Disclaimer © Masashi Kishimoto
"SERENDIPITY"
Story by 'Ms. Hatake Yamanaka'
Pairing : Yamanaka Ino X Uchiha Sasuke
Genre : Romance, Drama, Friendship
Rate : M
Summary : Sebuah pertemuan yang tidak disengaja di antara mereka. Ternyata menuntun mereka pada pertemuan-pertemuan tanpa kesengajaan yang selanjutnya. Akankah itu menjadi sebuah 'kebetulan' yang menyenangkan dan berakhir bahagia? Ataukah takdir menuntun mereka pada sebuah kenyataan yang menyakitkan?
Chapter 7
Enjoy My Story!
.
.
.
"Ah, kenalkan ini putriku Yamanaka Ino, apa kau masih ingat padanya? Sekarang dia sudah jadi dokter bedah juga di rumah sakit ini." Jawab Inoichi, mendengar itu Ino langsung membungkuk hormat.
"Selamat siang nyonya, saya Yamanaka Ino. Mulai hari ini saya akan membantu ayah saya merawat paman Fugaku. Senang bertemu dengan anda." Mikoto yang melihatnya tersenyum.
"Jangan formal seperti itu padaku Ino, panggil saja aku bibi ya. Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Kau sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Apa kau sudah memiliki kekasih?" Semua orang di ruangan itu tertawa mendengar pertanyaan Mikoto, sedangkan Ino cukup terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba ibu Sasuke itu.
"Tidak bibi, saya masih ingin fokus pada karir saya." Jawab Ino kalem.
"Ya, Ino masih belum membawa satupun pria untuk di perkenalkan padaku." Tambah Inoichi lagi membuat Mikoto makin tersenyum lebar.
"Baguslah kalau begitu." Pungkas ibu Sasuke ambigu, ia melirik Sasuke yang sedang memperhatikan Ino. "Sasuke juga belum punya kekasih. Dia juga belum pernah membawa seseorang ke rumah." Sasuke yang mendengar perkataan ibunya langsung menimpali "Aku juga masih ingin fokus pada perusahaan bu. Masih banyak yang harus ku kerjakan."
"Ternyata kalian berdua punya visi yang sama ya." Celetuk Mikoto lagi membuat Ino tersenyum tipis. Sasuke hanya menghela nafas mendengar ucapan blak-blakan ibunya.
"Ino kalau kau tidak sibuk, mampirlah ke rumah ya. Bibi selalu kesepian sendirian di rumah." Ucap Mikoto pelan, Ino paham sebagai ibu rumah tangga pasti cukup berat juga.
"Baiklah bibi, nanti saya akan menyempatkan waktu untuk berkunjung." Jawab Ino tersenyum manis. "Benarkah? Waaah senangnya ya punya anak perempuan."
"Tentu saja menyenangkan, Ino pandai memasak, jadi dia sering memasak untukku. Tapi ya, dia sekarang malah memilih tinggal sendirian di apartemen." Ucap Inoichi melirik sedih Ino yang hanya dibalas senyuman meminta pengertian dari Ino.
"Jadi Ino tinggal sendirian?" Tanya Mikoto kaget.
"Iya, dia baru pindah seminggu yang lalu."
"Kalau bibi ada waktu mampirlah ke apartemenku, tidak jauh dari sini." Tawar Ino, mendengar itu Mikoto terlihat antusias.
"Baiklah, nanti bibi akan mampir."
"Kalau begitu, ayo kita mulai pemeriksaannya." Pungkas Inoichi dan menatap putrinya, Ino hanya mengangguk.
"Baiklah, saya akan mulai memeriksa paman." Fugaku mengangguk pelan, Ino segera mendekati ranjang pasien spesialnya itu.
Ia segera melakukan pemeriksaan rutin sesuai prosedur yang biasa dilakukan ayahnya. Inoichi, Mikoto, dan Sasuke hanya memperhatikan gadis itu bekerja. Mereka tersenyum melihat Ino yang terlihat serius dan telaten memeriksa Fugaku. Sasuke jadi teringat kejadian semalam, ia sedikit khawatir pada gadis itu.
Apa dia baik-baik saja?
Tadi pagi dia tidak sempat berpamitan pada Ino karena ada rapat penting. Tapi ia tidak merasa sia-sia melakukan rapat ganda hari ini karena dia bisa kembali bertemu gadis itu. Ya, Sasuke sengaja melakukan rapat ganda agar bisa mengosongkan jadwalnya untuk 3 hari kedepan. Demi bisa bertemu seorang Yamanaka Ino.
Sudah kuduga, dia juga terlihat mempesona hari ini.
Sasuke tak henti-hentinya menatap lekat Ino membuat gadis itu sedikit salah tingkah. Akhirnya Ino selesai mengerjakan tugasnya, ia dan ayahnya segera pamit untuk memeriksa pasien yang lain. Setelah ayah dan anak itu menghilang di balik pintu, Mikoto segera menghampiri Sasuke.
"Bagaimana menurutmu?"
"Bagaimana apanya bu?" Sasuke bingung dengan pertanyaan ibunya itu, Fugaku hanya tersenyum menyimak pembicaraan mereka.
"Ino, bukankah dia gadis yang cantik? Selain cantik dia juga pintar, dan yang terpenting dia belum punya kekasih."
"Iya aku tahu bu, lalu apa hubungannya denganku?" Jawab Sasuke sekenanya, "Ibu akan mendukung hubungan kalian berdua, ayolah Sasuke kau sudah mau 30 tahun harusnya sudah punya seseorang untuk dikenalkan padaku."
Sasuke menghela nafas pelan, "Ibu aku masih 28 tahun."
"Iya tetap saja sebentar lagi usiamu sudah 30 tahun Sasuke. Apa ibu harus campur tangan dan membantumu mencari pacar hm?" Ancam Mikoto, "Aku bisa mencarinya sendiri bu, jangan khawatir aku pasti akan segera mengenalkannya padamu." Ucap Sasuke tersenyum menenangkan sang ibu.
"Huh baiklah, kau susah sekali di bujuk seperti kakakmu." Mikoto menyerah dan segera menghampiri suaminya.
"Baiklah, sekarang saatnya minum obatmu anata. Aku sudah menyiapkan makan siang, ayo Sasuke kau juga makan dulu." Ajak Mikoto, Sasuke hanya mengangguk dan segera membantu ibunya menyiapkan makan siang mereka.
- SERENDIPITY -
Ino melirik jam dinding di ruangannya, ternyata sudah jam 4.15 sore. Ia meregangkan tubuhnya dan segera membereskan semua barang-barangnya.
"Saatnya pulang Ino!" Ucapnya bersemangat dan segera meninggalkan ruang kerjanya.
Sepanjang koridor ia terus tersenyum pada semua orang yang menyapanya. Ya, Ino memang terkenal ramah pada semua orang. Sai yang berada di konter perawat menghampirinya.
"Sudah mau pulang?" Tanya Sai sambil tersenyum manis membuat Ino sedikit salah tingkah. "Iya, jam kerjaku sudah selesai. Bagaimana dengan senpai?"
"Aku kebagian shift malam, dan ada operasi yang harus kulakukan malam ini. Kalau begitu hati-hati di jalan Ino-san, sampai bertemu besok."
"Panggil saja aku Ino, jangan terlalu formal padaku senpai." Rasanya aneh saja di panggil seformal itu oleh seniornya. Sai kembali tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah kalau itu maumu, Ino." Mendengar itu Ino tersenyum senang "Semoga operasinya berjalan lancar senpai, ganbatte!" Ucap Ino sambil mengepalkan tangan memberi semangat.
"Iya, terima kasih Ino."
"Kalau begitu aku duluan ya senpai, sampai jumpa besok." Sai mengangguk dan Inopun mulai menjauh dari pandangannya.
Akhirnya gadis itu sampai di mobilnya, saat akan membuka pintu seseorang menghampirinya. "Boleh aku menagih janjimu mulai hari ini dokter?"
Suara ini...
Ino segera berbalik dan melihat pria itu sedang bersender di kap mobilnya. "Sasuke-san?"
"Jangan bilang kau melupakannya." Ino mengernyit heran, 3 detik kemudian matanya membelalak menatap Sasuke. Melihat itu, Sasuke hanya menyeringai geli.
"Tenang saja, aku sudah berbelanja bahan-bahan makanannya jadi kita tidak usah berbelanja." Sasuke segera menegakkan tubuhnya dan segera membukakan pintu mobil untuk Ino.
"Aku akan mengikutimu dari belakang, sampai bertemu di apartemenmu." Ucapnya tersenyum dan segera meninggalkan Ino menuju mobilnya sendiri.
Sedangkan gadis itu masih bengong memikirkan kejadian barusan. "Apa-apaan pria itu. Astaga, aku tidak percaya ini. Ah kenapa aku harus terpancing emosi segala sih. Jadi kau yang repot sendiri kan Ino!"
Tin! Tin! Ino dikagetkan kembali oleh suara klakson mobil yang ternyata adalah mobil Sasuke yang sudah berada di depan mobilnya.
"Kenapa kau masih disitu? Ayo kita berangkat sebelum jalanan mulai macet." Mendengar itu Ino hanya mendengus sebal. "Kalau begitu jangan menghalangi mobilku Sasuke-san."
Sasuke tertawa pelan dan segera memundurkan mobilnya, "Silahkan dokter, jalan untuk mobil anda sudah terbuka lebar." Ucapnya sambil menyerigai, Ino segera masuk ke dalam mobilnya dan mulai berkendara di ikuti Sasuke di belakangnya.
20 menit kemudian mereka sudah sampai di apartemen Ino. Gadis itu terkejut melihat Sasuke membawa 3 plastik besar yang berisi bahan makanan. "Bukankah itu terlalu banyak?" Tanyanya heran.
Sasuke hanya tersenyum, "Ini cukup untuk persediaan 1 minggu, jadi kau tidak usah berbelanja lagi dokter." Lalu pria itu melengos begitu saja menghampiri lift. Ino yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas pasrah. Sungguh di luar dugaannya.
Ck, pria ini benar-benar berniat sekali membuatku kerepotan.
Setelah sampai di depan pintu apartemen, Ino segera membukakan pintunya. Tanpa di suruh pun Sasuke segera masuk dan menuju dapur Ino. Gadis itu kembali mendengus melihat kelakuan seenaknya pria itu.
"Sepertinya anda bersemangat sekali ya Sasuke-san?" Sindir Ino, Sasuke hanya tersenyum mendengarnya dan segera memasukan bahan makanan yang dibelinya ke lemari es.
"Tentu saja, kita berdua jadi bisa berhemat karena tidak usah membeli makan di luar kan?"
"Ya ya ya terserah anda saja, terima kasih karena sudah membelikan persediaan bahan makanan untuk saya Sasuke-san." Ucap Ino sambil membungkuk membuat Sasuke tersenyum melihatnya. "Sama-sama, saya sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan seorang dokter Yamanaka." Jawab pria itu yang kembali fokus memasukan buah-buahan.
Melihat Sasuke yang sedang merapikan bahan makanan di kulkasnya Ino jadi merasa tidak enak, akhirnya ia pun menghampiri pria itu. Ino mengambil kresek yang berisi daging dan segera memasukannya ke freezer. Sasuke yang membungkuk dan Ino yang berdiri di belakangnya membuat pria itu bisa mencium aroma parfum gadis itu.
Wanginya masih sama. Bunga Lavender & Lily ya?
Sasuke jadi teringat kejadian kemarin malam, membuat pipi dan telinganya memerah seketika. Iapun sudah selesai memasukan buah, namun ia kesusahan untuk berdiri karena ada Ino di belakangnya. Pria itu pun mendongak dan matanya terpaku memperhatikan wajah serius Ino.
Dilihat dari bawah pun kau tetap cantik.
Merasa di perhatikan Ino pun menundukan wajahnya, mata mereka kembali bertemu. Mereka sama-sama terpesona pada satu sama lain. Akhirnya Ino yang melepaskan kontak mata duluan, gadis itu segera berdeham dan segera mundur untuk memberikan jalan pada Sasuke.
"Kenapa kau membeli banyak sekali bahan makanan?"
Sasuke segera berdiri dan bersandar pada lemari es, "Ini persediaan untuk seminggu, bukankah cukup untuk membuat sarapan dan makan malam?"
"Sarapan?"
"Ya, sarapan."
Ino tercengang mendengar penjelasan pria itu. Apa katanya untuk sarapan dan makan malam? Apa telinganya tidak salah dengar?
"Ja-jadi kau akan sarapan disini juga?"
Sasuke hanya menganggukan kepalanya sambil bersedekap. Ia tersenyum menikmati wajah tercengang Ino yang terlihat menggemaskan.
"Apa kau keberatan? Sebenarnya aku selama 3 hari ke depan akan menginap di rumah sakit sampai ayahku pulang. Jadi ya, sebelum berangkat ke kantor, aku akan dengan senang hati mencicipi menu sarapanmu juga."
Jelas Sasuke Panjang lebar, sedangkan Ino hanya mengernyit.
"Ahaha… jadi hanya untuk 3 hari saja kan?" Gadis itu tertawa canggung sambil mengangkat ketiga jarinya menegaskan.
"Apakah harus kujadikan seminggu saja ya?"
Sasuke menyeringai, senang rasanya menggodai Ino. Ekspresi gadis itu membuatnya terhibur.
"Tidak! Aku setuju untuk 3 hari saja. Ya 3 hari!"
"Kalau begitu mau mandi dulu?"
"H-huh?! A-apa kau bilang?"
Melihat wajah kaget Ino membuat Sasuke tersenyum, ia mulai berjalan mendekat membuat Ino melangkah mundur dan bersandar di meja makan. Jarak di antara mereka semakin dekat.
"Sa-Sasuke-san bisakah kau menyingkir?"
"Tidak mau."
Kedua tangan Sasuke menyandar di atas meja membuat Ino terperangkap. Mereka bisa merasakan hembusan nafas masing-masing membuat Ino semakin gugup. Bibir berwarna cherry milik Ino menarik perhatiannya, ingin sekali rasanya Sasuke mengecup bibir itu. Sasuke semakin mendekatkan wajahnya membuat Ino menahan dada pria itu dan segera memejamkan mata. Tapi apa yang di pikirkannya tidak terjadi. Ia malah merasa geli saat hembusan nafas Sasuke berada di telinga kirinya. Tak lama kemudian suara berat Sasuke membuat Ino menahan nafas dan mengeratkan pegangannya di kemeja pria itu.
"Bukankah akan lebih nyaman melakukannya setelah mandi?"
To be Continued –
Author Note :
Huffftt akhirnya aku bisa update chapter 7 nya setelah sekian lama. Gomenasai minna…
Semoga kalian puas dengan chapter ini karena jujur aku gak punya ide sama sekali buat lanjutin ini, tp akhirnya bisa selesai juga.
Hmm.. menurut kalian gimana nih kelanjutan kisah mereka? Apa alurnya terlalu lambat? Kutunggu RnR nya! Arigato~
Sincerely,
Ms. Hatake Yamanaka