat benda panjang berbulu itu menggantung indah di tubuh Guanlin pagi tadi, lalu sekarang benda itu sudah hilang entah kemana.

Benar-benar ajaib.

"Seonho-ah, aku boleh pinjam teleponmu?"

"Um? Boleh." Seonho menyodorkan ponselnya pada Guanlin. "Kau akan menghubungi seseorang?"

"Aku akan coba menghubungi Sungwoon-hyung."

Guanlin mendudukkan tubuhnya di sebelah Seonho sambil menekan-nekan tombol angka di layar. Ia lalu menekan tombol dial dan menyetel panggilan dalam mode speaker. Terdengar nada sambung selama beberapa detik sebelum akhirnya suara yang familiar menyapa pebdengaran Guanlin.

"Halo?"

"Daniel-hyung? Ini aku Guanlin!"

"Guanlin-ah! Semua orang menunggu kabar darimu eoh! Kau baik-baik saja kan? Bagaimana dengan matemu?"

"Dia sangat imut dan baik hyung! Aku tidak menyangka akan memiliki mate sesempurna dia! Kau harus bertemu dengannya kapan-kapan."

Daniel tertawa mendengar jawaban penuh semangat yang dilontarkan oleh Guanlin. Seonho? Jangan ditanya, ia sudah menenggelamkan seluruh permukaan wajahnya yang memerah ke boneka Kumamon di pelukannya.

Sungguh, Seonho malu sekali.

"Aigoo... Aku jadi penasaran. Ah, kau ada perlu dengan Sungwoon-hyung? Dia masih di toilet tadi, makanya aku yang angkat."

"Aaa... Apa Sungwoon-hyung kena diare lagi?"

"Sepertinya keracunan makanan Daehwi. Pagi ini dia memasak, kau tahu kan bagaimana rasa masakannya." Ujar Daniel sambil tertawa. "Ah ini dia orangnya Sungwoon-hyung! Guanlin menelpon!"

"Halo~ dengan Ha Sungwoon disini~ ada yang bisa kubantu tuan?"

"Hyung nada bicaramu sungguh menggelikan."

"Hahaha... Jadi, apa ada masalah? Atau kau hanya merindukan hyungmu yang tampan ini?"

Guanlin lupa mengingatkan jika hyungnya satu ini selain baik juga sedikit narsis alias suka memuji diri sendiri.

"Sebenarnya pagi ini aku mengalami sesuatu yang aneh."

"Apa maksudmu?"

Nada bicara yang tadi terkesan main-main seketika berubah menjadi serius. Tersirat sedikit kecemasan disana.

"Ada salah satu bagian dari tubuhku yang menghilang hyung."

"Maksudmu bentuk transformasimu tidak sempurna? Ya tuhan, bagian tubuh mana yang menghilang?"

"Tidak hyung, tubuhku lengkap saat transformasi. Tapi bagian ini mendadak hilang begitu saja."

"Jangan bilang bagian itu adalah bagian terpenting seorang pria. Ya tuhan, aku turut berduka Guanlin-ah."

"Aish bukan hyung! Yang hilang itu ekorku eoh!" Jawabnya sebal.

"Ekor? Ya, apa kau baru saja melakukan sesuatu dengan matemu?"

"Sesuatu? Hanya sarapan bersama saja hyung."

"Kau yakin tidak melakukan sesuatu yang bersifat seksual?"

BLUSH

"A– Apa maksudmu hyung? Tentu saja aku tidak melakukannya!" Ujarnya setengah berteriak.

Netra gelapnya melirik was-was pada Seonho yang ternyata sudah mengubur diri di dalam selimut.

"Jangan panik begitu... Jujur saja pada hyung, tidak perlu malu~."

"Tidak. Memangnya kenapa kau bertanya hal yang tidak penting seperti itu?"

"Oke, dengarkan baik-baik. Kau tahu kan jika seorang hybrid bisa berubah menjadi manusia seutuhnya?"

"Uhum– lalu?"

"Nah, perubahan itu akan terjadi apabila seorang hybrid sudah pernah melakukan hubungan seks dengan matenya. Jika salah satu dari anatomi hewan-mu menghilang setelah kau transformasi, berarti kau sudah pernah melakukan sesuatu yang mengarah kesana."

"Um– tadi pagi kami– berciuman."

"Itu dia! Ciuman itulah yang membuat ekormu menghilang!" Seru Seungwoon dengan nada bersemangat.

Jadi karena ciuman?

"O– oke, aku mengerti. Terimakasih banyak hyung! Nanti kuhubungi lagi!"

"Ya! Satu la–"

PIP

Guanlin memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Informasi yang diterimanya barusan sudah cukup jelas, jadi ia memutuskan untuk mengakhiri percakapannya dengan Seungwoon sebelum laki-laki bersuara cempreng itu mulai bicara yang macam-macam. Matanya kembali melirik ke arah Seonho yang masih berada di bawah balutan selimut.

Dia diam saja dari tadi, apa dia tidur?

Pemuda tinggi itu mendekati gundukan besar yang berada tepat di belakangnya.

"Seonho-ah? Kau tidur?"

Tak ada jawaban.

"Ah, dia tidur rupanya."

Guanlin tersenyum geli, mate nya ini benar-benar menggemaskan. Surai gelap Seonho tampak menyembul dari ujung selimut yang menutupi tubuhnya. Jemari panjangnya mengusap sayang helaian hitam milik matenya.

Tiba-tiba saja gundukan itu bergerak menjauhi tangan Guanlin. Telinga cokelatnya tampak menegak siaga akibat pergerakan mendadak yang dilakukan Seonho.

"Kau tidak tidur?"

Seonho menggeleng dari dalam selimut.

Sungguh, Guanlin berusaha mati-matian untuk tidak melakukan yang aneh-aneh pada makhluk menggemaskan di hadapannya ini.

"Kalau begitu bukalah selimutmu, kau tidak pengap hm?"

Pemuda manis itu kembali terdiam. sebenarnya saat ini Seonho sedang berusaha untuk menghilangkan rasa panas di wajahnya akibat mendengar percapakan rated antara Guanlin dan orang bernama Sungwoon. Bercinta katanya? Berciuman saja ia sudah mau pingsan, apalagi bercinta. Membayangkannya saja ia tidak berani.

SRET–

"H– Hei! Selimut–"

Kalimat Seonho mendadak terputus ketika netra gelapnya beratatapan langsung dengan milik Guanlin yang entah sejak kapan sudah berada di atasnya. Napasnya tercekat, detak jantungnya mendadak kacau, matanya terpaku pada manik gelap yang tengah menatapnya intens.

Posisi yang sungguh akan membuat orang salah paham jika melihatnya.

"Kau benar-benar menggemaskan. Aku sungguh beruntung bisa bertemu denganmu. Terimakasih ne..."

"U– untuk apa?"

Rona kemerahan kembali bertengger di pipi gembulnya.

"Untuk ini."

Netra gelapnya melebar kala sepasang benda kenyal menyentuh belah bibirnya. Ia merasakan benda hangat itu bergerak pelan, memagut bibir bawahnya dengan lembut.

BRAK–

"Bangunlah adikku– Oh my god!"

Seonho sontak mendorong Guanlin hingga pagutan mereka terlepas. Kepalanya menoleh takut-takut ke arah suara itu berasal. Jantungnya serasa mau lepas ketika matanya menangkap sosok sang kakak di ambang pintu. Sedang menatap kearahnya dengan mata membelalak dan mulut terbuka.

"J– Jisung-hyung?"

.

.

TBC

.

.

Updatee!
Maafkan aku yang suka telat update readernimm *bow*.
Terimakasih buat yang udah mau menunggu dengan sabar, terimakasih banyakk.
Jangan lupa tulis saran dan komentar kalian di kolom review yaa.

Okay, next mana dulu yang pingin diupdate?

Love

~Buttermints~

Promo sedikit kkk. Bagi yang suka ff BTS bisa cek ff yang judulnya "Dimple". Terimakasih~