Sebelumnya...

"Karena kau menggoda cantik, dan aku akan sering mencicipimu setelah menikah nanti hahaha", Tuan Jung melanjutkan lagi langkahnya lagi setelah menjawab pertanyaan Luhan.

...

CH 2 FOOL

Sepeninggalnya Tuan Jung dari kamar Luhan, Luhan langsung mengunci pintu kamarnya lagi. Sehun yang telah kembali dari membeli makan siang membuka pintu Luhan hendak mengajaknya makan siang bersama, tapi pintu kamarnya kembali terkunci. Sehun berinisiatif mengetuk pintu kamar Luhan.

"Hyeong, ayo keluar kamar kita makan siang bersama, ada Jung ahjussi juga dibawah tidak enak jika kau tidak ikut makan siang bersama". Tidak ada sautan dari dalam, hanya ada keheningan disana. Tiba – tiba handphone Sehun bergetar, sepertinya ada pesan Line masuk. Ternyata pesan Line tersebut berasal dari Luhan hyeong yang mengatakan tidak bisa ikut makan siang bersama karena benar – benar sangat tidak enak badan dan tidak bisa bangun dari atas tempat tidur. Sehun bertanya apakah perlu di panggilan dokter dan Luhan membalas tidak usah, Ia hanya ingin tidur saja. Sehun akhirnya berjalan turun menuju ruang makan.

"Luhan tidak ikut makan siang bersama?"

"Tidak ahjussi, Luhan hyeong sedang tidak enak badan sekarang"

"Tentu saja"

"Maksudnya ahjussi?"

"Ani, lupakan sajalah. Ayo kita makan saja"

Sehun mengangguk saja tidak terlalu mempermasalahkan maksud kata 'tentu saja' yang Jung ahjussi katakan tadi. Setelah selesai makan Jung ahjussi langsung kembali ke kantornya untuk mengurus sesuatu.

Malam harinya eomma Kim sampai ke rumah dan hanya disambut oleh Sehun.

"Sehun, dimana hyeongmu? Dia tidak terlihat dari tadi".

"Hyeong sedang dikamar eomma, tidak enak badan katanya".

"Anak itu, dari acara makan malam bersama Ia sakit dan belum bertambah sehat juga, apakah dia sudah kedokter, Sehun?".

"Belum eomma, Luhan hyeong berkata bahwa Ia hanya kelelahan dan butuh tidur saja"

"Dasar anak itu, bagaimana eomma bisa mengizinkannya untuk tinggal di apartemen sendirian, bisa – bisa jika Ia meninggal tidak ada yang tahu, eomma benar – benar tidak bisa hidup dengan tenang gara – gara hyeongmu itu".

Sehun hanya diam saja mendengar omelan dari eommanya terhadap Luhan. Sehun sendiri setelah lulus sma akan melanjutkan kuliahnya di New York.

...

Keesokan paginya Luhan akhirnya keluar dari kamarnya. Ia langsung turun ke lantai satu dan menuju dapur. Ia membuka pintu kulkas dan mengambil bahan – bahan masakan, sepertinya Ia akan membuat sesuatu.

Tidak lama setelah Luhan keluar kamar, Sehun juga keluar dari kamarnya dengan mata setengah mengantuk. Sehun turun ke bawah dan menuju dapur juga, hendak minum susu.

"Kau sedang membuat apa?".

Luhan kaget langsung memutarkan badannya ke belakang, setelah yang dilihatnya adalah Sehun, Luhan menghela napas lega.

"Aku membuat Gamja Jeon, kau mau Sehunnie?".

"Hmm, boleh juga, lalu kenapa tadi hyeong kaget saat mendengar suaraku dan menghela napas seperti itu?".

"Ani Sehunnie tadi hyeong hanya kaget saja karena ini masih pagi dan jarang sekali kau bisa bangun pagi".

Sehun masih memicingkan matanya curiga, tapi Ia hanya diam saja tidak ingin melanjutkan argumennya.

"Baiklah hyeong, tapi jangan sering – sering menghela napas seperti itu, nanti kau cepat bertambah tua".

Luhan hanya tertawa ringan mendengar nasihat dari Sehun. Ia melanjutkan kegiatan memasaknya dari membuat sedikit untuk dirinya sendiri menjadi mengupas semua kentang yang ada karena Sehun sangat menyukai Gamja Jeon buatannya. Selesai memasak Luhan naik kembali ke atas untuk mengajak Sehun sarapan. Tidak lupa eomma Kim pun dibangunkan juga oleh Luhan.

15 menit kemudian, mereka semua telah berkumpul di meja makan untuk menikmati Gamja Jeon buatan Luhan.

"Kau semakin pintar saja membuat Gamja Jeon Han"

"Iya hyeong ini enak sekali"

"Benarkah sangat enak? Lain kali akan ku buatkan lagi"

"Lain kali akan kuundang Tuan Jung untuk menikmati Gamja Jeon buatanmubersama – sama"

Senyum Luhan langsung memudar begitu mendengar nama orang tersebut diucapkan oleh eommanya. Ia hanya diam saja tidak menanggapi perkataan eommanya.

"Hyeong, kau sebenarnya tidak menyukai Jung ahjussi ya?"

"An..i, aku biasa saja kenapa kau bertanya seperti Sehun?"

"Karena hyeong selalu berubah mimik mukanya setiap kita membahas Jung ahjussi"

"Benar nak, eomma sebentar lagi akan menikah dengannya jika kau tidak menyukainya, eomma bisa membatalkan pernikahan jika itu maumu, yang penting kalian nyaman dengan calon suami yang eomma pilih"

"Ani eomma, jangan batalkan pernikahan kalian", Luhan menjawab dengan menaikkan sedikit nada suaranya membuat Sehun dan eommanya menghentikan makan dan memandang Luhan bingung. Luhan mengetahui dirinya sedang diberikan tatapan menyelidik dari eomma dan dongsaengnya memilih fokus dengan Gamja Jeonnya.

"Luhan, kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari eomma kan?"

"Ani eomma, aku tidak menyembunyikan sesuatu, lalu kapan kalian akan menikah? Aku sudah tidak sabar karena akan memiliki appa baru", Luhan mengakhiri perkataannya dengan senyuman.

"Baiklah jika kau tidak menyembunyikan sesuatu nak, karena kami berdua telah sama – sama pernah melakukan pernikahan dan ditinggal meninggal oleh pasangan masing – masing dan kami berdua juga sudah tua, kita tidak akan membuat pesta pernikahan, cukup registrasi saja di pemerintah dan Tuan Jung akan pindah kesini tinggal bersama kita, kemungkinan semua akan selesai diurus hari rabu depan dan kamisnya Tuan Jung sudah pindah ke rumah ini"

"Wah aku sudah tidak sabar eomma, setidaknya sebelum aku pergi kuliah ke New York, aku masih bisa mengajaknya berdiskusi mengenai perusahaan seperti kemarin dan itu sangat menarik"

"Kemarin kau berjumpa dengan Tuan Jung, Sehunnie?"

"Iya eomma, Jung ahjussi datang kerumah kemarin siang, eomma tidak tahu?"

"Iya eomma tidak tahu, Ia tidak berkata apa pun kepada eomma kalau Ia telah berkunjung kemari"

"Mungkin Jung ahjussi lupa eomma"

"Iya mungkin saja"

Semenjak eomma Kim mengatakan bahwa Jung ahjussi akan pindah kemari kamis depan, Luhan langsung tidak nafsu makan. Ia hanya mengaduk – ngaduk makanannya dan pikirannya melayang entah kemana. Pembicaraan antara Sehun dan eommanya hanya sebagai angin lewat tidak ada yang diterima oleh Luhan sedikit pun. Luhan ingin segera pindah ke apartemen tapi Ia tidak bisa karena kuliah mulai berlangsung pada bulan September, otomatis Ia harus bertahan di sini kurang lebih tiga bulan lagi.

...

20 Juni 2013

Tuan Jung telah resmi menikah dengan eomma Kim dan telah pindah rumah kerumah keluarga Kim. Sehun dan Luhan harus belajar memanggil appa kepada Tuan Jung. Hal tersebut sangat mudah bagi Sehun berhubung Ia sangat cocok dengan Tuan Jung. Benar saja sesampainya Tuan Jung di rumah Kim, Ia langsung menuju pintu depan untuk menyambutnya.

"Appa, bolehkah aku memanggil seperti itu"

"Tentu saja Sehunnie, aku sekarang adalah appamu"

"Baiklah appa, sini aku bantu membawakan tasmu"

Mereka berdua pun tertawa bahagia, tidak seperti Luhan yang dari pagi tidak mau menampakkan wajahnya karena takut.

Malam harinya, mau tidak mau Luhan harus menampakkan wajahnya untuk makan malam bersama jika tidak ingin eommanya curiga. Mereka saat ini sedang duduk di meja makan berbentuk persegi dengan satu kursi di setiap sisinya. Luhan turun belakangan mendapat tempat duduk yang berhadapan dengan appa barunya.

"Duduklah nak, kau tidak lelah seharian di dalam kamar?"

"Tidak eomma, aku tadi sedang membuat notes persiapan kuliah nanti"

"Kau mengambil jurusan apa Luhan?"

"Aku, mengambil kedokteran a..ppa"

"Lihatlah Luhan sepertinya masih malu untuk memanggilmu appa, hahaha"

"Kau tidak perlu sungkan ataupun malu untuk memanggilku appa , Luhan"

Luhan hanya mengangguk, dari tadi Ia harus menahan rasa sakit. Ternyata kaki kanan 'appa'nya itu sedang sibuk menekan – nekan milik Luhan yang membuat Luhan tidak nyaman sekaligus sakit. Selama makan malam Ia hanya menunduk tidak ingin orang – orang menyadari ekspresi wajahnya. Luhan sudah tidak sanggup menahannya lagi, Ia meletakkan sumpitnya dengan gemetar, dan berdiri.

"Aku sudah selesai", Luhan menjauhi meja makan menuju ke kamarnya dengan langkah cepat. Sesampainya dikamar, Luhan langsung mengunci pintu kamarnya dan terduduk tepat dibalik pintu kamarnya itu. Luhan menangis sesenggukan karena merasakan sakit, sakit di dalam hatinya dan sakit dibagian miliknya yang terus – terusan di tekan oleh appa tirinya itu. Luhan menangisi nasibnya hingga Ia lelah dan terlelap dibalik pintunya itu.

Keesokan harinya Luhan tidak keluar dari balik pintu kamarnya sama sekali. Dongsaengnya, Sehun sudah mengetuk pintu kamarnya untuk mengajak makan pagi hingga makan malam bersama tapi tidak di hiraukan oleh hyungnya itu. Eomma Kim sudah menyerah dengan sikap Luhan itu, hanya membiarkan anaknya berlaku sesuka hatinya. Sehun belum menyerah untuk mengajak bicara Luhan sambil sesekali mengetuk pintu kamar Luhan. Luhan lama – lama risih, terganggu dengan suara berisik yang di keluarkan oleh Sehun. Luhan bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke pintu kamarnya.

'CKLEK'

Terdengar bunyi kunci pintu yang dibuka. Sehun langsung berbalik arah lagi, padahal Ia sudah hampir menyerah juga. Sehun melihat batang hidung Luhan kaget melihat mata Luhan yang bengkak dan kulitnya nampak lebih pucat dari sebelumnya.

"Hyung, ada apa dengan matamu? Terlihat bengkak sekali, bahkan aku tidak bisa melihat pupil matamu sakit bengkaknya, kau habis menangis ya"

"Ani, sepertinya aku kelelahan akibat bergadang dan mataku jadi bengkak seperti ini dan Sehun...", Luhan belum selesai melanjutkan kalimatnya karena appanya muncul dan memotong pembicaraan Luhan.

"Apa yang kau lakukan seharian di kamar? Walaupun kita baru menjadi keluarga dan aku hanyalah appa tirimu, tapi appa tidak suka dengan sikapmu yang seperti ini membuat semua orang di rumah ini khawatir saja"

Luhan hanya menunduk terlalu takut untuk memandang lawan bicaranya itu.

"Jawab jika appamu ini bertanya Luhan!"

Luhan akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap appa tirinya yang sedang berlagak marah kepadanya.

"A..aku hanya sedang mengerjakan deadline tugasku a..ppa, dan aku sampai lupa waktu karenanya"

"Lain kali jangan pernah mengunci pintu kamar lagi, Sehun ambil kunci kamar Luhan dan berikan kepadaku, biar besok - besok Ia tidak lagi mengurung diri didalam kamarnya".

Luhan hanya bisa menatap pasrah kearah pintu kamarnya yang sudah tidak dapat melindungi dirinya dari appanya itu. Setelah mengambil kunci kamarnya, appa Jung pergi meninggalkan mereka berdua.

"hyeong, menurutku sikapmu ini memang tidak benar, jadi pantas saja appa bersikap seperti itu, hyeong mau makan malam tidak? Aku akan menemanimu"

Yang ditanya hanya diam, membuat Sehun menghela napas dalam, dan akhirnya memilih menarik hyeongnya itu ke meja makan untuk mengisi perutnya yang belum diisi seharian ini.

...

Di Ruang Makan

"Sehun, malam ini aku ingin tidur di kamarmu, boleh?"

"Tentu saja boleh hyeong, tapi kenapa tiba – tiba ingin tidur bersama? Biasanya hyeong yang tidak mau jika ku ajak tidur bersama"

"Karena kau sebentar lagi akan pergi jauh, jadi aku ingin tidur di kamarmu sampai keberangkatanmu ke NY nanti"

"Baiklah, hyeongku yang merepotkan"

Setelah percakapan itu, ruang makan kembali sepi, Luhan melanjutkan makan malamnya dan Sehun hanya duduk menemani Luhan sambil menatapnya dalam diam. Selesai makan malam Luhan langsung membawa bantal kesayangannya untuk dibawa tidur di kamar Sehun. Luhan keluar kamar dan menutup pintu kamarnya bersamaan dengan seseorang yang baru saja keluar dari ruang baca. Luhan refleks untuk menolehkan kepalanya ke arah ruang baca, dan ternyata appanya sedang menatap dirinya juga.

"Mencari perlindungan hmmm", appa Jung bertanya sambil berjalan ke arah Luhan.

Luhan berdiri mematung, tubuhnya seakan mengalami paralysis yang membuat anggota geraknya tidak bisa digerakkan untuk setidaknya menjauhkan diri dari appanya itu. Luhan merasakan jantungnya memompa darah dengan cepat, takikardi yang Ia rasakan membuat keringat mulai keluar dari pori – pori kulitnya. Appa Jung sudah berdiri tepat di depan Luhan, hingga suara napasnya terdengar karena terlalu dekat jarak diantara mereka.

Appa Jung mendorong Luhan hingga Luhan menabrakkan punggunya dengan pintu kamarnya, Luhan hanya bisa diam saja dan menundukkan kepalanya kebawah sementara kedua tangan appanya telah mengunci dirinya sehingga Ia tidak bisa lari.

"Lihat aku!"

Tidak ada tanggapan dari yang diperintah. Amarah appa Jung tersulut akibat dari Luhan yang tidak mau mendengarkan perintahnya. Ia mencengkram rahang Luhan dengan kuat dan mengangkat rahang tersebut hingga mata keduanya saling bertatapan.

"Sudah ku katakan untuk jangan sekali – kali kau membangkang dari apa yang ku perintah kan Luhan! berani sekali kau mengabaikan perintahku hmm", cengkraman di rahang Luhan semakin keras membuat Luhan mengeluarkan air mata menahan rasa sakitnya.

"Ma..aaf appa", Luhan menjawab dengan susah payah karena mulutnya sulit untuk dibuka akibat cengkraman dari appanya.

"Besok malam datang ke ruang baca, aku ingin bermain denganmu mengerti tidak? Jika kau mengabaikan perintahku lagi, lihat apa yang akan terjadi kepada eommamu", appa Jung mengancam Luhan.

Luhan hanya mengangguk pasrah, lalu tiba – tiba bibir merahnya diserang oleh bibir appanya dilumat dengan kasar hingga kepala Luhan terdorong ke belakang menubruk pintu kayu dengan kencang. Lidah appa Jung berusaha untuk membuka mulut Luhan untuk masuk ke dalam rongga hangat Luhan. Sang pemilik rongga mulut tetap bergeming dan tidak mau membuka mulutnya. Kesal karena Luhan tidak juga membuka mulutnya, appa Jung menjepit penis Luhan dengan cara menekan lutunya ke milik Luhan. Luhan langsung membelalakkan matanya dan membuka mulutnya ingin berteriak, kesempatan tersebut langsung diambil oleh appa Jung untuk melesakkan lidahnya masuk ke dalam. Luhan yang mulai kehabisan oksigen dan tidak diberikan kesempatan untuk mengambil napas semakin lama semakin lemas, badannya mulai turun ke bawah karena lemas. Appa Jung melepaskan ciumannya dan Luhan langsung jatuh ke lantai dengan terengah – engah berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin. Setelah itu, Luhan ditinggal sendirian di depan pintu kamarnya.

...

Pintu kamar Sehun dibuka dengan kasar dan ditutup lagi dengan cara dibanting, Sehun langsung mendongakkan kepalanya ke arah pintu dan menemukan Luhan hyeong, pelaku dari pembantingan pintu itu. Luhan langsung berjalan cepat ke arah tempat tidur dan masuk ke dalam selimut dan berbaring membelakangi Sehun. Sehun hanya menatap punggung Luhan tanpa berkata apa – apa, Ia tahu bahwa hyeongnya itu sedang menangis dilihat dari punggung yang bergetar menahan isak tangis agar tidak terdengar olehnya. Sehun bukanlah dongsaeng yang bodoh, Ia tahu segala kelemahan yang dimiliki oleh kakaknya dan semua kebiasaannya saat menangis. Sehun akhirnya memeluk Luhan dari belakang, membuat hyeongnya merasa aman di dalam dekapannya sampai punggung itu berhenti bergetar dan tertidur, setelah yakin hyeongnya tertidur, Sehun juga ikut memejamkan matanya.

Pada pagi harinya Sehun tidak menemukan Luhan hyeong di dalam pelukannya lagi. Sepertinya Luhan hyeong bangun lebih dahulu darinya. Sehun terduduk, melakukan peregangan tangan dan berjalan menuju kamar mandi. Sehun membuka pintu kamar mandi dan terkaget melihat Luhan hyeong di dalam bathtub penuh air dengan mata terpejam. Sehun langsung mengangkat hyeongnya dan membawanya ke atas kasur. Sehun meraba nadi hyeongnya di pergelangan tangan dan menemukan nadinya dalam keadaan lemah. Sehun mengganti pakaian hyeongnya agar tidak kedinginan dan mengangkatnya menuju mobil sambil berteriak memanggil supir keluarganya. Supir keluarga Kim datang dengan buru – buru dan kaget melihat keadaan tuan mudanya yang tidak sadarkan diri itu langsung bergegas dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Sehun masih setia mendekap Luhan dipelukannya sambil berusaha menghubungi eommanya.

Dalam waktu yang cepat mereka sudah sampai di rumah sakit dan Luhan langsung di bawa ke ruang IGD oleh Sehun. Eomma Kim yang sudah berhasil dihubungi oleh Sehun langsung bergegas menuju rumah sakit bersama dengan suaminya. Sehun tidak sekalipun meninggalkan Luhan dan terus menggenggam tangannya. Akhirnya yang mengurus administrasi ke rumah sakit adalah supirnya karena Sehun tidak mau sama sekali meninggalkan Luhan walaupun dokter yang merawatnya sudah mengatakan bahwa kondisi Luhan sudah stabil dan Luhan akan baik – baik saja. Orang tua mereka akhirnya sampai ke rumah sakit. Luhan sudah di pindahkan ke ruang rawat.

Eomma Kim membuka pintu kamar rawat tempat Luhan dirawat dengan kasar, tampak Sehun sedang duduk di samping tempat tidur Luhan sambil terus memandangi Luhan yang sedang tertidur setelah diberi obat penenang.

"Bagaimana keadaannya?"

"Membaik eomma, tadi Luhan hyeong sudah bangun lalu Ia histeris lagi, akhirnya dokter memberikan obat penenang agar hyeong istirahat lagi"

"Apakah Luhan tadi sempat berbicara denganmu Sehun?"

"Belum eomma"

"Huft, baiklah kalau begitu, kau pulanglah dengan appamu, eomma akan disini menjaga hyeongmu"

"Tidak mau eomma, aku akan menjaga hyeong disini sampai Ia bangun lagi nanti"

"Baiklah jika kau ingin menjaga hyeongmu tapi lebih baik kau beli makan dulu dengan appa sekarang, biar eomma yang berjaga disini, appa tidak ingin anak apa dua duanya berbaring dirumah sakit, cukup Luhan saja"

"Baiklah appa", Sehun mengalah dan mengekor appanya keluar kamar.

...

TBC