PERHATIAN

Ff ini mengandung unsur dewasa, hubungan sesame jenis dan dikhusus kan untuk para fujoshi dan fudanshi. Terdapat banyak typo, bahasa yang berantakan dan kesalahan lainnya yang tidak terkoreksi oleh author. Dan mohon maaf apa bila terdapat bahasa yang rancu dan suli dimengerti karena tidak semua laki-laki~ *abaikan* manusia sempurna. Sekian dan selamat membaca.


Park Chanyeol

Byun Baekhyun

-dan lainnya-

DON'T SAY 'I LOVE YOU'

Chapther 8


.

.

.

.

"Di kampus ini banyak sekali tempat-tempat bagus untuk menyendiri. Contohnya di dekat perpustakaan." Gadis bermarga Jung itu dengan semangat menjelaskan setiap sudut kampus yang ia tahu. Chanyeol hanya mendengarkan dengan tenang tapi si kecil Park sedikit tidak nyaman karena ya ia ingin berduaan saja dengan kekasihnya sambil menunggu kelas berikutnya.

Mereka memasuki kawasan taman di mana banyak mahasiswa yang hilir mudik dan beberapa yang mengerjakan tugas di tempat yang teduh.

"Nah ini tempat favoritku." Ucapnya dengan antusias. Bersamaan dengan itu sebuah troli yang membawa banyak peralatan berkebun melintas dan nyaris menabrak Baekhyun. Untungnya Chanyeol dengan sigap menarik kekasihnya dalam pelukan.

"Kau tak apa?" khawatir si jangkung. Baekhyun mengangguk walau raut wajahnya masih sedikit syok.

"Tidak ada yang terlukanya kan, Baek?" Kristal dengan khawatir menyebrangi tubuh Chanyeol dan memeriksa sisi kanan dan kiri temannya itu dan tidak ada luka apapun di sana.

"Aku baik-baik saja." Jawabnya.

"Sepertinya aku dan hyungku harus pergi." Dan keduanya meninggalkan Kristal yang masih menatap keduanya. Lebih berfokus pada lengan kekar Chanyeol yang melingkar mesra di pinggang sintal sang kakak.

.

.

Chanyeol memberhentikan motor itu tepat di parkiran apartemen mereka. Tidak melakukan pergerakan apapun setelah motor berhenti, si lelaki jangkung itu menegakan tubuhnya dan melepas helm dan menaruhnya di tangki bensin motor besar itu.

Lengan ramping lelakinya masih setia melingkar di pinggang yang lebih muda dan pipinya masih bersandar di punggung tegap sang adik.

"Kau mencemaskan sesuatu?" Chanyeol memecahkan keheningan dan sebagai jawaban Baekhyun hanya mengangguk tapi tak bergerak seinci pun dari tubuh itu.

"Aku selalu mencemaskan hal ini sewaktu kita masih SMA." Lanjutnya.

"Hal apa yang kau cemaskan?"

"Aku selalu berpikir, apa di luar sana akan banyak sainganku, dan bagaimana kalau aku melihat satu di antara mereka mendekatimu."

"Apa ini ada hubungannya dengan Kristal noona?" potong yang lebih muda. Baekhyun menghela napas dan menjilat bibirnya yang kering.

"Ya, ini ada hubungannya dengan Kristal. Dan aku mulai cemas ketika dia mendekatimu."

"Jangan sampai masalah Lisa terulang lagi, Hyung."

"Masalah ini berbeda! Jelas berbeda. Krista tertarik padamu dan Lisa hanya menganggapnya sepupunya. Itu hal yang berbeda."

"Dan apa masalahnya?" si jangkung sedikit menoleh ke belakang untuk merespon perkataan sang kakak.

"Masalahnya-"

"Baiklah. Bisa kita bicarakan ini di dalam saja? Sumpah demi apapun tubuhku akan membeku hyung." potongnya dan pembicaraan mereka menggantung.

.

.

Mereka sudah menyelesaikan semua keperluan mereka, dari mulai membersihkan diri, berganti baju dan membereskan segala kekacauan di apartemen mereka di kala terburu untuk berangkat ke kampus.

"Jadi bisa kita lanjutkan pembicaraan tadi?" Chanyeol mendongak untuk memandang sang kakak yang duduk di pinggiran ranjang. "Jadi?"

"Dulu aku pernah membayangkan, aku akan selalu sakit hati ketika semua wanita mengerumunimu. Dan sekarang lebih parahnya teman dekatku tertarik padamu." Mulainya dan Chanyeol masih dengan setia mendengarkan.

"Jadi, hyung ingin aku memberitahu Kristal noona prihal hubungan kita?"

"T-tidak begitu. Hanya saja.... Aku ingin... Kau hanya memperhatikanku." Jelasnya malu-malu. Chanyeol bangkit dan merengkuh wajah manis hyungnya. Kedua manik itu bertemu dan saling menatap.

"Seberapa banyak wanita di hadapanku dan seberapa cantik mereka, di mataku hanya ada kau hyung. Kau adalah cinta pertamaku dan pacar pertamaku jadi dengan memilikimu di sampingku itu sudah cukup." Seketika wajah Baekhyun memerah mendengar pernyataan dari sang adik. Ia hanya tidak menyangka kalau dirinya adalah cinta pertama sekaligus pacar pertama Chanyeol.

"Jadi aku takkan melirik siapapun, hanya kau." Setelah ucapan itu bibir tebal Chanyeol menyentuh lembutnya bibir sang kekasih. Melumat satu sama lain dan saling berperang lidah mencari pemenang di antara mereka.

Setelah ciuman itu, Chanyeol mengecup untuk terakhir kalinya sebelum tersenyum manis pada sang kekasih.

"Kita tidak bisa melanjutkannya." Baekhyun mengerutkan keningnya tapi dengan cepat si jangkung itu melanjutkan. "Aku kehabisan kondom." Dan cengiran bodoh menghiasi wajahnya yang tampan. untung sayang.

...

Baekhyun mengeluarkan sebuah buku dan alat tulis dari tasnya lalu menaruhnya pada meja. Kelas pagi ini ia hadapi dengan suka cita karena kemarin ia seharian bersama Chanyeol karena mereka sama-sama tidak ada kelas.

Tepukan pada bahunya membuat dirinya menoleh dan seseorang yang ia kenal duduk di bangku kosong sebelahnya. Itu Kristal yang masih cantik seperti hari-hari sebelumnya, ia tersenyum dan jelas dibalas oleh Baekhyun sahabatnya.

"Chanyeol tidak menemanimu hari ini?" tanyanya dan senyum Baekhyun luntur seketika. Ini adalah pembahasan sensitif baginya.

Sepanjang kelas gadis manis itu terus menanyakan topik tentang adiknya yang tak lain adalah kekasihnya. Dari mulai apa kesukaannya, hari ulang tahunnya dan yang paling membuat Baekhyun jengkel adalah, "Apa Chanyeol sedang dekat dengan seseorang?" ini sudah melewati batas menurutnya dan ia hanya menghela napas dan berusaha menahan emosinya.

"Kau bisa tanyakan sendiri padanya setelah kelas selesai." Jawabnya penuh dengan penekanan emosi.

Dengan mata berbinar Kristal tersenyum dan mulai tenang.

.

.

"Hyung!" dari kejauhan si jangkung melambai dengan senyum lebarnya. Ini adalah jam makan siang dan Chanyeol berjanji akan menemui Baekhyun di kantin.

Di samping pria mungil itu sudah berjaga Kristal yang penuh antusias melirik si jangkung bermarga Park itu. Matanya berbinar seperti seorang singa yang mendapatkan mangsanya dan jelas itu membuat si mungil bermarga Park lainnya tidak nyaman.

"Lama menunggu?" tanyanya setelah sampai di hadapan keduanya. Baekhyun tersenyum terpaksa walau tidak kentara dan Kristal menggeleng dengan senyum lebarnya.

"Mau memesan sesuatu?" si cantik berambut hitam itu menyodorkan sebuah menu pada Chanyeol namun bukan menerima buku menu, si jangkung itu melirik si kakak yang duduk tepat di sebelahnya.

"Ada yang ingin kau pesan?" tanya yang lebih muda dan Baekhyun melirik buku menu yang Chanyeol sodorkan.

"Pesan saja duluan. Aku belum lapar." Yang lebih tua tersenyum dan menyodorkan balik menu pada Chanyeol.

Menanggapi itu Chanyeol hanya tersenyum, ia berdiri dan menuju ke mesin menu.

"Apa Chanyeol selalu seperti itu?" si cantik berbisik tapi matanya menatap gerak-gerik si jangkung yang mengambil beberapa kertas dari mesin menu.

"Ya, dia selalu seperti itu." Jawab singkat seorang Baekhyun.

"Pada kakaknya saja dia baik, bagaimana pada kekasihnya." Mendengar ucapan itu, Baekhyun tersenyum bangga. Ya jelas Chanyeol sangat baik dan perhatian pada kakak dan kekasihnya karena itu adalah orang yang sama.

Tidak lama Chanyeol kembali dengan nampan penuh makanan, semangkuk jajangmyeon, ramyeon, dan sepiring nasi kare. Ia kembali duduk di sebelah Baekhyun dan menyodorkan semangkuk jajangmyeon.

"Makanlah!" Senyum lebar menyertai perkataan si jangkung sebelum ia menoleh pada Kristal dan menyodorkan semangkuk ramyeon.

"Aku hanya terpikir tentang ini dan kalau noona tidak suka,,"

"A-aku suka!" selanya dan ia menyambar sumpir itu dengan segera.

.

.

"Chanyeol." Panggil si cantik dan pria jangkung itu menoleh. "Apa kau sedang dekat dengan seseorang?"

"Ya." Singkatnya dan pria itu kembali melahap makanannya. Merasa kurang mengorek informasi, Kristal kembali membuka mulutnya.

"Bagaimana orangnya?"

Chanyeol terlihat berpikir sebelum akhirnya bersuara, "Dia manis, baik, dan pengertian." Jawabnya. Baekhyun tersenyum karena merasa dipuji oleh si jangkung berkuping peri itu.

"Apa seperti itu tipe 'wanita' idamanmu?" Mendengar itu Chanyeol mengerutkan keningnya dan kembali bersuara.

"Tidak ada kriteria apapun yang ku lihat dari seseorang. Kalau seseorang itu mengetarkan hatiku, itulah tipeku." Setelah menjelaskan tanpa menyebutkan pria atau wanita objek pembicaraannya, ia kembali memandang si manis dan tersenyum. "Kau mau menambah sesuatu, hyung?"

Baekhyun menggeleng dan kembali menyumpit jajameon di mangkuknya. Sekilas perasaan aneh di rasakan si cantik tapi ia masih belum mengartikan apa-apa dari sikap Chanyeol pada sang kakak.

...

Jongin sedang asik memeluk kekasihnya di kantin kampus mereka. Walau tidak seangkatan, setidaknya ia bisa melepas rindu lebih sering.

"Kau masih sering menghubungi Baekhyun hyung?" tanya si mata bulat dalam pelukan Jongin tapi si pria Tan itu menganggap pertanyaan itu sebuah aksi cemburu yang mengemaskan. Tentu saja bukan itu tujuan Kyungsoo menanyakan itu.

"Tidak sering. Terakhir kali 2 bulan yang lalu saat reuni SMA. Kenapa? Kau cemburu?" mata besar itu melirik si sumber suara dan pelototan yang nyaris membuat mata besarnya keluar.

"Aku tidak pernah menceburi kau dengan Baekhyun hyung. Aku tidak sebodoh Chanyeol yang mengira kau dan kakaknya adalah pasangan."

"Jadi maksut pertanyaannya itu apa?" polos yang lebih tua dan Kyungsoo memutar tubuhnya untuk menghadap seniornya yang ternyata bodoh itu.

"Ingat terakhir kali kita berkencan di taman kampus?" dan si Jongin itu mengangguk. "Siapa orang yang membuatmu berhenti menciumiku padahal itu kegiatan favoritmu?" si hitam berpikir dan bayangannya tertuju pada seseorang bertubuh tinggi.

"Sehun." Singkatnya masih menerawang.

"Nah, apa kau sudah memberitahu Baekhyun hyung kalau si bejat albino itu berkuliah di sini?" dan seketika pria di hadapannya bergumam dengan mulut terbuka.

"Aku belum memberitahu Baekhyun soal itu. Lagian untuk apa? Toh dia tidak akan menganggu Baekhyun lagi kan?" si mata bulat memejamkan matanya dan menggeleng. Sebagai seseorang yang pernah bersekolah di almamater yang sama, tentu Kyungsoo tahu betul bagaimana kakak seniornya itu.

"Untuk korban yang berhasil membuatnya sukses mungkin dia akan melupakannya, tapi untuk mangsa yang malah merugikannya, jangan harap ia akan melepaskannya. Itu yang terjadi pada Luhan."

...

Memang biasanya Baekhyun yang menunggu si jangkung di kantin di jam makan siang, tapi kali ini Chanyeol lah yang menunggu si manis di kantin. Senyumnya tak pernah absen mengukir di wajah tampannya dan semakin mengembang ketika si manis terlihat di hadapannya.

"Hyung!" panggil suara bas itu tapi ekspresinya memudar saat seseorang mengekor di belakang si manis.

"Menunggu lama?" tanya Baekhyun yang sama sekali tidak menyadari perubahan mimik muka yang lebih muda.

Chanyeol memelototi si pria jangkung di sebelah sang kakak. Memperhatikannya dari bawah ke atas sebelum buyar karena panggilan Baekhyun.

"Kau kenapa?" tidak ada jawaban. "Chanyeol?"

"Tidak, aku hanya teringat tugasku tadi. Jadi mau pesan apa?" ia Menganti topik secepat ia membalikan telapak tangan. Baekhyun hanya menunjuk sebuah gambar dan tanpa menanyakan orang ketiga di antara mereka ia bangkit dan menuju mesin menu.

"Aku juga harus memesan." Ucap pria lain yang duduk di sebelah Baekhyun. Nickhun menyusul Chanyeol dengan perasaan aneh, seingatnya ia tidak pernah bermasalah dengan adik dari temannya tapi kenapa orang bertubuh jangkung itu nampak tidak suka dengan kehadirannya.

"Kita pernah terlibat pertengkaran?" tanya yang lebih tua. Chanyeol yang mengantri hanya terdiam dan kemudian membalik tubuhnya menghadap pria lain di belakangnya.

"Tidak." Jawabnya singkat dan itu tidak menyelesaikan apa-apa.

"Lalu mengapa sikapmu seperti kita pernah terlibat pertengkaran?" ini adalah cara Nickhun menyelesaikan masalahnya. Chanyeol memutar otak tidak mungkin kan ia berkata kalau ia tidak suka kekasihnya dekat dengannya karena ia sadar bahwa pria manis yang duduk di bangku kantin itu adalah kakak biologisnya.

"Aku hanya,," ia memutar pandangannya sebelum menyelesaikan kalimat menggantung itu."Tidak suka." Lalu berbalik dan menyerahkan dua lembar kertas kecil berisi menu yang ia dan sang kakak pilih.

.

.

Selama menyantap makan siangnya, Chanyeol tidak pernah absen dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak terlalu penting pada kakaknya. Tapi itu sebagai pengalih perhatian sang kakak dari si pengganggu menyebalkan yang nyatanya tidak melakukan tindakan apa-apa. Chanyeol hanya cemburu.

"Setelah kelas selesai aku akan langsung menjemputmu ke kelas." Ucapnya untuk sang kakak tapi pandangannya mengarah pada lelaki jangkung lainnya.

Baekhyun tidak bodoh untuk tahu apa yang membuat adiknya seperti itu, maka ia menarik lengan kekar sang adik ke sudut ruangan.

"Ada apa denganmu?" katanya.

"Tidak ada apa-apa."

"Bohong! Jujur padaku!" desaknya dan si jangkung menghela napas sebelum akhirnya menjelaskan.

"Aku merasa temanmu itu menyukaimu." Ia angkat bicara. Baekhyun terkejut mendengar ucapan sang adik.

"Jangan bercanda, Nickhun-"

"Aku tahu dari saat pertama kali aku bertemu dengannya. Caranya memandangmu berbeda hyung." Jelasnya, Baekhyun masih belum bisa mempercayai si jangkung di hadapannya.

"Ucapanmu sudah tidak karuan. Nanti kita bicara lagi." Ia berbalik meninggalkan Chanyeol yang memandang sendu pada punggung sempit yang menghilang di balik kerumunan orang.

.

.

"Harus berapa kali kukatakan untuk tidak mengangguk di jam kuliah?" betapa kesal si penerima panggilan di luar kelas. Sehun hanya berdecak sebelum akhirnya bersuara.

"Kau bukan siapa-siapa yang bisa mengatur kapan aku harus menghubungimu! Bagaimana dengan tugasmu?" Sehun menumpangkan kakinya di sebuah sofa mahal di ruang tamu keluarga Oh.

"Aku sedang berusaha dan..." ia tidak meneruskan kata-katanya." Pokonya tunggulah hasil dari usahaku ini. Terkadang aku berpikir, apa paman Oh tidak pernah mendidik anaknya? Sopan santunmu sangat jelek Oh Sehun!" dan sambungan di putus sepihak oleh si penerima telepon.

Sehun memandang ponselnya dan meletakan benda itu di atas meja kaca di samping sofa mewah itu. Ia sangat tidak suka menunggu dan apa yang dikerjakan orang itu terlalu lamban dan itu selalu membuatnya jengkel.

"Waktunya minum obat." Ucap seorang wanita paruh baya yang memasuki ruangan anak satu-satunya keluarga Oh itu.

"Aku tahu Bu." Dengan malas ia mengambil obat dan meminumnya.

Sang ibu mengambil duduk di sofa lain dan memandang sang anak yang baru saja meminum obatnya.

"Bagaimana kuliahmu?" menunggu jawaban mantan nyonya Oh itu menumpangkan kaki jenjangnya di kaki lainnya dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Tidak ada yang istimewa."

"Ibu berharap kebiasanmu di SMA jangan kau bawa pada kehidupan kampus sekarang ini."wejangan sang ibu.

"Ibu tidak berhak mengatur hidupku!" nada tinggi itu menggema di ruangan besar kedaman Oh. Si nyonya menghela napas dan memajukan sedikit tubuhnya ke depan.

"Ibu memang bukan bagian dari keluarga Oh lagi, tapi ingat ibu masih ibu bologismu. Jadi ikuti perintah ibu atau ibu akan menyuruh ayah untuk mengirimmu ke afrika!" itu bukan sekedar ancaman dan Sehun menelan ludahnya tegang.

"Rubah kebisaan burukmu dan fokus pada kuliahmu. Atau-" si ibu menjeda dan bangkit, "Kau akan menjadi orang tertampan di antara orang-orang afrika." Dan kemudian berlalu meninggallkan sang anak yang masih membayangkan dirinya dikerumuni orang-orang berkulit hitam.

...

"Maaf menunggu lama." Mendengar suara itu Chanyeol mengangkat wajahnya dan mendapati Kristal berdiri di depan meja kantin. Wajahnya masih sama cantik seperti kemarin tapi dirinya tidak tertarik.

Pria jangkung itu mengeser arah pandangnya, mencari sosok kecil kesukaannya." Maaf, Baekhyun sedang sibuk dengan tugasnya jadi aku datang ke sini untuk memberitahumu." melihat Chanyeol mengerutkan keningnya si cantik ini kembali berucap.

"Baekhyun bersama Nickhun di perpustakaan. Mereka selalu begitu." Ucapnya dengan senyum manis dan mengambil duduk di hadapan si jangkung.

Chanyeol meraih ponselnya dan mengetik sebuah pesan yang ditujukan pada hyungnya.

"Aku boleh bertanya?" Chanyeol mengalihkan pandangnya pada wanita di depannya. "Apa kau tidak menyukaiku?" lanjutnya dan si jangkung itu mengerutkan keningnya bingung.

"Ma, maksutku apa aku membosankan?"

"Tidak." Jawabnya cepat yang pasti tanpa berpikir.

"La, lalu—"

"Noona, aku sama sekali tidak menganggapmu membosankan dan bukan aku tidak menyukaimu." Dan si cantik mengembangkan senyumnya dan memotong perkataan Chanyeol.

"Kalau begitu kau menyukaiku?" sekali lagi si jangkung mengerutkan kening.

Chanyeol menghela napas dan mulai merangkai kata. "Noona," Kristal memasang kupingnya. "Bukan berarti saat aku berkata seperti itu, berarti aku menyukaimu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman hyungku."

"Tapi apa ada harapan untukku membuka hatimu?"

"Noona, kau cantik dan aku yakin, kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari pada aku." Tapi Kristal terus berkeras membujuk si tampan di hadapannya.

"Dan aku ingin pria itu adalah kau." Chanyeol tertegun sejenak. Apakah dulu ia seperti ini pada hyungnya? "Aku akan menunggu sampai hatimu luluh."

Chanyeol tersenyum manis dan membuat siapa saja yang melihatnya teduh. Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang tanpa memandang layarnya. Menempelkan ponsel itu di telinga dan menyapa seseorang di sebrang telepon.

"Hyang, kau ada di mana?" lalu beranjak meninggalkan wanita itu.

.

.

Pria di sebelahnya fokus pada buku tebal di atas meja dan tatapan Chanyeol hanya berfokus pada pria kecil di sebelah yang lain. Berjalan perlahan si jangkung ini layaknya seorang tokoh utama di drama-drama televisi. Bercahaya dengan karisma yang menawan. Semua mata wanita terarah padanya dan bahkan ada yang sampai menjatuhkan ponselnya di lantai dengan mulut terbuka lebar.

Ia sudah berada di meja Baekhyun yang masih mencatat sesuatu. Fokusnya tak teralih sama sekali.

"Ehem," dan barulah Baekhyun mendongak untuk melihat siapa yang ada di hadapannya.

"Chanyeol?"

"Sudah makan?" senyum menawan itu terukir indah.

"Be, belum." Si kecil merasakan sesuatu yang aneh dari senyuman Chanyeol itu dan saat ia melihat sekitarnya, ternyata Nickhun berada sangat dekat dengannya dan hal itu membuat ia teringat akan ucapan Chanyeol tentang temannya yang memiliki perasaan lain terhadapnya.

Chanyeol dengan setia menunggu dan terkadang memberitahu si mungil kalau ada beberapa kalimat yang salah. Tapi Baekhyun tetap merasa ada yang aneh dengan sikap Chanyeol itu.

"A, aku....ke toilet dulu." Katanya lalu beranjak. Tinggallah Chanyeol dan Nickhun yang masih terdiam di tempatnya masing-masing.

Sudah 10 menit dan Baekhyun belum juga kembali dari toilet. Bukan karena Chanyeol menghawatirkan Baekhyun, tapi karena tidak ada perbincangan di antara dia dan Nickhun juga dirinya tidak sudi berbincang dengan pria berdarah Thailand itu. Ia bangkit dan berjalan ke arah toilen yang terletak di luar perpustakaan kampus mereka.

Keadaan di sana sangat sepi karena saat itu bertepatan dengan pergantian jam. Dari 5 bilik, hanya ada satu yang tertutup tandanya di situlah Baekhyun berada. Diketuknya pintu itu dan ia panggil nama sang kakak dan gumaman yang ia dapatkan.

"Hyung?" panggilnya lagi.

"A, ada apa?" gugup dari suara itu, Baekhyun sebenarnya merasa takut dengan situasi ini maka ia melarikan diri dan tanpa disangka sang adik mengejarnya jadi ia harus bagaimana?

"Aku tahu kau tidak melakukan apa-apa di dalam, jadi buka pintunya, hyung." Pintanya dan tidak lama pintu terbuka dan Chanyeol bisa masuk.

Baekhyun duduk di atas kloset yang tertutup dan menundukkan kepalanya. Situasi yang aneh tentunya bagi Chanyeol.

Si jangkung merendahkan tubuhnya dan mendongak untuk memandang wajah si kecil itu, "Ada apa?" katanya lembut dan Baekhyun mengangkat wajahnya.

"Aku merasa suasana hari ini aneh." Cicitnya dan ia melanjutkan, "Aku merasa kau aneh hari ini." Ucapnya lagi dan si jangkung ini tahu kalau sang kakak menyadari kalau dirinya cemburu pada Nickhun.

"Apa yang kau rasakan?"

"Aku tidak mengerti, tapi rasanya kau hari ini aneh sekali."

"Kalau kau tidak mengerti biar aku yang menjelaskan." Baekhyun merasa bingung, bagaimana Chanyeol tahu sedangkan dirinya sendiri merasa tidak tahu apa hal yang aneh itu. Tapi ketika mendengar itu dari mulut tebal Chanyeol ia tahu apa perasaan aneh itu.

"Perasaan aneh yang kau rasakan adalah rasa cemburuku. Jadi bisakah hyung tidak terlalu dekat dengan pria lain selain aku?" Baekhyun membutuhkan waktu beberapa detik untuk berpikir dan anggukan sebagai jawabannya.

.

.

Baekhyun menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Ia mencegah desahan itu keluar dari bibir tipisnya karena pekerjaan si jangkung di bawah sana. Ya, Chanyeol sedang melampiaskan rasa cemburunya dengan menghajar lubang sang kekasih.

Kegiatan panas mereka memang belum berlangsung lama, sekitar 15 menit yang lalu diawali dengan si jangkung yang meredakan rasa aneh dari sang pasangan yang berujung pada kegiatan panas keduanya. Belum selesai kegiatan mereka, terdengar pintu toilet terbuka dan masuk beberapa orang.

Mereka terdengar sedang berbincang dengan topik Baekhyun yang sempat disebut salah satu di antaranya.

"Aku tak mengerti mengapa Baekhyun begitu mengoda di mataku?" ucap salah seorang yang menghadap kloset pria.

Orang yang lainnya menanggapi dengan kegiatan yang sama, "Aku bahkan membayangkannya mendesah dengan nada merdu. Ditambah dia menyebutkan namaku, lengkap sudah kegiatan beronaniku tiap malam."

Chanyeol yang mendengar itu geram. Jelas bagaimana tidak, kekasihnya dipakai orang lain sebagai bahan hayalan sexsual. Walau hanya sebagai alat, tapi tetap ia tidak terima. Ia mepercepat genjotannya di bawah sana dan menarik lengan Baekhyun agar suara desahan itu terdengar.

"Ahhh….nggmmhh… Chan… Yeollhh…"dengan itu kedua lelaki yang sedang asik menggosip itu terdiam dan Chanyeol menyeringai seperti tahu ekspesi dari kedua pria itu.

Menyelesaikan segalanya dengan cepat, Chanyeol menggendong si mungil layaknya seorang putri dan keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melewati dua mahluk yang masih mematung di depan cermin.

"Bayangkan kekasihmu sendiri saat beronani!" peringatan si jangkung lalu menghilang di balik pintu toilet.

.

.

Chanyeol membaringkan Baekhyun di atas ranjang ruang kesehatan. Sebelumnya Chanyeol sudah meminta izin pada perawat untuk meminjam sebuah ruangan karena kakaknya sedang sakit. Tidak berbohong karena Baekhyun dalam kondisi lemas tapi tak perlu di periksa karena ya alasan lainnya karena kakaknya hanya kelelahan saja.

"Aku akan mengambil barang-barangmu di perpustakaan dan hyung bisa beristirahat di sini." Wejangan si jangkung seraya mengelus Surai kelam milik kekasihnya.

"Cepat kembali." Ucapnya lemah dan Chanyeol mengiyahi dan mengecup kening si kecil sebelum meninggalkan Baekhyun di ruang poliklinik

.

.

Setelah menaruh kendaraannya di tempat parkir, si jangkung itu menggendong yang lebih tua ke dalam apartemen. Membuka pintu apartemen dan memasuki ruangan di apartemen sederhana mereka.

Memasuki kamar mereka, Baekhyun kembali di baringkan di ranjang mereka. Chanyeol bersimpuh di pinggir ranjang mereka dan mengelus lembut surai itu.

"Maafkan aku." Bisik yang lebih muda menyesali kesalahannya tapi Baekhyun menggeleng dan mengusap sisi wajah si tampannya.

"Ini bukan kesalahanmu."ucapnya dan si jangkung mengecup lengan si kecil. Senyuman manis itu terukir di bibir tipis Baekhyun, ia selalu suka sentuhan lembut Chanyeol.

"Kau tahu sejak kapan aku menyukaimu?" tanya yang lebih muda dan Baekhyun menggeleng pelan.

"Sejak aku sakit dan kau batal mengikuti tes ujian masuk SMP." Lanjutnya.

Baekhyun menatap Chanyeol tak percaya. "Bukankah itu Chanlie?" Chanyeol menggeleng lalu memejamkan mata dan mencium punggung tangan kekasihnya.

"Itu aku. Dan sejak itu aku menyukaimu."

"Hanya karena aku merawatmu?"

"Karena kau lebih memilih merawatku dari pada ujian masuk SMP yang kau idam-idamkan."

"Kau tersentuh karena itu?" dan tahunya Chanyeol tersenyum.

"Lebih dari itu. Aku jatuh hati padamu karena itu." Senyum itu kembali tercipta dan menghangatkan hati yang lebih kecil.

"Selama itu kau memendam rasa padaku?" dengan wajah imut si jangkung mengangguk. Entah mengapa, Baekhyun selalu suka ketika sang adik bermanja-manja padanya. Entah itu saat mereka berduaan atau di hadapan banyak orang. Itu menjadi hal istimewa karena sang adik selalu bersikap mandiri dan ingin terlihat dewasa dari pada umurnya.

Baekhyun juga suka ketika perhatian sang adik hanya tertuju padanya, apalagi ketika ada sosok lain yang lebih rupawan dari pada dirinya menaruh hati pada si jangkung berkuping perinya itu. Sesuatu yang membanggakan. Bagaimana tidak, seseorang yang seperti Chanyeol dengan karisma, ketampanan yang banyak di kagumi kaum hawa hanya memperhatikannya seorang. Ya walau tanpa sadar dia juga merupakan mahluk menawan lainnya di mata kaum pencinta keindah lainnya.

"Mau mandi bersama?" tanya yang lebih jangkung dan anggukan Baekhyun menjadi jawabannya.

.

.

Chanyeol menyiapkan air hangat di bathup lalu menyalakan shower untuk membersihkan tubuh mereka sebelum berendam. Suhunya sudah diatur karena Baekhyun tidak suka terlalu panas.

Ini bukan kali pertama mereka mandi bersama jadi si jangkung hapal betul bagaimana kebiasaan sang kakak saat membersihkan diri. Sudah puluhan kali bahkan ratusan kali mereka saling membersihkan diri. Entah itu saling menggosok punggung, berkeramas dan bahkan berujung dengan adegan panas.

Chanyeol yang pertama masuk ke bathup untuk mengecek suhu airnya dan di sambung Baekhyun yang bersandar pada dada bidang si jangkung. Ia benar-benar menyamankan diri pada pelukan si jangkung. Rasanya begitu rileks dan itu hal yang ia suka saat suasana seperti ini. Kalau dalam film-film barat mungkin air akan terisi penuh bunga mawar dan dua cangkir anggur untuk melengkapi suasana romantis seperti ini.

"Kau sangat tahu apa yang ku suka dan tidak ku suka, tapi aku tidak tahu banyak mengenaimu." Tahunya Baekhyun bersuara sekita mereka saling berbagi kehangatan. Chanyeol menggenggam lengan si mungil. Menautkan jari-jari mereka dan kemudian mengecup punggung tangan yang lebih tua.

"Apa yang ingin kau ketahui dari adikmu ini?"

"Semuanya."jawabnya. si jangkung berpikir sejenak sebelum memulai.

"Yang ku sukai adalah, ketika kau tersenyum padaku, ketika kau memasakan sarapan untukku, ketika kau membangunkanku di pagi hari, ketika kau-"

"Yang lain selain tentangku!" air yang mereka gunakan berendam memang tidak panas, tapi wajah Baekhyun merona sempurna seperti udang rebus. Jangan di tanya karena ulah siapa.

Chanyeol kembali berpikir dan kemudian ia kembali bersuara, "Sebenarnya kau lebih tahu apa yang kusukai." Kerutan di dahi Baekhyun tercipta.

Pria berkuping peri itu menarik tubuh yang lebih kecil untuk bersandar dan memeluknya erat. Ia mengecup pucuk kepala Baekhyun sebelum akhirnya menjelaskan.

"Hyung ingat? Siapa yang mengalah ketika aku tidak bisa tidur dalam keadaan lampu mati? Dan siapa yang selalu siap siaga dengan sekotak susu murni ketika aku lupa membawa obat alergiku? Siapa yang selalu membuatkanku bubur saat semua orang tidak tahu hal pertama yang harus ku konsumsi saat sakit adalah benda yang tidak perlu di kunyah? Hanya kau, Hyung. Jadi kau lebih tahu apa yang ku suka lebih dari diriku sendiri."

...

Kristal kembali mengungkit tentang adiknya. Bertanya banyak hal Yang membuat Baekhun tidak suka. Tapi semua itu ia tahan karena tidak mungkin ia membongkar hubungan terlarang antara dia dan sang adik. Maka ia hanya menjawab Yang bisa ia jawab dan berkata 'tidak tahu' untuk pertanyaan Yang mengusik emosinya.

"Boleh aku ke apartemen kalian?" Hal itu sukses membuat Baekhyun meliriknya horror. "Kenapa?"

"Eh,, tidak baik seorang wanita mengunjungi kediaman dua pria lajang." Alasan kuno.

"Tapi aku berkunjung di siang hari dan aku berjanji tidak akan sampai malam!" tapi Baekhyun tetap menggeleng kan kepalanya.

"Kalau alasanmu adalah ingin lebih dekat dengan Chanyeol, tidak usah menemuinya di apartemen. Kau bisa menemuinya di jurusan seni." Entah ini adalah semuah jawaban Yang tepat atau akan membuat hatinya semakin hancur. Baekhyun tidak tahu.

"Tapi Chanyeol... "

"Chanyeol memang orang Yang sulit didekati dan kalau dia audah berkata tidak, maka itu mutlak." Dan pembelajaran saat itu pun berakhir.

.

.

Setelah menghabiskan 3 gelas Soju, Baekhyung tumbang dan mengucapkan kata-kata acak yang tidak dimengerti. Ia masih kesal dengan kejadian tadi siang di mana Kristal menanyainya tentang Chanyeol.

Nickhun berniat mengantar si pria cantik ini tapi Kristal mengambil ponselnya dan menghubungi Chanyeol. Hilang sudah kesempatan si jangkung untuk mampir ke apartemen Baekhyun.

Maksud Kristal memanggil Chanyeol sebenarnya ingin bertemu dengan pria jangkung itu maka dari itu ia bersih kukuh menawarkan diri untuk menghubungi pria itu. Dan tidak menunggu lama pria itu sampai dengan napas tersengal-sengal karena berlari dari halte. Ia tahu kalau dirinya membawa motor, itu akan berbahaya karena orang mabuk akan bergerak tanpa kontrol maka ia memutuskan untuk menaiki bis ke tepat Baekhyun berada.

"Sepertinya Baekhyun tidak terlalu kuat minum, ia baru minum 3 gelas dan tumpang." Ujar Kristal yang mengantar Chanyeol ke meja mereka.

"Dia memang tidak pernah minum-minuman beralkohol." Ia membereskan barang dan lalu memapah si kecil itu.

Chanyeol menggendong tas sang kakak di bagian depan dan menggendong si kakak di bagian belakang. Setelah pamit ia berjalan menuju pintu depan dan meninggalkan cafe itu.

Ada sedikit rasa kecewa karena ternyata Chanyeol tidak duduk untuk berbincang dengannya tapi ada sedikit harapan karena sebuah buku milik Baekhyun tertinggal di meja. Maka dari itu tidak menunggu lama si cantik itu meraih buku tebal di atas meja dan menyusul pasangan itu yang pastinya belum terlalu jauh.

.

.

Sepanjang perjalanan Baekhyun masih tetap berbicara tak karuan yang selalu membuat Chanyeol menarik ujung bibirnya ke atas. Tapi ada sesuatu yang membuat hatinya menghangat ketika Baekhyun dengan manja dan jenaka memanggil namanya berulang.

"Chanyeol" panggilnya dan Chanyeol hanya bergumam 'Hemm' tapi Baekhyun kembali memanggil nama adiknya itu.

"Chanyeol,,"panggilnya lagi, "Yeolli" namun saat nama itu terucap, Chanyeol menghentikan langkahnya. Seraya dengan itu Baekhyun membawa wajah si jangkung ke samping dan mengecup bibir tebal sang adik.

Dari kejauhan seorang gadis terdiam membeku karena pemandangan yang sangat mengejutkan baginya itu terekam dengan otomatis oleh indra penglihatannya.

.

.

Chanyeol membaringkan sang kakak dengan hati-hati di ranjang mereka. Dengan telaten ia membuka baju yang berbau tidak sedap itu dengan pakaian bersih dan menaruh pakaian itu di keranjang pakaian kotor.

Setelah membereskan berbagai kekacauan itu, ia kembali ke kamar dan menempatkan tubuhnya di samping sang kakak yang terbaring damai. Ini adalah kali kedua ia melihat Baekhyun dalam keadaan mabuk. Karena sebelumnya, Baekhyun pernah mabuk saat mereka berselisih paham. Dan kali ini pemandangan itu menjadi hal terlucu karena Baekhyun tak henti-hentinya memanggil nama Chanyeol dan bergumam kata cinta yang membuat si jangkung itu tak henti-hentinya tersenyum.

Punggung jari telunjuk itu menyentuh halusnya kulit wajah Baekhyun yang putih bagai porselen. Sampai detik ini ia masih tak percaya dengan hubungan sulit mereka. Perasaan takut yang menyelubunginya selalu membuatnya ragu tapi dengan melihat senyum di wajah Baekhyun rasa itu selalu sirna terganti dengan rasa ingin memperjuangkan.

Perlahan mata itu memberat seraya nyaman pelukan di jangkung di tubuh yang lebih kecil menghantarkan mereka pada mimpi indah yang di rencanakan Tuhan kepada mereka.

...

Jadwal hari ini adalah membeli beberapa kebutuhan dapur, memasak, dan membersihkan apartemen mereka. Hari ini adalah hari bebasnya karena jadwal kuliah Chanyeol dalam seminggu hanya 4 hari dan sisanya adalah libur dan kegiatan lain.

Dengan beberapa kantung di kedua tangannya ia berjalan menyusuri sebuah gang besar. Ini adalah rute menuju apartemen sederhana mereka. Menuju sebuah belokan, ia melihat hyungnya berjalan agak tergesa. Berniat menyapa tapi ketika gerakan itu terlihat jangal baginya, ia enggan namun saat seseorang mengikutinya dengan setelan serba hitam juga dengan topi hitam.

Langkahnya dibuat cepat dan kantung dikumpulkan di satu tangan lalu tangan itu terulur untuk menggapai bahu pria yang ada di hadapannya. Pria itu berhenti dan Chanyeol mensejajarkan tubuh mereka dan merangkul penguntit itu dengan lengan kosongnya.

.

.

Pandangan semua orang menatap aneh pada dua pria di meja sudut ruangan. Yang satu dengan topi dan setelan serba hitam sedangkan yang satunya membawa beberapa kantung belanjaan yang ia taruh di bawah meja mereka.

Pria lain itu menundukkan wajahnya dan Chanyeol dengan santainya menyeruput minuman walau tatapan orang-orang aneh padanya. Chanyeol mengenal pria itu? Ya dia sangat mengenal pria itu. Orang yang sudah ia curigai sejak awal ia melihat pria itu. Nickhun.

"Jadi ada yang mau kau jelaskan?" dengan nada santai si jangkung itu membuka percakapan. Nickhun mengangkat wajahnya. "Ok mulai dari kenapa kau mengikuti kakakku?" interogasi di mulai.

"Itu.." si tersangka memutar otak dengan keras. Apa ia harus jujur pada pria di hadapannya atau berbohong untuk menutupi penyimpangannya sebagai gay.

"Kau menyukai kakak ku, kan?" yang lebih muda membuka suaranya. Nickhun mengangkat wajahnya memandang tak percaya pada pria jangkung yang kembali menyeruput minumannya. Sejelas itukah perlakuannya pada Baekhyun sampai sang adik tahu perasaan yang dengan susah payah ia sembunyikan itu.

"Hyung memang menyimpang, tapi dia sudah memiliki seseorang di hidupnya." Seperti cenayang, Chanyeol kembali berbicara dengan santai tapi pria lain semakin membulatkan matanya. "Jadi carilah orang lain yang bisa membalas perasaanmu." Setelah mengucapkan itu si jangkung mengambil kantung belanjaan di bawah meja dan meninggalkan Nickhun.

Pria bersetelan serba hitam itu meraih ponselnya dan menyambut sebuah suara yang sedari tadi menghubunginya.

Lelaki berdarah Thailand itu memutar bolpoinnya dengan jemari, itu yang akan ia lakukan di kala ia berpikir atau sedang bosan. Jadi keadaan pria itu sekarang di antara keduanya. Di kelas pertma sahabat baiknya, Baekhyun tidak masuk kelas karena perutnya mendadak sakit dan saat ini pria mungil itu pun tidak hadir di rutinitasnya mengunjungi perpustakaan karena ia lebih memilih bersama adiknya.

Mengingat tentang Chanyeol, ia sedikit curiga pada sikap Chanyeol yang tidak seperti seorang adik. Ia lebih terlihat seperti seoran kekasih yang melindungi kakaknya dari pria lain. Walau di beberapa kasus memang kebanyakan seorang adik atau kakak seperti itu, tapi jarang sekali terjadi pada seorang pria.

Sementara otaknya berpikir keras ia sampai tidak menyadari kedatangan Kristal yang akhirnya menepuk bahu si tampan untuk menyadarkannya dari lamunan.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya si cantik. Nikchun memperbaiki duduknya dan tersenyum canggung.

"Tidak ada."

"Apa itu Baekhyun?" Tanya si cantk lagi. Wajah Nickhun langsung berubah merah dan si cantik tau betul gelagat seseorang yang sedang jatuh cinta.

"Mau kubantu?" sebuah harapan datang, Nickhun menatapnya penuh harap membuat yang lain tersenyum karenanya.

...

Seorang gadis cantik memasuki koridor ramai yang penuh dengan orang-orang berpenampilan aneh. Sebagian mengenakan celemek di tubuhnya dan sebagian sedang menatap papan dan menggoreskan kuas.

Ia mencari sesosok pria jangkung nan tampan yang berjurusan di sana. Kristal mengintip tiap kelas lewat jendela dan selalu nihil. Tapi saat dirinya melewati sebuah kelas di paling pojok, ia melihat pria yang ia cari sedang tertidur di sebuah meja di dalam kelas.

Badan si jangkung membungkuk dengan alas meja dan bantalan lengan kekarnya. Ekspreainya damai Yang berbanding terbalik jika Kristal mengajaknya bicara. Tak sadar jemari lentik itu menyentuh permukaan kulit si tampan yang membuat lelaki itu mengerenyitkan dahinya.

Walau terusik, Chanyeol tidak membuka matanya yang membuat si cantik itu membungkukan tubuhnya dan mendekatkan wajah mereka.

"Apa yang kau lakukan?" Kristal mematung ketika mata besar itu terbuka dan menatap tajam pada si cantik Yang seinci lagi mengenai bibir tebal itu.

Salah tingkah, hal pertama yang ia lakukan adalah menegapkan kembali tubuhnya dan berusaha mencari jawaban.

"Aku... "

"Jangan mencari gara-gara di jurusan orang." Si jangkung bangkit dan membereskan barang-barangbya.

"Kenapa kau begitu dingin padaku?"

"Karena noona menyatakan perasaanmu padaku." Dan jawaban itu langsung jerjawab.

"Kenapa kau tidak menyukaiku?" Ia menunggu namun Chanyeol tidak juga membalik tubuhnya untuk sekedar melihat ekspresi terluka Yang lebih tua.

"Karena kau seorabg wanita." Dan lalu si jangkung meninggalkan ruangan itu, seolah memberi teka-teki yang harus di jawab olehnya

"Kenapa Wajahmu ditekuk seperti itu?" ucap si albino ketika seorang gadis cantik melenggang kedalam ruangannya. Itu adalah Kristal dengan segala amarahnya.

"Tidak mungkin aku kalah dari seorang pria!" suara tinggi itu melengkik membuat siapa saja di ruangan itu menutup kupingnya. Sehun memejamkan mata dengan tikungan di dahinya menahan lengkingan tajam yang menusuk gendang telingannya.

"Jangan kau bilang itu adalah Baekhyun." Dan tepat sasaran.

"Kau tahu?"

"Ya dan hal yang sama kurasakan ketika itu." Santai si jangkung membereskan beberapa kekacauan di meja besar di ruangan tersebut.

"Apa mereka benar-benar bersaudara?"

"Bisa lalu lihat. Mereka menyandang marga yang sama."

"Tapi-"

"Tidak usah kau pusingkan. Yang perlu kau lakukan hanya merebut hati Chanyeol dan dendamku terbalaskan." Ucapnya dengan rasa bencinyang mendalam.

"Kau hanya terlalu terbawa perasaan. Kalah karena taruhan tidak seharusnya membuatmu melakukan pembalasan sampai sebegininya."

"Jangan menceramahiku. Jika kau memang tidak berniat membantuku, lebih baik pergi dan aku akan melakukan segalanya menurut keinginanku."

...

Dalam rangka mempererat hubungan satu club' sastra, Baekhyun dan kawan-kawan mengadakan sebuah acara berkemah di sebuah kawasan di daerah Busan.

Dengan segala cara Chanyeol memohon untuk ikut dan di sinilah dia, duduk bersebelahan dengan sang kekasih di dalam bis.

Baekhyun memeluk lengan Chanyeol tanpa sadar dan menyandarkan kepalanya pada bahu bidang milik sang adik. Ia bergumam namun telinga lebar itu menangkap kata-kata yang diucapkan si kecil.

"Aku mengantuk." Ucapnya seraya mata sipit itu terpejam. Sebelum yang lebih muda menjawab, Chanyeol mengecup pucuk kepala sang kakak yang membuat orang di samping mereka berbisik.

"Tidurlah." Jawab yang lebih tinggi setelah kegiatan favoritnya. Mendengar bisik-bisik di antara tamannya, si Jung cantik bangkit dan mendatangi bangku belakang tempat di mana sang sahabat berada.

"Pindah ke bangkuku, aku mau bicara." Ucapnya tanpa basa-basi. Chanyeol melirik lengannya yang bertahutan dengan lengan yang lebih kecil.

"Aku tak bisa. Kalau ada yang ingin kau katakan, katakan di sini." Ujarnya dan itu membuat Kristal menahan kesal sebelum akhirnya meninggalkan dua sejoli itu.

.

.

Sesampainya di sana panitia di jadwalkan berkumpul untuk membahas rencana mereka di hari pertama sedangkan anggota lainnya sibuk membangun tenda di tempat yang sudah disediakan. Melihat adik dari sahabatnya membangun sebuah tenda, Kristal memanfaatkan peluang itu untuk mendekati Chanyeol dengan alasan membantu.

"Ada yang perlu ku bantu?" tawar si cantik dan Chanyeol mendongak pada sumber suara. Chanyeol kembali pada kegiatannya dan Kristal berjongkong di sebelah si jangkung.

"Kalau kau butuh-"

"Aku bisa mengerjakannya –" namun sebelum kalimat itu terselesaikan, tenda di hadapannya rubuh kembali.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk membangun tenda bila di tangan ahlinya. Dulu Kristal adalah anak Pramuka jadi tak heran kalau ia bisa dengan mudah membangun sebuah tenda dengan mudahnya.

"Terima kasih atas bantuannya, Noona" ucap yang lebih muda. Kristal tersenyum tapi panggilan Noona yang Chanyeol sematkan di akhir kalimatnya membuat dirinya tak nyaman.

"Bisa kau panggil aku dengan Kristal saja?" pintanya.

"Kenapa? Kau lebih tua dari ku dan juga kau sahabat baik hyungku. Jadi wajarkan aku memanggilmu ,Noona?" tapi wajah protes itu masih bertengger di wajah si manis.

"Kalau ini masih ada hubungannya dengan masalah kau yang menyukaiku, maaf jawabannya Mash tetap sama noona. Asal kau tahu, aku sudah memiliki kekasih." Lanjutnya.

"Orang itu adalah Baekhyun?" Chanyeol terkejut tapi ekspresinya masih tetap tenang.

"Aku mencintai hyungku seperti kekasihku sendiri. Jadi apa salah aku menganggap hyungku itu adalah kekasihku?" alasan yang menutupi kenyataan. Chanyeol berusaha keras untuk tidak menyangkal perkataan si cantik tapi tidak dengan berbohong soal hubungannya dengan Baekhyun karena itu menyakiti hatinya.

"Ta-"

"Noona, kau bisa kembali pada kegiatan mu. Terimakasih sudah membantuku." Dan ia menutup.percakapan itu sepihak.

.

.

Malam tiba dan kegiatan mereka belum sepenuhnya usai. Setelah beberapa game sudah di laksanakan sekarang adalah waktunya makan malam. Yang bertugas menyiapkan makanan adalah para panitia dan Baekhyun jelas termasuk di dalamnya.

Baekhyun bertugas untuk memotong sayuran dan membuat kari, sedangkan yang lain sibuk dengan daging dan sup lainnya. Melihat Kristal berkeliaran di sekitarnya, ia kembali teringat dengan kejadian tadi siang saat ia sedang rapat dan Kristal menghilang dan ternyata si cantik itu sedang berbincang setelah membangun tenda dengan kekasihnya.

Ia penasaran dengan apa yang mereka obrolkan karena ya, perbincangan mereka terlihat begitu serius saat itu.

"Kristal, bisa bantu aku?" pinta si kecil. Merasa namanya dipanggil Kristal menoleh dan mendatangi Baekhyun.

"Apa yang harus aku bantu?" tanyanya ramah karena ya Baekhyun adalah sahabatnya. Lengan lentik Baekhyun mengambil pisau dan beberapa bawang untuk Kristal kupas lalu iris.

"Bantu aku mengupas dan mengiris bawang. Aku tidak.tahan dengan baunya." Ucapnya tanpa berdusta.

Lama hening, Baekhyun memecah keheningan dengan membuka percakapan.

"Tadi kulihat kau berbincang dengan Chanyeol?"

"Oh ya, aku membantunya membangun tenda dan berbincang sedikit." Jawabnya dengan sesekali tersenyum. Senyum palsu.

"Apa yang kalian obrolkan? Sepertinya serius sekali?"

"Sesuatu yang pribadi." Ekspresi Kristal berubah seiring kalimat itu terucap dan hal.itu tertangkap mata Baekhyun. Apa si cantik ini menyatakan perasaannya pada sang adik?

...

"Dan-"

"Dan untuk ke dua kalinya Kristal Noona menyatakan perasaannya padaku." Potong si jangkung. Air muka Baekhyun seketika berubah. Inilah yang ia tidak suka ketika ia dan kekasihnya berasa di lingkungan yang sama.

Bukan berarti ia tidak senang ketika nyaris setiap hari ia akan berada di tempat yang sama dengan pujaan hatinya, tapi ketika orang yang kau kenal justru menjadi penengah hubunganmu dengan sang kekasih itu menjadi masalah utamanya.

Menyadari suasana hati Baekhyun berubah, Chanyeol menggenggam jemari sang kakak dan mengecupnya dengan sepenuh hati. Kemudian ia kembali menatap mata sedih Baekhyun.

"Dan untuk ke sekian kalinya aku menolak perasaannya." Tapi tak ada perubahan dari wajah si kecil.

Ia jelas tahu apa yang akan dilakukan Chanyeol. Tapi dirinya tetap tidak bisa menutupi bagaimana perasaannya saat ini. Ia cemburu, ia tidak suka ketika miliknya disinggung oleh orang lain. Tapi bukan berarti ia tidak mempercayai Chanyeol.

"Aku bukan tidak mempercayaiku." Mulainya. "Hanya saja aku,-"

"Ya aku tahu." Balas yang lain seperti tahu apa yang akan di ucapkan Baekhyun. Ia menggiring jemari lentik itu untuk menyentuh pipinya. Menikmati lengannya yang masih dingin karena udara di luar sana.

"Aku mengatakan padanya kalau aku mencintaimu." Mata sipit itu membelalak dan Chanyeol tahu reaksi apa yang ditimbulkan oleh ucapannya itu. "Aku mengatakan kalau rasa cintaku pada hyungku lebih besar dari perasaan seorang lelaki pada kekasihnya. Dan aku cukup hanya karena itu." Masih ada pertanyaan di otak si kecil , 'Apa Kristal mencurigai hubungannya?'. Tapi biarkan pertanyaan itu terjawab seraya berjalannya waktu. Maka tidak ia utarakan rasa penasarannya itu.

Ada satu hal lagi yang terlintas di benaknya saat perjalanan menuju tenda. Untuk merubah suasana saat ini, maka ia memilih topik lain untuk diutarakan.

"Lalu, kenapa jarak tenda ini lebih jauh dari jarak tenda yang lain?" terlontarlah pertanyaan yang selama perjalanan tadi terlintas di otaknya. Chanyeol hanya tersenyum dan mendekatkan wajah mereka. Si jangkung berhenti tepat di depan wajah manis sang kakak.

Matanya memperhatikan benar-benar betapa menawannya sang kekasih dari jarak sedekat ini. Bibir tebalnya menyentuh pipi kenyal Baekhyun dan kemudian berbisik tepat di telinganya.

"Karena aku tidak bisa menahan hasrat ketika berduaan saja denganmu di tempat sesempit ini." Mata sipit itu kembali melebar seraya lengan Chanyeol yang merayap mendekati lampu dan mematikannya.

Bibir tebal si dominan meraup haus bibir tipis Baekhyun seolah itu adalah mata air. Lengan kiri si jangkung merambat naik ke punggung yang lebih kecil dan menarik tubuh itu seraya ia merubah posisi mereka. Baekhyun berada di pangkuan sang adik dengan bibir masih saling melumat. Keadaan gelap di dalam tenda tak menyulitkan keduanya karna cahaya rembulan masih setia menemani mereka.

Baekhyun melenguh ketika bibir tebal kurang ajar itu menghisap lehernya, meninggalkan tanda kemerahan yang pasti akan menimbulkan tanya pada siapa pun yang melihatnya besok. Tidak puas hanya di situ, si jangkung membuka perlahan kancing kemeja yang dikenakan Baekhyun.

Chanyeol memilin puting mengeras Baekhyun dan si kecil itu semakin mengeraskan desahannya. Baekhyun bergerak gelisah karena penisnya mengembung di balik celananya yang sempit dan Chanyeol dengan senang hati membantu kekasihnya membebaskan junior itu dari kungkungan.

Gerakan lengan besar itu membuat Baekhyun menggila dan demi meredam suaranya yang tak bisa terkontrol, ia menghisap perpotongan leher Chanyeol hingga meninggalkan kemerahan yang sama seperti di lehernya.

"Aku tidak,, emm" dengan sekuat tenaga ia menahan desahan itu keluar.

"Keluarkan suaramu hyung, aku ingin mendengarnya!" namun sambil menggigit bibir bawahnya kuat,Baekhyun menggeleng.

Chanyeol tidak membiarkan Baekhyun tetap menahan suaranya maka ia mengusap lubang berkedut di bawah sana. Memasukan satu jarinya dan satu desahan terdengar dari bibir Baekhyun. Chanyeol menarik sudut bibirnya kemudian ia memperdalam jarinya dan hujan desahan kemabi terdengar. Itu yang ia inginkan.

...

Chanyeol benar-benar tidak membiarkan Baekhyun menciumnya atau pun meninggalkan jejak demi meredam desahannya. Ini sebuah siksaan bagi si mungil karena dengn begini siapapun yang tidak sengaja melintas akan mendengar suaranya dan mengetahui apa yang sedang mereka kerjakan di dalam tenda.

"Chanyeol.... Ah...ah.. Kumohon...." si kecil merengek. Sedikit iba dengan nada bicara Baekhyun, akhirnya Chanyeol mendaratkan bibirnya di permukaan bibir tipis kekasihnya. Desahan itu teredam, namun sesekali tetdengar lenguhan Baekhyun yang tederam bibir tebal sang adik atau bunyi saliva keduanya.

.

.

Baekhyun memeluk bantal di bawahnya matanya Juga terpejam dan tubuhnya terhentak kedepan karena kegiatan Chanyeol di belakangnya. Posisi si kecil menungging dan Chanyeol menunganginya dengan lengan besar miliknya meremas gumpalan daging milik kekasihnya.

"Cha… .ah… .ah.. Chanyeolhh.. Akuh.. Emm.."si kecil kembali mengigit bantal itu dan si jangkung mendongak dengan masa terpejam juga erangan nikmat menghantar pelepasannya. Cairan kental itu tertahan karet pelindung yang ia kenakan.

"Gomawo hyung." Bisiknya seraya tubuh jangkungnya menunduk dan mengecup pelipis Baelhyun dari samping. Entar sudah berapa lama mereka bercinta tapi yang pasti Chanyeol takan berhenti sampai ia benar-benar lelah.

"Aku mengantuk." Bisik yang lebih tua, matanya perlagan terpejam menikmati elusan jemari panjang kekasihnya.

"Tidurlah. Aku akan membereskan semua kekacauan ini."

Kegiatan kembali dimulai pada pukul 9 pagi setelah sarapan. Semua peserta kecuali Chanyeol bersiap di lapangan yang sudah di sediakan panitia.

"Semua peserta diharapkan sudah memiliki pasangan untuk lomba ini."ucap Kristal sebagai ketua pelaksana. Ia melirik Baekhyun yang sibuk dengan tali yang akan dipakai peserta untuk mengikat kaki berpasangan. Ia memiliki ide untuk lomba ini.

"Baekhyun!" Panggil Kristal dan Baekhyun langsung menghampiri gadis itu.

"Kau ikut bermain mewakili panitia." Ucapnya. Baekhyun sedikit terkejut karena lomba ini harus memiliki pasangan dan seperti mengerti Kristal menambahkan ucapannya, "Kau akan berpasangan dengan Nikhun. Ia juga belum mendapatkan pasangan."

.

.

Saat lomba tiba, Nichun cukup senang karena ia berpasangan dengan Baekhyun pria yang ia sukai tapi Baekhyun cemas karena ia pasti akan mendapati Chanyeol yang cemberut karena cemburu. Pria berkewarga negaraan Thailand itu berjongkok untuk mengikat kakinya dengan kaki Baekhyun.

Dari kejauhan Chanyeol membulatkan matanya ketika kekasihnya berdiri dengan seorang pria yang ia kenal sebagai orang yang mengagumi kekasihnya. Dan rasa cemburu itu mulai timbul dan berniat mendatangi Baekhyun. Namun tangannya ditarik oleh seseorang.

"Dia mewakili panitia." Ucap Kristal. Chanyeol menoleh dan nampak kesal.

"Kau pasti sengaja bukan?"

"Apa maksudmu?" Kristan memandang bingung pada sosok di sampingnya.

"Aku tahu kau sengaja memasangkan hyung dengan Nikhun." Ucapnya dengan nada ketus dan benar-benar tidak bersahabat. "Kalau kau mau melihat responku tentang hal ini, maaf aku tidak akan berubah pikiran dan tetap mencintai hyungku."

Mendengar itu sesungguhnya Kristal sedikit kesal, namun matanya terbelalak ketika tanda kemerahan menghiasi leher si jangkung seperti milik Baekhyun.

Acara berlangsung dengan meriah, kecerian terlihat dari para peserta. Baekhyun sibuk dengan kegiatannya sebagai panitia dan Chanyeol sibuk mengamati si kecil kekasihnya dari kejauhan.

Nichkun mendekati Baekhun dan menawarkan pertolongan. Si kecil itu menyambut dengan senang hati walau dalam hatinya cemas dengan Chanyeol.

"Setelah ini kau senggang?" Tanya yang lebih tinggi pada Baekhyun. Si kecil berpikir sejenak karena niatnya setelah ini adalah mendatangi Chanyeol dan memastikan kekasihnya itu tidak termakan api cemburu.

"Sepertinya aku harus menemui, Chanyeol. Kasihan tidak ada yang ia kenal di sini." Jawabnya dan itu membuat Nickhun bersedih. Melihat itu Baekhyun merasa iba. "Bagaimana kalau sore di taman dekat danau?" lanjutnya. Terlihat senyum pria jangkung itu terkembang setelah setuju dengan ide itu ia berlari dengan riangnya ke arah panitia yang lain.

.

.

Benar perkiraan pria manis ini kekasihnya merajuk dan mendiamkannya sejak ia datang.

"Apa karena perlombaan itu?" Baekhyun kembali bersuara dan pria jangkung itu masih betah mendiamkannya.

"Chanyeol" Baekhyun masih mencoba. "Maafkan aku. Tadi aku tak bisa menolak permintaan Kristal dan... "

"Kau menyukai ketika kalian bersama?" akhirnya pria itu bersuara. Ini seperti dejavu ketika Baekhyun merajuk saat Lisa sepupunya memginap.

"Aku tidak seperti itu!"

"Tapi kau tertawa puas ketika bersama pria itu!"

"Ayolah Chanyeol, itu karena kita menang perlombaan. Apa harus aku diam saat semua orang bersorak daan tertawa riang?" lalu mereka terdiam kemudian. Ini memang ke egoisan Chanyeol tapi ini karena jelas Nickhun menyukai kekasihnya dan ia tidak suka itu.

"Aku pernah bilang kan kalau pria itu menyukaimu?" Yang lebih muda bersuara, Baekhyun meraih tangan si jangkung dan mengelusnya sayang.

"Nickhun itu sahabatku sama seperti Jongin. Kau juga pernah mencurigai Jongin dan ternyata dia sudah memiliki kekasih kan? Jadi bisakah kau tidak berpikiran buruk pada semua sahabatku?"

"Tapi dia... "

"Chanyeol, percayalah Nickhun tidak memiliki perasaan itu padaku. Jadi bisa kau memaafkanku?" Baekhyun tersenyum dan entah bagaimana caranya mendamaikan hati si jangkung. Lengan besar kekar itu bergerak dan menarik perlahan tubuh Baekhyun untuk ia peluk Dan mengecup belakang kepalanya.

"Baiklah." Dan semua masalah terselesaikan.

.

.

Menjelang sore Baekhyun menepati janjinya dengan Nickhun. Pria dengan tubuh mungil itu menunggu sahabatnya di bawah pohon rindang dekat danau seperti pada janji di awal Dan tak Lama pria lain pun muncul.

"Menunggu lama?" Tanya Nickhun dan baekhyun mengeleng di barengi senyuman Yang imut menurut pria jangkung di hadapannya.

"Ada apa mengajakku bertemu?" pria tinggi itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia mulai kikuk dan nyalinya terasa menciut seketika.

"A-ada yang.... Ingin ku ceritakan. " suaranya terbata dan ia kembali menggaruk belakang kepalanya.

"Apa Yang ingin kau ceritakan?"

"Berjanji tidak akan tertawa?" Dengan instan Baekhyun menganguk dan si pria jangkung lainnya mulai mengatur nada bicaranya. "Ini mengenai orang yang ku sukai. " Baekhyun tersentak namun tersenyum kemudian. Sekilas ia berpikir untuk berkata pada Chanyeol kalau pemikirannya tentang sahabatnya ini salah.

"Ada orang Yang kau sukai?" dan pria Yang lebih tinggi pun mengangguk. "Apa aku mengenalnya?" dan kembali pria itu mengangguk. Baekhyun berpikir keras siapa orang itu karena boleh jujur ia tidal terlalu dekat dengan teman seklubnya.

"Kau sangat mengenal pria itu." Klunya adalah seorang pria. Oke Baekhyun buntu.

"Kau... Gay?" Pertanyaan hati-hati Yang di lontarkan si kecil tapi si jangkung mengangguk dengan lugunya.

.

.

Berjam-jam mereka berbincang sambil menatap danau yang indah. Duduk di bawah hamparan rumput saling ter tawa dan si jangkung menceritakan perasaannya pada pria yang ia sukai.

"Dia selalu tersenyum dan baik padaku. Mendengarkanku dan setiap aku bersamanya hatiku tenang walau jantungku akan berdebar dengan kencang." Baekhyun memandang pria itu dengan mata indahnya. Mendengarkan setiap perkataan si jangkung seraya tersenyum jika si jangkung tersipu saat menyatakan perasaan Yang terpendam pada si sang pujaan hati sahabatnya itu.

"Beberapa kali aku mengikuti dia sampai kediamannya, tapi karena rasa pengecutku, aku tak berani untuk menyapanya." Sekilas ia teringat akan kejadian penguntitan yang ia alami dan seolah ia tahu bagaimana perasaan pria itu ia ingin mengutarakan juga pemdapatnya.

"Seharusnya kau tidak seperti itu. Ia mungkin takut karena ia tidak tahu siapa yang selalu mengikutinya." Lalu Nikchun menatap pria mungil itu.

"Apakah seperti itu?"

"Ya, aku pernah mengalaminya dan aku selalu takut setiap pulang ke apartemenku dulu." Jelas Yang lain dan Nikchun merasa bersalah karena itu.

"Maaf." Katanya dengan spontan yang malah membuat Baekhyun bingung.

"Untuk apa?" penasarannya. Nikchun menarik napasnya sebelum berucap dan mengambil posisi menghadap si mungil.

"Maaf untuk membuntutimu selama ini. Aku... Tidak bermaksut menakutimu. Aku hanya... "

"Tunggu! Maksudmu... Kau... "ia memotong perkataan Nikchun. Matanya menatap dengan Tanya dan menunggu penjelasan lain dari sahabatnya itu.

"Kau orangnya." Mata si kecil membola. "Kau... Pria yang kusukai." Nikchun menundukan kepalanya. Baekhyun tak bergeming, ia masih shock dan mencerna segalanya.

Jadi perkataan Chanyeol tentang Nickun yang mentukainya itu benar? Seharusnya ia mempercayai apa yang diucapkan adiknya. Setelah kesadarannya pulis Baekhyun bangkit dan meninggalkan Nikchun yang masih tertunduk.

.

.

Ia berjalan dengan pikiran yang melayang entah ke mana. Tujuannya utamanya adalah tenda miliknya dan pelukan sang kekasihnya.

Tendanya sudah terlihat namun masih jauh dari pandangannya. Tak berapa lama si jangkungnya terlihat keluar dari tenda dan langkah Baekhyun semakin cepat malah ia berlari dan menubruk tubuh tegap itu.

"Hey, hyung ada apa?" Suara bas itu tidak membuat Baekhyun bergeming. Ia membenamkan wajahnya pada punggung tegap si jangkung.

"Aku ingin pulang." Cicitnya teredam punggung Chanyeol dan tak menunggu lama mereka membereskan barang dan teda mereka. Mereka menaiki bis sampai stasiun dan dilanjut kereta samapai ke Busan.

Baekhyun menjadi pendiam dan hanya memeluk lengan Chanyeol dan tak berkata apa-apa.

"Hyung?" panggil Chanyeol mencoba mencaikan suasana tapi Bakhyun masih setia membisu dan menutup mulutnya rapat-rapat. "Baiklah kalau kau tidak mau menceritakannya." Dan si jangkung menyerah. Tapi Yang lain mulai membuka mukutnya.

"Kau benar." Ucapnya.

"Benar?"

"Ya, Nikchun memiliki perasaan lain padaku." Lanjutnya. Tidak perlu di perjelas Chanyeol jelas tahu kalau pria itu sudah menyatakan perasaannya pada sang kakak.

"Apa karena itu kau memutuskan untuk pulang?" dan yg lebih kecil mengangguk dengan lucunya. "Lalu?"

"Apa?" ia mendongak dan kedua mata itu saling berpandangan.

"Kau akan tetap bertemu dengan pria itu?"

"Aku takkan menghindarinya." Kecewa tapi Baekhyun belum selesai. "Tapi aku tidak akan dekat-dekat dengannya." Dan bibir tebal milik Chanyeol mengembangkan senyumnya. Setidaknya saingannya sudah tidak ada, tinggal si manis lain sahabat sang kakak.

Chanyeol mengelus surai yang lebih tua dan membisikan 'Keputusan yang baik' lalu mengecup pucuk kepala itu.

...

"Jadi kapan kau bisa merebut hati seorang Park Chanyeol?" Tanya si albino sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Kriatal yang masih kesal karena kejadian kemarin tidak merespon dan sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Jung Kristal!"

"Kau sendiri? Kapan kau mau menampakan diri dihadapan Baekhyun?" balasan si cantik.

"Aku bisa kapan saja mendatanginya dan menghancurkan dia, tapi kau sendiri Yang menawarkan diri untuk merebut hati adiknya." Balasnya. "Menurutku sampai sini saja bantuanmu. Aku akan bekerja sendiri seperti rencana semula." Dan kemudian pria itu pergi meninggalkan si cantik Yang masih sibuk dengan ponselnya.

.

.

TBC

.

.

.

Hai kalian apa kabar? Maaf ya lama banget updatenya. Ini memang setahun setelah aku wisuda dan ngumpulin niat buat lanjutin ini ff tuh susah banget dan sekarang aku mulai kerja makin pusing lagi bagi waktunya. Tapi jangan kawatir aku tetep lanjut kok dan diusahakan secepatmungkin. Dan di bulan puasa aku mau upload di jam mendekati jam buka walo mungkin kalian tetep baca di siang hari… so tetep pantengin ya ff ini,,, makasih buat yang tetep komen dan makasih buat yang masih tetep setia sama cerita ini,, oh ya aku jg punya akun wattpad dengan nama widymori tapi blm ada ff ini sih haha… ya udah deh met ketemu di chapter berikutnya.. anyeong….