·~·

HunHan is Real?!

·~·

Namanya HanI. Fans Luhan garis keras semenjak Luhan sekolah menengah pertama, si imut-imut menggemaskan pencetus ke-manly-an dengan dada kerempeng membusung. HanI gemas level wahid kalau sudah membahas soal Luhan yang ini, yang itu dan yang onoh. Pokoknya andaikan mungkin, bisa dipastikan HanI tahu celana dalam warna apa yang dipakai Luhan hari ini.

Sebagai sahabat nyalon bareng yang hobi cowo-cowo flower boy berduit, Luo adalah teman gosip terbaik. Tapi tittle -bestfriendgosippolepel- itu perlahan memudar setelah HanI menemukan foto -mesra- Luhan (cowo idola kesayangan) dengan member boiben negara tetangga yang sayangnya cakep -mintaampun- plus cutenya pake banget. HanI merasa terkhianati.

"Kupikir kita sejalan, Luo!"

Luo menggeleng seolah tidak melakukan kesalahan apapun. "Han'er.. kau harus lihat moment couple Luhan dan cowok negara tetangga itu. Mesranya gak pake gula tambahan. Serius deh!"

Malam ini boiben yang di maksud mengadakan konser d Beijing. Sedangkan di tempat terpisah namun masih di kota yang sama, Luhan tengah menghadiri acara fanmeet. HanI sudah rapat dadakan dengan anggota-anggota fansite yang lain. Lagipula senjata mereka kali ini tergolong ringan saja karena hanya fanmeet skala sedang.

HanI acuh pada awalnya saat Luo tak fokus. Namun melihat cengiran Luo pada ponselnya sepanjang rapat berlangsung, ia jadi jengah sendiri. Maka dari itu, ia menarik Luo ke kafe paling dekat untuk menginterogasi gadis itu.

"Pokoknya mereka real. Bahkan mereka sempat satu grup sebelum Luhan memutuskan berkarier sendiri. Oh ayolah, aku jamin sehabis melihat tatapan mereka kau pasti jatuh cinta!" cerocos Luo menggebu ditambah senyum mengembang sampai telinga.

"Kau mau kukeluarkan dari fansite ini, hah? Dasar pengkhianat. Hentikan delusi berlebihanmu, Luo. Bahkan aku yakin sekali Luhan tidak mungkin suka sesuatu yang berbatang. Seperti bumi kehabisan stok wanita cantik saja," dan HanI mendengus keras-keras. Makhluk sekeren Luhan suka cowok? Officially not!

Luo terkikik, bukannya tersinggung atau malah marah dengan sahabat nyalon terbaiknya ini. Namanya beda kepala tentu beda pemikiran. Luo mengerti HanI tak suka jika idolanya dicouple apalagi sesama laki-laki.

"Ah sudahlah. Aku juga tidak memaksamu untuk percaya kok, Han'er." dengan seenak jidat, Luo mennyendok desert HanI sambil melempar cengiran semanis mungkin. Modus.. Supaya HanI berhenti misuh-misuh tidak jelas. Wajahnya ituloh~ sudah mirip ibu-ibu ketiban hutang.

Kafe mulai ramai pengunjung. Luo kembali menggoyangkan ponselnya di depan wajah HanI dimana terpampang wajah Luhan edisi super cute. Suaranya nyaris melengking kalau saja dua pengunjung cowok keren tidak duduk di seberang meja mereka. Huft, sayang sekali wajah mereka tertutup masker dan topi yang menutup separuh muka.

HanI masih sempat mendelik. "Luhanku itu tidak belok! Dia lurus, selurus anunya asal kau tahu saja."

Di seberang meja, terdengar suara batuk cukup keras yang mengagetkan baik HanI maupun Luo. Ukh.. sialan. Dua cowok tadi pasti dengar ocehan mereka. HanI jadi merasa bersalah, suaranya pasti terlalu keras tadi.

Luo memicing seraya menunduk, malu. "Makanya kalo mau ngomong itu lihat-lihat tempat. Dan FYI. Tau darimana punya Luhan lurus?"

Kali ini suara seseorang terbatuk terdengar lebih kencang. Luo mendesis, sebal. Mereka berisik sekali sih! Memang ini salahnya tapi apa cowok satunya tidak berniat membantu? Malah tertawa melihat temannya nyaris mati tersedak. Dasar tidak setia kawan.

"Huh, jika aku ada di posisi cowok itu, aku akan dengan senang hati merajam miliknya karena tidak menolong teman. Egois sekali," ketus Luo sedikit bergumam. Err.. Tidak benar-benar bergumam karena ucapannya barusan pasti terdengar kemana-mana. HanI mengangguk setuju ketika ikut mengalihpandang pada spot perhatian Luo.

"Ah sudahlah. Kita pulang. Aku lelah. Besok kita harus mem-filter hasil malam ini sebelum mengepost foto HQ seperti biasa," HanI menguap.

Mereka sudah hampir masuk mobil sebelum akhirnya Luo berhenti. Ia tampak berfikir, seperti ada yang mengganjal. Matanya memandang HanI.

"Apa?"

Luo kembali mengerjap. Sambil menggigiti kuku, Luo menatap penuh harap pada HanI.

"Han'er, pinjam kameramu. Ada 'kan?"

Setelah mendapat kamera di tangan Hani, si kurus Luo bergegas kembali ke kafe tanpa mengatakan apapun pada HanI. Anak itu dibiarkan melongo sendirian di tempat parkir dengan tanda tanya besar di kepala.

"Dasar. Awas saja kalau isinya foto cowok-cowok tidak penting seperti minggu lalu."

Lima menit kepergian Luo, terdengar riuh ramai dari arah kafe. Membuat HanI mengernyit heran. Setaunya pukul 1 malam begini pengunjung pasti sudah mulai sepi.

"Ada apa sih di sana.."

HanI hendak menyusul. Tapi ia enggan melakukannya, toh kalau ada sesuatu pasti Luo bisa mengatasi. Ia menyandar bosan di bagasi mobil sambil memainkan ponsel. Bagian belakang kafe terlihat agak menyeramkan juga kalau malam begini, ukh..

Asyik dengan ponselnya, HanI tersadar saat telinganya menangkap suara terengah seseorang. Sepertinya bukan satu, tapi dua suara nafas bersahutan. HanI mendongak, mengedar pandangan ke segala penjuru.

Ia menemukan dua cowok berbeda tinggi, familiar dimatanya. Oh.. itu cowok yang tadi Luoluo sumpah serapahi. Tapi sedang apa mereka keluar dari pintu belakang kafe?

"Eh..?"

Tiba-tiba yang paling tinggi tersenyum saat melihat ke arahnya, dilihat dari lengkungan sabit. Duh.. Meskipun tertutup masker, menawan sekali matanya mamah. HanI jadi greget sendiri. Ia sudah akan fangirling dadakan kalo sudah dikasih yang cakep begini. Namun yang terjadi selanjutnya membuat ia kehilangan kata-kata.

Pemuda paling tinggi membuka masker, tersenyum (menyeringai) padanya. Ia menarik pemuda lebih pendek yang semampai nan mungil, menarik masker pemuda tersebut juga, yang ternyata adalah Luhan! Forgodshake! DEMI CELANA DALAM PATRICK! Cowok itu 'kan member boiben yang katanya konser hari ini? Couple-nya Luhan yang dibangga-banggakan Luo! Kenapa mereka berdua bisa di sini. Namun yang terjadi selanjutnya...

Mereka ciuman! Asdfghjklasdfghjkl!

HanI terbengong, level di atas wahid. Tidak bisa berkata-kata. Semuanya seperti lenyap. HanI bahkan hampir sepenuhnya tak yakin masih menapak di bumi atau tidak. Tapi.. saat Luhan berbalik, melambai padanya, tersenyum geli sembari meletakkan telunjuk di bibirnya, ia rasanya ingin pingsan sajaaa..

Entah berapa lama HanI dalam posisi sama. Yang ia tau, Luo tiba-tiba sudah datang dengan wajah kusut.

"Sial! Katanya Luhan tadi sedang bersama seseorang di kafe. Tapi aku tidak mendapat gambarnya. Menyebalkan."

Merasa tidak mendapat tanggapan HanI, lekas Luo mengguncang bahu sahabat nyalonnya keras-keras.

"Han'er.. Han'er.. Kau kesambet ya?"

Tubuhnya perlahan menapak bumi kembali. HanI menengok Luo dengan pergerakan kaku.

"Bagaimana kalau kita meliput HunHan-mu juga, Luo'er?"

·~·

End

·~·