When Chanyeol Was There

A fanfic by Presiousca

.

EXO || YAOI

Chanyeol 28 | Baekhyun 18

Rated ANU

.

e)(o

.

Halo, neraka.

Bukan. Bukan tempat panas penuh api yang sering ibunya ceritakan untuk menakutinya dulu. Neraka yang pria tangguh ini maksud adalah rumah Master Byun yang sedang dia masuki.

Park Chanyeol ingat saat usianya baru sepuluh tahun, ayahnya yang super brengsek itu menjualnya kepada pria ini demi mendapatkan dua bongkah emas. Kejadian itu terjadi setelah ibunya juga dibunuh dengan sekali tembak di kepala.

Keparat satu itu juga harus merasakan betapa kerennya kalau punya lubang di dahi. Kapan-kapan harus Chanyeol wujudkan idenya itu untuk sang ayah.

Yang sekarang entah dimana.

"Putraku membunuh lima puluh orang sekaligus di pemakaman ibunya."

Memangnya, seperti apa bocah laki-laki ini sampai bisa membunuh banyak orang dalam sekali kedip? Bisa terjadi kalau dia meledakkan bom paku tapi itu hanya ada di film action saja ya'kan?

"Kau harus menyembunyikan Baekhyun dari incaran musuh."

Meskipun hubungan mereka begitu kental oleh masa-masa yang buruk, tapi pria ini'lah yang membuatnya terus hidup. Tumbuh menjadi algojo yang begitu ditakuti di penjuru Asia.

Chanyeol tidak bisa mengalahkan benci sekepalan tangan jika simpatinya memenuhi seluruh hati. Apalagi melihat kondisi Tuan Byun yang terbaring lemah, anak buah mana yang bisa berkata; 'Persetan dengan anakmu! Aku tidak perduli!'

Sebengis apapun Chanyeol, dia masih punya hati meskipun hanya sebesar biji apel.

"Nyawa penerus klan Black Eye ada di tanganmu, Chanyeol."

Tapi menjaga seorang bocah ditengah misi besarnya yang sudah setengah jalan?

Tidak'kah itu ironis?

.

e)(o

.

Yeah.

Mari panggil Chanyeol 'Si Ironis Yang Konyol'.

Tadinya, dia ingin berteriak 'Persetan dengan anakmu! Aku tidak perduli!' dan langsung enyah dari neraka mini ini.

Tapi bagaimana bisa Chanyeol malah berjalan di sepanjang lorong rumah keluarga Byun? Mendapati dirinya telah berada di lantai dua dengan koridor yang dipenuhi foto keluarga.

Di ujung sana, berdiri sebuah pintu ukiran dengan sebuah rambu yang begitu provokatif. Yang Chanyeol yakini, adalah pintu kamar dari si pangeran manja Byun.

FUCKING LOSER, STAY OUTSIDE!

Ok.

Chanyeol sebenarnya tidak perduli tapi faktanya adalah tulisan itu sangat mengganggu penglihatan. Jadi dia membuangnya ke sudut dengan masa bodoh dan berhasil membuat si pemilik kamar berteriak, "Siapa di sana?"

Dan kemudian membuka pintu.

Kepala bocah itu keluar untuk mengintip Chanyeol yang menyapanya dengan kaku, "Yo."

Kedua alis remaja itu mengerut sentimentil, "Yo. Apa kau pecundang rekrutan baru?" Ucapnya.

Alis Chanyeol naik sebelah, "Pak Tua itu belum memberitahumu?"

"Semua orang di rumah ini sudah tua. Kecuali aku," jawabnya sambil berjalan keluar dari dalam kamar.

Bersedekap, bersandar pada pintu tak lupa mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

Dia sombong, dan pendek.

Kesan pertama yang bisa Chanyeol ambil tapi itu tidak banyak membantu. Kalau tidak salah, namanya adalah Baekhyun dan Chanyeol belum diberitahu kalau bocah ini sangat menyebalkan. Bukannya apa-apa tapi tidakkah Baekhyun seharusnya takut?

"Ayahmu menyiapkan seorang pembunuh untukmu. Kejutan," Chanyeol sudah memberitahunya jadi seharusnya Baekhyun mulai ketakutan.

Atau minimal, gemetaran lalu mengompol.

"Wow. Kau pembunuh?"

"Kau takut?" Sahut Chanyeol, menunggu reaksi ketakutan dari bocah angkuh ini dengan tidak sabaran.

Tapi Baekhyun malah tersenyum dengan sangat manis dan itu benar-benar di luar ekspektasi. Jangan kira Chanyeol suka. Meskipun yeah dia sangat menarik saat sedang tersenyum tapi tetap saja itu menyebalkan.

Tiba-tiba pemuda itu membungkuk siku, "Halo pembunuh, aku juga pembunuh. Senang bertemu denganmu. Mohon kerjasamanya!"

Jika kau belum memahami situasi, maka aku akan menjelaskannya. Pertama, Baekhyun baru saja meremehkan Chanyeol dan kedua, pria besar itu sedang sangat marah.

Baekhyun seharusnya memohon maaf dalam hitungan ketiga.

Satu...

"Aku juga tidak suka kumis dan jambangmu. Jadi terlihat seperti Paman, you know?"

Dua...

"Aku panggil Paman ya?"

Tiga.

Baekhyun, lari...

"Dengarkan aku, kau berandal kecil! Ayahmu sengaja menarikku dari misi penting hanya untuk menjaga seekor hamster ingusan sepertimu! Jadi biar kuberitahu peraturan yang harus kau patuhi!" Chanyeol menunjuk keras hidung bocah malang itu.

Murka di wajahnya tidak tersembunyi lagi. Kedua matanya yang sudah besar itu tambah lebar karena dia harus melotot oleh emosi. Tidakkah seharusnya Baekhyun takut?

"Harus dicatat di bokongku tidak?"

Baekhyun mungkin juga seorang penggila adrenalin. Menantang Chanyeol itu legal untuk dijadikan hobi. Siapa yang tahu?

"Cukup catat di dalam kepala kosongmu itu! Peraturan pertama, jangan panggil aku Paman!"

Baekhyun dengan seluruh harga dirinya yang mahal itu mengangguk sangat manis.

"Hai, Daddy. Aku mau lolipop."

Dia berkedip! Demi celana dalam Deadpool yang bisa terbang! Siapa yang membolehkan anak kecil ini berkedip nakal kepada Chanyeol?

Marah? Tentu saja.

Merasa diremehkan? Sudah pasti!

Tapi juga tidak mungkin bagi Chanyeol untuk membunuhnya. Bagaimanapun Baekhyun tetaplah putra dari sang Master. Mulai sekarang Chanyeol harus mulai belajar membedakan mana yang musuh dan mana anak-anak.

Ok. Tarik nafas. Lepaskan...

Mulai sekarang, sudi tidak sudi Chanyeol harus bisa ekstra sabar, "Hey adik manis, bukannya mau menakut-nakuti, tapi ayahmu punya alasan yang ekstrim kenapa dia memilihku."

Baekhyun memiringkan kepalanya, "Kenapa? Apa karena kau punya lengan berotot yang keren?"

Kalimat itu rupanya mampu mengundang guratan bangga di wajah Chanyeol, "Kau baru saja memujiku."

"Oops."

Baekhyun lantas berjalan menuruni tangga dengan pria itu mengekor. Pemuda ini berhenti di depan akuarium berisi puluhan ikan koi berwarna emas kesukannya.

Jemari kurus Baekhyun menempel pada kaca dan menunjuk salah satu ikan dengan perut paling besar. Mengikuti alur ikan itu saat berenang kesana-kemari. Mencoba mengabaikan Chanyeol yang mungkin setengah mati sudah muak.

"Asal kau tahu, aku tidak butuh bantuanmu. Aku ini cuma anak sekolahan yang cupu. Menjagaku hanya akan membuatmu bosan, Paman Chanyeol. Trust me."

Sebuah fakta yang aneh tiba-tiba menyerang kepala Chanyeol, "Namaku, kau tahu darimana?"

Baekhyun terdiam. Jemarinya juga membeku di kaca akuarium seolah memperjelas bahwa dia baru saja ketahuan.

Mungkin seharusnya bocah ini mengaku lalu meminta maaf. Tapi yang dia lakukan justru menatap seluruh akuarium tanpa berkedip. Tatapan Baekhyun begitu keras. Chanyeol sampai khawatir kalau tuan muda Byun ini terkena stroke mendadak atau apa.

Tapi kau harus tahu apa yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang mengerikan.

Seluruh ikan koi di dalam akuarium mendadak menggelepar di dalam air dan satu-persatu dari mereka mulai mengambang. Ikan-ikan itu mati mendadak hanya dengan mendapat atensi Baekhyun selama lima belas detik.

Pemuda mungil itu tersenyum tenang saat mendapati wajah takjub Chanyeol.

"Jika kuberitahu, kau akan semakin ketakutan, Park-Chan-Yeol," Baekhyun menekankan suaranya saat menyebut nama pria itu.

Tentu saja mereka belum pernah berkenalan dan ini adalah pertemuan pertama mereka. Chanyeol lumayan terkesan.

"Pintu keluar adalah dimana tadi kau masuk. Senang bisa bertemu denganmu. Sayonara!" Baekhyun melambaikan tangan sambil pergi menjauh.

Chanyeol tersentak. Dia teringat bahwa Tuan Byun memanggilnya kembali dari misi pastilah bukan untuk sebuah lelucon. Baekhyun, mungkin memang memiliki sesuatu yang berbahaya di dalam dirinya. Mungkin juga, Chanyeol tidak akan mampu menandingi bocah itu.

Tapi bukan berarti dia boleh meremehkan Chanyeol. Si kecil seharusnya tahu bahwa pria ini sudah berjalan di genangan darah ratusan orang hanya untuk bertahan hidup.

Maka dari itu Chanyeol menariknya, menyudutkan tubuh kecil itu ke tembok lalu mengunci pandang. Baekhyun terpekur karena betapa sulitnya membuat pria ini menjauh.

"Berani bertaruh siapa yang akan menyerah duluan? Antara kau dan aku?" Tantang Chanyeol.

Jika Baekhyun berusaha membuangnya, maka hal itu tidak akan pernah terjadi. Kenapa? Karena kata kalah tidak ada di dalam kamus Chanyeol.

"Aku mau hadiah," si mungil ternyata tidak mau membuang tenaganya dengan sia-sia.

Chanyeol mengangguk, "Tentu saja."

Baekhyun merambati bahu kencang pria itu dalam rasa takjub yang disembunyikan. Hendak mendorong tubuh besar itu menjauh tapi bagaimana bisa seorang manusia setangguh ini? Apa saja yang telah Chanyeol lakukan selama hidupnya?

Baekhyun tidak tahu, tidak mau tahu tapi tetap saja dibuat terkesan.

"Jadi, apa yang kau inginkan, Paman?"

Pria itu mengeratkan rahang, "Aku ingin seluruh kepemimpinan Black Eye ada di tanganku."

Tangan kurus Baekhyun perlahan jatuh. Tidak menyangka kalau apa yang Chanyeol inginkan adalah bagian terbesar dari hidupnya. Tapi kepalang tanggung. Taruhan mereka sudah jalan setengah.

Lagipula, Baekhyun juga bukan si bocah cengeng yang pantas diremehkan, "Deal."

Senyuman Chanyeol begitu jelas Baekhyun lihat. Dia tatap lengkungan tampan itu dari dekat sampai matanya berkedut takjub. Meskipun dia berkumis, tapi tidakkah senyumannya itu keterlaluan memikat?

"Lalu, apa yang kau minta, Byun Berry?" Suara berat itu berbisik, membuyarkan lamunan yang lebih muda.

Matanya menelisik bentuk kelopak mata Chanyeol yang mengalun bagus. Meliuk bak punggung angsa. Bulu matanya jatuh lurus dan tertata rapi seperti atap jerami.

Ya ampun, kenapa bisa setampan ini?

Baekhyun menggeleng pelan. Mengatur wajahnya senormal mungkin. Takut ketahuan diam-diam sedang mengagumi.

"Apapun?"

"Apapun," jawab Chanyeol mantap.

Sayangnya, dia tidak tahu kalau apa yang diinginkan putra dari penerus Black Eye ini adalah sesuatu yang tiada duanya. Sesuatu yang tidak akan Chanyeol dapatkan meskipun dia terbang ke bulan.

Sesuatu yang tidak akan Chanyeol temukan di antara genangan darah manusia di muka bumi.

"Aku mau kau."

.

.

Tebak siapa yang akan menang besok?

.

.

Next or Wrap?


Bacods:

Halo gaes. Misyu misyuu! Bawa mini projek bocah nakal ketemu abang mateng. Baru pengen menjauh sejenak dari suasana DominanYeol-SumissiveBaek hehehe.

Update bareng sama CussonsBaekby & Brida Wu yoooo! Jangan lupa jamah mereka juga gaes. Jamah sampe ke dalem-dalem unch.

Heleh, next? Yay or Nay