Fujimaki Tadatoshi © Kuroko no Basuke

Shin Aoi © Million Stars


Warning(s) : Maybe kinda OOC. Typo(s), BL/Yaoi/Sho-ai. Marriage Life. Self beta. Tidak memenuhi kaidah Bahasa Indonesia maupun EYD.

Rating : T+

Akashi Seijūrō × Kuroko Tetsuya

If you don't like this story, just click x button on your PC or Phone. Thanks.


"Cencei! Lihat!" Seorang balita berusia kurang lebih lima tahun mendekati Kuroko sembari membawa sebuah kertas bergambar. Ia tersenyum kecil melihat gambar yang memperlihatkan potret keluarga yang di lukis oleh tangan mungil anak didiknya itu.

"Wah.. Kōki-kun, hebat. Kōki-kun sendiri yang menggambarnya?"

Kuroko mengelus surai cokelat anak itu penuh sayang dan sebagai jawaban Kōki mengangguk penuh semangat lalu kembali berlarian keliling kelas, menunjukkan gambar yang telah ia buat kepada teman-temannya.

Kuroko kembali mengembangkan kurva pada wajahnya. Hanya di tempat ini ia merasa dapat melepas penatnya. Berinteraksi dengan anak kecil sungguh membuatnya senang. Ia seperti memiliki seorang adik yang tak terhitung jumlahnya.

Namanya Kuroko Tetsuya, seorang guru taman kanak-kanak di Teikō. Sebenarnya, ia lulusan S1 jurusan Management Perkantoran. Namun, ia lebih memilih perkerjaan ini untuk dijalaninya. Kenapa? Tentu saja, karena menjadi guru tk adalah cita-cita nya sejak SMP dulu.

Atensinya tersita begitu ponselnya berdering. Netra sewarna langit musim panas memandang nama yang terpampang di layar ponsel empat incinya.

Incoming call : Okā-san.

Tanpa perlu waktu lama, ia segera menekan tombol hijau di screen ponselnya.

"Halo, Okā-san?"

Ah.. Tetsuya? Kapan kau akan pulang nak?

Pulang? Tidak biasanya sang ibu menanyakan kabar kepulangannya.

"Mungkin sebentar lagi. Apa ada sesuatu yang terjadi, Okā-san?"

... Ini menyangkut ayahmu nak. Bisakah kau pulang lebih cepat?

Otō-sama?

"Ya, Okā-san. Tetsuya akan meminta izin kepada Riko-san terlebih dahulu."

Baiklah. Okā-san tunggu dirumah.

Tetsuya mengerenyitkan dahi begitu panggilan berakhir. Ia nampak berpikir keras akan sesuatu. Memangnya ada apa dengan ayahnya? Mengapa ada orang yang mencari tahu soal ayahnya yang telah lama tiada?

Menggeleng pelan, lalu melepas apron berwarna hijau yang dikenakan dan berjalan menuju ruangan yang digunakan sebagai kantor para guru.

"Riko-san."

Aida Riko, Kepala Sekolah TK Teikō tampak sibuk mengerjakan berkas-berkas di mejanya dan tidak menyadari Kuroko yang sedari tadi memanggil.

"Riko-san." Ulangnya dan tentu dengan volume suara yang sedikit ditambah hingga membuat wanita berhelai cokelat almond iu tersentak dan—

"HU-HUWAAA! K-KUROKO-KUN?!"

—berteriak.

"SE-SEJAK KAPAN KAU BERDIRI DI SINI?"

Mengabaikan pertanyaan sang kepala sekolah, Kuroko pun terus terang berkata. "Riko-san? Bolehkah aku izin pulang lebih cepat untuk hari ini?"

"Hm? Memangnya kenapa Kuroko-kun? Tidak biasanya?" Mengangkat sebelah alisnya, Riko melirik jadwal para guru lain yang ada di sisi monitornya.

"Ada urusan mendadak."

"Hm.. Kalau begitu, pulanglah. Lagi pula masih ada guru pengganti yang dapat menggantikanmu untuk mengajar sore nanti."

"Terima kasih, Riko-san." Kuroko sedikit membungkukkan tubuhnya.

"Tidak usah formal begitu, Kuroko-kun." Aida Riko terkekeh pelan.

Kaki jenjangnya melangkah menuju loker yang disediakan untuk para guru. Membereskan barang miliknya, lalu pulang.


.

.

Begitu sampai di rumah, Kuroko membuka pintu dan mengucapkan salam. Tak lama kemudian terdengar sahutan 'okaeri' yang terucap dari ibunya. Ketika iris azurnya menatap ekspresi sang ibu, Kuroko menautkan alis.

"Okā-san? Apa yang terjadi?"

Tepukan di bahu menyadarkan Kuroko yang tadinya masih terdiam seraya menatap ibunya dalam. "Gantilah pakaianmu dulu nak, Okā-san akan menyiapkan teh hangat untukmu."

Kuroko mengangguk sebagai jawaban dan membiarkan ibunya menjauh menuju dapur. Melepas sepatu dan meletakkannya di genkan, ia pun masuk ke dalam kamar yang terletak di lantai dua dan mengganti kemejanya dengan kaus berwarna navy blue dan juga celana training hitam. Sungguh terlihat kontras dengan kulitnya yang terlihat pucat.

Sang ibu telah duduk menunggu di ruang keluarga, dengan dua buah cangkir teh hangat tersaji di depan meja. Kuroko menghampiri satu-satunya keluarga yang kini dimiliki dan duduk di sampingya. Perhatiannya tertarik untuk melihat lebih lama kedua cangkir berisi teh hangat yang masih mengepulkan asap.

"Tetsuya.. maafkan ibu.." mendadak Tetsuna terisak, ia menangis. Bulir-bulir airmata itu berjatuhan dari sepasang mata yang beriris identik dengan milik sang anak. Wajah cantik ibunya terlihat hancur.

"Maafkan ibu, Tetsuya.. ini semua terpaksa ibu lakukan.."

Kuroko masih diam, membiarkan sang ibu menjelaskan semuanya terlebih dahulu. Ia hanya menggenggam erat telapak tangan Tetsuna seraya mengusapnya lembut untuk sedikit menenangkan hatinya.

"Pemilik Rakuzan Corp. Akashi Masaomi, memintamu untuk menjadi menantunya, nak."

Rakuzan... Corp?

Seketika ingatannya berputar. Dulu, perusahaan sang ayah nyaris bangkrut. Saat itu dengan bahagia, ia mengenalkan seorang pria berusia paruh baya kepada keluarga kecilnya. Ia masih ingat bagaimana senyum bahagia ayahnya di kala itu. Memeluk ibunya erat dan memberi tahu bahwa ada seorang teman lama yang berbaik hati membantu perusahaan mereka yang diambang kondisi gulung tikar.

Orang itu adalah, Akashi Masaomi.

Saat itu, Kuroko masih berusia 18 tahun, walaupun ia tidak dibebani tugas sebagai penerus perusahaan ayahnya, ia tetap mempelajari sedikit demi sedikit apa saja yang dibutuhkan oleh seseorang agar bisa menjadi presiden direktur atau CEO dari sebuah perusahaan.

Yang ia tidak tahu adalah jika lelaki itu meminta imbalan dari apa yang telah ia lakukan kepada keluarganya.

"Tetsuya.. tadi pagi Akashi Masaomi datang kesini. Ia berkata sebagai ganti karena telah menolong ayahmu dulu, maka ia menginginkanmu untuk menikah dengan anaknya dan menjadi menantu di keluarganya.. Jika ibu atau Tetsuya menolaknya, ia akan—"

Satu hal yang Tetsuya dapat simpulkan dari ucapan ibunya. Lelaki itu, Akashi Masaomi.. ia memaksakan kehendaknya dan pasti mengancam ibunya dengan sesuatu agar menuruti perintahnya.

"T-tapi kenapa? Aku ini laki-laki, bu.. Aku tidak mungkin mengandung seorang anak jika mereka menginginkan keturunan untuk penerus keluarga Akashi."

"Ibu sudah berkata seperti itu kepadanya. Namun, ia sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu. Maafkan ibu, Tetsuya. Ibu tidak bisa menyanggah bahkan menolak apa yang dimintanya.."

Tetsuya terdiam cukup lama hingga tangan Tetsuna bergerak untuk menyentuh pipi kanan Tetsuya dan mengusapnya pelan.

"Baiklah.. Aku mengerti, bu. Aku akan menurutinya."

Tetsuna terperangah. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia berteriak tidak rela. Rasanya ia telah gagal menjadi seorang ibu karena tidak dapat membuat anaknya bahagia dalam hidupnya.

"Ini semua untuk kita, bu.. Aku akan berusaha menjadi menantu yang baik untuk keluarga Akashi." Kuroko terseyum pahit. Kedua lengannya bergerak untuk merengkuh tubuh sang ibu yang bergetar karena tangisan.

"Maafkan Okā-san, Tetsuya.."

Kuroko hanya diam. Ia menjawab dengan rengkuhan yang semakin mengerat pada Tetsuna seraya mengelus surai biru langit sebahu milik ibunya dengan penuh kasih sayang.

Demi okā-san, apapun akan kulakukan. Juga, demi otō-sama.


.

.

Dan di sinilah ia, tinggal di mansion keluarga Akashi sebagai Akashi Tetsuya. Suami—tidak, mungkin lebih tepat jika dikatakan sebagai istri dari Akashi Seijūrō.

Kehidupan rumah tangga yang penuh dengan masalah, kebahagiaan dan cinta akan dimulai dari titik ini.


つづく


a/n : Halo! Ini adalah fic AkaKuro yang pertama kali Ao buat. Jika berkenan, tolong tinggalkan review setelah membaca fik ini, ne?

Sankyuu!