Pairing: Ushina (Ushijima Hinata)
Rated: M
Genre: Romance, Smut, Incest.
"Semua Karakter Haikyuu! dalam cerita ini milik Hiarichi sensei semua, dan cerita buatan ini milik saya. ORIGINAL!!"
!!WARNING: TYPO, BL, HARDCORE!!
-DIMOHON UNTUK YANG ANAK DI BAWAH 18TAHUN, DILARANG KERAS MEMBACA CERITA INI! JIKA TETAP INGIN MEMBACANYA, DOSA MENJADI TANGGUNGAN ANDA-
.
.
.
.
.
.
-This feeling, so weird-
Aku dan kakakku mempunyai hubungan yang sangat dekat, berbeda dengan saudara lain yang ada di luar sana yang sering bertengkar. Setiap kali kami bertengkar, kakakku selalu meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Pertengkaran kami tidak sampai 1hari maupun 1jam. Hanya butuh 5menit saja kami baikan lagi.
Terkadang, aku bingung dengan teman ku yang memiliki saudara. Mereka selalu bertengkar hingga seminggu, bahkan ada yang selalu bertengkar setiap saat. Apakah dengan bertengkar selama itu normal?
Maksudku, mereka saudara kan? Kenapa mereka harus menghabiskan waktu seminggu dan berhari-hari untuk bertengkar? Apakah tidak ada penyesalan di hati mereka?
Saat itu juga, aku menanyakan pertanyaan itu kepada kakakku. "Tergantung dari cara mereka berbicara satu sama lain. Jika yang satu egois dan yang satu masa bodoh. Masalah mereka tidak akan kelar."
Aku manggut-manggut saat kakakku menjelaskan jawabannya. Jadi seperti itu. Lalu aku bertanya lagi. "Apa mereka tidak ada rasa penyesalan?" Tangan besar itu langsung mengelus-elus kepala ku dengan lembut. "Jika mereka bergantung dengan emosi dan dendam. Tidak akan ada rasa penyesalan."
Hoo..
Seperti itu, aku sekarang tau semua jawabannya. Tapi, aku bersyukur tidak seperti mereka yang bertengkar dengan saudaranya selama seminggu maupun setiap saat.
-Morning-
.
.
.
.
.
.
Hari sudah pagi, saat aku bangun. Aku selalu mendapatkan kakakku tertidur di sofa ruang tengah dengan buku yang tebal di atas meja beserta laptop yang mati itu. Apakah pekerjaannya selalu berat setiap hari? Sibuk? Wajahnya terlihat letih, apakah kakak lelah? Jam berapa dia tidur semalam?
Meskipun aku sudah kuliah semester ke 2, di benakku tetap saja masih ada pertanyaan. Seperti anak kecil yang bertanya kepada orang dewasa, keingin tahu yang menjadi obsesi. Begitulah diriku, tapi bukan berarti aku anak kecil!
Saat ini aku tidak akan mengganggunya tidur. Aku punya kelas pagi, jadi aku akan bersiap-siap.
Jam menunjukkan pukul 4sore, hari ini aku lambat pulang di karenakan ada jadwal tambahan dari kelas seni. Sedikit melelahkan, aku sudah sampai di depan pintu apartement ku. Aku tau kakak selalu pulang malam, makanya aku membuat kunci duplikatnya. Aku mengambil kunci di saku jaket ku dan memasukkannya di lobang kunci itu kemudian memutarnya sehingga terdengar bunyi KLIK, dan saat itu pun aku membuka kenop pintu dan masuk ke dalam.
Aku melangkahkan kaki ku menuju ruang tengah dan membaringkan diri ku di sofa, melelahkan! Aku harap, aku bisa secepatnya wisuda dan tidak akan pernah terbebani oleh pelajaran ini semua.
Mata ku langsung menangkap secarik kertas di dekat Vas meja ini. Aku mengambilnya dan membacanya, disitu tertulis:
To: Hinata
From: kakak.
Hinata, aku akan pulang malam lagi hari ini. Silakan makan duluan dan tidak perlu menunggu ku. Salam hangat dari kakakmu. Ushijima.
Saat membaca kertas itu, entah kenapa tiba-tiba aku jadi merasa kosong. Tidak adanya kakak di sini membuatku sedikit kesepian. Yah.. Meskipun dia pulang malam hanya 1minggu saja.
Kami berbicara saja bisa dihitung jari. Selama seminggu kami berbicara hanya 1x. Dan itu hanya saat dia libur saja, tapi meskipun dia libur, tetap saja dia sibuk.
Aku kesepian.
3bulan yang lalu, kakakku tidak pernah sesibuk saat ini. Kami masih ada komunikasi yang baik bahkan tertawa bersama.
Aku rindu kakakku.
Yang dulu..
Yang selalu memerhatikan ku..
Memperlakukan ku dengan manja..
Aku rindu..
Berbicara dengan mu, kakak..
Secarik kertas tidak membuat ku tenang..
Aku..
Kesepian..
Sore itu, aku mulai berpikir bahwa aku kesepian, selama seminggu aku merasa kakak tidak ada di sini, tidak ada kesempatan bertemu dengan kakak. Meskipun setiap pagi, aku hanya selalu memandangi wajah tidurnya.
-Morning-
Kelas pagi lagi, aku melangkahkan kaki ku ke ruang tengah, dimana lagi-lagi kakak tertidur lelap di sofa sana. jika aku membangunkan tidurnya, bisa kupastikan dia akan marah.
apa hanya dengan memandangi wajahnya, kesepianku jadi hilang?
tidak, tidak.
justru, aku merasa bersalah pada diriku. tidak apa-apa kan jika aku memandangi wajahnya saja kan? bagaimana dengan menyentuhnya? apa aku akan menyentuh bagian wajahnya? tapi jika dia bangun bagaimana? aku akan jadi pengganggu.
baiklah, sekali saja.
dengan perlahan, aku menyentuh pipi kakakku dengan ujung jari ku. suhu badannya normal seperti diriku. karena kakak tidak bergerak sedikit pun saat ku sentuh dengan ujung jari, aku mulai menyentuh dengan satu tanganku.
aku menyentuhnya..
kakak..
ba-dumb! ba-dumb! ba-dumb!
segera kutarik tangan ku dari pipi kakakku, jantung ku berirama lagi. setiap kali menyentuh kakak, aku merasa aneh.
gusar, senang, canggung.
perasaan apa ini? aku bahkan merasakan panas dari wajah ku dan sekujur tubuhku berkeringat.
ahh!! tidak, tidak!! aku akan mandi dan pergi ke kampus.
.
.
.
.
.
.
untungnya hari ini aku tidak ada kelas tambahan di kampus, jadi aku bisa pulang pas jam makan siang. aku segera membereskan peralatan lukis ku dan memasukkannya sekaligus di tas, tidak lupa dengan beberapa kertas dan bahan lainnya yang aku pegang dengan kedua tanganku.
"Hinata"
aku langsung menyahut dan melihat siapa yang memanggil ku. Dia menghampiri ku dengan menatapku tajam. "apa kau langsung pulang?" tanyanya, "iya, aku ingin istirahat."
"ha? kenapa? apa kau sakit?"
"tidak, aku hanya ingin badan ku istirahat total hari ini."
"apa kau tidak enak badan?"
"sudah kukatakan padamu tadi, aku tidak sakit! ke-kenapa kau begitu khawatir padaku!"
"aku tidak khawatir padamu, boke! aku hanya bertanya!"
dia benar-benar menyebalkan, Pria ini sekaligus sering membuatku berkelahi dengannya ini bernama Kageyama. Sifatnya yang menyebalkan itu membuatku ingin mencekiknya. sekali saja.
"kau, pulang naik apa?"
bukan kah pertanyaannya terlihat seperti orang yang khawatir? jika aku mengatakannya sekali lagi, maka kami akan berdebat lagi.
"sepeda"
"mau pulang bersama?"
aku langsung menyipitkan mataku dan menatapnya. "kau khawatir pada ku?" tanya ku sekali lagi, dan sontak aku langsung di jitak olehnya. "aku hanya menawarkan pada mu boke!"
orang ini benar-benar membuat ku kesal. "mau atau tidak?" tanya kageyama lagi, "tidak mau, aku mau pulang sendiri! terima kasih tawarannya!"
Kageyama menghela nafas, "aku ingin mengajak mu makan siang di luar, tapi kau mau pulang dan menolak tawaran mengantar ku. jadi apa boleh buat."
Kageyama langsung menepuk kepala ku, "aku hanya bisa memberikan mu ini saja. habiskan dan jangan buang."
Kageyama pergi, aku menatap minuman yogurt yang selalu dia minum itu. dia memberikan ku. dia khawatir padaku. hah!? DIA KHAWATIR PADA KU!?
jadi dia menganggap remeh diri ku? apa dia pikir aku akan pingsan di jalan karena tidak makan, jadinya dia memberikan ku minuman yogurt ini?
Bakayama! dia menganggap ku seperti anak kecil.. ARGGHH!!
.
.
.
.
"Hinata!"
aku menyahut dan menatapnya, ternyata itu tetangga sebelah apartement ku. "ah.. suga-san, apa kabar." Suga menghampiri ku dan menatapku yang baru sampai.
bisa dilihat, Suga baru saja habis belanja. "aku baik-baik saja, lagi pula kita kan bertetangga." aku mengangguk, "kenapa hari ini kamu cepat sekali pulang?"
"aku tidak punya jam tambahan hari ini! kesempatan juga untuk istirahat." Suga tersenyum. "Hinata, sudah besar rupanya. meskipun secara fisik masih terlihat seperti anak kecil."
Suga pun mengatakan hal itu padaku! apa mulai sekarang aku harus mengutuk badan ku yang mengecil terus ini? seseorang tolong aku..
"ma-maaf jika badan ku seperti anak kecil" Suga langsung tertawa saat mendengar kalimatku. "jangan di bawa serius, aku hanya bercanda."
biarpun bercanda, tetap saja itu kenyataan.
"Hinata, mulai sekarang kamu harus hati-hati di sekitar sini."
eh? hati-hati?
"aku mendengar gosip, di sekitar sini ada penjahat yang seenaknya masuk di apartement."
"Pe-penjahat!?"
"hm! bahkan siang bolong pun mereka ada, biasanya mereka menyamar sebagai tukang antar dan lainnya."
"a-apa yang mereka lakukan masuk apartement?"
"yang aku dengar, mereka seorang penjahat sadis! mereka akan membunuh sang korban dan menjual organ tubuhnya!"
seketika bulu kudukku naik, cerita Suga membuat ku takut. kalau seperti itu bukan lagi penjahat, tapi pembunuhan!
"Jadi, hinata harus jaga diri.. Ushijima juga sering pulang malam kan akhir-akhir ini? Bisa gawat jika adiknya jadi korban penjahat."
"Su-suga san kenapa bilang begitu!"
"Hahaha.. Aku hanya bercanda,"
Suga pun pergi, saat pergi dia mengelus kepala ku dengan lembut. "Aku menganggap hinata sebagai adikku disini. Jadi kakak mu bukan hanya ushijima saja, tapi aku juga. Ya?"
Mendengar argumentasi Suga seketika membuat ku senang. "Iya!" Suga menganggapku sebagai adiknya. Aku bahagia, bukan berarti aku hanya bahagia saat Suga menjadi kakakku, tapi Kak ushijima juga membuat ku bahagia.
aku akhirnya sampai di depan pintu apartement ku. segera aku mencari kuncinya agar aku bisa masuk, saat sudah mendapatkannya aku memasukkan kuncinya ke lobang kunci dan memutar kenop pintunya. Tetap saja terkunci. Apa aku salah memutar?
Aku memutar balik lagi, tapi tetap sama pintunya tidak mau terbuka.
Aku salah bawa kunci kah?
Tapi aku perhatikan baik-baik, kuncinya tetap sama seperti kemarin, itu berarti aku tidak salah membawa kunci.
Tapi kenapa.
Aku mencoba memasukkan kunci itu lagi dan membuka pintunya. Tetap saja terkunci. Apakah ada orang di dalam? Di saat genting seperti ini, apa yang harus ku lakukan?
.
.
.
.
"Hmm... Hinata, apa kamu yakin ini kunci apartement mu?"
Aku mengangguk, Tanaka sekali lagi memasukkan kunci itu. Aku memanggil Tanaka karena aku melihatnya baru pulang dari kuliah, mungkin. Karena belum sempat masuk ke apartementnya jadi aku minta tolong kepada Tanaka sekalian dulu.
"Mungkin pintunya yang macet, mau aku bantu dobrak sekalian pintunya?"
Segera ku beri isyarat JANGAN ke tanaka, apapun yang Tanaka ucapkan selalu ia lakukan tanpa berpikir panjang. "Kenapa tidak kamu telepon kakak mu itu?"
Telepon kakak ya..
"Di-dia sedang sibuk kerjada tanaka-san.."
Tanaka langsung menghentakkan kakinya yang membuatku kaget. "Apa kamu mau menunggunya sampai pulang?" segera kugelengkan kepalaku. "Telepon dia! Sesibuk apapun kakakmu dia pasti akan menjawab panggilan dari adiknya!" kata Tanaka sambil memberikan ku jempolan tangan.
Apakah begitu? Bagaimana jika aku menganggu? Kak Ushijima sangat sibuk. Dan aku tidak enak menelponnya hanya karena aku tidak bisa masuk ke kamar apartement. Telepon.. Atau.. Tidak..
"Cepat lakukan hinata. Jika tidak, aku tidak akan sungkan-sungkan menendang pintu ini dengan kekuatanku!"
Baiklah-baiklah. Aku akan melakukannya!
Aku mencari nomor kak ushijima dan menekan simbol gagang telepon bewarna hijau itu, kemudian menempatkan ponselku di telinga ku.
Aku harap, aku tidak menganggunya.
Tiiitt
Dia sibuk? Aku yakin begitu.
Tiittt
Yatuhan apa yang kulakukan? Kenapa aku harus menelpon kakakku saat sibuk? Astaga, ini salah. Sangat salah!
Aku harus menutup panggilanny–
["Hinata, ada apa?"]
Ba-dumb!
Suara kakak, aku langsung menatap Tanaka dan Tanaka mengisyaratkan ku untuk melanjutkan bicara ku.
"Ka-kakak!"
["Iya?"]
Ba-dumb!
suara kakak sangat dalam, "Be-begini, apa aku mengganggu kakak bekerja? Soalnya, ini pertama kalinya aku menelpon kakak di siang bolong begini."
["Tidak. Hinata tidak mengganggu, bukan juga pengganggu. Aku senang hinata mau menelponku."]
Ba-dumb!
"Ka-kakak! Emm.. Itu.. Be-begini.. A-aku tidak bisa masuk di kamar apartement! Aku sudah membukanya dengan kunci, tapi pintunya tetap terkunci! Apa yang harus kulakukan!?"
"Oi, hinata. Tenanglah.." ucap Tanaka yang melihat ku begitu panik.
["Tenang hinata, jangan panik. Semuanya pasti baik-baik saja. Coba Hinata perhatikan sisi pintu itu. Apa ada sesuatu?"]
Aku memerhatikan sisi pintu tersebut, meskipun yang kulihat hanya sebuah pengganjal yang di gembok.
Eh?
Pejanggal?
Di gembok?
Disitu ada pejanggal?
Dan ada gemboknya?
Pejanggal yang di gembok?
Itu beneran di gembok kan?
"Uwaaaa!!! Disitu!!" teriakku, "apa yang disitu!?" tanya Tanaka, dengan cepat aku menunjuk pejanggal yang di gembok itu, tentu saja Tanaka kaget setengah mati.
["Aku yakin hinata pasti terkejut"]
"Tentu saja aku terkejut! Sejak kapan pejanggal itu di gembok?"
["Aku yang membeli gembok dan memasangnya, akhir-akhir ini ada banyak penjahat. Jadi aku membeli gembok agar kamar apartement kita tidak di bobol"]
Kakak hebat! Itulah kenapa aku begitu mengagumi mu kak!
["Nah, kalau begitu hinata ambil kunci gembok itu di pot samping pintu."]
Aku bergerak mengikuti instruksi kak ushijima. Dan aku mendapatkan kunci itu. Entah mengapa aku begitu senang mendapatkan kunci ini. Aku sangat senang.
"Aku sudah mendapatkannya kakak!"
["Hinata.."]
"Ya kakak?"
["Apa kamu sudah makan siang?"]
Ba-dumb!
["Jika Hinata belum makan siang, aku bisa pesankan makanan. Bagaimana?"]
Sial!!
Aku terlalu mengharapkan yang lebih-lebih!
"Ti-tidak usah Aku bisa masak sendiri. I-iya kak. Aku akan tutup teleponnya"
Aku menatap layar ponsel ku itu, panggilan dari kakak langsung kumatikan.
Perasaan ini..
"Nee, Hinata. Pintunya sudah aku buka, apa kau tidak ingin masuk?" tanya Tanaka, saat itu aku langsung berterimakasih padanya dengan menundukkan badan ku padanya.
He Drunk~
Brakk!
Dukk!
Aku langsung terbangun dari tidur ku akibat suara keras itu, ku lihat jam yang ada di ponsel ku [01:17] Tengah malam. Ahh.. Kakak pasti sudah pulang. Mungkin aku akan mengeceknya apakah dia tidur lagi di sofa atau di kamarnya.
Aku turun dari kasur ku dan menghampiri pintu kamar ku, aku sempat menjeda membuka pintu kamarku karena tiba-tiba saja aku menguap mengantuk. Tidak apa-apa kan aku melihat kakakku pulang kerja.
Ku putar kenop pintu kamar ku dan kubuka.
"Eee–"
Mulut ku langsung di bekap dengan tangan besar, dia membengkap mulutku dengan sangat kuat sehingga membuatku kehabisan nafas. Aku mencoba untuk melihat siapa yang melakukan ini pada ku.
Dan saat aku mendongak keatas, kakak ku. Yang membekap mulut ku saat ini kakak ku sendiri. "Jangan kaget," ucap kak Ushijima, aku mengangguk dan lalu kak ushijima melepaskan tangannya yang menutup mulut ku ini.
Tenaga kak Ushijima begitu besar, jika di bandingkan dengan ku. Aku tidak ada apa-apanya.
"Hinata." panggil kak Ushijima yang langsung aku menyahut dan menatapnya, badannya terlihat lemas. Mungkinkah efek lelah?
"Kakak, mau kuantar masuk kekamarmu?"
"Tidak perlu, ada yang ingin kubicarakan pada mu."
Tidak biasanya kak ushijima ingin berbicara sesuatu padaku. Tapi, bau kak ushijima lain dari yang lain. Ini bau alkohol kan!
Eehh.. Tu-tunggu! Kak ushijima! Se-sejak kapan dia minum-minum?! Eeeh.. se-sejak kapan!
kak ushijima langsung mendorong ku masuk kembali kekamarku, dengan langkah yang terhuyung-huyung dia masih memegang lenganku dengan kuat. untuk saat ini aku harus membaringkannya lebih dahulu.
oh tidak, apa yang pertama harus kulakukan? air? ember? obat? pikiranku mulai kacau!
aku akan mengambilkan kak ushijima air dahulu kemudian ember, jaga-jaga agar kak ushijima tidak muntah di sembarang tempat. "ka-kakak tidur saja dulu disini, akan kuambilkan segelas air dan ember." saat beranjak dari tempatku Kak ushijima menahan tanganku yang membuatku berhenti melangkah.
"ka–"
dengan keras tubuh ku di tarik kepelukannya. aku merasakan hawa tubuh kak ushijima yang sangat hangat bahkan besar. terakhir kali kapan ya aku di peluk sama kak ushijima seperti ini.
jika diingat sekali lagi, aku sama sekali tidak pernah di peluk dengan kak ushijima. tidak pernah. sama sekali.
tentu saja tidak pernah, kami kan bukan saudara kandung.
"hinata." panggil kak ushijima, "y-ya.."
pelukan kak ushijima semakin erat, dengan memelukku seperti ini, detak jantungku berdetak dengan cepat. aku bahkan bisa merasakan nafas kak ushijima yang menggelitik keningku. saat ini aku tidak bisa melihat baik-baik wajah kak ushijima, sebab suasananya sangat gelap.
benar-benar sangat gelap.
"hinata, apa kamu mencintaiku?"
ba-dumb!
eh? apa? ini benar-benar kak ushijima kan yang bertanya.
"jawablah.." kata kak ushijima yang kemudian menyentuh pipiku dengan lembut, telapak tangannya sangat dingin.
"apa kamu, mencintai kakak mu ini?"
ba-dumb!
"ka..kak.."
entah dari mana asal cahaya ini, tapi berkat cahaya yang memantul tepat di wajah kak ushijima itu aku bisa melihat ekspresi kak ushjima yang sangat jarang bagiku untuk melihatnya.
setiap saat aku hanya selalu memandangi wajah tidurnya yang terlelap dan ekspresi datarnya yang seperti biasa. tapi kali ini. wajah yang membutuhkan jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan padaku, wajah serius yang entah mengapa itu sangat mempesona di mataku.
jantungku terus-terus berdetak, nafas ku kini tidak beraturan. aku gugup. jawaban apa yang akan ku berikan padanya.
"aku anggap itu sebagai Iya."
bibir milik kak ushijima bersentuhan dengan bibir milikku, aku merasakan sensasi basah yang berasal dari bibirku dan kemudian kak ushijima menggigit bibir bawahku yang membuatku mengeluarkan lenguhan.
kami. berciuman.
kak ushijima memperdalam ciumannya yang kini aku merasakan lidahnya menyentuh bibirku, aku tidak tau apa yang selanjutnya kulakukan jadi aku membuka mulutku dan membiarkan lidah kak ushijima masuk kedalamnya dengan liar.
aneh.. sensasi ini sangat aneh, ba-bagaimana ini. pikiranku jadi kosong. bagaimana bisa kak ushijima melakukan kissing liar ini terhadapku? dimana dia belajar?
ciuman itu sangat lama yang kemudian beberapa menit kak ushijima berhenti sebentar dan menatapku. ini pertama kalinya buatku dan aku benar-benar tidak tau bagaimana melakukannya meskipun aku selalu berpikir untuk melakukannya.
aku mengatur nafasku dengan teratur, bahkan hal seperti ini pun membutuhkan tenaga yang banyak. aku menatap kak ushijima menjilat bagian sisi bibirnya yang basah akibat kami berciuman, kenapa kak ushijima tidak lelah seperti ku? dia malah terlihat ingin melanjutkannya.
tunggu dulu, melanjutkannya lagi!!
Kak ushijima membuka sedikit kancing bajunya dan menatapku bak kriminal, "apa yang ingin Hinata inginkan?"
belum sempat menjawab, kak ushijima mulai mendekap tubuhku. apa yang selanjutnya dia lakukan?
"ka..kak.." panggil ku dengan nada lelah, ini jam tepat tengah malam. stok energiku sangat sedikit jika sudah jam begini.
"hm?" kak ushijima memperdekat jaraknya kearahku. dan tiba-tiba saja aku merasakan ada yang menyentuh selangkanganku yang menegang itu. yang membuatku terkejut.
"nah.. katakan padaku hinata." aku merasakan bibir kak ushijima menempel di leherku, aku merasa geli belum lagi selangkanganku yang diraba itu. aku tidak bisa menjelaskan apa yang saat ini kurasakan. rasanya benar-benar aneh buatku. meskipun aneh aku ingin terus menerus di memonopoli seperti ini.
"ka..kak!" panggilku, tapi kak ushijima tidak mendengarkanku, aku merasakan tangan kak ushijima menggelitik dalam tubuhku. dia memainkan nippleku. entah kenapa perasaan ini. sensasi ini. sangat aneh buatku! tapi aku menikmatinya.
"nghhh.. haahh.. ka..kak.."
sial, aku tidak bisa berhenti mendesah. apa yang kak ushijima lakukan kepadaku membuatku menikmatinya. "mhh.. haahh.. nhh.. kakak.."
kak ushijima langsung menaikkan bajuku dan menjilat bagian tubuhku, geli.. tapi sangat nikmat.
"ka..kak.."
berapa kalipun ku panggil namanya kak ushijima tetap saja melanjutkan aktivitasnya tanpa mendengarku.
saat kak ushijima menjilat nippleku, aku merasakan sesuatu yang ganjal di bagian selangkanganku. seperti ada yang ingin keluar dari sana. ah tidak tidak..
kak ushijima menggigit nippleku dan itu langsung membuatku mengeluarkan cairan dari selangkanganku, kak ushijima yang menyadari hal itu langsung membuka celanaku.
tidak, tidak. ini memalukan!
dengan cepat ku tahan tangan kak ushijima agar tidak membuka celanaku. "ja..ngan.. kumohon kakak.." Kak ushijima terdiam, tapi tetap saja dia memaksa.
"Hinata, apa kamu mencintaiku?"
"eh?"
"aku mencintaimu."
mataku terbelalak saat kalimat itu langsung keluar dari mulut kak ushijima, kak ushijima mencintaiku. bukannya saat ini kak ushjima mabuk? semua yang dia katakan pasti hanya omong kosong belaka.
"aku tidak bohong, aku mencintai mu hinata."
apa kali ini kak ushijima bisa membaca pikiran ku?
saat mengatakan kalimat itu kak ushijima mencium kembali bibirku ganas.
jantungku masih tetap berdetak, kalimat yang kak ushijima lontarkan kepadaku masih saja bergeming di pikiranku. bahkan ciuman ini membuat jantungku menjadi jadi.
Tolong jangan hentikan ciuman ini.
jangan. hentikan.
Hari sudah mulai pagi, matahari menyinari kamar Hinata. namun sang pemilik kamar tidak ada didalam kamar itu. yang ada hanya sang kakak yang tertidur lelap di kasur Hinata.
Ushijima, membuka matanya dengan perlahan-lahan. dilihat dari kondisinya Ushijima sangat berantakan. rambut acak-acakkan dan kemeja yang terbuka membuat abs nya keliatan.
Ushijima bangun dan lalu duduk. menangkan dirinya terlebih dahulu. dan mengingat kejadian semalam.
yang dia ingat, teman satu kantornya memaksanya minum sake. meskipun Ushijima sudah menolaknya dengan keras tapi tetap saja Dia di paksa minum. yang akhirnya dia meminum satu gelas namun sang teman kantor malah menyuruh ushijima tambah lagi. kira-kira seperti itu.
Ushijima memegang kepalanya yang pusing itu, bahkan dia bingung kenapa dia bisa ada di kamar adiknya.
semakin ushijima ingat membuat kepalanya pusing. bahkan rasanya sangat mual, Ushijima langsung keluar dari kamar Hinata dan menuju kekamar mandi.
Ushijima telah selesai mandi, Kepalanya masih saja sakit dan dia merasa pusing. jadi dia duduk sebentar di sofa untuk meredahkan kepalanya yang sakit itu.
ponselnya langsung berbunyi, Ushijima langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Siapa?"
["sigh.. ini aku, kuroo.. kau bahkan melupakan teman seperjuangan mu ini."]
"ohh.."
["jadi bagaimana kondisimu?"]
"aku masih merasa mual, kepala ku masih terasa sangat sakit."
["oya, oya. apa efek sake yang semalam masih terasa?"]
"hm.. masih. aku bahkan tidak ingat semua kejadian yang kualami semalam."
["oya..? jangan memaksakan diri. buat kepala mu itu jadi rileks. bisa kan?"]
"akan aku lakukan saranmu."
["Ahahaha! aku tidak menyarankannya, tapi jika kau berpikir seperti itu tidak apa-apa"]
"hm.."
["jadi, semalam kau tidur dimana? dan bangun dimana?"]
"kamar adikku."
["eehh? benarkah? apa kau melakukan hal yang aneh-aneh pada adikmu?"]
"entahlah, aku tidak begitu mengingatnya."
["jika kau sudah mengingatnya, segera kabari aku."]
"apa sepenting itu?"
["tidak juga, aku hanya penasaran saja. lagi pula adik mu sangat manis bukan? dan lagi dia adik tiri mu."]
Ushijima mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Kuroo padanya.
"hah??"
["yah.. seperti itulah, aku yakin semalam merupakan kejadian yang sangat langka bagi adik mu itu."]
Ushijima terdiam. Dia mencoba mencerna kalimat Kuroo. namun tetap saja tidak bisa ia cerna baik-baik. "aku akan menutup teleponnya"
["oh.. baikla–"]
Ushijima langsung menutup panggilan dari Kuroo itu, padahal Kuroo belum selesai mengatakan kalimatnya.
samar-samar dia mengingat wajah hinata yang meringis.
"apa yang semalam kulakukan?"
ushijima kali ini benar-benar bingung. kenapa Hinata bisa sampai meringis kesakitan di ingatannya. apa dia melukai Hinata?
lagi pula Hinata juga sudah tidak ada dirumah saat ushijima bangun tadi.
"hinata.."
"oi, hinata."
Kageyama menepuk pundak Hinata yang ada di hadapannya saat ini. Hinata langsung sadar dari lamuannya seketika. "apa? kau mau berkelahi?" tanya Hinata dengan wajah yang kesalnya. "aku tidak tau kenapa kau selalu memberikanku ekspresi seperti itu. menurutku sangat menyebalkan." ucap kageyama.
"justru kau yang sangat menyebalkan disini! itu seperti.. err.."
"pikirkan dulu kalimatmu itu baru bicara."
"bakayama! apa masalahmu."
"kau menyebalkan."
"sini, kemari kau. aku akan memukulmu."
tiba-tiba Meja di hentakan dengan keras membuat Kedua orang yang saling berdebat itu langsung terdiam.
"kalian berdua."
Hinata dan kageyama langsung menyahut secara bersamaan.
"apa ada masalah? silakan lanjutkan terus bicaranya. jika kalian ingin pelajaran tambahan lagi."
Keduanya tidak bicara, mereka berdua kali ini benar-benar terdiam dengan rasa ketakutan akan pelajaran tambahan dari dosen sejarah seninya ini. pelajaran tambahannya benar-benar tidak tau diri.
Hinata saat ini sedang berada di kantin tempat kuliahnya. dia sedang memakan meatbun dan matanya asik dengan ponsel yang dia mainkan. meskipun saat ini dia hanya memainkan game puzzle yang berjudul Tetris. sebenarnya Hinata tidak begitu menyukai memainkan Game ponsel tapi berkat kenalannya Kenma yang berada di fakultas Bhs.inggris itu, Hinata mulai tertarik sedikit tapi Dia hanya tertarik dengan Game tetris yang dikirimkan Kenma padanya.
kageyama langsung duduk di hadapan hinata dan memerhatikan si kecil yang lagi asik membolak balikkan balok yang ada di dalam layar ponsel itu.
"sejak kapan kau mulai main game?" tanya Kageyama.
"sejak tadi."
"tadi kapan?"
"tadi pa–"
ekspresi hinata langsung berubah menjadi kesal. "apa kau doyan duduk di hadapanku? dari tadi kau selalu saja duduk dihadapanku. kau mau berkelahi hah?"
"aku yang duduk tapi kau yang banyak omel."
"cih.."
"apa itu barusan? kau berdecih padaku?"
"kalau iya kenapa?"
"kau tidak akan kuampuni."
"lakukan saja sesuka m–"
Kageyama langsung memegang kepala Hinata, Hinata langsung menatapnya dan saat itu pula Kageyama langsung mengacak-ngacak rambut Hinata.
"Ahh! apa yang kau lakukan kageyama!" histeris Hinata. "aku dari dulu penasaran, ternyata rambut mu lembut tidak seperti yang terlihat."
pernyataan itu membuat Hinata langsung kesal "apa maksud mu tidak seperti terlihat? huh?!" Kageyama terdiam dan menatap Hinata. Hinata yang di tatap seperti itu merasa kesal.
"oi, kenapa?" tanya Hinata. namun Kageyama masih terdiam dan masih menatap Hinata. "tatapan macam itu? menyebalkan." gerutu Hinata.
"hey, hinata. apa kau ada waktu sebentar?" tanya Kageyama.
"aku tidak–"
"baiklah, sudah di tetapkan. aku akan menunggu mu sebentar di depan stasiun. jangan sampai membuat ku menunggu." setelah mengatakan hal tersebut, kageyama pergi dengan tasnya. Hinata terdiam.
"bahkan aku belum selesai bicara!!"
Next?