Seseorang pernah berkata kepadanya, jika Rumah Tangga tanpa dipondasikan dengan hal yang bernamakan cinta maka akan cepat rapuh dan mudah rusak, seperti sebuah balok kayu yang sudah kropos dan hanya menunggu waktu sampai batang tersebut benar-benar runtuh.

Jelas Sasuke tidak percaya akan hal itu. Selama 7 tahun pernikahannya dengan seorang pria bernama Uzumaki Naruto rumah tangganya masihlah utuh, dengan kehadiran seorang putra yang kini berusia 6 tahun bernama Menma memberikan warna tersendiri bagi keluarga kecilnya.

Menurutnya cinta akan datang dengan seiringnya waktu dan kepercayaan adalah kunci yang ia pegang teguh selama ini, bahwasanya semua akan baik-baik saja walaupun tanpa cinta didalamnya, karena ia dan suaminya akan selalu menjaga keutuhan rumah tangga mereka demi sang buah hati. Setidaknya itulah yang dia yakini hingga saat ini.

..

.

X0x0x0x0X

CLEKK

Suara derit pintu yang dibuka memecahkan keheningan kala itu diruangan yang sepi. Anomali yang terjadi di ruangan tersebut membuat sang pelaku utama pembuka pintu tersirat keheranan. Heran akan suasana yang tidak biasanya. Tak ada sambutan ceria dari sang anak yang tiap kali menunggu kepulangannya.

"Tadaima..."

Kosong. Hanya itu yang dia tangkapnya. Tapi tidak saat seseorang muncul dari balik dapur yang terhubung dengan ruang makan. Seorang pria bersurai hitam kebiruan dengan postur tubuh yang tinggi dan sedikit ramping, berkulit putih susu dengan mata Onyx yang begitu tajam namun tersimpan kelembutan didalamnya.

"Okaeri..."

"Sasuke ? dimana Menma,tidak biasanya dia tidak ada saat aku pulang ?"

"Menma sudah tidur." Jawabnya halus.

Berjalan pelan menghampiri suaminya dia mengambil tas dan jas yang senantiasa melekat pada seseorang yang bekerja di perkantoran.

" Kurasa Menma kelelahan setelah seharian latihan menyayi di kelasnya."

"Latihan menyanyi ?"

"Hn. Besok akan ada kunjungan orang tua disekolahnya. Dan kelas Menma akan menampilkan paduan suara dihadapan orangtua murid nanti."

"Oh.."

"Kau bisa datang kan ?"

"Tentu saja, aku akan meninggalkan kantor sebentar besok."

"Hn, dia sangat ingin kau melihat penampilannya."

.

.

.

.

-x0-x0-x0-

Hiruk-piruk keramaian begitu kentara didalam ruangan yang berinterior khas taman kanak-kanak itu, pita warna-warni disertai balon yang berbeda bentuk begitu pas dipasang sesuai dengan acara yang akan digelar saat ini. Suara berisik para orang tua yang memberikan dukungan kepada anak-anaknya begitu mendominasi. Tak terkecuali Sasuke dan Naruto yang juga hadir untuk memberi semangat kepada anak tercinta sebelum dia naik panggung untuk bernyayi.

"Papa ! Tou-san !"

"Yo Menma ! Tou-san sudah datang, jadi berikan Tou-san penampilan terbaik mu, oke."

"Ha'i, Menma akan berjuang."

"Kalau begitu Papa dan Tou-san akan kembali ke tempat duduk, Ganbatte ne." Ucap Sasuke lembut sambil mengelus rambut putranya.

"Siap Papa !"

Para tamu undangan beserta para wali murid pun berbondong-bondong kembali ketempat duduk mereka masing-masing. Sasuke cukup senang dengan diselegarakan acara ini, karena selain dirinya dapat melihat aksi jagoan kecilnya, hubungannya dengan Naruto pun menjadi lebih dekat. Tak peduli beberapa pasang mata yang melihat aneh kearah nya dan Naruto , Sasuke tetap tenang dan diam menikmati. Wajar saja mungkin, dua orang pria dewasa yang dipanggil Papa dan Tou-san oleh seorang anak kecil dalam waktu yang bersamaan memang terlihat sedikit aneh. Tapi biarkanlah yang terpenting dia dan keluarganya cukup bahagia dengan keadaan ini.

"Sasuke, kau bawa kameranya kan ?"

"Hn, tentu saja."

"Aku benar-benar tidak sabar ingin melihat Menma..."

Sasuke tersenyum tipis mendengar sang suami yang begitu antusias. Untuk pertama kalinya mata jernih Naruto begitu terlihat besinar, begitu bersinar hingga kilaunya membuat Sasuke tak kuasa untuk memalingkan pandangan dari sosok itu. Senyum yang terus berkembang diwajahnya pun juga tak luput dari perhatian Sasuke. Begitu indah dan mempesona.

"Sasuke...?"

"..."

"OII...Sasuke ?"

"AH ! go-gomen.."

"Kenapa kau terus melihat ku, apa ada sesuatu ?"

Pertanyaan Naruto membuat Sasuke gugup seketika. Wajah yang selalu terlihat datar itupun mulai terlihat kemerahan menahan malu. Sungguh saat ini dirinya ingin sekali menengelamkan dirinya pada dasar laut. Pasti dirinya terlihat sangat konyol. 'Ugh~ memalukan.'

"T-Tidak ada apa-apa."

"Oh, yasudah."

Naruto pun mengalihkan pandangannya lagi kearah panggung dan Sasuke pun bernafas lega melihatnya. Jujur saja dirinya mulai terpesona dengan suaminya tadi.

"Lihat ! itu Menma !"

Terlihat Menma dan teman-temannya naik keatas panggung dan mulai membentuk pormasi. Setelah menerima kode dari sang guru mereka pun bernyayi bersama. Alunan piano dan suara nyanyian yang riang khas anak-anak itu membuat Sasuke lagi-lagi tersenyum. Bangga akan putranya yang bisa bernyayi walaupun hanya sebuah paduan suara.

Ditengah keasyikannya melihat Menma bernyayi, suara dering ponsel suaminya berbunyi.

"APA ! ... baiklah, aku akan segera kesana."

NUT...NUT...

"Ada apa Naruto ?" Tanya Sasuke heran melihat suaminya terlihat panik.

"Aku harus pergi" ucap Naruto sambil berdiri.

"Tapi Menma sedang tampil."

"...ini mendesak." Raut wajah Naruto terlihat serius.

Rasa kecewa pun mulai merasuki hati Sasuke. Ia tahu pasti bahwa Menma sangat ingin Naruto melihat penampilannya diatas panggung, berhubung Naruto Jarang sekali meluangkan waktu dengan Menma karena jam kerjanya yang sangat padat.

"Tap-"

"Maaf Sasuke, tapi ini penting sekali." Balas Naruto yang langsung berbalik meninggalkan Sasuke seorang diri. Bahkan tanpa melirik sekalipun, meninggalkan kebisuan dan rasa sesak yang semakin dalam.

"Hal apa yang lebih penting dari anakmu sendiri Naru." Lirih Sasuke setelah cukup yakin bahwa Naruto sudah tidak berada dalam pandangannya lagi.

….

.

.

X_X_X

TOK TOK TOK !

"Menma buka pintunya, jangan buat Papa khawatir ..."

TOK TOK TOK !

"Menma..."

Tiga jam sudah Menma mengurung diri didalam kamarnya setelah mereka tiba di Rumah. Walapun Sasuke tahu alasan kenapa Menma mengurung diri tapi dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk membujuk Menma keluar. Bahkan orang yang menjadi alasan Menma mengurung diri pun tidak bisa dihubungi sama sekali. Puluhan kali Sasuke menghubungi Naruto, tapi sekalipun tidak diangkat oleh nya.

"Menma ayo kita makan malam... Buka pintunya sunshine."

Lagi .. tak ada jawaban yang berarti dari sang buah hati dibalik pintu tersebut.

"Jika Menma tidak membuka pintunya, maka Papa akan tetap disini. Bahkan Papa akan tidur dilantai sampai Menma keluar." Lanjut Sasuke yang terdengar putus asa karena menghawatirkan anaknya.

"Menm-"

CLEKK

Suara pintu yang terbuka membuat Sasuke menghentikan ucapannya, diiringi surai hitam yang muncul dibalik daun pintu.

"Maaf, Menma membuat Papa khawatir." Ucapan sendu keluar dari bibir mungil Menma. Pipi yang memerah serta bola matanya yang berkaca-kaca tersirat jelas bahwa anak tercintanya itu sedang menahan tangis.

Tak kuasa melihat keadaan Menma, Sasuke pun langsung saja memeluknya erat. Memberikan rasa tenang dan nyaman dalam bersamaan.

"Tou-san sedang ada rapat dengan rekan bisnisnya diperusahaan, jadi dia pergi terlebih dahulu." Jelas Sasuke yang tidak ingin membuat Menma semakin sedih. "Tou-san sedang bekerja keras untuk kita, Menma mengertikan maksud Papa?" lanjutnya sambil memandang Menma yakin.

"Ha'i..." Jawab Menma lirih.

"Kalau begitu ayo kita makan malam...Menma kan belum makan."

Sasuke pun mengandeng tangan kecil Menma menuju ruang makan. Namun saat tiba diakhir tangga terdengar suara bel berbunyi menandakan ada seseorang diluar sana.

"Itu pasti Tou-san !" Teriak Menma riang dan lansung berlari menuju pintu depan. Sedangkan Sasuke hanya mengikuti dibelakang sambil tersenyum lega.

Dibukanya pintu oleh Menma hingga sosok pirang yang dirindukan anaknya ini muncul. Sosok yang juga dari tadi menganggu pikirannya selain Menma.

"Okaeri To-- EH !"

Raut terkejut dan penasaran Menghinggap dalam pikiran Menma karena melihat kepulangan Ayah tercintanya tidak seorang diri, melainkan bersama seorang anak kecil yang sedang tertidur dalam gendongan hangat sang Ayah. Begitupun dengan Sasuke yang dibuat terkejut dengan sosok tersebut.

"Siapa itu Tou-san ?" Tanya Menma polos

"A-Ano... tolong bawa tas kerja Tou-san ke kamar ya, Tou-san ingin bicara sebentar dengan Papa." Balas Naruto yang terlihat sekali sedang menghindari pertanyaan dari Menma. "Nanti Tou-san akan beritahu Menma siapa yang Tou-san gendong ini." Lanjutnya sambil tersenyum lembut.

"Roger Tou-san."

Menma pun pergi menuju kamar Sasuke dan Naruto dengan membawa tas kerja Ayahnya dengan raut ceria diwajahnya, meninggalkan keheningan diantara mereka beserta anak kecil yang masih pulas tertidur dalam dekapan Naruto.

" Jadi siapa anak itu Naru ?" Tanya Sasuke penasaran, menghiraukan rasa tidak nyaman dalam hatinya.

Butuh beberapa menit suaminya untuk menjawab pertanyaan Sasuke. Raut ragu yang awalnya bersarang di wajah Naruto pun kini berubah menjadi lebih tegas dan yakin.

"Uzumaki Boruto, anakku." Naruto memandang Sasuke intent

"Mulai sekarang dia akan tinggal bersama kita."

..

..

..

Dan impian Sasuke tentang keluarga yang utuh pun hancur berkeping-keping.

TBC

Review please...