Forever is a long time, but I wouldn't mind spending it by yourside.

Jihoon memandangi jam di dinding kamarnya, memperhatikan jarumnya yang berganti, detik demi detik.

Ia menghela nafasnya.

Sekarang sudah pukul 11 malam. Tapi Jonghyun, kekasihnya, belum juga pulang ke rumah. Jonghyun memang sudah mengabarkannya kalau ia harus bekerja lembur hari ini. Jihoon mengerti ia memang sibuk, tapi ia khawatir.

Belakangan ini hampir setiap hari Jonghyun bekerja overtime. Kalaupun memang pulang pada jam normal, di rumah ia tetap membuka laptopnya untuk bekerja.

Jihoon bukannya takut diabaikan, ia mengerti tentang tanggung jawab kekasihnya itu. Hanya satu hal yang ia khawatirkan,

Ia takut orang yang dicintainya itu akan jatuh sakit karena kelelahan. Belakangan ini Jonghyun selalu pulang ke rumah dengan wajah yang kelelahan. Walaupun yang lebih tua tetap memberikan senyuman terbaiknya pada Jihoon saat ia sampai di rumah. Tetap saja ia tidak dapat menyembunyikan raut kelelahan dari wajahnya.

Belakangan ini malah semakin parah. Walaupun sudah sampai di rumah larut malam, bukannya langsung beristirahat, Jonghyun malah masih sempat melanjutkan pekerjaannya. Jihoon semakin khawatir karena Jonghyun pun jadi kurang tidur. Sekarang sudah mulai muncul kantung mata yang menghitam dibawah matanya. Pipinya pun jadi lebih tirus.

Kalau begini terus jihoon benar-benar tidak tega.

Jonghyun memang memiliki tanggung jawab dengan pekerjaannya, tapi Jihoon tidak mau karena hal itu ia malah jadi jatuh sakit.

-0-

Akhirnya Jonghyun pulang, ia membangunkan Jihoon yang tertidur di sofa karena menunggunya dengan mencium pipinya lembut.

"Dek, kok tidurnya disini?"

Jihoon mengusap matanya dan menatap kekasihnya yang tersenyum lelah. Jihoon tidak tega melihatnya, ia hanya bisa memberikan senyuman pada Jonghyun untuk menyemangatinya. "Aku nunggu mas.."

Jonghyun terlihat merasa bersalah. "Padahal tidur duluan aja di kamar dek, nanti kamu masuk angin lagi.."

"Maaf ya, mas lembur terus.."

Jihoon mengangguk. Ia mengusap pipi Jonghyun dan membiarkan tangannya untuk tetap disana, menghangatkan pipi yang dingin karena angin malam. "Aku gak apa-apa kok, tapi mas jangan sampe sakit ya.."

Jonghyun tertawa. "Tenang aja dek, mas kan orangnya kuat kok.."

Jihoon khawatir Jonghyun memaksakan dirinya sendiri. Jonghyun memang sudah bilang pada Jihoon untuk fokus pada sekolahnya saja dan tidak usah banyak bekerja. Jihoon memang masih menerima tawaran pekerjaan untuk menjadi model iklan, guest, mc atau host pada variety show tertentu tapi tidak banyak lagi. Oleh karena itu Jonghyun yang akan bertanggung jawab membiayai semua kebutuhan hidup mereka termasuk sekolah Jihoon. Itulah sebabnya ia bekerja dengan begitu giat.

Karena itu sudah menjadi komitmen Jonghyun, Jihoon tidak bisa melarangnya. Ia sudah tahu betul jika yang lebih tua sudah berkomitmen, ia akan bertanggung jawab dan konsisten dengan apa yang ia katakan. Tapi belakangan ini Jonghyun bekerja dengan berlebihan. Jihoon jadi tidak tega melihatnya. Mau sekuat apapun manusia mereka juga pasti butuh istirahat kan?

"Mas udah makan malam?"

Jonghyun menggeleng. "Tadi mas ngeburu kerjaannya supaya cepet selesai. Jadi gak sempat makan malam deh.."

Ekspresi wajah Jihoon langsung berubah khawatir mendengar jawaban dari kekasihnya itu. Ia pun menatap Jonghyun kecewa. "Duh nanti kalau kena magh gimana? Kalau gitu mas mandi, aku siapin makanan ya.."

Jonghyun tersenyum canggung, ia merasa tidak enak. "Gak usah dek, mas aja yang bikin, adek tidur aja.."

Jihoon menggeleng. Ia mendorong Jonghyun yang bersikeras untuk membuat makanannya sendiri untuk masuk ke kamar mereka. "Mas nih bandel banget ya. Udah, mas mandi deh, aku siapin makanan. Nanti abis mandi makan dulu, baru tidur."

"Jangan kerja lagi terus.."

Jonghyun cuma tersenyum. Ia tidak bisa mengiyakan perintah Jihoon begitu saja, karena memang masih ada pekerjaannya yang harus ia selesaikan. "Tanggung dek, ada yang mau diselesain.. bentar aja kok beneran, mas janji.."

Jihoon menghela nafasnya, kalau saja ia bisa, mungkin ia akan membantu Jonghyun menyelesaikan pekerjaannya.

"Yaudah, tapi kalau udah gak kuat matanya gak usah dipaksain ya mas.."

"Aku gak mau mas sakit gara-gara kecapean.."

Jonghyun tersenyum. "Iya sayang, mas janji deh.."

-0-

Akhirnya datang juga weekend dimana Jonghyun akhirnya libur bekerja. Hari ini rencananya mereka mau kencan dan pergi menonton film di bioskop. Setelah sekian lama hari liburJonghyun selalu terganggu dengan pekerjaan lemburnya, akhirnya minggu ini terbebas dari itu semua.

Jihoon sudah bersiap-siap sejak tadi. Ia memakai baju yang paling ia sukai, kemeja oversized berwarna pink dengan suspender yang membuatnya terlihat lebih manis dari biasanya. Walaupun setiap hari ia bertatap muka dengan Jonghyun, ia mau berdandan lebih untuk hari spesial seperti ini karena memang sudah lama sekali mereka tidak pergi kencan.

Jihoon tersenyum riang melihat kekasihnya yang tidak kalah tampan memakai setelan casualnya. Karena benar-benar tidak pernah pergi ke luar, belakangan ini Jihoon cuma bisa melihatnya memakai setelan kerja atau piyama saja. Walaupun Jonghyun tetap tampan memakai baju apa saja, Jihoon sangat menyukai Jonghyun dengan gaya seperti ini. Ia terlihat lebih muda dari umurnya.

"Siap berangkat?"

Jonghyun megulurkan tangannya yang langsung disambut dengan pelukan di lengannya oleh Jihoon. Jonghyun sempat mencuri satu-dua ciuman di bibir kekasihnya yang manis itu di sepanjang mereka berjalan sampai teras, ia benar-benar gemas dengannya.

Mereka pergi menuju bioskop favorit mereka. Bioskop itu tempatnya tidak begitu luas, namun sangat unik dengan dekorasi bergaya vintage. Jihoon sangat menyukai suasana disana, ia sudah menonton film di bioskop ini sejak ia masih anak-anak, dan ia ingin membagi kenangan masa kecilnya itu dengan orang yang paling ia cintai sekarang ini.

"Kita nonton apa dek?"

Jihoon tersenyum dan menunjuk poster film di belakang Jonghyun. Jonghyun langsung menggelengkan kepalanya saat melihat pilihan film yang ingin Jihoon tonton.

"Yakin mau nonton film itu? Horor loh.."

Jihoon tertawa. "Yakin, aku kan anaknya pemberani.."

Jonghyun menatap Jihoon curiga. "Awas ya kalau malem-malem minta diantar ke kamar mandi, kaya waktu itu.."

"Hahaha mana mungkin. Mas kalau ngomong suka ngaco deh!" Jonghyun cuma bisa tertawa sambil menahan sakit karena lengannya dicubit oleh Jihoon yang malu dibeberkan aibnya oleh Jonghyun di tempat umum. Untung saja sepertinya tidak ada yang mendengar, kalau gak Jihoon bakalan lebih malu lagi dari sekarang.

Akhirnya pintu teater mereka pun telah dibuka, Jihoon dengan riang, menarik Jonghyun yang agak kewalahan dengan 2 cup cola dan satu bungkus popcorn ukuran besar di tangannya. Jihoon sudah tidak sabar lagi untuk menonton filmnya. Jihoon sudah tertarik untuk menontonnya sejak pertama kali pembuatan film ini di beritakan di media. Jihoon sangat penasaran dengan ceritanya, selain itu tokoh pemeran utamanya diperankan oleh Gong Yoo, aktor favoritnya.

"Mas ayo!"

Mereka baru masuk ke dalam area teater saat tiba-tiba ponsel Jonghyun berdering kencang. Jonghyun menitipkan sebagian cemilan mereka pada Jihoon untuk mengangkat penggilan itu. Jonghyun mengisyaratkan Jihoon untuk duduk duluan di kursi mereka karena filmnya sudah hampir dimulai, sementara ia keluar untuk berbicara dengan oleh orang yang ada di seberang teleponnya.

Jihoon mengangguk dan berjalan menuju kursi mereka. Ia menyimpan popcorn di pangkuannya. Jihoon menghela nafasnya, sebenarnya ia agak cemas dengan kekasihnya yang terlihat agak panik saat melihat identitas penelponnya. Jonghyun akhirnya masuk dan duduk di samping Jihoon, ia otomatis langsung mengambil tangan Jihoon dan mengenggamnya. Tangan Jonghyun terasa dingin. Jihoon pun menoleh ke arahnya dan mencoba melihat wajah kekasihnya itu.

Jonghyun terlihat tidak fokus dengan film yang sedang diputar di hadapannya, sepertinya ada sesuatu yang membebaninya.

"Mas.."

Jihoon memanggil Jonghyun dengan suara yang setengah berbisik. Jonghyun awalnya tidak merespon panggilannya karena terlihat sekali pikirannya sedang tidak ada disini sekarang. Jihoon mendekatkan dirinya pada Jonghyun dan memanggilnya sekali lagi, membuat yang lebih tua akhirnya sadar dan menoleh padanya.

"Mas kenapa?" Jihoon bertanya, ia benar-benar khawatir dengan pemuda tampan itu.

Jonghyun menggeleng, namun Jihoon bisa lihat ia sedang menyembunyikan sesuatu.

"Mas bilang aja, kok habis angkat telpon tadi mas jadi aneh?"

Jonghyun menghela nafasnya, ia memang tidak mau menutupi sesuatu dari Jihoon, selain itu juga tidak ada gunanya. Jihoon sudah benar-benar mengerti dirinya sampai-sampai kekasihnya itu selalu tahu kapan Jonghyun berbohong.

"Mas mau minta maaf dulu sebelumnya.."

Jihoon sepertinya sudah tahu apa yang akan dikatakan Jonghyun selanjutnya. Ia menghela nafasnya dan Jonghyun tahu kalau Jihoon pasti kecewa.

"Ada pekerjaan yang harus mas selesain kan?"

Jonghyun mengangguk, ia benar-benar merasa bersalah pada Jihoon. Sudah lama mereka tidak menikmati waktu berdua seperti ini, tapi malah sekali lagi ia terganggu oleh pekerjaannya.

"Yaudah kita pulang aja, kita bisa nonton ini nanti-nanti, atau nanti kita tonton aja dvdnya..

..itu pun kalau mas sempat.."

Jonghyun dapat merasakan tangan Jihoon bergetar dalam genggamannya, kekasihnya itu sepertinya benar-benar kesal. Jonghyun bingung harus bagaimana, masalahnya hal ini benar-benar urgent, tapi ia juga merasa bersalah karena telah merusak acara kencan mereka. Jonghyun merasa lebih tidak enak lagi saat Jihoon tidak berkata apa-apa sepanjang perjalanan pulang mereka.

Ia bahkan menghindari pandangan Jonghyun.

Sepertinya Jihoon benar-benar marah. Tapi Jonghyun tidak punya waktu untuk meladeni amarahnya. Walaupun hatinya tidak tenang, sampai rumah ia langsung membuka laptopnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Semakin cepat selesai semakin baik, karena ia bisa segera membujuk Jihoon dan meluruskan masalahnya.

Ternyata tidak seperti dugaannya, sekarang waktu sudah hampir masuk pergantian hari tapi pekerjaannya masih belum selesai juga. Bagaimana mau selesai, jika atasannya terus saja memberinya pekerjaan baru. Jonghyun melongok ke arah kamar tidur mereka. Sejak makan malam, Jihoon benar-benar tidak bersuara. Jonghyun menghampiri arah ranjang mereka dan ternyata kekasihnya sudah tertidur.

Ia mendatangi Jihoon dan mengusap rambutnya. Ia lalu mencium keningnya dengan lembut, takut ia akan membangunkannya. Ada sedikit bekas air mata di pipinya. Sepertinya ia menangis sampai tertidur. Jonghyun benar-benar merasa bersalah. Jihoon pasti benar-benar kesal padanya sampai-sampai ia menangis dalam diam.

Jonghyun memeluk Jihoon, sebelum ia kembali ke ruang kerja untuk menyelesaikan kembali pekerjaannya. Besok ia sudah harus masuk kerja lagi, rasanya memang benar-benar tidak ada istirahat baginya. Sekarang ini Jonghyun adalah pegawai termuda di kantornya, makanya semua atasannya benar-benar bergantung padanya. Sebenarnya, itu adalah konsekuensi dari dirinya yang tidak pernah menolak apapun pekerjaan yang diberikan padanya.

Apa boleh buat, semakin banyak pekerjaan artinya akan semakin banyak bonus yang akan ia terima dan akan semakin percaya pula atasan pada dirinya. Dengan begitu jenjang karirnya pun akan semakin baik. Makanya ia tidak bisa memilih-milih pekerjaannya. Bisa diterima bekerja di perusahaan ini saja sudah harus ia syukuri.

Jonghyun mengurut keningnya, matanya sudah terasa begitu perih. Sedikit lagi, hanya butuh mengirim email dan pekerjaannya akan selesai.

"Mas.."

Jonghyun menoleh dan melihat Jihoon berjalan ke arahnya sambil mengusap mata masih dengan bedhair-nya. Jonghyun tersenyum melihat betapa menggemaskannya kekasihnya ini.

"Kok belum tidur mas? Udah jam 2 loh.."

Jonghyun menggeleng. "Tinggal kirim nih dek.."

"Nah selesai.."

Jihoon menghela nafasnya. Ia kasihan melihat Jonghyun yang terlihat begitu lelah, mana setelah ini ia cuma punya waktu beberapa jam saja sampai ia harus bangun untuk berangkat kerja. Rasanya memang tidak adil jika hanya Jonghyun yang harus bekerja. Jihoon ingin sekali membantunya, tapi yang lebih tua tetap bersikeras tidak mengizinkannya.

Oleh karena itu, Jihoon pun jadi merasa bersalah sudah merajuk tadi. Apa yang Jonghyun lakukan semuanya untuk dia kok, seharusnya memang Jihoon bisa mengerti.

Jonghyun tersenyum melihat Jihoon yang terlihat sedih. Ia mengulurkan tangannya dan membawa Jihoon untuk duduk di pangkuannya. Ia lalu memeluk pinggang mungil Jihoon dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di punggung kekasihnya itu.

"Mas, tidur aja di kamar.."

Jonghyun menggeleng. "Sebentar, mas mau begini dulu.."

Jihoon mengangguk, ia memilih untuk membiarkan posisi mereka sekarang ini. Ia lalu mengusap lengan Jonghyun berharap yang ia lakukan bisa membuatnya menjadi lebih relaks lagi. Jihoon tidak berkata apa-apa, sampai akhirnya ia merasakan nafas Jonghyun yang mulai melambat, sepertinya ia sudah tertidur di belakangnya.

Jihoon sebenarnya ingin membangunkannya, karena posisi mereka sekarang ini pasti akan membuat badan Jonghyun sakit ketika bangun tidur nanti. Tapi ia memilih untuk menunggu beberapa menit lagi, ia juga tidak tega jika harus membangunkan kekasihnya yang akhirnya bisa tertidur seperti ini. Jonghyun pun mulai mendengkur, kebiasaan yang bahkan sebelumnya tidak pernah ia lakukan.

"Mas.. pindah yuk.. nanti sakit badannya."

Jonghyun mengusap matanya dan mengangguk. Jihoon bangun terlebih dahulu dan menarik tangan Jonghyun untuk berdiri. Jihoon membiarkan pemuda itu memeluknya dari belakang sambil berjalan menuju kamar mereka.

"Dek, mas minta maaf soal kencan kita tadi ya, mas benar-benar megacaukannya.."

Jonghyun membelai pipi Jihoon yang sekarang sedang berbaring menghadap dirinya. Jihoon mengangguk ia sebenarnya juga merasa tidak enak sudah merajuk seperti itu.

"Gak apa-apa mas, aku ngerti kok.. aku cuma khawatir mas kecapean aja, terus jatuh sakit.. aku gak mau kalau sampai begitu."

Jonghyun tersenyum, ia mengecup dahi Jihoon dan membawanya ke dalam pelukannya, menghirup aroma lembut yang menguar dari rambutnya.

"Makasih ya dek, udah ngertiin mas."

"Omong-omong, hari ini adek belum kasih mas ciuman selamat tidur loh.."

Jihoon pun tersenyum. Ia lalu mendongakkan kepalanya untuk memberikan ciuman yang manis di bibir pemuda tampan itu.

"Terima kasih sayang, selamat tidur.."

"Selamat tidur mas, have a nice dream.."

-0-

"Mas, bangun mas.."

Jonghyun tersentak saat Jihoon membangunkannya. Ia lalu melihat ke arah jam dinding dan terkejut saat sadar ia bangun lebih lambat dari biasanya.

"Mas mandi aja, semuanya udah aku siapin. Pakaian mas sudah aku siapkan di kamar mandi nanti mas tinggal sarapan aja.."

Jonghyun menghela nafasnya lega, ia bangun dari posisinya dan terlihat agak oleng saat duduk.

"Mas gak apa-apa?"

Jonghyun menggeleng, "gak apa-apa kayanya masih ngantuk aja. Mas mandi dulu ya dek.."

Saat sarapan mata Jonghyun terlihat agak sayu dan wajahnya pun terlihat seperti tidak bersemangat.

"Mas beneran gak apa-apa?"

Jihoon berdiri dan memegang dahi kekasihnya yang terasa lebih hangat jika dibandingkan dengan suhu tubuhnya sendiri. "Mas demam ya? Gak usah kerja aja hari ini.."

Jonghyun menatap Jihoon dan memberikannya senyuman. "Gak bisa dek, hari ini mas presentasi.."

Jihoon hanya bisa menghela nafasnya. Kekasihnya ini benar-benar keras kepala. "Ya sudah tapi hati-hati ya mas."

"Kalau di jalan merasa gak enak badannya, minggir aja jangan sampai nanti pas mas nyetir malah oleng.."

Jonghyun tersenyum. Ia mengambil tas kerjanya dan memakai jas. Ia lalu berjalan ke arah pintu sambil merangkul pinggang Jihoon. "Mas pergi ya.."

"Kamu hati-hati nanti berangkat kuliahnya.."

Jonghyun mengecup dahi lalu bibir Jihoon.

"Iya mas, mas juga ya.."

Ia menatap pemuda tampan itu berjalan dengan perlahan menjauh darinya. Jihoon masih tidak tega membiarkan Jonghyun pergi kerja. Ia pun bergegas mengambil sepatunya untuk pergi mengantar kekasihnya sampai parkiran. Jonghyun sempat memarahi Jihoon karena ia lupa memakai jaketnya, ia pun menyuruhnya untuk kembali masuk ke apartemen mereka, walapun akhirnya ia membiarkan yang lebih muda merangkul lengannya dan berjalan bersamanya karena tidak tega melihatnya sudah hampir menangis karena ia omeli.

-0-

Sepanjang kuliahnya Jihoon benar-benar tidak bisa konsentrasi, ia terus kepikiran dengan Jonghyun. Ia berkali-kali mengirimkan pesan pada yang lebih tua, menanyakan keadaannya. Balasannya sama, Jonghyun selalu bilang bahwa semuanya baik-baik saja. Jihoon tidak yakin kalau ia tidak melihat nya secara langsung. Kekasihnya ini memang suka sekali memaksakan dirinya dengan menutupi apa yang ia rasakan demi tidak membuat Jihoon khawatir.

Jihoon sudah sudah hafal betul sifatnya itu.

Sepulang kuliah, Jihoon mampir dahulu untuk membeli sup ayam gingseng untuk Jonghyun. Ia berharap dengan makan makanan yang bergizi, kondisi badan Jonghyun bisa menjadi lebih baik. Sampai ia di rumah, Jonghyun masih belum pulang kerja. Oleh karena itu ia memanfaatkan waktunya untuk beres-beres dan menyiapkan makan malam mereka. Setelah semua beres, Jihoon menunggu sampai kekasihnya itu pulang sambil bersantai menonton acara tv, sampai akhirnya ia mendengar suara pintu yang dibuka.

Setelah pintu terbuka, tidak terdengar suara Jonghyun yang mengucapkan bahwa ia sudah pulang ataupun memanggil Jihoon.

Jihoon jadi curiga, ia berlari ke arah pintu masuk dan menemukan Jonghyun sedang berdiri bersandar di tembok. Jonghyun menundukkan kepalanya dan ia terlihat benar-benar sakit.

"Ya ampun, mas!"

Jihoon menghampiri Jonghyun dan menaruh tangan yang lebih tua di punggungnya sementara ia menopang badannya. Jihoon mulai berjalan saat tiba-tiba Jonghyun pingsan. Karena Jihoon tidak dalam keadaan siap dan kekasihnya itu lumayan berat, mereka terjatuh bersama di koridor.

"Mas!"

Jihoon benar-benar panik. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tubuh Jonghyun dan menopangnya dengan bahunya. Ia kemudian berjalan terseok-seok sampai kamarnya. Dengan hati-hati ia meletakan Jonghyun yang masih dalam keadaan tidak sadar di atas ranjang.

Wajah Jonghyun merah padam karena panas tubuhnya. Nafasnya pun tersengal-sengal. Jihoon benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, ia membuka jas kerja kekasihnya itu dan mencopot beberapa kancing kemejanya agar Jonghyun lebih leluasa untuk bernafas. Jihoon menangis, ia benar-benar tidak tega melihat Jonghyun tidak berdaya seperti itu.

Jihoon tahu kalau menangis tidak akan menyelesaikan apapun. Pikirannya sangat kalut saat ini oleh karena itu ia mengambil ponselnya dan menelpon orang tuanya. Saat ditelpon orang tua Jihoon jadi ikut panik, namun mereka tidak bisa membantu anak Jihoon karena keduanya sekarang tidak berada di Seoul. Namun ibunya menyuruhnya untuk mengompres dahi dengan air hangat Jonghyun sebagai pertolongan pertama.

Jihoon menutup telponnya dan bergegas ke kamar mandi untuk membuatkan kompresan untuk Jonghyun. Ia kembali menangis karena merasa tidak berguna sama sekali. Jihoon menyesal ia selama ini terlalu manja dan bergantung pada kekasihnya. Sehingga ketika keadaannya darurat seperti ini ia tidak tahu harus berbuat apa.

Jihoon kembali ke kamarnya dengan baskom berisi air hangat dengan handuk kecil. Ia duduk di samping ranjang dan meletakan handuk setengah basah di atas kening Jonghyun. Jihoon memperhatikan ekpresi Jonghyun yang terlihat tidak nyaman, ia pun mulai mengigau memanggil nama Jihoon.

Jihoon hanya bisa memegangi tangan Jonghyun agar membuatnya lebih tenang.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan yang menelponnya adalah Daniel.

'Halo?'

"Danieeeel, Mas Jonghyun..."Jihoon kembali menangis.

'Hey Jihoon tenang dulu.. Tadi ibumu menelponku, Ia bilang Mas Jonghyun pingsan. '

'Bagaimana keadaannya sekarang?'

Syukurlah mama nya menelpon Daniel, Jihoon benar-benar tidak terpikir untuk menelpon teman-teman eks-Wanna One-nya sama sekali karena begitu panik. "Dia masih belum sadar, dan aku gak tau harus bagaimana Daniel.."

'Aku akan kesana dengan Sungwoo dan kita akan membawanya ke rumah sakit..'

'tunggu disana, jangan panik. Kami akan segera datang'

Akhirnya Daniel dan Sungwoo datang, mereka langsung mengangkat Jonghyun dan membawanya ke mobil sementara Jihoon mengambil berkas-berkas yang dibutuhkan.

Jihoon masih menangis saat Jonghyun dibawa masuk ke ruangan gawat darurat. Ia takut terjadi apa-apa padanya.

"Keluarga Kim Jonghyun?"

Jihoon langsung berlari menghampiri dokter. "Bagaimana keadaanya dok?"

Dokter yang melihat Jihoon berurai air mata tersenyum. Ia pun menepuk bahunya untuk membuatnya lebih tenang. "Ia cuma kecapaian, jadi tekanan darahnya turun, ditambah demam. Makanya ia pingsan."

"Tenang saja, ia baik-baik saja kok. Bedrest dua hari dan ia akan kembali sehat.."

Jihoon menghela nafasnya lega. Ia berjalan di samping ranjang Jonghyun yang akan dipindahkan ke ruangan lainnya. Sampai di ruangan ia hanya bisa duduk di samping ranjang dan memandangi kekasihnya yang tertidur. Dari raut wajahnya Jihoon bisa lihat kalau ia memang benar-benar kelelahan. Jihoon membelai wajahnya dan mengusap kerutan yang ada di dahinya. Pemuda itu seakan menua lima tahun dari yang Jihoon ingat kemarin.

Jihoon mulai menangis lagi. Selama ini ia selalu melihat Jonghyun sebagai orang yang kuat dan selalu bisa diandalkan. Ketika melihatnya tidak berdaya seperti ini rasa bersalah benar-benar menyelimutinya. Jihoon merasa tidak bisa menjadi orang yang berguna baginya selama ini.

Daniel dan Sungwoo yang ada di belakang Jihoon hanya bisa menepuk-nepuk bahunya untuk menghiburnya. Mereka tahu betapa Jihoon mencintai pria itu, dan pastinya akan sangat menyakitkan baginya untuk melihat orang yang ia cintai sakit seperti itu.

Tiba-tiba mata Jonghyun mulai terbuka perlahan. Ia langsung mengerutkan keningnya saat melihat Jihoon menangis di hadapannya. Jonghyun pun menggerakkan tangannya yang sedang diinfus mencoba untuk meraih kekasihnya, yang Jihoon langsung hentikan dengan menggenggamnya.

Jihoon semakin menangis saat Jonghyun menoleh ke sekeliling ruangan dan menatap tangannya yang sedang diinfus. "Ini dimana?"

"Dek, kok nangis?"

Jonghyun mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya dan Jihoon sekali lagi mencegahnya. "Mas lagi di rumah sakit, tadi mas pingsan."

Jonghyun terlihat terkejut. Ia menggelengkan kepalanya terlihat kesal. "Mas ngerepotin ya?"

Jihoon menggeleng, air mata masih mengalir di pipinya. "Gak mas, mas gak ngerepotin sama sekali kok.."

"Tapi aku khawatir banget sama mas, aku takut.."

Jonghyun memegang pipi Jihoon dan megusap air mata yang mengalir disana. "Aku gak apa-apa kok.. adek jangan takut.."

Jonghyun menggenggam tangan Jihoon sekali lagi dan menciumnya. "Udah ya jangan nangis, mas udah bangun kok.."

Jonghyun tersenyum melihat Jihoon yang mengangguk sambil masih sedikit terisak. Ia pun mengelus punggung tangan kekasihnya itu sekali lagi untuk menenangkannya. Jonghyun juga merasakan sakit di hatinya saat melihat Jihoon menangis seperti itu. Ia sudah berjanji untuk tidak membuatnya bersedih, tapi karena keadaannya sekarang ia malah membuat orang yang dicintainya itu menangis lagi seperti ini.

"Dek, udah ya nangisnya.."

Jihoon mengusap air matanya berusaha untuk tersenyum.

"Nah gitu dong, manis banget, mas jadi sembuh lihatnya.."

Jihoon tertawa, ia memukul pelan dada Jonghyun membuat yang lebih tua mengaduh dengan berlebihan hanya untuk menggodanya.

"Mas tuh lagi sakit, bisa-bisanya gombal.."

Jonghyun tersenyum. "Habis adek gemesin.."

"Ehem."

Wajah Jihoon langsung merona merah sesaat ia sadar bahwa sejak tadi bukan hanya mereka sendiri yang ada di ruangan. Ada Daniel dan Sungwoo yang sekarang sedang duduk di belakangnya dan otomatis menyaksikan adegan mesra-mesraan mereka.

"Oh, ada Daniel dan Sungwoo.. Kalian pasti sudah membantu Jihoon. Terima kasih banyak, maaf merepotkan kalian.."

Berbeda dengan Jihoon, Jonghyun sepertinya tidak merasa malu sama sekali karena ia bisa dengan santainya menyapa Daniel dan Sungwoo seolah tidak terjadi apa-apa.

"Santai saja, kebetulan kami bisa membantu.."

Sungwoo berdiri di samping Jihoon dan mengacak rambutnya. "Tapi kami minta maaf karena kami benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa saat kekasih mungilmu ini terus menangis menunggumu sadar."

"Ia benar-benar khawatir denganmu.."

Jonghyun mengangguk. Ia lalu memandangi Jihoon sambil tersenyum, ia kembali merasa bersalah setelah tahu Jihoon sama sekali tidak berhenti menangis saat ia tidak sadarkan diri. "Maaf ya sayang.. "

Jihoon menggeleng kencang, ia tidak suka Jonghyun terus meminta maaf padanya. Ia sudah benar-benar bersyukur dengannya yang sudah sadar sekarang. Jihoon tidak mau kekasihnya itu merasa tidak enak padanya.

Jihoon menangis karena ia benar-benar mencintai pria itu, pastinya akan menyakitkan jika melihat orang yang kau cintai merasakan sakit bukan?

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Daniel bertanya.

"Sudah enakan, sepertinya memang aku kelelahan."

"Mungkin hanya butuh istirahat beberapa hari saja sampai aku bisa sehat lagi.."

Daniel mengangguk. "Jangan sakit lagi ya, kasian nih si embul.."

Jonghyun tertawa melihat Jihoon yang menggembungkan pipinya karena tidak terima dikatai gembul oleh Daniel.

"Tentu saja, aku akan berusaha untuk tidak membuatnya khawatir lagi.."

Daniel dan Sungwoo tersenyum lega mendengar jawaban Jonghyun. Mereka pun kemudian pamit untuk pulang karena masih harus beristirahat untuk schedule esok hari. Jonghyun dan Jihoon berterima kasih sekali lagi pada mereka sebelum keduanya pergi.

"Mas gak usah minta maaf lagi."

Jonghyun tertawa. "Aku belum ngomong kok.."

"Iya, iya.. tapi aku tau mas mau ngomong itu.."

Jonghyun tersenyum, ia mengambil tangan mungil Jihoon dan mengecupnya lembut. Jihoon menghela nafasnya saat Jonghyun memandanginya dengan tatapan yang masih terlihat merasa bersalah walaupun senyuman tipis mengembang di wajah tampannya.

Jihoon pun duduk di samping Jonghyun, namun yang lebih tua sepertinya tidak setuju dengan apa yang ia menarik lengan Jihoon membuatnya duduk di ranjang tempatnya berbaring, ia kemudian bergeser untuk memberi sedikit ruang pada kekasihnya untuk berbaring di sampingnya.

"Kemarilah, mas ingin memelukmu.."

Jihoon tersenyum, ia pun dengan berhati-hati merebahkan tubuhnya di samping tubuh Jonghyun yang masih terasa hangat karena demamnya. Ia lalu membiarkan yang lebih tua melingkarkan lengannya diseluruh tubuhnya dan memberinya pelukan yang selalu bisa menenangkannya.

"Mas, jangan sakit lagi ya.. jaga kesehatannya habis ini, jangan terlalu ngoyo kerjanya.."

"Aku tahu kalau mas melakukan ini semua buat aku, tapi kalau mas sampai kaya begini aku malah jadi sedih.."

Jihoon mendongak untuk menatap mata Jonghyun yang sedari tadi memandanginya dengan penuh kasih sayang. Jihoon sebenarnya ingin menangis lagi, tapi ia tidak ingin menunjukkan kesedihannya itu pada kekasihnya, ia tidak mau Jonghyun malah semakin merasi bersalah karenanya. Makanya Jihoon memilih untuk memberikan senyuman yang paling manis yang mungkin bisa menghibur orang yang sangat ia sayangi itu.

Jonghyun tertawa. Ia mengecup dahi Jihoon dan mempererat pelukannya. Ia melakukannya dengan berhati-hati dan perlahan, sadar bahwa mereka berdua sedang tidur di atas ranjang rumah sakit yang tentunya sangat sempit untuk dua orang lelaki dewasa tidur di sana.

"Aku tahu kalau adek pasti gak mau denger mas minta maaf lagi, tapi mas benar-benar menyesal.."

"Mas janji mas bakal jaga kesehatan, dan berusaha untuk lebih bisa mengatur waktu mas dalam bekerja jadi mas tetap bisa istirahat. "

"Badan mas memang sakit sekarang, tapi mas malah merasa hati mas lebih sakit melihat adek menangis karena khawatir sama mas.."

"Dan mas gak bisa bayangin betapa paniknya adek waktu mas pingsan.."

Jonghyun berhenti untuk mengecup bibir Jihoon singkat.

"Mas minta maaf ya dek.. mas janji gak bakal ngulangin kesalahan ini lagi."

Jihoon tersenyum, ia menangkupkan tangannya di kedua sisi wajah Jonghyun dan membuat yang lebih tua menatap matanya. "Aku udah maafin mas, jadi gak usah minta maaf lagi habis ini."

"Pokoknya mas harus cepet sembuh ya, nanti kalau mas sembuh aku bakal kasih apa aja yang mas minta deh.."

Jonghyun tersenyum. "Benaran apa aja?"

Jihoon mengangguk. "Apa aja, makanya mas harus cepet sembuh ya."

Jonghyun tersenyum usil, lalu ia pun membisiki Jihoon sesuatu yang membuatnya wajahnya langsung memerah padam. Ia lalu memukul dada kekasihnya itu untuk menutupi rasa malunya.

"Iiih dasar cabul! Lagi sakit bisa-bisanya mikir begitu!"

Jonghyun tertawa ia gemas melihat Jihoon yang benar-benar salah tingkah setelah mendengar ucapan yang ia bisikan padanya. "Kan katanya apa aja.."

"Gimana, boleh gak?"

Jihoon mencebikkan bibirnya, ia lalu menenggelamkan wajahnya di dada kekasihnya itu karena tidak tahan dipandangi olehnya.

"Boleh.."

"Eh apa dek, gak denger."

Jihoon mencubit bisep Jonghyun yang membuat yang lebih tua itu mengaduh sambil tertawa.

"Boleh mas, terserah mas aja, pokoknya mas sembuh dulu tapi.."

Jonghyun tertawa. "Nah gitu dong, kan mas jadi lebih semangat lagi buat cepet sehat."

Jihoon menangguk dalam pelukannya, wajahnya masih bersembunyi di dalam dada Jonghyun karena masih malu dengannya.

"Adek juga jangan sampe sakit ya. Mas gak kebayang apa yang bakal terjadi sama mas kalau sampe lihat adek sakit.."

"Mas sayang banget sama adek, dan mas janji mas bakal bener-bener jaga kamu, dan memastikan agar adek tidak merasa sakit sedikit pun.."

"Apapun itu, mas bakal lakukan asal adek bahagia, asal adek sehat, asal adek terus ada di samping mas selamanya.."

Jihoon tersenyum, ia akhirnya bisa mengangkat wajahnya dan menatap Jonghyun sekali lagi sebelum memberikannya kecupan manis di bibir. "Aku juga sayaaaaaaang banget sama mas.."

"Makanya mas harus sehat-sehat terus bahagia, supaya bisa selalu ada di sampingku.."

"I love you.."

Jonghyun tersenyum ia mengambil tangan Jihoon dan mengenggam jemarinya. "I love you too baby.."

-0-

.

.

extra

Jonghyun akhirnya sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Karena kondisinya yang masih dalam masa pemulihan, ia belum bisa masuk kantor. Jonghyun tahu pasti pekerjaannya sudah menunggu untuk dikerjakan, tapi ia tidak peduli, sekarang ia ingin benar-benar memanfaatkan waktunya untuk beristirahat. Selain itu ia jadi punya banyak quality time bersama kekasihnya yang sebelumnya sangat sulit ia dapatkan.

Jonghyun tersenyum melihat Jihoon yang benar-benar berusaha keras untuk melayaninya. Sejak pulang ke rumah, Jihoon menyuruhnya untuk tidak melakukan pekerjaan apapun, walaupun itu adalah hal yang paling sepele seperti merapikan seprai ranjang mereka. Sejak bangun tidur, Jihoon sudah menyiapkannya sarapannya, bahkan ia sampai membawakannya ke kamar mereka.

Tentu saja Jonghyun tidak menolak saat Jihoon memaksa untuk menyuapinya. Kapan lagi ia begitu dimanja seperti ini. Bahkan ia sedikit berpura-pura untuk tidak nafsu makan agar Jihoon setuju untuk memberinya ciuman disetiap suap nasi yang ia makan.

"Mas, satu suap lagi ya.."

Sekarang Jonghyun sedang disuapi makan siangnya. Posisi Jihoon sekarang sedang berada di pangkuannya. Bukan Jonghyun yang meminta, tapi Jihoon dengan sendirinya mendudukkan dirinya di pangkuan kekasihnya itu dengan tujuan Jonghyun tidak kabur sebelum makan siangnya habis. Tentu saja Jonghyun merasa senang diperlakukan seperti ini, ia malah sengaja berlama-lama menghabiskan makan siangnya.

"cium dulu.."

Jihoon menghela nafasnya, ia lalu menatap Jonghyun ccuriga. Sepertinya ia mulai sadar kalau ia sedang dikelabui oleh kekasihnya itu. Walaupun sepat bikin deg-degan karena hampir ketahuan, Jihoon akhirnya tetap memberikan kecupan manisnya di bibir Jonghyun. "nah, sekarang habisin ya. Selesai ini minum obat.."

Jonghyun tersenyum dengan begitu lebar saat Jihoon pergi mengambil obat untuknya. Ia jadi dilemma, kalau sebegini enaknya pas sakit ia jadi tidak ingin cepat sembuh deh.

"ini obatnya mas.. "

Jihoon memutar matanya saat melihat Jonghyun memberikan tatapan penuh arti padanya. Jihoon mencium bibir Jonghyun dan menyodorkan obatnya. "ciumnya udah, sekarang diminum obatnya ya.."

Jonghyun tertawa. "kalau begini terus kan mas beneran bisa cepet sembuh deh.. makasih ya dek.."

Jihoon tersenyum mendengar perkataan Jonghyun, ia kemudian duduk di samping kekasihnya itu dan memeluk lengannya, melesakkan wajahnya ke dalam bisep yang lebih tua. "pokoknya yang penting mas sembuh dulu ya.. dan sampe mas sembuh pokoknya aku bakal ngerawat mas."

"oh iya, ada janji adek ya kalau mas sembuh nanti.."

Wajah Jihoon langsung merona merah setelah mendengar ucapan Jonghyun. Jonghyun gemas sekali melihat Jihoon yang bukannya merespon perkataannya, malah semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam lengannya karena malu.

"Pokoknya mas sembuh dulu, terus jangan sakit-sakit lagi.."

"sehat terus disamping aku ya.."

Jonghyun tertawa, ia pun mengecup pucuk kepala Jihoon. "Iya deh, mas janji dek.."

.

.

udah lama banget gak update cerita ini dan akhirnya bisa lanjut..

makasihnya udah dukung buat ngelanjutin cerita ini dan maaf kalau progresnya emang lambat banget.

kayanya aku bakal post 1 chapter lagi sebelum cerita ini berakhir.

terima kasih sudah membaca dan review ya :)