Olympians Hall sudah disusun seperti ruang kelas. Dengan deretan kursi dan meja beserta dengan para penghuni akademi yang duduk di tiap-tiap meja. Meja dan kursi itu disusun menjadi lima kolom baris meja, dengan masing-masing sepuluh baris meja dan kursi. Memang, peserta Titan's Game kali ini belum terlalu banyak, sebagian lebih memilih untuk mundur dan menonton annual games terkenal ini.

Namjoon menempati meja yang berada di kolom kedua, baris ketiga dari depan. Bukan di bagian terdepan, namun bukan pula di bagian yang terlalu belakang. Dua baris kursi di depan mereka masih kosong, mungkin masih ada yang belum datang atau mungkin, memilih untuk tidak duduk di depan Namjoon.

Kepala Seokjin berputar untuk memperhatikan seisi Olympians Hall yang mulai penuh, Seokjin bisa mengenali wajah bingung Jungkook yang duduk dua meja dari mejanya, sedangkan Taehyung terlihat tengah bercengkrama dengan anak lainnya dari Dewa Kratos, sama seperti Mr. Krakenshield, si manusia penuh otot lainnya yang bernama Emmet.

Para anak dewa terbiasa untuk bercengkrama seperti para manusia biasa lainnya. Kebanyakan dari mereka tidak akan sungkan menceritakan pengalaman hidup di dunia luar yang mereka jalani selama tujuh belas tahun sebelum akhirnya masuk ke dalam akademi ini dan secara otomatis berada dalam perlindungan Zeus.

Beberapa dari mereka memang tidak mengalami kejadian yang terlalu heboh untuk sekedar diceritakan dengan terlalu bangga. Mereka tidak seperti Taehyung yang mengaku harus menyamar dua puluh kali dalam sehari dan menyamarkan aroma tubuhnya dengan berbagai macam parfum untuk menghindari para monster itu.

Atau Jungkook, si putra Aphrodite yang nyaris setiap hari diserang di jalan oleh manusia hidung belang karena feromon alami yang dimilikinya.

Atau Hoseok, yang selalu mengatakan bahwa dia seharusnya tidak bisa masuk ke dalam akademi.

Semuanya menceritakan kisah mereka dengan santai. Termasuk Sandeul, yang menceritakan bahwa dia memberikan suami untuk ibunya karena dia tidak mau ibunya tinggal sendirian selama Sandeul pergi.

Semuanya.

Kecuali Seokjin.

Karena Seokjin tidak pernah mengatakan apapun mengenai soal bagaimana kehidupannya selama tujuh belas tahun sebelum kemudian dia masuk ke dalam akademi dan berada dalam perlindungan Zeus. Seokjin memperhatikan tiap senyuman anak dewa yang berada di Olympians Hall, mereka semua terlihat ceria. Ceria dan penuh semangat, tidak ada yang ingin menoleh ke belakang lagi.

Tapi Seokjin tidak bisa melakukannya. Dia akan terus hidup bersama dengan masa lalunya selama tujuh belas tahun.

Karena masa lalu itu melibatkan dirinya, ayahnya, dan juga luka yang besar.


Half-Olympians

.

.

A BTS fanfiction

by

Black Lunalite

.

.

.

.

Warn!

BL, Demigod!AU. The Imity AU © Black Lunalite

Slightly Inspired by: Percy Jackson and The Olympians

.

.


NamJin, with TaeKook and another BTS Members.


.

.

.


Part 4: Athena Strategy


"Hei, kau mendengarku, kan?"

Seokjin mengerjap. Mendadak semuanya berjalan begitu lamban untuknya. Dia mendadak berada di dalam masa disorientasi singkat. Perlu waktu empat detik bagi Seokjin untuk akhirnya kembali ke kesadaran sepenuhnya dan menatap Namjoon yang menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"Ya," Seokjin menarik napas, "Aku mendengarmu."

"Jadi, kau bisa naik ke atas nanti malam?" lanjut Namjoon.

Seokjin membuka mulutnya, dan detik berikutnya menutupnya lagi.

Benar, tadi Namjoon memintanya untuk naik ke lantai khusus tempatnya tinggal. Itu memang diperbolehkan, tapi hanya jika penghuni kamar mengizinkan, karena tempat itu bahkan dilengkapi dengan sistem keamanan yang canggih.

"Bagaimana caranya aku naik? Aku bahkan akan gagal melewati lift karena sistem keamanan." Seokjin akhirnya menjawab setelah sebelumnya berpikir cukup lama.

Namjoon berdecak, dia memalingkan pandangannya dari Seokjin dan menatap ke depan, kedua tangan pria itu terlipat di depan dada dengan gaya sombong. "Kau tinggal di lantai berapa?"

Dahi Seokjin berkerut, "Huh?"

Namjoon menoleh untuk menatap Seokjin, ekspresinya terlihat bosan luar biasa. "Aku akan menjemputmu ke kamarmu."

Seokjin berkedip dua kali, "Kau.. akan ke lantai tempat kamarku berada?"

Namjoon mengangguk, terlihat sangat santai seolah itu bukanlah masalah besar.

Seokjin memutar bola matanya, "Dengar, Tuan Namjoon Kim yang terhormat, jika kau turun dan berjalan di sekitar lantai asrama biasa, kau akan membuat kehebohan besar. Jadi tidak, sebaiknya aku tidak naik ke kamarmu dan kau tidak turun ke kamarku."

"Kenapa itu akan menimbulkan kehebohan?"

Seokjin melempar tangannya ke udara dengan frustasi, "Karena kau anak Hades! Duh, demi Zeus, kenapa sih aku harus berurusan denganmu?!"

Namjoon menatap Seokjin lagi, "Aku sering ke kamar Hoseok dan tidak ada masalah dengan itu."

Seokjin tertegun, dia menatap Namjoon, mencoba menemukan kebohongan di sana dan dia tidak menemukannya. Seokjin berdehem, menurunkan pandangan dan menjalin jari-jarinya di atas meja. "Oh," responnya singkat.

Namjoon menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang didudukinya, "Santai saja, aku dan kau itu sama. Kita sama-sama demigod, hanya orangtua kita saja yang berbeda."

Seokjin mengulum bibirnya, "Benar,"

Namjoon merapikan postur duduknya, "Mr. Krakenshield sudah masuk."

Seokjin menoleh ke depan, dan dia melihat pemimpin akademi itu berjalan masuk bersama Mr. Holios dan seorang wanita yang tidak Seokjin kenal. Dahi Seokjin berkerut dalam, dia melirik sekitar dan dia melihat beberapa anak juga terlihat bingung melihat dan menduga siapa kiranya sosok wanita yang berjalan masuk ke bersama Mr. Krakenshield dan Mr. Holios.

Dan di tengah kegiatannya memperhatikan sekitar itulah Seokjin melihat sosok Yoongi, yang tengah melipat tangan di depan dada dan memasang eksrepsi datar. Seokjin mengerjap, dia menoleh ke arah Namjoon yang tengah menatap lurus ke depan.

"Tapi nanti malam aku ada janji dengan Yoongi," bisik Seokjin kepada Namjoon.

Namjoon melirik Seokjin, "Apa?"

Seokjin berdecak kesal, "Nanti malam, aku ada janji dengan Yoongi. Aku tidak bisa naik ke kamarmu."

"Kau bisa naik ke kamarku setelah urusanmu dengannya selesai." Namjoon menyahut santai.

"Tapi.."

"Diamlah, wanita itu memperhatikanmu."

Seokjin tersentak, dia menoleh ke depan dan dia melihat wanita yang sedang berdiri di sana sedang menatapnya dalam diam. Seokjin berdehem gugup dan memainkan jemarinya di atas meja.

"Selamat siang, terima kasih sudah datang ke Olympians Hall untuk latihan tahap dua." Mr. Holios memulai dan semua Pejuang Titan beserta partnernya terfokus padanya, "Hari ini, akan dimulai latihan tahap dua yang sedikit berbeda dari latihan biasanya, seperti yang kalian ketahui, kalian memiliki partner sekarang,"

Seokjin mulai mendapatkan firasat buruk.

"Dan partner kalian akan terus bersama kalian, selalu, mulai dari game pertama hingga final. Dia akan menjadi rekan bertempur kalian, rekan berpikir kalian, dan rekan latihan kalian."

Seokjin mengumpat rendah, sudah dia duga akhirnya akan seperti ini, tidak mungkin partner latihan hanya akan berada di sisi Pejuang Titan saat latihan saja.

"Maaf,"

Suara yang keluar dengan nada ragu itu menarik perhatian Seokjin, dia menoleh dan melihat Jungkook mengangkat tangannya dengan wajah ragu-ragu yang lucu.

"Ya, Jungkook Jeon?" Mr. Holios bertanya dengan tenang.

"Apa itu artinya kami para partner juga akan mendapatkan posisi yang sama dengan Pejuang Titan?"

Mr. Holios mengangguk, "Ya, kami mengumpulkan kalian di sini untuk menjelaskan sistematika pertandingan kali ini, sekaligus menjelaskan mengenai hadiah kalian." Mr. Holios menoleh ke arah Mr. Krakenshield, "Krakenshield,"

Mr. Krakenshield mengangguk, "Pertandingan kali ini akan terbagi menjadi tiga tahap game seperti biasanya. Babak penyisihan awal atau First Stage, dilanjutkan dengan babak penyisihan kedua yaitu Second Stage, dan terakhir, babak final atau Final Game. Pemenang dari Final Game akan menjadi The Titan. Tapi!" Mr. Krakenshield mengangkat telunjuknya ke udara, "Hanya akan ada satu The Titan yang dipilih, sehingga Pejuang Titan dan partnernya yang berhasil lolos akan diuji kembali, dalam tahap terakhir, yaitu Special Stage, dimana mereka akan bertanding dan yang keluar sebagai pemenang akan menjadi The Titan."

Seokjin menahan napasnya, dia menoleh ke arah Namjoon yang masih duduk mendengarkan dengan tenang. Sementara beberapa anak dewa lain mulai terlihat bingung, mengeluh, bahkan ada beberapa yang mulai ketakutan saat mendengar penjelasan Mr. Krakenshield.

Beberapa anak dewa yang hanya menjadi partner terlihat ketakutan dan wajah mereka berubah pucat. Tentu saja, membantu dan bekerja sama untuk memenangkan pertandingan berbeda dengan mengalahkan Pejuang Titan yang menjadi partner latihan.

Itu adalah sebuah kerugian besar. Karena mereka sudah berlatih bersama dan tentunya akan ada banyak kelemahan yang terekspos selama proses latihan itu.

"Sekarang, mengenai hadiahnya." Mr. Holios berjalan ke meja yang berada di paling depan, kelihatannya meja itu memang disediakan untuk para pengajar. Mr. Holios berjalan menuju kotak di atas meja dan membukanya.

'Tunggu, sejak kapan ada kotak di sana?' batin Seokjin.

Mr. Holios mengangkat sebuah mahkota khas Dewa dan terbuat dari emas, yang terlihat seperti jalinan dedaunan yang disatukan menjadi mahkota, sedang berada di tangan Mr. Holios. "Hadiah kalian adalah mahkota The Titan, dan eternal glory, janji dari Zeus sendiri. Kalian akan berdiri sebagai demigod di atas demigod lainnya, tidak peduli siapa orangtua kalian, kalian akan mendapatkan gelar The Titan seumur hidup kalian dan kejayaan abadi di dalam hidup kalian. Ini sangat berbeda dengan hadiah tahun-tahun sebelumnya dimana kalian hanya akan mendapatkan gelar The Titan, dan juga jaminan hidup sejahtera selamanya. Di hadiah kali ini, kalian akan mendapatkan status, status tertinggi diantara yang lainnya."

Beberapa mata terlihat berbinar saat mendengarkan hadiah yang disebutkan sementara Seokjin justru mengernyit tidak suka, dia duduk dengan kaku di kursinya sendiri.

"Permainan kali ini akan jauh lebih sulit," Mr. Holios mengembalikan mahkota itu ke kotak dan kembali menatap ke depan. "Tingkat level permainan akan ditingkatkan, kalian tidak akan diberitahu dimana letak babak permainan dilakukan, kalian harus mencarinya sendiri, dan tentunya memenangkan pertandingan itu sendiri."

Mr Holios melirik wanita yang sejak tadi berdiri diam di depan ruangan. "Karena itulah kami mengundang Mrs. Selena Montgomerry, putri Dewi Athena, sebagai seseorang yang akan membantu kami dalam membuat tahapan permainan menjadi semakin menarik."

Seokjin tersedak di kursinya, matanya melebar menatap ke arah wanita paruh baya berambut merah tembaga yang sedang tersenyum pada mereka semua.

Wanita itu.. putri Dewi Athena. Dia anak Dewi Athena.

Sama sepertinya.

Selena tersenyum lebar, "Aku Selena Montgomerry, salam kenal."

Namjoon menggeser tubuhnya ke arah Seokjin, "Sepertinya ini akan menarik," bisiknya.

Oh, jadi karena itu wanita itu memperhatikannya sejak tadi. Dia.. mungkin mengenali Seokjin sebagai anak Dewi Athena lainnya.

"Permainan kali ini akan berbeda dengan permainan yang biasanya. Kalian harus memecahkan teka-teki yang akan menuntun kalian menuju dimana lokasi permainan selanjutnya, sehingga kalian bisa mempersiapkan diri. Jika kalian tidak berhasil memecahkan teka-teki dan tidak mengetahui lokasi, maka itu akan merugikan kalian." Selena tersenyum lebar, "Aku, adalah orang yang akan membuat teka-teki itu."

Seokjin tersedak. Lagi.

Seokjin menyadari beberapa orang yang melirik ke arahnya, dan mau tidak mau Seokjin sedikit bersyukur dia dipasangkan dengan Namjoon Kim, karena siapa yang berani merebut partner latihan dari Namjoon Kim?

"Nah, untuk pemanasan, bagaimana kalau kita sedikit bermain sekarang?" ujar Selena dengan penuh senyum, dia merogoh kantungnya, menarik keluar sesuatu yang terlihat seperti kalung dengan bandul berupa kristal kecil yang dililit sesuatu. Seokjin tidak bisa mengenalinya dengan jelas lantaran jarak mereka yang jauh.

"Ini adalah amulet, terbuat dari tetesan air laut utama Poseidon dan dijalin dengan menggunakan rumput laut oleh Poseidon sendiri. Amulet ini akan membuat kalian diterima di perairan apapun, dan laut manapun, karena amulet ini menyimpan sedikit kekuatan Poseidon." Selena tersenyum, "Bagaimana? Sudah tertarik?"

Seokjin menatap wanita bernama Selena itu dengan hati-hati, entah kenapa dia tidak merasakan firasat bagus soal ini, ataupun hadiah amulet yang diberikan. Jika amulet sehebat itu diberikan, maka sudah pasti ada satu tahap permainan yang melibatkan wilayah kekuasaan Poseidon.

Selena tersenyum miring, "Pertanyaan untuk amulet ini adalah,"

Seokjin memejamkan matanya.

"Dimanakah letak bintang yang berada di darat?"

Keheningan menyergap seisi Olympians Hall tepat setelah pertanyaan itu dilontarkan.

"Kuberi kalian lima menit untuk menjawabnya," sambung Selena.

Seokjin menghela napas, sebagian orang mulai mulai berbisik-bisik bersama partner mereka masing-masing untuk menjawab pertanyaan Selena.

"Kau bisa berenang?" tanya Namjoon tiba-tiba.

Seokjin menoleh ke arah Namjoon, "Pertanyaan macam apa itu?"

Namjoon mengangkat bahunya, "Ini terkait Poseidon, dan apa lagi yang berhubungan dengan Dewa itu selain air?"

Seokjin mengangguk tidak peduli, "Ya, aku bisa berenang. Aku bahkan sudah bisa berenang sejak kecil, ayahku sering mengajakku ke rumah musim panas milik nenek kami yang memiliki danau dan.." Seokjin terhenti, matanya melebar saat dia menyadari sesuatu.

Namjoon menoleh ke arah Seokjin dan tersenyum miring, "Memiliki danau dan?" ujarnya.

Seokjin menatap putra tunggal Dewa Neraka itu, "Apa kau membutuhkan amulet Poseidon?"

Namjoon tersenyum tipis, "Kau yang membutuhkan itu, aku akan baik-baik saja."

Seokjin tersenyum lebar dan detik berikutnya tangannya terangkat ke udara.

"Ya, Seokjin Kim?" ujar Selena.

"Aku tahu jawabannya." Seokjin berujar masih dengan menatap Namjoon yang menatapnya dengan senyum miring di bibirnya.

"Dan apa itu?"

"Jawabannya adalah Imity Lake." Seokjin tersenyum lebar dan Namjoon mengangguk pelan.

Selena tersenyum tipis, "Kenapa?"

Seokjin memalingkan pandangannya ke arah Selena, "Pertanyaannya adalah dimana letak bintang di darat, jika itu adalah pertanyaan terkait dengan Zeus, maka aku akan menjawabnya di puncak gunung Olympus. Bukan karena faktor tertentu, tapi karena itu adalah tempat bagi Zeus untuk melihat bintang di darat. Daratan, bagi Zeus, adalah permukaan yang paling dekat dengan kakinya, dan itu adalah puncak gunung karena Zeus tinggal di atas langit."

"Sedangkan pertanyaan ini terkait Poseidon, wilayah kekuasaan Poseidon adalah air. Lantas, apakah jawabannya adalah lautan luas tempat bintang terpantul di sana? Bukan. Karena yang diminta adalah tempat melihat bintang, bukan pantulan bintang."

"Jika melihat dari kemungkinan tersebut, maka jawabannya adalah wilayah kekuasaan Poseidon lainnya yang memiliki bintang di atasnya, dan jawabannya adalah Imity Lake. Karena hanya tempat itu yang merupakan permukaan wilayah kekuasaan Poseidon yang dikelilingi kunang-kunang setiap malamnya."

Selena tersenyum puas, namun wanita itu menutupinya dengan berpura-pura berdehem.

"Kita bisa mengumpamakan permukaan danau yang memantulkan langit malam sebagai langit, dan kunang-kunang yang bertebaran sebagai bintang. Karena kunang-kunang memang terlihat seperti bintang di darat, mereka kecil, bercahaya, dan terlihat bertebaran tanpa arah padahal sesungguhnya mereka memiliki pola tersendiri."

Selena bertepuk tangan pelan, "Tepat sekali,"

"Selamat untuk Seokjin Kim." Mr. Holios berujar sementara Mr. Krakenshield mengangguk puas.

Selena tersenyum, tangannya terangkat menunjukkan amulet Poseidon di tangannya, "Seokjin Kim, kemarilah dan ambil hadiahmu."

Seokjin tersenyum dan berdiri, dia berjalan dengan percaya diri menuju bagian depan Olympians Hall, Seokjin berhenti melangkah saat sudah sampai di hadapan Selena.

"As expected from our blood.." bisik Selena, dia mengeluarkan kalung amulet itu dan memasangkannya ke leher Seokjin.

"Apakah kami harus menahan napas selama mungkin?"

Selena tertegun sesaat, kemudian dia tersenyum dan pandangan matanya naik untuk menatap Seokjin. "Anak pintar.." bisiknya.

Seokjin tersenyum semakin lebar kemudian dia berbalik dan kembali berjalan menuju kursinya di sebelah Namjoon.

Namjoon menggeser tubuhnya mendekati Seokjin, "Jadi?"

Seokjin menyentuh bandul kalung yang melingkar di lehernya, "Kita harus menahan napas selama mungkin."

Namjoon menegakkan tubuhnya, "Kalau begitu ayo sewa kolam renang di Playground untuk kita."

Seokjin tersenyum, "Ide bagus."

To Be Continued

.

.

.

Hai!

Karena banyak yang terjadi, akhirnya aku baru bisa update sekarang. Hahaha

Sekarang pasti semuanya masih penasaran kira-kira Seokjin mau atau nggak masuk ke kamar Namjoon. hahaha

Ini memang rencana plotnya begini gaes. Pasti kalian ngerti deh maksudnya. Hehehe

.

.

Ditunggu selalu tanggapannya!