Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Pairing : MitsukixMenma-SasuNaru-ItaKarin

Rated : T

Genre : Fiction, Romance, Hurt/Comfort, Family

Warning : OOC, Gaje, alur cerita maju mundur, typo(s), yaoi, BoyxBoy.

Don't like don't read!!!

Tuan muda yang arogan

*

Sebuah mobil dengan jenis Bugatti veyron berwarna hitam legam meluncur cepat membelah jalanan Konoha ditengah malam buta.

Di dalamnya seorang remaja menyetir dengan tenang sementara duduk di sampingnya ada adiknya yang sekarang tak sadarkan diri karena mabuk.

Remaja itu meraih erphone miliknya dan memasangnya ditelinga.

"Moshi-moshi, bibi karin!"

"Iya, dia bersamaku sekarang," Ujar si remaja sambil melirik ke samping.

"Ah..itu, Menma pergi bersama teman-temannya untuk merayakan hari kelulusannya."

"Hai' bibi."

Mematikan erphonenya, ia kembali fokus untuk menyetir.

-0-0-0-0-

"Sayang..bagaimana?"

"Dia pergi bersama teman-temannya."

Karin memijat hidungnya. Sebenarnya wanita itu sudah tahu pasti Menma lebih memilih untuk merayakan kelulusannya bersama teman-temannya daripada menghadiri pesta yang sudah jauh-jauh hari di rancang oleh Hinata atas perintah ayah mertuanya.

Hari ini seluruh keluarga Uchiha harusnya merayakan pesta kelulusan untuk Menma.

Menma baru saja lulus dari salah satu Unirversitas swasta di Konoha. Sangat membanggakan karena Menma menjadi lulusan terbaik sekaligus termuda.

Usia Menma baru 17 tahun.

Menma sendiri mengikuti kelas Akselerasi sejak umur sembilan tahun. Dan masuk ke Universitas di usia 13 tahun.

Pesta digelar di salah satu Hotel bintang lima yang dimiliki oleh keluarga Uchiha, dan di mulai pada sore hari, tapi sayang orang yang seharusnya menjadi bintang di pesta itu malah tidak hadir.

Padahal hari ini banyak sekali tamu yang datang. Mulai dari Selebriti, Relasi bisnis keluarga, hingga beberapa politisi di undang.

Acara ini juga mengundang beberapa pers. Maklum, keluarga Uchiha memang tak pernah jauh dari yang namanya Paparazi.

Sebenarnya Karin ingin tertawa mengejek. Memangnya ini pesta macam apa coba? Yang punya pesta itu masih remaja, tapi tamu yang di undang rata-rata orang dewasa yang suka pamer dan menjilat.

Jadi wajarlah jika Menma malah ilfil dan enggan datang.

"Sudahlah sayang. Paling tidak, kita sudah dapat kabar," Ujar Itachi yang sudah ada di belakang Karin dan memegang kedua pundaknya. Karin mengangguk. "Nah sebaiknya kita tidur. Waktu sudah lewat tengah malam."

Lagi-lagi Karin hanya mengangguk. Dan mulai mengikuti suaminya naik ke ranjang.

-0-0-0-0-

Dengan susah payah remaja itu memapa sang adik untuk memasuki sebuah kamar di Hotel.

Dirinya tak mungkin membawa adiknya pulang, kakeknya pasti akan meradang jika tahu Menma mabuk.

Tubuh Menma sedikit terpantul saat kakaknya menurunkannya di ranjang.

Setelah mengatur posisi Menma dengan benar, remaja itu kemudian melepaskan coat dan syalnya. Dan masuk ke kamar mandi. Beberapa saat kemudian dia keluar lagi dengan membawa baskon berisi air hangat.

Meletakkan baskon di meja nakas, ia kemudian menghampiri lemari. Membukanya dan mencari handuk bersih yang memang biasanya sudah tersedia.

Dengan telaten dia membersihkan tubuh adiknya. Menyekanya dengan air hangat memakai handuk.

Si remaja tidak tahu harus bersyukur atau bagaimana, karena jika biasanya Menma sukar sekali didekati. Menurut sang kakak, Menma itu kasar, bicaranya pedas tak pernah di filter.

Suka sekali mengatai orang dan bikin nyelekit hati. Dirinya adalah contoh nyata. Sejak kecil si kakak dari Menma ini sering kali jadi objek bully dari Menma.

Dihina, dimaki, hingga dipukul dan di tendang. Semuanya sudah pernah dirasakan olehnya.

Bahkan hingga sebesar ini si kakak masih dibully oleh si adik. Menma juga sangat kurang ajar, saking kurang ajarnya, Menma bahkan tak segan menyebut kakek mereka dengan sebutan 'Kakek peyot'.

Bayangkan! Uchiha Fugaku, kakeknya di panggil kakek peyot oleh Menma.

Tapi semua sikap brutal Menma tertutupi oleh kejeniusannya.

Bahkan karena itu juga Fugaku terpaksa menahan diri untuk tak minum racun karena sakit hati perihal 'Kakek peyot' dari sang cucu.

Lain lagi dengan sang ibu, Hinata. Menma tanpa tedeng aling-aling menyebut ibu mereka dengan sebutan 'nenek sihir'. Hinata bahkan pernah dilarikan ke Rumah Sakit karena darah tingginya kumat setelah bertengkar dengan Menma.

Setelah sepuluh hari dirawat di Rumah Sakit, Hinata akhirnya pulang, tapi saat sampai di rumah, Menma yang melihatnya bukannya minta maaf, adiknya malah bilang begini; ya...kenapa kau masih hidup nenek sihir?

Tapi sekali lagi, semua tingkah Menma terabaikan oleh kelebihannya.

Kejeniusan Menma bukan hanya membuatnya masuk ke Universitas di usia muda, tapi di umurnya yang segitu Menma juga sudah menghasilkam Milliaran yen untuk keluarga Uchiha.

Berbeda dengan dirinya.

Jika Menma baru saja lulus Kuliah, maka dirinya baru akan masuk Universitas. Saat ini si kakak baru kelas 3 SMA.

"Kau tahu Otouto, saat seperti ini kau kelihatan lebih manusiawi!" ujarnya sambil sesekali membelai lembut rambut adiknya.

-0-0-0-0-

Keesokan paginya, kediaman Uchiha seperti biasa terasa sangat hening.

Di ruangan makan seluruh keluarga sedang menyantap hidangan sarapan pagi. Ah...ralat, ada dua Uchiha yang mangkir pagi ini.

Fugaku memakan sarapannya dengan memendam perasaan jengkelnya pada cucunya.

Pagi ini keluarganya lagi-lagi jadi gunjingan media gara-gara ulah Menma kemarin.

Media menuduh keluarganya tak becus mengendalikan sifat liar salah satu keturunannya.

Sebenarnya sifat brutal Menma bukan lagi rahasia umum. Dan Fugaku tak bisa menampik rasa malu di depan khalayak ramai akibat perbuatan Menma.

Mikoto lagi-lagi harus mengelus dada. Wanita yang sudah mulai memasuki usia senja tersebut, juga harus merasakan makan hati karena ulah cucunya.

Tapi dia pun tak bisa berbuat banyak, karena bagaimanapun keadaan Menma yang sekarang, adalah akibat dari kesalahan keluarga mereka sendiri di masa lalu.

Lalu bagaimana dengan Sasuke?

Sasuke satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Menma namun dia tak mau repot. Karena bagi Sasuke itu adalah cara menebus kesalahannya pada Menma.

Selama yang dilakukan Menma tak sampai benar-benar keluar dari batas, maka Sasuke hanya angkat bahu.

Ini juga akan jadi pelajaran bagi keluarganya yang telah seenaknya menganggap Menma sebagai alat untuk kejayaan keluarga mereka.

Ya, alasan Fugaku mengambil Menma bukan karena tulus kasih sayang tapi karena kelebihan Menma dalam hal kejeniusan.

Sasuke sendiri baru menyadari hal itu setelah Menma secara resmi di perkenalkan di depan seluruh keluarga Uchiha.

Di jepang anggota keluarga Uchiha di perkirakan ada sekitar 200 orang. Dan hanya pada pertemuan pertama Menma sudah berhasil menghapal semua nama anggota keluarga.

Saat itu Menma mendapat pujian. Dan saat itu jugalah Sasuke tak sengaja mendengar ucapan salah satu pamannya yang berkata, bahwa tidak salah mereka mengambil Menma.

Yang kemudian di sahut ayahnya, jika saja Menma tak punya kelebihan seperti itu mana mau dia mengambil dan mengakui Menma.

Bagi Fugaku Menma hanya anak haram yang tak diinginkan. Tapi Fugaku berubah pikiran saat tahu kelebihan Menma.

Beberapa kali Fugaku meminta Sasuke agar mau turun tangan untuk mengendalikan Menma, tapi dengan cueknya anak bungsunya tersebut tak menggubrisnya.

Sasuke sama sekali tidak perduli anggapan orang terhadapnya, yang selalu bergunjing bahwa dia adalah ayah yang buruk karena membiarkan putranya.

Bagi Sasuke sendiri, ini adalah cara untuk melindungi sang buah hati dari keserakahan keluarganya sendiri.

-0-0-0-0-

Menma mengerjapkan mata. mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.

Dengan memijat pelan kepalanya yang sakit, Menma mencoba bangun sebelum dirinya sadar dengan posisinya yang memeluk sesuatu atau seseorang.

Mata Menma membelalakan mata saat sekilas mengingat bagaimana teman-temannya mencekokinya dengan alkohol hingga mabuk dan pergi meninggalkannya begitu saja seorang diri.

Padahal Menma itu tidak kuat alkohol. Dia merabah tubuhnya yang setengah telanjang, sepertinya hanya bagian atasnya saja yang dicopot. Karena bagian bawahnya atau celananya masih terpasang rapi.

Oke~ sepertinya Menma masih perjaka.

Tapi dia kembali mengernyit saat ingat dia sedang memeluk entah apa atau siapa. Dia mendongak.

Loding...

Loding..

Loding...

Setelah sepuluh detik mencerna situasi, Menma tak bisa mencegah dirinya untuk tak meradang saat menyadari siapa yang sudah dia peluk...

Dengan segenap jiwa dan raga ... Menma menendang orang itu tanpa perasaan.

Brukkk...

"Awww...! Ittai!" sumpah itu sakit, masih enak-enaknya mengarungi Mimpi, dan dia harus merasakan bagaimana rasanya berciuman pagi dengan lantai, akibat ulah tak berperike-kakak-an dari sang adik.

"Otouto! Apa-apaan kau ini?"

"Otouto, otouto... Mati saja kau anak pungut!"

"Huf... Otouto, namaku bukan anak pungut. Tapi Uchiha Mitsuki."

-0-0-0-0-

Sambil menunggu kedatangan adiknya, Hinata menyesap tehnya, sembari melihat-lihat majalah Fashion. Saat ini Hinata berada di kantor adiknya. Semalam Hanabi memintanya bertemu entah urusan apa.

"Sudah lama Ne-chan?" sapa Hanabi saat masuk ke ruang tunggu. Hinata lekas meletakkan majalahnya ke meja saat melihat kehadiran adiknya.

"Belum terlalu lama.

Memangnya ada apa kau ingin bertemu?" Hinata mengambil cangkir tehnya dan kembali menyesapnya.

Hanabi menatap dalam pada kakaknya. "Kudengar kakak ipar-mu sedang mengincar proyek baru."

Hinata menyipitkan mata curiga pada Hanabi. "Hampir setiap saat Itachi-nii mendapatkannya. Memangnya kenapa?"

"Aku juga sedang mengincar proyek yang sama," jawab Hanabi tenang.

"Jadi--Maksudmu?" Hinata kembali bertanya, "Jika kau ingin aku membantumu. Lupakan saja!"

Menarik nafas sejenak. Anak sulung keluarga Hyuuga itu melanjutkan ucapannya, "Hanabi, aku tidak mau berakhir sepertimu, yang ditinggalkan oleh Konohomaru." Ada sedikit nada mengejek pada kata-kata Hinata untuk saudarinya.

"Hus..!" Hanabi malah mendengus. Dirinya sama sekali tak terpengaruh ejekan kakaknya. Hanabi dan Hinata benar-benar berbeda.

Jika Hinata yang harus mengalami apa yang dialami oleh Hanabi, maka percayalah. Hinata pasti akan berakhir di Rumah Sakit jiwa.

Lima tahun yang lalu, Konohomaru telah menceraikan Hanabi. Karena tidak sanggup menghadapi sifat keras kepala, egois, dan diktator Hanabi.

Setelah bercerai Konohomaru pindah keluar kota bersama kedua anak mereka.

"Aku tidak ingin melakukan ini, tapi Nee-chan tak memberiku pilihan. Nee-chan, memangnya apa yang sudah kau dapat dengan menikahi Sasuke? Cinta, kau tidak dapat apa-pun. Jadi sadarlah Nee-chan." Hanabi mencibir.

Hinata merasa tertohok dengan kata-kata Hanabi.

Ada apa dengan adiknya? Bukankah dulu Hanabi yang menghasutnya untuk memperjuangkan cintanya pada Sasuke.

Seolah tahu pemikiran Hinata, Hanabi kembali berkata; "Ini sudah lebih dari delapan belas tahun. Tapi apakah Sasuke pernah mengangap Nee-chan sebagai Istrinya? Jawabannya adalah tidak."

Hati Hinata memanas mendengar Hanabi. "Biarpun begitu, aku tetap istri sah Sasuke!" suara Hinata naik satu oktav, karena marah.

"Istri di atas kertas. Tidak lebih," tukas Hanabi datar.

Degg..

Ada sentakan rasa sakit di dadanya. Istri di atas kertas. Ya, Hinata akui sebutan Istri baginya tidak lebih dari status semata.

Sementara secara harfiah, dia bukanlah apa-apa bagi Sasuke.

"Nee-chan! Tidakkah kau ingin melihat keluarga kita berjaya? Apakah Nee-chan ingin selamanya keluarga kita berada dibawah kaki keluarga Uchiha?"

Ya..inilah salah satu ambisi Hanabi. Dia ingin membawa kejayaan pada keluarganya. Jika bisa bukan hanya sejajar dengan Uchiha. Tapi juga bisa melampauinya.

-0-0-0-0-

Mitsuki hanya bisa menghembuskan nafasnya lelah.

Sekarang Mitsuki dan Menma berada di area parkir bawah tanah, tempat hotel mereka menginap.

"Dasar, tubuhku yang suci sudah ternoda oleh tubuh kotormu, ular berlendir!!"

Yap, tepat sekali. Itulah alasan Mitsuki harus berkali-kali menghembuskan nafas. Lantaran sang adik yang berjalan beberapa langkah di depannya terus saja menggerutu dan menghinanya.

Untung saja Mitsuki sudah terbiasa. Jadi dia memilih diam.

Dan soal sebutan anak pungut untuknya, itu sebenarnya karena Mitsuki adalah anak adopsi di keluarga Uchiha.

Hinata yang mengadopsi Mitsuki, namun setelah mendapat persetujuan dari mertuanya.

Sebenarnya dukungan datang dari Mikoto. Alasannya adalah Menma pada saat itu sangat tertutup setelah Naruto pergi. Karena itulah saat mendengar Hinata mau mengadopsi anak Mikoto sangat setuju.

Mikoto berharap Menma akan lebih terbuka jika punya saudara, tapi bukannya menerima Mitsuki sebagai saudara. Yang ada Menma malah menjadikannya bulan-bulanan yang kerap dia siksa baik secara fisik maupun mental.

Jika ada yang bertanya apakah Mitsuki sakit hati? Jawabannya tentu saja iya. Memang siapa yang tak sakit hati disebut anak pungut.

Dan satu lagi nama ejekan yang diberikan oleh Menma...

"Oeii..ular berlendir! Cepat kemari jangan hanya melamun saja. Tunjukkan di mana mobilmu!"

Nah..sudah tahukan nama ejekan lainnya.

"Sabar otouto...!"

Mitsuki berjalan melewati Menma dan menuju ke mobil jenis Buggati Veiron. "Kemarilah!" Mitsuki membuat gerakan tangan untuk memanggil Menma.

"Mobilnya bagus," ujar Menma setelah beberapa saat memperhatikan interior dalam mobil tersebut.

Mitsuki harus bisa menahan eupforianya karena mendengar pujian Menma.

Maklum, Menma memuji itu adalah sesuatu yang hampir mustahil. Pujian Menma ibarat menemukan jarum di antara jerami. "Tapi sayang...mobil sebagus ini malah di miliki oleh anak pungut, miskin, dan ular berlendir."

Krakk..

Semua euforia Mitsuki retak dan pecah tak bersisa.

Tentu saja pujian dari seorang Menma lebih sulit di bandingkan menemukan jarum diantara tumpukan jerami.

Mitsuki menyetir mobilnya dengan kecepatan standar.

Sesekali dia melirik Menma yang sejak tadi diam saja. "Kau kenapa otouto?"

"Sepertinya aku lupa sesuatu ... tapi apa ya?!" Menma mengerutkan kening. "Mobil..!" cetusnya kemudian tak yakin.

"Ohh..mobil. Mobilmu tinggal di club tapi aku-"

"KAU...BERANINYA KAU...!! KAU MENINGGALKAN MOBILKU!!"

"HUWAA..MENMA BERHENTI!"

"Siapa suruh kau meninggalkan mobilku. Bagaimana kalau dicuri orang. Dasar kau! Ular berlendir!! Tidak bertanggung jawab. Rasakan! Mati saja kau anak pungut."

"Awww..lepaskan Menma. Sakit!!"

Cekit...

Mobil berjalan secara zigzak di tengah jalan dengan kecepatan yang tak terkontrol. Pip...pip...pip

"HEII...KAU MAU MATI YA?" teriak seorang pengemudi mobil yang hampir terserempet mobil Mitsuki.

Pip...pip..pip...suara kelakson bersahutan di jalan.

"Menma tolong lepaskan!" mereka berdua bisa mati jika begini terus. Karena Mitsuki kesulitan mengendalikan laju mobilnya akibat Menma yang menarik rambutnya.

"Tidak mau! Biar kau mati saja anak pungut. Nyawamu itu tidak sebanding dengan harga mobilku. Dasar kau ular berlendir! Rasakan ini, rasakan" Menma terus saja menarik rambut Mitsuki dan memakinya, membuat yang punya rambut meringgis kesakitan.

"MENMA... LEPASKAN--KITA BISA-"

"Huwaaaa / Huwaa...!!!"

T . B . C