Disclaimer : All Characters belong to Masashi Kishimoto

a/n : Makasih untuk reviewer yang mengingatkan saya untuk mengupdate cerita ini. Semoga lanjutan kisah ini menghibur anda.

Warning: Mature Content


That is You

.

.

Chapter 7 :

Confusion

.

.

"Aku mencintai mu" Kata-kata gadis itu bergema di telinga Sai. Kehangatan menjalari hatinya yang beku dan terlupakan. Ino mencintai dirinya yang rusak seperti ini.

Gadis itu meraih tangan Sai dan mengengamnya. Ino mengerti pria itu bingung. "Sai, mengapa kau tidak bicara?"

" Aku tidak tahu harus berkata apa, tapi gorgeous lebih baik kau mencintai orang yang mampu membalas cintamu" Kalimat itu terdengar sebagai penolakan tapi Ino menolak untuk percaya

"Jadi menurutmu kau tidak punya perasaan untuk ku?"

"Aku tidak bisa merasakan emosi, Kau tahu itu" Sai memalingkan diri dari Ino, Begitu berat mengakui dia tidak sama seperti yang lainnya.

"Bohong, Aku melihatmu marah, Aku melihatmu menangis dan aku tau kau terkadang merasa kecewa. Kau bisa merasakan emosi. Kau hanya tidak mengenalinya"

"Lalu apa yang kau inginkan?" Pria itu mengamati pantulan wajahnya di cermin. Bahkan dalam situasi seperti ini ekspresi wajahnya masih sama. Dia tidak ubahnya boneka yang bernyawa.

Ino melangkah menempelkan kepala berambut pirangnya di pungung Sai. Kedua lengannya melingkari pingang pria berkulit pucat itu "Biarkan aku bersamamu dan berikan kita kesempatan, Kau bisa belajar mencintai seseorang"

"Apa kau yakin? Aku tidak ingin suatu hari kau merasa kecewa"

"Sai, Percayalah pada dirimu"

Pria itu menghempaskan tangan Ino yang melingkar di pingangnya. Membuat wanita itu mundur selangkah menciptakan jarak diantara mereka. Kemudian Sai berbalik untuk menatap iris aquamarine yang bependar dalam temaram lampu studionya.

"Kalau begitu Ino, Cobalah membuatku merasakan sesuatu"

Tanpa ragu gadis bersurai pirang itu meraih wajah Sai membuat pria itu sedikit menunduk, Ino bisa merasakan debar jantungnya terdengar di ruangan yang sunyi. Perlahan dia merasakan hembusan nafas pemilik mata hitam yang kini menatapnya dalam kebisuan. Rona merah muda mulai menjalari leher dan pipinya seiring dengan menipisnya jarak diantara mereka. Bibir Ino yang penuh dan sensual menyentuh bibir Sai, Gadis itu merasakan sensasi elektrik dari kontak fisik mereka.

Sai terhenyak dia tidak menyangka sensasi yang dihasilkan bibir gadis itu begitu asing untuknya . Ciuman gadis itu tidak seperti semua ciuman yang pernah dia lakukan dalam misi. Bahkan rasanya berbeda dari saat pertama mereka melakukannya.

Ino memejamkan mata, mencurahkan semua perasaannya untuk pria itu dalam sebuah sentuhan. Bibir nya memagut bibir Sai dengan maksud memberikan sebuah ciuman yang singkat dan Innocent tapi pria malah itu menariknya dalam pelukan yang erat dan balas menciumnya.

Sai hanya memiliki satu pengetahuan tentang wanita yang dia pelajari saat masih di ANBU Nee. Bagaimana cara membuat kaum hawa bernafsu. Dia melingkarkan satu tangan di pingang rampingnya. Menarik gadis itu lebih dekat hingga dia bisa merasakan kelembutan dada Ino menempel di tubuhnya sementara tangannya yang lain sibuk membelai rambut pirang yang selembut sutra. Merayu Ino untuk membuka satu-satunya jenis ciuman yang dia tahu.

Ino terkejut merasakan interusi lidah pria itu di mulutnya, dengan ahlinya Sai membelai dan merayu membangkitkan gairah yang selama ini gadis itu lupakan karena dukanya. Ino mengerang menikmati cumbuan dan sentuhan Ninja bermata kelam tapi Ino tidak membiarkan dirinya terlena. Insting Kunoichinya bertindak. Bila Sai tidak mengerti cinta maka Ino akan membuatnya merasakan nafsu dan dia sangat tahu bagaimana membuat pria menginginkannya.

Gadis itu mengalungkan lengannya di leher Sai. Mereka berciuman dengan panas dan liar. Ino terasa lembut, basah dan semanis nectar bunga. Begitu memabukkan. Dia merasakan dorongan kuat yang memporak-porandakan kontrol dirinya yang sempurna. Ia ingin membenamkan dirnya dalam gadis itu dan tengelam dalam kehangatan tubuhnya yang molek meskipun ia merasa sungguh tidak pantas.

Mereka berhenti untuk mengambil nafas. Sai membelai pipi gadis berambut pirang yang menatapnya dengan gairah. Ino Yamanaka adalah temannya yang berharga, obsessinya, inspirasinya dan cahaya dalam kegelapan hidupnya. Satu-satunya gadis yang mengatakan cinta padanya. Salahkah bila Sai ingin memilikinya.

"Ino, Aku menginginkanmu" Ucapnya berbisik.

Gadis itu menarik Sai mendekat dan membungkamnya dengan ciuman.

.

.

.

Ino terbangun tengah hari dalam pelukan Sai dengan rasa puas. Mungkin pria itu belum mencintainya tapi jelas Sai menginginkannya. Wajah gadis itu merona merah jambu mengingat apa yang terjadi tadi malam. Dia tidak menyangka akan menemukan seseorang yang sama ahlinya dalam urusan ranjang. Sai memang tak sepolos tampangnya. Gadis itu cekikikan tidak merasakan sedikitpun penyesalan atas tindakannya yang mungkin sembrono.

"Hm… Gorgeous" Sai berguman setengah sadar. Merapatkan dirinya pada benda yang lembut halus dan hangat yang tiba-tiba berada di tempat tidurnya

"Sai, lepaskan aku ini sudah siang" Suara sejernih dentingan bel membuatnya benar-benar terbangun

"Ino" Sai tersentak mengerjapkan matanya menemukan gadis itu dalam pelukannya. Jadi semalam itu bukan mimpi.

"Sai aku pergi Sekarang, Orang-orang di rumah pasti kebingungan mencariku" Ino turun dari ranjang mengumpulkan pakiannya yang berceceran di lantai. Tanpa perduli Sai sedang mengamati tubuhnya yang telanjang.

"Apa ini artinya kita adalah kekasih?"

"Mengapa kau bertanya?" Dahi Ino mengerenyit. Dia sendiri tidak tahu apa nama hubungan mereka berdua.

"Karena aku ingin tahu" Jawabnya simple.

Ino memakai bajunya kemudian menyisir rambutnya yang berantakan "Aku juga tidak tahu Sai, Kekasih itu adalahan dua orang yang saling mencintai. Kau belum mencintaiku".

"Ya, Tapi aku menginginkanmu"

Ino memandang wajah pria yang masih duduk di tempat tidur "Nafsu bukanlah Cinta kau mengerti. Nafsu hanyalah sekedar dorongan fisik"

"Hm.. Ok aku mengerti.. jadi semalam itu seks semata"

Ino tidak ingin menyebutnya seks karena seks saja tidak pernah terasa manis "Ya, Kira-kira begitu" Gadis itu mengecup pipi Sai. "Aku pergi. Sampai jumpa Sai"

.

.

.

Di rumah keluarga Yamanaka sedang terjadi kericuhan. Tiga pria tua duduk di Ruang utama. Para pelayan terkejut dengan kemunculan para tetua Yamanka yang tiba-tiba. Sementara Nona besar mereka tidak ada di rumah.

Seorang tetua bertanya pada pelayan "Kemana Nona besar kalian?"

"Saya tidak tahu, Dari kemarin Nona belum kembali" Jawab gadis pelayan yang bernama Akane gugup.

"Kau tahu dia pergi kemana?"

"Saya tidak tau tapi kemarin sore pemuda berambut hitam datang menjemputnya" Akane kembali menjawab. Dia tidak berani berbohong para tetua Klan Yamanaka tidak mudah ditipu

"Kau dengar itu Yoichi, Jadi rumor yang kita dengar itu benar"

Tetua yang bernama Yoichi memberengut "Kita harus bertindak, Jangan sampai Nama Klan Yamanaka rusak. Gadis itu berlaku sesukanya ini semua karena Inoichi terlalu memanjakanya, Harusnya dia mempersiapkan gadis itu sejak kecil untuk urusan menjadi pemimpin"

Mori yang merupakan tetua termuda angkat bicara "Kita harus menemukan pria yang tepat untuk gadis itu. Ino terlalu muda dan labil untuk menjadi seorang pemimpin Klan"

"Siapa menurutmu calon yang tepat, Kita butuh seseorang Shinobi hebat yang mau menyandang nama keluarga Yamanka" Guro mengelus-ngelus jengotnya yang panjang berpikir.

Yoichi menyeruput teh yang baru saja disuguhkan oleh pelayan "Sepertinya kita harus mencari pria dari luar desa. Akibat perang tidak banyak shinobi yang tersisa"

"Tapi Yoichi, apa kau yakin orang luar akan paham sejarah dan intregritas klan Yamanka" Mori kurang setuju dengan usul rekannya.

.

.

Ino berjalan dengan santai dan riang menuju rumahnya. Langit biru yang cerah dan angin semilir membuat mood nya terangkat. Tidak pernah dia merasa sebahagia ini sejak kematian orang tuanya. Sai membuatnya merasa utuh. Gadis itu tidak menyangka kesepian yang dia alami terobati dengan jatuh cinta pada pria paling apatis dan tidak peka se-konoha. Tentu saja kenyataan bahwa mereka berdua sama-sama kesepian membuat proses jatuh cinta menjadi lebih mudah. Ino tidak meminta banyak ia hanya ingin Sai menemaninya.

"Nona…Nona"… Lamunan Gadis Yamanaka itu buyar seketika mendengar teriakan seorang gadis berkimono polos berwarna biru. Nafasnya tersengal sengal dan setitik keringat menghiasi keningnya

"Ayame?"

"Gawat Nona, Gawat" Sang gadis pelayan tampak panik.

"Ada apa Ayame?"

"Para, Tetua sedang menunggu anda. Bergegaslah"

"Terima kasih Ayame" Ino segera berlari ke kediaman Yamanaka.

'Brengsek, apa lagi maunya para tua Bangka itu' Ino mengumpat dalam hati. Berlari melompati atap demi atap. Hubungannya dengan para tetua sangat tidak baik. Tiga orang itu selalu mencerca kemampuannya dan membanding-bandingkan Ino dengan sang ayah. Mereka tidak pernah puas dengan dirinya.

Ino langsung pergi ke ruang utama untuk bertemu para tetua tanpa perduli dengan penampilannya yang masih acak-acakan dan begitu kentara dia mengalami malam yang panjang dan melelahkan. Mata gadis itu tampak cekung akibat kurang tidur tapi Iris aquamarinenya berbinar bahagia. Sisa make up yang berantakan masih menempel di wajahnya dan rambutnya kusut. Ino yakin para-pria tua tidak bahagia itu datang untuk mencemooh dirinya lagi.

Tangannya mengeser pintu kertas. Ekspresi wajah Ino mengeras bersiap menghadapi konfrontasi dengan para tetua. "Maaf, saya terlambat" Ino masuk dan duduk bersimpuh di hadapan para tetua.

Tiga pasang mata mengamati Ino layaknya seekor elang, Mereka menilai dan mencari-cari kesalahan gadis itu dan bersiap-siap melontarkan kritik pedas mereka.

Pria tua dengan perut buncit membuka suara "Ino Yamanka, Kami kemari untuk mengecek rumor yang beredar di desa dan ketidak hadiran mu pagi ini membuat kami sadar kalau rumor itu benar"

Yoichi pimpinan para tetua marah, pria itu mengebrak meja "Kau mempermalukan klan Yamanaka. Bagaimana bisa seorang gadis muda dari keluarga terhormat berkelakuan seperti wanita jalang"

Gadis itu mengepalkan tangan yang dia letakkan dipangkuannya, mencoba meredam amarah yang kian memuncak. Mungkin para tetua itu akan kena serangan jantung bila Ino bicara soal misi Kunoichinya. Menjadi wanita jalang memang keahlian spesialnya dan dia tidak ada yang memalukan soal itu.

"Ino, Apapun hubunganmu dengan Mantan Ninja Nee itu akhiri Saja. Kami akan memilihkan suami yang layak untukmu. Kau harus menjaga martabat keluarga"

"Mengapa kalian juga mencampuri urusan pribadiku, terserah padaku mau bergaul dengan siapa dan melakukan apa"

Yoichi menarik nafas, seperti dugaannya Ino tidak akan menurut begitu saja "Ino, Kau mengemban tanggung jawab atas kelangsungan dan nama baik klan Yamanaka. Kau tidak bisa lagi berbuat seenaknya. Inoichi juga pasti akan merah dan malu dengan sikapmu yang sembrono"

"Kau sama sekali tidak memikirkan reputasi mu, Semua orang melihat kalian sering bersama. Lalu dia juga menginap dan tidur di kamarmu dan semalam kau tidak pulang. Hubungan kalian itu sangat tidak pantas"

"Jadi kalian akan berhenti mengangguku bila aku dan Sai memiliki hubungan yang pantas?"

"Tidak, Kami tidak akan setuju bila kau memilih pria itu" Goro dengan tenang menjawab "Dia bukan pria yang tepat untuk menjadi kepala keluarga Yamanka. Pria itu tidak jelas asal-usulnya dan dia adalah mantan Shinobi Nee yang punya banyak daftar kejahatan"

"Tetua, Sai tetaplah Shinobi hebat Konoha tidak perduli bagaimana masa lalunya" Ino kesal pria-pria tua keparat itu selalu saja membawa-bawa masalah bibit, bebet dan bobot bila menyangkut pendamping hidup gadis itu.

"Percakapan ini berakhir Ino Yamanaka, Kami akan kembali dengan membawa calon suami untukmu bila kau masih keras kepala kami akan membawa masalah ini pada Hokage" Yoichi mengakhiri pertemuan itu.

Dia dan rekannya pergi meningalkan sang gadis Yamanaka untuk berpikir.

Sepeningalan para tetua Gadis berambut pirang itu masih duduk di atas lantai tatami. Dia menatap langit-langit ruangan itu mencoba mengatur nafas dan emosinya. Hidup selalu saja penuh masalah. Ketika dia berpikir bahagia telah datang ternyata muncul rintangan lain. Apakah takdir sedang mengujinya. Tidak hanya dia harus menyakinkan Sai kalau pria itu punya perasaan untuknya. Dia juga harus meyakinkan para Tetua kalau Sai adalah pria yang paling tepat untuk mendampinginya.

.

.

.

Setelah Ino pergi Sai masih terbaring di tempat tidurnya, tidak biasanya pria itu bermalas-malasan tapi kali ini dia engan beranjak dari tempat tidur yang kini berbau musim semi, pertama kali dalam hidupnya dia menikmati seks dan itu sangat menyenangkan. Dia menginginkan Ino lagi dan lagi. Aneh sesungguhnya karena secara teknis dia sering melakukannya dalam misi tanpa merasakan apa-apa.

Otaknya berputar menganalisa apa yang menyebabkan tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu. Semenjak dia menghabiskan waktu dengan gadis berambut pirang itu, Dia merasakan hal-hal yang tidak bisa dia jelaskan. Dia selalu mengamati tiap detail ekspresi Ino dan melukisnya dan dia juga merasakan dorongan untuk menyentuh Ino. Dia ingin membuat gadis itu tersenyum.

Ketukan yang terdengar di pintunya membuat Sai harus beranjak dari tempat tidurnya yang nyaman. Pria itu mengambil celana yang semalaman tergeletak di lantai. Suara gedoran yang semakin keras membuat Sai berjalan terburu-buru. Sepertinya sang tamu sedang tidak sabaran dan akan segera merusak pintunya

"Sai… apa kau dirumah?" Teriakan Naruto dari luar, Suara cempreng pahlawan perang dunia shinobi ke empat itu sanggup menembus dinding apartementnya

Sai membuka pintu dan berhadapan dengan rekan pirang nya " Ada apa Naruto?"

Melihat kondisi temannya masih yang setengah telanjang dan awut-awutan di siang hari bolong begini Naruto hanya terkekeh-kekeh. " Kita mengadakan rapat tim tujuh di kantor Hokage"

"Ada misi untuk kita?" Sudah bertahun-tahun mereka tidak pernah lagi pergi menjalankan misi bersama ada apa gerangan.

"Aku belum tahu tapi Kakashi-Sensei menunggu kehadiran kita"

"Ok, Tunggu sebentar kita berangkat sepuluh menit lagi" dengan terburu-buru Sai mempersiapkan diri tidak ingin sang rokudaime lama menunggunya. Dia paling anti mengecewakan atasan.

Kakashi Hatake duduk di meja kerjanya. Pria itu sedang bercakap-cakap dengan seorang kunoichi berambut pink. Tanpa mengetuk Ninja berambut pirang menerobos masuk dalam kantornya diikuti oleh Sai.

"Sensei- Aku sudah membawa Sai kemari"

"Terimakasih Naruto"

Sang Rokudaime menatap mantan ninja Nee dengan pandangan serius "Aku menunggu laporan dari-mu Sai"

Sai bingung, Laporan apa yang di maksud "Maaf Kakashi-San apa anda lupa saya telah menyerahkan semua laporan tentang Gengo saat tiba dari land of silence?"

"Bukan laporan itu Sai, Aku menunggu laporan tentang kencan pertama-mu bersama Ino Yamanaka"

Naruto terkekeh-kekeh " Kalian tahu tadi aku menemukan Sai awut-awutan, setengah telanjang dengan pungung penuh luka cakaran di rumahnya. Sepertinya teman kita terlibat dengan sesuatu yang liar"

"Hush Naruto, Otak mu mesum saja isinya" Gadis berambut pink itu menghardik kawannya tapi rasa ingin tahu memancar dari mata hijau Sakura.

"Apa benar Sai kau mendapatkan luka cakar di punggung?" Tanya Kakashi.

Sai memang tadi merasa punggungnya perih saat terkena air tapi dia tidak sempat memeriksanya "Mungkin, tapi aku tidak ingat Ino mencakarku semalam tapi kau benar Naruto gadis itu sedikit liar dan itu agak menyulitkanku" Pria itu langsung menjawab tanpa berpikir.

Tiga orang dalam ruangan itu terdiam memandang Sai dengan wajah tidak percaya.

Naruto dan Kakashi saling pandang. Dua orang mesum Konoha itu saling mengerti mereka tidak akan melewatkan kesempatan mendengar cerita panas Sai dan Ino

"Jadi ceritakan apa yang terjadi kemarin dengan detail" Perintah Kakashi pada Ninja ANBU itu. Kakashi dan Naruto tahu Sai akan menceritakan semua tanpa sensor mengingat pria itu sangat tidak peka dan terlalu berterus terang.

"Aku menuruti semua petunjuk buku yang di berikan Naruto, Semua berjalan lancar Ino menikmati acara shopping dan makan malamnya lalu Ino ingin melihat tempat tinggalku. Jadi aku membawanya ke apartementku walau sudah larut malam. Kami kemudian berciuman dan…" Sai bercerita dengan wajah datar seolah-olah sedang menceritakan cuaca hari ini.

"Stop, Jangan bercerita lagi Sai" Sakura menyela. Dia tidak ingin tau detail kegiatan ranjang sahabatnya.

Naruto dan Kakashi mendesah panjang, Hilang sudah kesempatan mereka mendengar cerita mesum.

"Kalian jangan manfaatkan kepolosan Sai" Sakura memandang Naruto dan Kakashi mengancam, Dua orang terkuat di konoha itu langsung ketakutan. "Dan Kau Sai, Jangan memberitahukan hal-hal privat dan sensitive pada semua orang. Apapun yang terjadi antara kau dan Ino adalah rahasia kalian berdua"

Pria berambut hitam itu menganguk-angguk. Tidak seorang pun berani membantah Sakura bila gadis itu sudah berkata-kata.

"Jadi sekarang kalian pacaran?" Naruto ingin tahu apa akhirnya Sai melepas status jomblonya.

Sai mengeleng "Kami berteman tidak ada yang berubah"

Sakura mengebrak meja marah. Hal itu mengejutkan semua orang "Ini tidak benar, Kau tidak bisa melakukan itu" tentu saja Sakura marah Dia adalah wanita konvensional yang berpikir casual seks tidak bisa di toleransi tapi wanita berambut pink itu lupa Ino tidak seperti dirinya. Sahabat pirangnya jauh lebih bebas.

Hal ini menjadi masalah juga untuk Kakashi Hatake jadi dia memutuskan untuk menasehati mantan anak didiknya "Sai dengar Yamanaka Ino bukanlah kunoichi biasa, Dia adalah seorang pemimpin Klan yang punya reputasi untuk dijaga. Bila reputasinya hancur dan anggota klannya tidak hormat lagi pada gadis itu ini akan menyulitkan Ino dan akan terjadi pergolakan dalam internal klan. Bila kau tidak berniat serius dengan gadis itu sebaiknya kau menjauh darinya. Kau tidak mendengar rumor yang beredar di desa tentang kalian?"

Kata-kata Kakashi mengingatkan Sai dengan permintaan Shikamaru. Dia sama sekali tidak memikirkan implikasi hubungan mereka dengan posisi Ino. Dia dan gadis itu hanya senang menghabiskan waktu bersama tanpa menyadari dia membuat Ino berada di posisi yang sulit.

"Aku tidak pernah mendengar rumor apapun. Jadi menurut Kakashi-Sensei apa yang harus aku lakukan"

"Sai kau tidak bisa bermain-main dengan gadis yang memegang posisi penting seperti Ino, Bila kau benar-benar perduli padanya kau hanya punya dua pilihan menjauhinya atau menikahinya"

"Menikah?" Mata Sakura dan Naruto terbelalak mendengar kata itu.

Sai diam mematung Bila dia ingin bersama Ino. Dia harus menikahi gadis itu. Ini sulit cinta saja dia belum paham sekarang dia diminta untuk memikirkan pernikahan. Hubungan antara pria dan wanita sungguh rumit. Sai sangat perduli pada gadis itu. Dia tidak ingin Ino kesulitan. Apa dia harus menjauhinya lagi lagipula Ino pantas mendapatkan yang lebih baik. Pria berkulit pucat itu menarik nafas panjang. Sebaiknya dia membahas tentang ini dengan Ino segera.