Heboh White Day

Oneshot fanfic - Remake of "Heboh White Day" Hai Miiko! Vol.21 - Story by Ono Eriko

(dengan pengubahan dan penyesuaian di sana-sini)

Enjoy reading!

xxx

"Gawat aku telat!"

Jaehyun sibuk membereskan buku-bukunya ke dalam tas dengan roti tergigit di mulutnya. Dari sekian banyak hari, hari ini benar-benar sial bagi Jaehyun.

Semalam ia ketiduran saat mengerjakan PR dan berakhir bangun melampaui kokokan ayam di pagi hari. Masih pagi sih bangunnya. Tapi PR yang semalam belum kelar. Jadinya, Jaehyun mengerjakan PR seperti kesetanan.

Efek dari mengerjakan PR di pagi hari adalah, terlambat mandi dan siap-siap buat ke sekolah. Taeyong sudah diusirnya untuk berangkat lebih dulu karena tak mau membuat Taeyong ikut terlambat karena menunggunya. Padahal Taeyong juga belum mengerjakan PR. Taeyong mau nyalin punya Doyoung.

Poor Jaehyun.

Jaehyun sudah siap membuka pintu rumah saat ibunya teriak dari dapur. "Jaehyun, bawa ini!"

Ibunya menyodorkan paper bag besar bermotif kotak-kotak.

Jaehyun mengernyit heran. "Apaan tuh?"

Seingatnya ia tak punya sesuatu untuk dibawa hari ini selain tasnya.

"Hadiah white day!" Jawab ibu Jaehyun dengan senyum berbinar.

"Haaah?!"

Apa lagi ini. Jaehyun lagi buru-buru, sempat-sempatnya ibunya ngomongin White day. Btw, hadiahnya buat siapa?!

"Jaehyuni 'kan dapat banyak coklat pas hari Valentine. Eomma hitung ada 20 bungkus. Jadi di dalam sini juga ada 20 hadiah." Jelas ibu Jaehyun.

"Tak perlu ah, eomma-"

"Heh, kau ini. Jangan menerima saja. Kau juga harus membalasnya. Nah balas mereka semua, ya!" Ibu Jaehyun memaksa Jaehyun untuk menerima paper bag besar itu.

"Eommaaa!"

"Pokoknya hadiahnya harus habis. Dan harus kau kasih ke orang-orang yang memberimu coklat. Awas kalau tak habis. Kau tak boleh pulang ke rumah!!"

Jaehyun kehabisan kata-kata kalau ibunya sudah mengancam. Jaehyun tak bisa mengelak juga berhubung jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 07.30.

"Wuah, telat! Eomma, aku berangkat!"

xxx

Taeyong menghela napas lega setelah selesai menyalin PR Doyoung. Doyoung memang yang terbaik. Meskipun harus dikasih bonus ceramah gratis, Taeyong tetap diizinkan menyalin PR oleh Doyoung.

Begitu-begitu Doyoung mana tega melihat Taeyong dihukum karena tak mengerjakan PR. Apalagi yang ngasih PR guru killer. Setelah puas menceramahi Taeyong, Doyoung asik berduaan dengan Taeil.

Karena ingin mengembalikan buku Doyoung, Taeyong pun menginterupsi kemesraan keduanya. Tapi sayangnya Taeyong tak dianggap lebih dari seekor laler di tempat sampah. Lalat, yong.

"Terima kasih, Taeil. Wah, gelang! Couple?! Kau memilihnya sendiri?"

"Hehe... Iya. Aku bingung harus pilih yang mana. Aku 'kan belum tahu seleremu yang seperti apa. Kalau kau suka baguslah..." Taeil menggaruk tengkuknya malu-malu.

Duh, kalau orang pendiam seperti Taeil bersikap manis begitu, Taeyong jadi gemas lihatnya. Taeyong iri 'kan sama Doyoung. Enak banget sih punya pacar seperti Taeil.

"Cieee... Yang pagi-pagi sudah bermesraan. Ada yang ngomong dari tadi sampai tak dianggap nih." sindir Taeyong.

Doyoung mencibir, Taeil cuma senyum-senyum. Akhirnya Taeyong diusir juga oleh Doyoung.

"Huuuft..."

xxx

Jaehyun berhasil sampai di sekolah sebelum gerbang depan ditutup. Sudah buru-buru begitu ternyata jam pelajaran pertama kosong karena ada rapat guru dadakan. Terlihat dari masih banyaknya siswa-siswa yang berkeliaran di koridor padahal seharusnya sudah bel masuk. Tahu begitu tadi PR nya Jaehyun kerjakan di sekolah saja.

Karena ada waktu kosong agak lama. Jaehyun jadi teringat misi mulianya pagi ini. Membagikan hadiah white day ke semua orang yang telah memberinya coklat saat valentine yang lalu. Jaehyun merutuk karena orang yang memberinya coklat ternyata banyak juga.

Jaehyun merogoh satu bungkusan dari dalam paper bag karena penasaran. Hadiah balasan apa sih yang disiapkan ibunya?

JREEEENG

"Eomma..." Jaehyun speechless. Hadiahnya kelewat imut!

Isinya beberapa potong cookies yang dibungkus plastik berhias pita-pita dan stiker karakter lucu. Duh, bisa salah paham anak orang kalau dikasih hadiah beginian. Kalau ada yang sampai baper 'kan bahaya, batin Jaehyun.

"Eh, tapi dia pasti suka yang beginian." Jaehyun otomatis tersenyum kalau ingat "dia". Iya, "dia"nya Jaehyun yang juga kelewat imut orangnya.

"Pagi Jaehyun..." Sebuah suara menyapa Jaehyun dari belakang. Jaehyun refleks menoleh sambil membalas "Pa-pagi..."

Ah, itu Irene. Teman seangkatan Jaehyun tapi dari kelas yang berbeda. Jaehyun ingat, 'dia kasih aku coklat...'

"Ini..." Irene sudah akan berlalu, tapi karena Jaehyun bersuara lagi, ia menoleh.

Dengan menahan malu Jaehyun menyerahkan salah satu bungkusan cookiesnya pada Irene. "Buat white day..."

Irene tampak sumringah. "Eh?! Terima kasih! Lucunya..." Puji Irene dengan senyum cantik di wajahnya. Kalau Jaehyun tak ingat si "dia", mungkin Jaehyun sudah khilaf naksir sama Irene.

"Eh... Iya, hehe..." Setelah itu, Jaehyun buru-buru kabur dari Irene sebelum ditanya macam-macam seperti "kau buat sendiri ya?"

Masih ada 19 bungkus lagi. Ini ibunya yang kerajinan menghitung semua hadiah coklat yang diterimanya atau bagaimana? Huhu, harus cepat-cepat dikasih nih... Batin Jaehyun lelah.

Sebelum ke kelas Jaehyun lebih dulu berkeliling di koridor-koridor. Ia bertemu beberapa teman wanita maupun laki-laki yang valentine lalu memberinya coklat. Ada juga yang sengaja Jaehyun hampiri ke kelasnya. Tak apa, yang penting semua hadiahnya habis Jaehyun bagikan.

Hadiah white day tinggal tersisa beberapa. Jaehyun rasa memang tinggal untuk teman-teman yang di kelas saja. Ada beberapa sih yang memberi coklat pada Jaehyun di kelas, termasuk "dia". Jaehyun jadi tak sabar melihat reaksi "dia" saat diberi hadiah white day. Hehe.

Sampai di kelas, Jaehyun ngos-ngosan. Pagi-pagi sudah keliling sekolah, bagaimana tidak ngos-ngosan?

Jaehyun langsung saja membagi-bagikan hadiah white day sebelum menaruh tasnya di meja.

"Ten..." Jaehyun mendekati meja Ten yang sedang dijadikan tempat rumpi oleh Ten dan teman-temannya.

"Ya, Jaehyun?" Ten menoleh dengan senyum mengembang. Manis sih, senyumnya Ten itu. Manis banget. Sebenarnya semua yang Jaehyun kasih hadiah white day semuanya orangnya manis. Jaehyun sampai harus elus-elus dada setiap kali dikasih senyum manis oleh mereka. Jadi dia yang baper. Untung Jaehyun selalu ingat si "dia".

"Nih, buat white day..." Jaehyun menyodorkan bungkusan cantik cookies pada Ten.

"Kyaaa! Manisnya..." pekik Ten kesenangan. Kelewat senang sebenarnya karena ia langsung saja memeluk Jaehyun di depan teman-temannya.

"Wuaah..." Jaehyun sampai terdorong ke belakang karena diterjang pelukan Ten. Ia salah tingkah, karena teman-teman Ten terkikik sambil meledeknya.

Tepat saat itu Taeyong masuk ke kelas setelah kembali dari toilet.

"Ten dan Jaehyun, kalian sedang apa?" tanya polos Taeyong.

Buru-buru Jaehyun melepas pelukan Ten. Ia tak ingin Taeyong berpikir yang macam-macam tentangnya dan Ten. Ah, iya, Jaehyun juga harus memberikan hadiah white day untuk Taeyong.

"Kau juga..." Untuk Taeyong yang terakhir, batin Jaehyun. Ia merogoh ke dalam paper bag. Semakin dalam, sampai ke dasarnya.

"Eh?"

Tak ada?!

Jaehyun tak bisa meraba apapun lagi di dalam paper bag. Sudah habis? Aduh, bagaimana ini? Taeyong belum kebagian!

Jaehyun sampai membalikkan paper bag nya untuk benar-benar memastikan tak ada lagi bungkusan cookies yang tersisa.

"Kenapa Jaehyuni?" Taeyong bertanya karena Jaehyun tampak panik tiba-tiba.

Jaehyun masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Kok bisa kurang? Taeyong 'kan juga memberinya hadiah valentine, kok tak dihitung ibunya?

Tunggu... Waktu itu...

"Eh? Oke... Boleh kubuka sekarang?"

"Kuenya boleh, tapi hadiah yang satunya jangan. Aku malu..."

Taeyong memberinya kue dan ehem boxer waktu itu, Jaehyun ingat, ia langsung membuka kuenya dan langsung memakannya di kelas. Cuma hadiah dari Taeyong lah yang ia makan langsung di kelas. Sisanya ia bawa pulang ke rumah dan ia tunjukkan pada ibunya.

Pantas saja! Ibunya hanya menghitung jumlah hadiah yang Jaehyun bawa pulang ke rumah. Hadiah dari Taeyong tidak ia bawa pulang, makanya tak masuk hitungan.

"Taeyong!"

"Eh, Johnny..."

"Ini untukmu." Johnny menyerahkan sesuatu pada Taeyong.

Jaehyun dan Ten yang ada di situ terbelalak, apalagi Taeyong. Johnny memberi sesuatu pada orang lain adalah pemandangan langka.

"Oh! Apa ini?" Taeyong terlihat antusias meskipun heran. Ia membuka kertas coklat yang membungkus pemberian Johnny itu.

"Permen pelega tenggorokan?" Taeyong makin heran ketika melihat isinya.

"Kau cerita pada Doyoung kemarin tenggorokanmu sakit." Jelas Johnny datar. Begitu-begitu ternyata Johnny peka juga.

"Eiii... Kau memang punya sense..." Taeyong menyikut Johnny bercanda. Bibirnya menyunggingkan senyum jahil.

"Tentu saja aku punya sense. Aku manusia." balas Johnny, tak kalah datar dari sebelumnya.

Taeyong jadi gemas. "Ish! Bukan itu maksudku!"

Jaehyun dan Ten mau tak mau melihat interaksi antara Johnny dan Taeyong yang semakin akrab saja sejak festival olahraga.

Ten tampak senang sekali. Tentu saja dengan maksud terselubung. "Taeyong dan Johnny dekat ya..." Katanya pada Jaehyun. "Kurasa mereka bisa jadian suatu hari nanti. Johnny cuma baik pada Taeyong sih..."

Ekspresi Jaehyun tak bisa ditebak. Ia hanya diam kemudian pergi begitu saja tanpa menanggapi Ten.

Taeyong juga melihat Jaehyun yang pergi. "Jaehyun kenapa?"

"Gara-gara kau sih Taeyong!" Ten tahu-tahu menyalahkan Taeyong.

"Lah kok aku?" T.T

xxx

Selama sisa hari itu, entah sengaja atau tidak, Jaehyun seperti menghindari Taeyong. Taeyong sebenarnya tak ambil pusing karena di sekolah mereka memang sibuk belajar dan waktu istirahat yang sebentar hanya mereka habiskan untuk makan siang. Taeyong juga sempat dipanggil guru Kim saat istirahat.

"Ini untukmu, Taeyong-ah."

"Eh? Ini untuk apa ssaem?" Taeyong bingung malah dikasih sekantung marshmallow berbalut coklat oleh guru Kim. Disangkanya guru Kim memanggilnya ke ruang guru untuk membahas nilainya yang jelek.

"White day! White day! Waktu valentine kau memberi ssaem kue coklat kan? Sekarang saatnya membalas pemberianmu."

"Oooh..." Taeyong baru ingat ini hari white day. Pantas saja beberapa orang memberinya hadiah tadi. Termasuk Johnny.

"Terima kasih ssaem!" Taeyong menerimanya dengan riang gembira, walaupun ia tak bisa memakannya. Ingin makan sih, tapi tenggorokannya masih sakit. Ia akan menahan diri dari makanan-makanan manis untuk sementara waktu. Mungkin hanya pemberian Johnny yang bisa ia makan.

Ah, benar juga, hadiah-hadiah yang ia terima sebaiknya ia bagi dengan Jaehyun. Sepertinya tadi Jaehyun tampak murung. Mungkin kalau Taeyong beri coklat, Jaehyun akan merasa baikan.

Tapi lagi-lagi Jaehyun menghindar dari Taeyong saat pulang sekolah. Jaehyun langsung keluar kelas begitu bel pulang berbunyi. Bahkan guru masih ada di kelas, tapi Jaehyun sudah keluar. Tidak biasanya Jaehyun berlaku kurang sopan begitu. Taeyong semakin dibuat heran.

"Jangan-jangan Jaehyun sedang tak enak badan." gumam Taeyong khawatir.

Setelah berpamitan dengan Doyoung, Taeyong pun keluar dari kelas. Koridor sedang ramai-ramainya oleh siswa yang keluar dari kelas masing-masing. Beberapa kali Taeyong menabrak bahu seseorang atau tersandung sesuatu. Sampai ia tanpa sengaja menabrak Irene, anak kelas sebelah.

"Ah, Irene! Maaf..." Buru-buru Taeyong memungut sesuatu yang dijatuhkan Irene saat tertabrak olehnya barusan.

"Tak apa, Taeyong-ah... Ng... Kenapa?"

Irene bertanya karena Taeyong tiba-tiba malah mengamati benda yang baru saja dijatuhkannya dengan serius. Melihat Taeyong yang penasaran Irene pun memberi tahu. "Itu dari Jaehyun."

"Eh?"

"Kau juga dapat 'kan?"

"Dapat apa?"

"Hadiah white day dari Jaehyun! Seulgi dan Wendy juga dapat." Irene mengambil hadiah itu dari tangan Taeyong. "Sudah ya, aku duluan. Daaah..."

Setelah Irene pergi Taeyong masih berdiri di situ beberapa saat sebelum melanjutkan langkahnya. Ia sibuk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Tunggu. Taeyong baru tahu Jaehyun membagi-bagikan hadiah white day.

Taeyong tadi mengamati hadiah milik Irene karena ia mengenal sekali cookies yang ada di dalamnya. Cookies buatan ibu Jaehyun! Hiasan icing sugar di atas cookiesnya sangat khas. Ibu Jaehyun pernah memberikan setoples penuh padanya.

Ah! Taeyong juga baru sadar. Ten mendapat hadiah yang sama dari Jaehyun di kelas tadi. Pantas saja tadi Ten tengah asik memeluk Jaehyun saat ia masuk kelas. Sebal sih lihatnya, tapi ia berusaha bersikap biasa saja di depan Jaehyun.

"Hmmphh..." Taeyong jadi cemberut.

Kenapa Jaehyun tak bilang-bilang pada Taeyong sih? Kalau bilang 'kan Taeyong bisa membantu Jaehyun membagikan hadiahnya. Taeyong paham betul repotnya memberikan hadiah pada banyak orang. Waktu valentine saja ia dibantu oleh Doyoung.

Tapi... Kenapa Jaehyun malah jadi bersikap aneh padanya ya? Semuanya berawal dari...

"Johnny?"

"Kalau jalan jangan melamun. Kau hampir saja menabrakkan dahimu dengan pintu."

"Eh?" Taeyong baru sadar, dahinya tertahan sesuatu. Tertahan oleh telapak tangan Johnny yang besar dan terasa hangat. Taeyong juga baru sadar wajahnya hanya berjarak sejengkal dari pintu yang tengah terbuka.

"Iya... Hehe... Hampir saja." Taeyong menepuk-nepuk pipi Johnny refleks sebagai tanda terima kasih. Biasanya ia melakukan itu pada Jaehyun kalau Jaehyun membantunya.

Johnny yang menerima tepukan-tepukan di pipinya dari Taeyong hanya bisa melongo. Baru Taeyong seorang yang berani menyentuh wajahnya selain ibunya. Johnny bisa merasakan pipinya memanas akibat tepukan-tepukan itu. Bukan, bukan karena tepukan itu keras atau menyakitkan, melainkan karena tepukan itu membuat jantungnya memompa darah lebih banyak ke area wajahnya.

"Hihihi... Kau lucu, Johnny! Lihat, wajahmu memerah!" ucap Taeyong tanpa merasa bersalah. Kau 'kan penyebabnya Taeyongi!

"A-apa maksudmu?" Johnny menepis tangan Taeyong yang barusan menunjuk wajahnya. "Kau ini-"

"BLETUK"

"Aww!"

Suara mengaduh menghentikan momen Johnyong yang sedang hangat-hangatnya. Itu Jaehyun. Yang baru saja menjatuhkan minuman kaleng di tangannya dan mengenai kakinya sendiri.

"Jaehyuni kau tak apa-apa?" Taeyong segera menghampiri Jaehyun yang tengah berjingkat dengan satu kaki sambil tangannya mengusap-ngusap kaki yang satunya.

"Sssh... Tak apa. Tak usah pedulikan aku. Kembali pada Johnny lagi saja sana!"

DEG

Hati Taeyong mencelos mendengar kalimat itu dari Jaehyun. Apa maksud Jaehyun mengatakan itu? Apa Jaehyun baru saja mengusirnya? Jaehyun tak suka didekati olehnya? Jaehyun marah padanya?

Taeyong menggeleng cepat untuk mengusir pikiran-pikiran buruk itu. Ia mengalihkan perhatiannya pada kaleng yang tergeletak di sebelah kaki Jaehyun. Taeyong menduga kaleng itulah yang tadi dijatuhkan Jaehyun dan mengenai kakinya. Tertimpa sekaleng minuman penuh tepat di punggung kakimu pasti terasa sakit.

"Benar tak sakit? Tadi kan kakimu kena..." Taeyong memungut kaleng itu dan berniat mengembalikannya pada Jaehyun sebelum matanya menangkap sebuah sticky notes tertempel di badan kaleng.

"Eh?"

"Buang saja. Aku sudah tak butuh."

Sambil menggumamkan sesuatu sepeti "aku duluan" Jaehyun berlalu dari hadapan Taeyong, dengan sengaja melewati Johnny dan menubrukkan bahunya pada bahu Johnny.

Johnny yang tak paham dengan sikap aneh Jaehyun hanya mengumpat dalam hati. Dasar orang aneh. Mau ditolong malah kabur.

Karena Taeyong tetap bergeming di tempatnya, Johnny berinisiatif menghampiri.

"Hei, orang itu kenapa sih? Aneh seka--" Johnny tak jadi melanjutkan kalimatnya karena ia keburu mendapati pemandangan yang mengagetkan di depannya.

"Kenapa kau menangis?!"

"Hiks...hiks... Huweeee..." Bukannya menjawab. Tangis Taeyong malah semakin kencang.

Koridor yang ramai membuat berbagai pasang mata menatap curiga pada Johnny. Tak ingin dijadikan tersangka atas penyebab Taeyong menangis, Johnny segera menarik Taeyong ke sudut yang sepi.

"Sudah, sudah, berhenti menangisnya. Seperti anak kecil saja. Malu tahu."

Meskipun berkata ketus begitu, Johnny tetap berinisiatif memberikan tisu untuk Taeyong melap air matanya. Untung masih ada sisa tisu di tas. Kalau tidak ia harus mengikhlaskan dasinya untuk dijadikan lap.

Sedikit lebih tenang, Taeyong sudah tak lagi terisak. Tinggal tersisa jejak-jejak air mata di pipinya dan ingus di hidungnya. Ewh.

Taeyong mulai sadar sekitar dan langsung merasa malu karena baru saja menangis dengan konyol di depan Johnny. "Maaf, bisa tolong jangan lihat aku dulu. Wajahku pasti jelek sekali..." Mohon Taeyong.

Sayangnya Johnny tidak menurut dan malah membalas perkataannya. "Kau memang selalu jelek, jadi tak usah khawatir. Aku sudah terbiasa."

Taeyong berhasil dibuat cemberut karena kata-kata Johnny itu. Tapi melihat senyum tipis Johnny setelahnya membuat Taeyong yakin barusan Johnny hanya bercanda untuk menghiburnya.

"Terima kasih...tisunya. Ini untukmu." Taeyong menyodorkan kaleng minuman yang sampai sekarang masih dipegangnya di tangan kanan.

Johnny mengernyit heran. "Itu kan untukmu. Ada tulisannya: Untuk Taeyongi. Diminum ya~"

"Jaehyun bilang ini dibuang saja, dia sudah tak butuh. Daripada mubazir, mending untukmu."

Ah, Johnny paham sekarang. Jadi karena ini tadi Taeyong menangis? Jaehyun itu benar-benar keterlaluan. Siapa yang tak sakit hati coba, barang pemberian untuknya malah disuruh dibuang.

"Ini dari Jaehyun?" Johnny akhirnya mengambil kaleng minuman itu dari tangan Taeyong. Taeyong mengangguk.

"Kenapa tak dia berikan padamu, malah disuruh buang?"

Taeyong menggeleng tak tahu. Ia juga masih bingung kenapa Jaehyun bersikap begitu padanya.

Johnny melepas sticky note yang menempel pada kaleng lalu tiba-tiba tersenyum. "Kurasa kalian salah paham."

"Ha? Apa?"

"Salah paham." ulang Johnny. Taeyong masih tak mengerti. Johnny menggaruk kepalanya yang tak gatal. Memang susah ngomong sama Taeyong.

"Lihat, ini minuman penyegar tenggorokan. Kau tahu persis 'kan maksudnya memberikan ini padamu?"

Lagi-lagi Taeyong menggeleng. Johnny ingin menjedotkan kepala ke tembok saja rasanya.

"Bicara langsung saja dengannya. Kalian bisa tahu apa yang salah dan berbaikan."

"Tapi Jaehyun tak mau bertemu denganku." Taeyong pesimis.

"Lalu kau mau begini seterusnya?"

Taeyong terdiam.

Johnny benar. Kalau Jaehyun benar marah padanya, setidaknya ia harus tahu apa penyebabnya dan segera meminta maaf.

"Hhhh... Kurasa kau benar Johnny." Taeyong bersiap untuk pergi. Tapi ia tak tahu harus pergi ke mana. Setahunya Jaehyun ada kegiatan klub basket hari ini. Apa ia tunggu di pinggir lapangan basket saja ya? Ah iya, begitu saja.

"Kalau begitu aku duluan ya, John- e-eh..." Dengan canggung Taeyong menangkap kaleng yang dilempar Johnny.

"Bawa itu. Bilang kau tak mau itu dibuang."

Taeyong tadinya tak mengerti. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ia memang tak ingin kaleng minuman itu dibuang. Ia ingin meminumnya dan Jaehyun harus tahu itu.

Senyum manis terkembang di bibir Taeyong. Johnny memang yang terbaik!

"Terima kasih..." Sambil melambai-lambai pada Johnny, Taeyong berlari-lari kecil meninggalkan-

"JDUK"

"AWW!"

Johnny mendesah lalu geleng-geleng kepala. Percuma tadi ia menyelamatkan Taeyong dari hampir menabrak pintu. Sekarang kejadian beneran.

xxx

Sambil mengusap-ngusap dahinya yang kemerahan, Taeyong menyusuri sisi lapangan basket. Setelah menemukan bench yang kosong, ia mendudukkan dirinya di sana.

Taeyong membuka kaleng minuman dari Jaehyun. Minuman dengan merk "Larutan Penyegar" itu sukses membasahi tenggorokannya yang terasa nyeri dari tadi. Gara-gara Jaehyun bikin ia menangis sih!

Taeyong berniat menunggu Jaehyun selesai latihan di sana dan mengajaknya bicara setelah itu. Tapi belum ada 10 menit Taeyong di sana, Jaehyun sudah keburu menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Nada bicara Jaehyun masih terdengar tak bersahabat.

Taeyong jadi ciut, tapi ia tak boleh mundur. Ia harus membulatkan tekad untuk berbaikan dengan Jaehyun hari ini juga! Meskipun ia tak yakin apa pantas mereka disebut sedang bertengkar. "Aku mau menunggu Jaehyun selesai latihan dan kita akan pulang bersama." balas Taeyong dengan nada ceria yang terdengar tulus tanpa dibuat-buat.

Sesuatu di dalam diri Jaehyun seperti tercabik mendengar jawaban itu. Ditambah saat ia melihat kaleng minuman yang dipegang Taeyong dengan keadaan sudah terbuka. Dan bekas merah di dahi Taeyong yang ia tak tahu apa penyebabnya. Jaehyun merasa menjadi orang paling berdosa di dunia.

Taeyong suci, Jaehyun penuh dosa...ugh.

"MAAF YA!"

Taeyong kaget, Jaehyun tiba-tiba saja berteriak minta maaf.

"Hadiah untuk Ten...disiapkan ibuku untuk white day. Kue darimu kumakan di sekolah...makanya tak dihitung!"

Ah! Benar juga, Taeyong baru sadar. Ia tak dapat jatah hadiah dari Jaehyun.

"Aku tak memberi hadiah itu pada Ten saja. Aku juga memberikan pada Irene, Seulgi, dan semua yang memberi coklat padaku di hari valentine. Tapi...bagianmu tak ada. Maaf ya..."

Bukannya marah, Taeyong malah tersenyum mendengar pengakuan Jaehyun. "Jadi...kau menghindar karena merasa tak enak padaku? Karena aku tak kebagian hadiah white day darimu?"

Jaehyun mengangguk pelan.

"Ya ampun, Jaehyunni... Tak apa kok! Lagian kue yang waktu itu kan kubagikan ke semua teman di kelas dan tak semua dari mereka membalasku di hari white day! Tapi Johnny balas sih..."

Jaehyun cemberut. Karena Taeyong menyebut-nyebut nama orang paling menyebalkan sedunia menurut Jaehyun. "Tuh kan, kau senang sekali mendapat hadiah dari Johnny. Aku memang payah..." Jaehyun menunduk lesu.

"Eiii...kau 'kan tetap memberiku hadiah. Ini." Taeyong menggoyang-goyangkan kaleng minuman di tangannya. "Minuman enak begini sayang untuk dibuang. Aku minum saja. Tak apa 'kan?"

Lagi-lagi Taeyong tersenyum, membuat Jaehyun semakin merasa bersalah.

"Maaf karena sudah menyuruhmu membuang itu. Aku hanya berkata tanpa berpikir. Kurasa waktu itu emosiku tersulut karena..."

"Karena...?" Taeyong penasaran karena Jaehyun menggantung kalimatnya cukup lama.

Taeyong tak tahu Jaehyun sebenarnya sedang bimbang untuk mengatakannya atau tidak. Apakah Taeyong akan berpikir ia kekanakan kalau Jaehyun katakan alasannya?

"KarenakaudanJohnnysalingmenyentuhwajahtadi."

"Ha? Apa? Jangan cepat-cepat Jaehyuniii, aku tak bisa dengaaar..." Rengek Taeyong karena barusan Jaehyun bicara kelewat cepat, hampir terdengar seperti kumur-kumur.

Jaehyun menghela napas dulu. Haaah... Sudah.

"Aku... tak suka... kau dan Johnny.. saling menyentuh wajah tadi." Ucap Jaehyun pelan dan jelas.

Loading... Otak Taeyong memproses dulu maksud Jaehyun. Kapan dia dan Johnny saling menyentuh wajah-

"Aaaah... Ituuu... Hahaha..." Taeyong malah tertawa. "Itu... Maksudmu tadi saat Johnny menahan dahiku yang hampir menabrak pintu dan aku menepuk-nepuk pipinya itu? Jadi karena itu! Hahahaha..."

Taeyong tertawa di luar kendali. Jaehyun yang melihatnya mulai merasa heran. Bukannya tersinggung karena ditertawai Taeyong, Jaehyun malah takut karena Taeyong mulai terlihat gila akibat kebanyakan tertawa.

"Hahahahaha...aaaa...aaa..." Taeyong tiba-tiba menunjuk-nunjuk dada Jaehyun dengan jari kurusnya. Matanya menatap Jaehyun, tapi seperti tidak fokus. Wajah tertawanya berubah serius dalam sekejap.

"Memangnya kau pikir aku suka kau peluk-pelukan dengan Ten?! Kau lucu sekali Jung Jaehyun!"

"Tae-taeyongi..." Jaehyun mengernyit khawatir. Taeyong baru saja meracau seperti orang mabuk.

"Aku juga tak suka lihat kau peluk-pelukan sama Ten!! Jadi aku tak boleh sentuh-sentuh wajah Johnny, haahh?? Curang sekali!! Iii...ihihihihi..."

Ya ampun, Taeyong salah makan apa?

"Aku benci! Aku marah! Tapi aku bisa apaaaaa??"

Ini sudah tidak beres. Taeyong yang normal tidak akan meracau seperti itu. Jaehyun melihat ke arah bench, selain kaleng minuman yang diberikan Jaehyun ada juga beberapa bungkus makanan yang isinya sudah kosong, jangan-jangan...

"Kau makan apa Taeyongi?" Jaehyun mengguncang-guncang bahu Taeyong agar ia mendapatkan sedikit kesadarannya.

"Ooo...ouwh...ooouwh... Hentikan Jaehyuni! Kau membuatku mual! Hueek..."

"Ee-eeeh... Jangan dulu! Jangan muntah di sini!" Cepat-cepat Jaehyun menarik Taeyong ke toilet terdekat.

Sesampainya di toilet, Taeyong secara insting mendekati closet dan memuntahkan apa yang baru saja dimakannya, beserta minuman pemberian Jaehyun tadi. Karena tak tega, Jaehyun membantu mengurut-ngurut tengkuknya untuk memudahkan proses muntah-muntah Taeyong.

"Hhhh... Yang benar saja! Masa kau tak sadar kue itu mengandung wine?"

"Mana aku tahu! Aku 'kan cuma dikasih..."

Jaehyun bersidekap mengamati Taeyong yang tengah mencuci muka dan berkumur. Syukurlah. Taeyong sepertinya sudah mendapatkan kembali kewarasannya.

"Ya sudah, sekarang mau ke rumah sakit?"

"Ih, apa sih Jaehyun. Tak usah berlebihan deh."

Jaehyun mengangkat bahunya seolah tak peduli. Padahal aslinya ia sangat peduli. Khawatir lebih tepatnya. "Yaah... Siapa tahu kau keracunan kue itu. Lagi siapa juga sih yang memberi hadiah begituan. Kalau ketahuan guru Kim pasti sudah disita."

Taeyong tampak mengingat-ingat. Seseorang di kelas menawarinya kue itu dan ia mengambilnya banyak-banyak tadi pagi. Pikirnya ia bisa membagi kue itu dengan Jaehyun nantinya. Tapi Taeyong urung mengatakan siapa yang memberikan kue itu karena Jaehyun bilang akan menghajar siapapun yang menawari Taeyong makanan yang tidak-tidak.

"Sudah ah, Jaehyun. Pulang yuk? Latihannya sudah selesai 'kan? Perutku sakit..." Rengek Taeyong dengan ekspresi dan nada manja khasnya.

Jaehyun mana tega melihat Taeyong begitu. Ia hanya mengangguk mengiyakan. Tapi sebelum keluar dari toilet ia ingin memastikan sesuatu dulu.

"Taeyongi..."

"Eung?"

"Yang kau katakan tadi... Apa itu benar?"

"Yang tadi yang mana?" Taeyong mengernyit, tadi 'kan ia mengatakan banyak hal. Maksud Jaehyun yang mana?

"Yang itu... Yang tadi..." Jaehyun malah berbelit-belit.

"Yang manaaa??" Taeyong bertanya tak sabar karena ia jadi penasaran juga 'kan yang dimaksud Jaehyun apa.

"Itu yang kau bilang kau marah dan tak suka karena Ten pelu-Uph!" Kalimat Jaehyun terhenti. Karena Taeyong sudah keburu membekap mulutnya.

Taeyong sekarang paham. Paham betul sampai wajahnya memerah karena malu. Taeyong ingat sudah mengakui perasaannya pada Jaehyun saat mabuk tadi. Ya ampun, kenapa Jaehyun tidak lupakan saja yang tadi sih?

Melihat reaksi dan wajah memerah Taeyong, Jaehyun seperti mendapat jawaban. Sebuah senyum yang lebih seperti seringai menghiasi bibirnya. Ia menarik tangan Taeyong turun agar Taeyong dapat melihat seringai di wajahnya.

"Jadi...yang cemburu bukan hanya aku nih?" tanya Jaehyun dengan nada meledek. Seringainya semakin lebar dan itu membuat Taeyong takut. Takut akan diledek habis-habisan setelah ini.

"Jaehyunniii..."

"Kalau mau bilang saja."

GREPP

Prosesnya cepat sekali sampai Taeyong tidak sadar bagaimana terjadinya. Tahu-tahu ia sudah tenggelam di dada bidang Jaehyun, yang meskipun bau keringat Taeyong tetap menyukainya. Ia tengah dipeluk erat oleh Jaehyun!

Wajah Taeyong kini hampir tak berjarak dengan perpotong leher mulus Jaehyun yang menguarkan aroma maskulin memabukkan. Taeyong merasa seperti habis makan kue mengandung wine lagi. Wajahnya pasti sudah memerah sekali sekarang, seperti orang habis meminum berbotol-botol soju.

"Jaehyuni... Kenapa tiba-tiba..?"

"Biarkan begini dulu sebentar. Kau ternyata enak juga dipeluk. Tahu begitu dari dulu saja kulakukan."

"Ih, Jaehyun maaah!" Taeyong merajuk, walaupun sebenarnya senang. Ia tak pernah menyangka pelukan dari Jaehyun bisa membuatnya sesenang ini. Pantas saja ia tadi merasa marah saat Ten memeluk Jaehyun. Ia kan memang tak suka kalau hal yang membuatnya senang direbut orang lain.

Eh, tapi tunggu... Bukankah kesenangan mereka ini sudah kelewatan untuk dua orang yang mengaku hanya "sahabat"?

END

Bonus:

"Guys! Guys! Guys! Ada berita menghebohkan!" Yuta kembali ke lapangan dengan teriak-teriak heboh.

"Apaan Yut?" tanya Winwin kepo. Teman-teman lain yang juga ada di lapangan ikut kepo.

"Itu tadi, aku kan habis dari ruangan ganti. Ruangan ganti kan bersebelahan dengan toilet-"

"Udah tau Yut." potong Winwin kurang ajar.

"Belum selesai Win! Aigoo... Jadi, tadi aku dengar ada suara orang muntah-muntah di toilet. Tadinya aku ga peduli, tapi pas keluar dari ruang ganti dan lewat depan toilet, aku lihat..." Yuta sengaja menggantung kalimatnya.

"Lihat...?" Semua orang menanti kelanjutan kalimat Yuta dengan muka serius.

"LIHAT JAEHYUN SAMA TAEYONG PELUKAN MESRA!!"

PLAK

Yuta dapat keplakan sayang dari Winwin. Cuma begitu aja heboh. "Ya, terus kenapa?"

Yuta mengelus-ngelus kepalanya sambil manyun sebelum teriak heboh sekali lagi. "JAEHYUN UDAH HAMILIN TAEYONG DAN SEKARANG MAU TANGGUNG JAWAB!!"

"What de..." Winwin and friends be lyke -_-"

Fix Yuta kebanyakan nonton sinetron.

xxx

Garing ni pasti.

Udah lama ga lanjut malah balik dengan cerita aneh macam ini. Sempat hilang mood untuk melanjutkan fanfic ini karena kesibukan lain dan minat pembaca yang sepertinya menurun.

Tapi it's ok. Ff ini akan tetap berlanjut selagi mood ada. Melanjutkan cerita ini juga adalah kesenangan pribadi. Sarana menyalurkan fantasi dan khayalan2 setiap malam sebelum tidur. Wkwk

Feedback dan saran selalu diterima di sini. Jangan takut untuk memberi koreksi demi kebaikan bersama.

Btw. moment Jaeyong banyak banget hari ini!! Kemaren juga! Senangnya~

Terakhir, silakan sampaikan pendapat kalian di kolom review