Disclaimer © Masashi Kishimoto

"SERENDIPITY"

Story by 'Ms. Hatake Yamanaka'

Pairing : Yamanaka Ino X Uchiha Sasuke

Genre : Romance, Drama, Friendship

Rate : M

Summary : Sebuah pertemuan yang tidak disengaja di antara mereka. Ternyata menuntun mereka pada pertemuan-pertemuan tanpa kesengajaan yang selanjutnya. Akankah itu menjadi sebuah 'kebetulan' yang menyenangkan dan berakhir bahagia? Ataukah takdir menuntun mereka pada sebuah kenyataan yang menyakitkan?

Chapter 1

Enjoy My Story!

.

.

.

"Maaf, kurasa hubungan kita sampai disini saja.."

Tidak ada respon apapun dari wanita di hadapannya selain tatapan tidak percaya. Pria itu kembali menghela nafasnya pelan, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

"Maaf."

Hanya satu kata itu yang mengakhiri percakapan di antara mereka, sebelum pria itu membalikan badan meninggalkan sang wanita yang masih terdiam. Angin malam berhembus seakan menyadarkan kembali sang wanita yang hanya terdiam membeku menatap punggung pria itu yang mulai menjauh. Air mata mulai menuruni kedua pipinya, wajahnya menunduk, tangan kanannya memegang dada kirinya yang terasa sakit. Kemudian suara isakan kecil mulai terdengar di keheningan malam.

- SERENDIPITY -

"Hey! Aku pulang duluan ya!" Teriak wanita berambut pirang itu mulai berdiri, agak terhuyung sambil mengambil tas hitamnya di atas kursi di sebelahnya.

"Kau yakin pulang sendiri?" Teriak balik pria berambut kuning, wanita pirang itu mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa mendengar suara pria dihadapannya yang bercampur dengan musik keras di klub itu.

"Tentu saja! Aku tidak mabuk, lebih baik kau antar si forehead saja! Keadaannya sangat parah, dia sangat payah menghadapi alkohol-hik." Balas si wanita keras sambil menatap wanita berambut pink yang kepalanya sudah tergeletak di atas meja. Wanita pirang itu cegukan kembali dan sedikit tertawa melihat keadaan sahabat pink nya yang tidak sadarkan diri.

"Tapi kau juga mabuk, kau bahkan sudah mulai cegukan. Kau bawa mobil?!" Pria kuning itu terlihat khawatir, ia tahu jika wanita pirang itu cegukan berarti dia sudah mabuk.

"Tidak! Kau tenang saja Naruto-nii, aku tidak mabuk. Aku akan pulang naik taksi. Jaa ne!" Naruto hanya pasrah menghadapi kekeras kepalaan sepupu pirangnya itu.

"Hati-hati Ino! Kau harus menghubungiku jika sudah sampai!" Teriak Naruto lagi, Ino hanya melambaikan tangannya sambil berjalan meninggalkan keduanya.

Ino berjalan sedikit terhuyung saat menerobos orang-orang. Beberapa menit kemudian ia mendesah lega setelah sampai di luar klub. Ia menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara sebanyak-banyaknya mencoba menetralisir rasa mabuk. Ia mulai berjalan ke arah jalan raya untuk menyeberang setelah melihat lampu tanda pejalan kaki menyala. Ino memegang kepalanya yang sedikit pusing sambil terus berjalan ke arah halte bis. Tiba-tiba suara klakson berbunyi memekakkan telinganya, Ino menoleh ke arah kanan dan sebuah mobil melaju ke arahnya. Ino menutup mata karena silau dan mulai berteriak. Tubuhnya ambruk dan kegelapan mulai menelan kesadarannya.

Mungkin ini adalah akhir hidupku.

- SERENDIPITY -

Sinar mentari mulai menyelinap ke dalam celah-celah jendela kamar, membuat seorang wanita mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya di kamar itu. Matanya menyipit melihat ke sekelilingnya.

Dimana aku?

Wanita itu segera bangun dan mendudukkan tubuhnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing, dan menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Matanya kembali meneliti sekeliling kamar.

Apa yang terjadi padaku?

Tunggu, ini bukan kamarku.

Jangan-jangan...

Ia segera menoleh ke arah tubuhnya sendiri, memastikan apa yang ada di pikirannya. Akhirnya ia mendesah lega.

Syukurlah, pakaianku masih lengkap.

Tapi, kamar siapa ini?

Ia mulai mengingat-ngingat kembali kejadian semalam. Kemarin malam, ia pergi dengan Sakura dan Naruto ke sebuah klub malam merayakan keberhasilannya dan Sakura karena akan bekerja di rumah sakit tempat Naruto bekerja hari senin nanti. Lalu, ia memutuskan untuk pulang duluan naik taksi dan keluar dari klub. Setelah itu, ia menyeberang jalan menuju halte bis dan ada sebuah mobil melaju ke arahnya, dan ia tidak ingat apa-apa lagi.

Apa aku tertabrak?

Ino segera menyibakkan selimut dan meneliti tubuhnya sendiri. Namun, tidak ada luka apapun di tubuhnya, kecuali sakit kepala dan mual karena mabuk. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, ia segera menoleh melihat siapa orang yang membukanya. Seorang pria masuk membawa nampan, di atasnya terdapat segelas air putih, sebuah botol kecil dan sepiring sandwich. Ino membelalakan matanya terkejut melihat wajah pria itu. Dan pria itu mulai berjalan ke arahnya.

Tunggu!

Dia...

"Bagaimana keadaanmu?"

"Kau..."

Pria itu menatap Ino heran yang bereaksi berlebihan saat melihatnya. Ia segera meletakkan nampan yang dibawanya ke atas nakas disamping Ino.

"Kau baik-baik saja?"

"Kapan kau kembali?"

Sekarang pria itu semakin mengernyit heran mendengar pertanyaan Ino. Mereka saling menatap satu sama lain, pria itu terkejut melihat mata Ino yang mulai berair. Ino segera bangun dan turun dari ranjang mengabaikan kepalanya yang berdenyut sakit. Ia mulai berjalan ke arah pria itu. Tanpa diduga, Ino menampar pipi kiri pria itu keras. Dalam keterkejutannya, pria itu segera memegang pipi kirinya yang terasa panas dan menatap tajam wanita di depannya.

"Apa-apaan kau ini?!" Bentak pria itu marah pada Ino.

"Kau yang kenapa brengsek?! Kenapa kau-" Belum sempat Ino menyelesakan perkataannya, pria itu menyela sambil menatap tajam Ino.

"Apa maksudmu?! Kita bahkan tidak saling mengenal, dan kau tiba-tiba menamparku. Si-"

"Tidak saling mengenal katamu?! Kau benar-benar pria brengsek!" Ino kembali mencoba menampar pria itu lagi, namun pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh pria itu.

"Tunggu, sepertinya kau salah paham nona."

"Salah paham?!" Ino semakin marah, ia melayangkan tangan kirinya mencoba menampar pria itu lagi. Namun, lagi-lagi pria itu menahan tangannya.

"Lepaskan tanganku brengsek!" Sekarang Ino tidak bisa bergerak, ia menatap pria di depannya penuh kebencian.

"Dengarkan aku dulu! Kau memang salah paham, aku sungguh tidak mengenalmu dan ini pertama kalinya kita bertemu. Namaku adalah Sasuke." Ino membelalakan matanya lagi, ia segera meneliti pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ternyata benar pria dihadapannya ini bukanlah dia, Ino meringis pelan dengan kenyataan bahwa ia telah salah mengenali orang.

Kau benar-benar bodoh Yamanaka Ino!

"Ma-maafkan aku..." Lirih Ino, ia menundukan wajahnya pelan merasa bodoh atas tindakannya barusan. Sasuke segera melepaskan kedua tangan Ino dan menatapnya datar.

Ino mendongakkan wajahnya kembali, ia menatap pipi kiri Sasuke yang memerah dan meringis pelan merutuki kebodohannya lagi. Harusnya ia sadar dari awal, jika Sasuke bukanlah dia. Wajah mereka memang mirip tapi wajah Sasuke terlihat lebih tegas, dan gaya rambut mereka jelas berbeda.

"Ma-maafkan aku su-sudah menamparmu. Pipimu merah, apakah masih sakit?" Ino menyentuh pipi kiri Sasuke pelan membuat Sasuke terkejut.

"Ehm! Aku tidak apa-apa. Bagaimana denganmu?" Sasuke berdeham mengatasi kegugupannya karena sentuhan tangan Ino. Sungguh tidak seperti Uchiha Sasuke yang biasanya merasa gugup disentuh oleh seorang wanita, biasanya Sasuke yang membuat para wanita gugup bukan sebaliknya. Sasuke kembali memasang wajah dingin dan tatapan datarnya yang membuat Ino sedikit salah tingkah. Siapa yang tidak salah tingkah ditatap seorang pria tampan dari jarak sedekat itu. Mengerti pria dihadapannya merasa tidak nyaman dan begitupula dirinya, Ino segera menurunkan tangannya kembali dan menatap Sasuke ragu.

"A-aku hanya pusing dan sedikit mual. K-kenapa aku bisa ada disini? Apa kau yang menabrakku semalam?" Sasuke menghela nafasnya pelan mendengar kata 'menabrakku'.

"Kau salah paham lagi nona, aku juga tidak menabrakmu. Kau pingsan di depan mobilku, jika aku menabrakmu mungkin kau sedang berbaring di rumah sakit sekarang."

"Jadi aku hanya pingsan?"

"Ya, kau mabuk semalam dan pingsan di depan mobilku. Aku membawamu kemari karena tidak tahu alamat rumahmu dan aku tidak ingin orang-orang salah paham padaku karena mengira aku menabrakmu." Sasuke mengernyitkan alisnya bingung, kenapa ia berbicara panjang lebar bersusah payah memberi penjelasan pada wanita di hadapannya ini. Tidak seperti dirinya yang biasanya. Aneh. Ino merasa sangat sangat bodoh sekarang, pingsan di depan mobil Sasuke, lalu menampar pipinya dan mencaci maki pria itu.

"Ma-maafkan aku sudah merepotkanmu." Ino segera membungkukkan tubuhnya, pipinya sudah memerah karena malu sekarang dan merasa sangat bersalah.

"Sudahlah, siapa namamu?"

"Namaku Yamanaka Ino, maaf sudah merepotkanmu Sasuke-san." Jawab Ino menegakkan tubuhnya dan masih menundukkan kepala, Sasuke berdecak pelan mendengar Ino terus meminta maaf padanya.

"Dimana rumahmu?"

"Aku tinggal di Paramount Apartement dekat Konoha Hospital." Gumam Ino pelan namun masih bisa di dengar Sasuke.

"Makanlah, setelah itu aku akan mengantarmu pulang." Ucap Sasuke akhirnya sambil berbalik pergi.

"T-terima kasih Sasuke-san.." Tidak ada jawaban dari Sasuke, ia hanya menatap Ino sebentar lalu menutup pintu.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kau sangat memalukan Yamanaka Ino!" Rutuk Ino sambil memukul kepalanya. Setelah puas merutuki dirinya ia pergi ke kamar mandi mencuci wajahnya dan memakan sarapan yang di berikan Sasuke. Ino tersenyum melihat botol kecil di genggamannya dan mengambil satu tablet obat dan menelannya.

Ternyata Sasuke sangat baik.

Ia menelisik kamar itu lagi mencari tas hitamnya. Dan tersenyum mendapati tasnya tergeletak di atas sofa. Ia segera membongkar isi tas mencari ponselnya, dan ternyata ponselnya mati kehabisan baterai. Ia mengumpat pelan, dan langsung mencari bedak dan lipstiknya. Walaupun ia tidak mandi, setidaknya ia harus tetap tampil rapi kan? Ia berjalan kembali ke kamar mandi merapikan ikatan rambutnya yang berantakan dan membubuhkan bedak tipis di wajahnya dan memoles lipstik berwarna pink di bibir tipisnya.

Selesai! Sekarang ia terlihat lebih baik, dan mulai membenahi gaunnya yang sedikit kusut. Ino kembali ke kamar dan merapikan tempat tidurnya. Ia tidak mau di anggap seseorang yang tidak sopan. Tapi, bukannya dari awal dia memang sudah bersikap tidak sopan pada pria itu? Ino kembali mengumpat pelan. Setelah rapi, ia mengambil tasnya dan membawa nampan keluar kamar.

Ino melihat ke sekeliling ruangan itu. Disamping kamar yang ia tempati ada sebuah pintu tertutup yang ia yakini adalah kamar Sasuke. Setelah melewati ruang tengah, ia berbelok menuju dapur. Dan akhirnya, Ino menemukan Sasuke yang sudah berpakaian rapi memakai kemeja berwarna putih dengan dasi bergaris berwarna biru tua sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

Tampan.

Hanya satu kata itu yang dipikirkan Ino saat melihat Sasuke. Ino berdiri diam dan menatap pria itu lekat-lekat. Semakin Ino menatap wajah pria itu, semakin ia mengingat seseorang. Sasuke segera menyadari keberadaan Ino, dan mengernyit melihat tatapan Ino padanya. Melihat Sasuke sudah selesai menelepon, Ino segera berjalan ke arah Sasuke.

"Hmm, terima kasih untuk sarapan dan obatnya Sasuke-san." Ucap Ino saat ia sudah sampai di samping Sasuke.

"Hn." Sasuke mengalihkan pandangannya dari wajah Ino ke nampan yang dibawanya. Ia menyeringai melihat sarapan yang dibawanya tadi sudah hilang sekarang. Seakan mengerti tatapan Sasuke pada nampannya, Ino segera berdeham pelan.

"Ehm.. Dimana aku harus menyimpan obatnya?"

"Simpan saja di meja." Sasuke beranjak dari duduknya, mengambil jas, tas kerja, dan ponselnya.

"Ayo, aku akan mengantarmu."

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Te-"

"Aku akan ke rumah sakit Konoha, sekalian ku antar."

"Tapi-" Sasuke langsung meninggalkan Ino tanpa mengatakan apapun lagi. Ino segera menaruh nampannya di atas meja dan mengikuti Sasuke. Mereka berdua meninggalkan apartemen dan menunggu lift. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Ino hanya menunduk dan sekali-kali melirik Sasuke disampingnya.

Pintu lift terbuka, mereka langsung masuk dan Sasuke menekan tombol menuju parkiran bawah tanah. Hanya terdengar hembusan nafas dari keduanya mengisi keheningan lift. Beberapa menit kemudian mereka tiba di parkiran. Sasuke menghampiri audi hitamnya yang terparkir cantik tak jauh dari lift, ia menekan tombol dikunci mobil dan terdengar beep beep lalu segera membuka pintu kemudi.

"Masuklah!" Ujar Sasuke sebelum masuk ke mobil. Ino segera menuruti perintah Sasuke tanpa mengatakan apapun. Sasuke segera mengemudikan mobilnya ke luar apartemen.

Ino hanya memfokuskan pandangannya ke luar jendela. Pikirannya berkecamuk mengenai hal-hal yang terjadi padanya kemarin dan hari ini. Dia sudah mempermalukan dirinya sendiri didepan Sasuke. Kenapa di saat ia sudah berhasil melupakan pria itu, Sasuke datang dengan wajah yang begitu mirip dirinya dan mengingatkannya kembali akan dirinya?

"Kenapa kau menamparku dan mengataiku brengsek seakan-akan kau sudah mengenalku?" Sasuke membuka pembicaraan setelah sekian lama mereka terdiam. Mendengar suara Sasuke, Ino segera mengalihkan pandangannya pada pria disampingnya.

"Huh? Oh, itu, hmm.. Wajahmu mirip dengan seseorang yang kukenal." Sasuke menoleh sebentar pada Ino, dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan.

"Siapa? Kekasihmu? Kenapa kau mengatainya pria brengsek dan menamparku?" Sedetik kemudian, Sasuke merutuki dirinya yang kembali mengganggu privasi orang lain. Sungguh bukan dirinya yang biasa.

Bodoh!

"I-itu, ah, aku minta maaf telah menamparmu. Apa kau baik-baik saja?" Ino tidak menjawab pertanyaan Sasuke dan mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin memberi tahu kisah percintaannya pada orang asing dan membahas tentang'nya', walaupun Sasuke sudah menolongnya.

"Hn." Hanya itu jawaban yang Sasuke berikan, Ino hanya mengangguk dan kembali terdiam mengalihkan pandangannya ke jendela disampingnya, tidak ingin membahas lagi mengenai kejadian yang membuatnya malu setengah mati dan membahas masalah pribadinya.

Sasuke paham itu adalah privasi Ino. Ia juga tidak ingin oranglain mengganggu privasinya. Selama ini Sasuke tidak pernah dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Anehnya, ia malah ingin mengetahui tentang hubungan gadis yang baru dikenalnya dalam beberapa jam yang lalu dengan pria yang 'mirip' dengannya.

Sudahlah, itu bukan urusanku.

Setelah beberapa menit kemudian, tiba-tiba Sasuke menghentikan laju mobilnya, membuat Ino kembali sadar dari lamunannya. Ino segera menoleh pada Sasuke, tatapannya seakan bertanya 'ada apa?'. Sasuke mengerti tatapan Ino dan mendesah pelan.

"Kita sudah sampai." Ino segera menoleh ke arah kanannya. Dan ya, Sasuke benar, mereka sudah sampai di depan lobby apartemen Ino.

"Ah, iya, kita sudah sampai.. Hmm, kalau begitu, sekali lagi aku minta maaf sudah merepotkanmu dan terima kasih sudah menolongku dan mengantarku pulang Sasuke-san." Ino menundukkan kepalanya, ia masih merasa malu atas perbuatannya pada Sasuke.

"Hn." Lagi-lagi hanya itu jawaban Sasuke, Ino segera mengangkat kepalanya kembali menatap Sasuke.

"Hmm, apa kau mau mampir sebentar?" Tanya Ino pelan, bukankah ia harus bersikap sopan pada pria yang sudah menolongnya?

"Tidak, terima kasih. Aku harus pergi."

"Ah, kalau begitu, aku permisi. Hati-hati di jalan Sasuke-san."

"Hn." Ino segera membuka seatbeltnya, mengambil tas dan membuka pintu mobil lalu segera menutup pintu mobil Sasuke dan berdiri disamping mobilnya. Sasuke menatap Ino sebentar dan segera melajukan mobilnya keluar dari kawasan apartemen.

Sasuke melirik ke kaca spion dan mendapati Ino masih berdiri memandangi mobilnya sambil memukul-mukul kepalanya, Sasuke tersenyum tipis melihat tingkah konyol Ino dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan.

- SERENDIPITY -

Setelah mobil Sasuke tidak lagi dalam jarak pandangannya, Ino mendesah pelan. Ia segera masuk kedalam gedung apartemen, dan buru-buru menuju lift.

Setelah memasukkan password dan pintu apartemen telah terbuka, Ino segera masuk ke kamarnya, melempar tas ke sofa dan melompat ke ranjang queen size nya. Ino berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar seakan itu hal yang sangat menarik. Ino merenungi lagi hal-hal yang terjadi padanya dalam 24 jam ini. Ia kembali mendengus dan menutup matanya. Ia hanya berbaring diam merasa sangat kelelahan, walaupun dia sudah cukup tidur saat di apartemen Sasuke. Setelah beberapa menit terdiam, tiba-tiba Ino membuka matanya.

"Naruto-nii!"

Ino segera bangkit dan melompat turun berlari menuju sofa dan langsung mengobrak-abrik tas mencari ponselnya. Ia segera berlari mencari chargernya, dan buru-buru memasangnya. Setelah beberapa saat, ponselnya kembali menyala dan segera mengaktifkannya. Ino mendesah lega.

Sepuluh panggilan tak terjawab dan tiga pesan singkat, semuanya dari Naruto.

Sudah kuduga.

Ino segera menelepon Naruto dan menggosok dahinya pelan menunggu panggilannya tersambung.

Dia pasti khawatir. Hah, aku tidak ingin mabuk lagi.

Ino menggigiti kuku ibu jarinya pelan. Wajahnya penuh kekhawatiran dan sedikit takut dengan reaksi Naruto nanti.

Apa aku harus mengatakan semuanya? Tapi, pasti dia akan marah dan merutuki kebodohanku.

'Ino! Kenapa ponselmu tidak aktif?! Harusnya kau segera meneleponku jika sudah sampai di apartemen! Kenapa baru menghubungiku sekarang huh?! Kau tahu kan, jika terjadi sesuatu padamu, paman Inoichi akan membunuhku! Kau baik-baik saja kan?!' Ino memutar matanya mendengar pertanyaan beruntun Naruto. Ia mendesah pelan dan berdeham membersihkan tenggorokan menahan kekesalannya.

"Maaf baru meneleponmu Naruto-nii, ponselku mati dan aku sangat lelah untuk sekedar menchargernya semalam, jadi aku langsung tidur setelah sampai apartemen. Kau jangan khawatir, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu dan Sakura?" Ino lebih memilih berbohong, jika dia jujur, Naruto pasti akan marah. Jadi, ia segera mengubah topik pembicaraan dan itu selalu berhasil mengalihkan perhatian Naruto.

'Syukurlah, setelah mengantar Sakura aku langsung pulang dan menunggumu menelepon semalaman. Kau membuatku cemas Ino, lain kali aku yang akan mengantarmu pulang dan tidak ada penolakan. Bagaimana keadaanmu?'

"Oh begitu, sekali lagi maafkan aku Naruto-nii. Aku janji akan mentraktirmu makan nanti, okay? Aku masih sedikit pusing, tapi aku baik-baik saja. Aku juga baru bangun dan mau mandi sekarang." Naruto mendesah pelan.

'Tidak usah mentraktirku makan, masakan saja sesuatu untuk makan siang nanti, aku akan ke apartemenmu.' Ino kembali memutar matanya, ia merasa menyesal telah menawarkan traktiran makan pada Naruto.

"Hm, baiklah, baiklah. Bawakan ice cream kemari okay?"

'Hn.' Mendengar jawaban Naruto mengingatkannya kembali tentang Sasuke. Ino segera menutup telpon dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ino melirik jam dinding. Pukul 8.05 AM. Ia segera masuk ke kamar mandi dan memutuskan untuk berendam sebentar.

Mungkin mandi dan berendam akan membuat pikirannya kembali tenang dan melupakan kejadian yang sangat memalukan bagi seorang Yamanaka Ino. Dan yang paling penting melupakan Sasuke si pria tampan penolongnya yang telah mengingatkannya kembali tentang'nya'.

.

.

.

- To be Countinued -

Author Note :

Ini adalah ff pertama yang saya publish, dan juga ff pertama saya dengan pairing SasuIno. FYI, saya adalah penggemar berat nona Yamanaka Ino dan juga Hatake Kakashi sensei. Lalu, kenapa saya memasangkan Ino dengan Sasuke tidak dengan Kakashi? Karena, saya sudah menyiapkan pasangan Kakashi yaitu Hanare. FYI, Hanare pernah muncul di Naruto Shippuden ep. 191 dengan judul 'Kakashi Love Song'. Dari situ, saya jatuh cinta pada couple ini, apalagi ada kiss scene nya. Dan saya baru pertama kali lihat Kakashi se'intim' itu dengan seorang wanita. Dan yang paling saya suka adalah scene di tebing itu loh, tatapan mereka satu sama lain sweet banget. Apakah disini ada KakaHana lovers juga? Karena saya juga sedang membuat ff dengan pairing KakaHana, tapi saya ingin publish dulu SasuIno.

Dan menurut saya, Ino lebih cocok dengan Sasuke. Saya bukannya tidak suka dengan couple SaiIno ataupun SasuSaku, tapi entah kenapa saya lebih suka SasuIno. Saya juga menyukai semua karakter di Naruto, mereka memiliki keunikannya tersendiri. Setiap orang punya pendapatnya tersendiri kan? Masashi Kishimoto sensei memang luar biasa^^.

Saya masih baru dalam dunia tulis menulis. Karena itu, saya harap untuk para reader tolong tinggalkan saran dan kritiknya ya ;) Agar saya bisa memperbaiki tulisan saya dan membangun semangat saya dalam menulis. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca, see you in next chapter^^

Sincerely

Ms. Hatake Yamanaka