Never was and Never will be

By: Pingmoo

WARNING: MxM, MxF, Alpha/Beta/Omega Dynamics AU!Fic, modern era, violence. Not a wolf fic. And TYPO for sure.

Pairing: Chanbaek, Hunhan, Baekyeon (slight)

.

.

.

.


-Chapter 2-

Night Gala at Exordium Hall

Mata Baekhyun menatap sosok Park Chanyeol dan Park Yunho yang langsung dikerumuni oleh para politisi dan istri mereka. Di belakang kerumunan itu terlihat banyak wanita berparas cantik yang nampaknya merupakan putri-putri dari para politisi itu berkumpul dan menatap sosok Park Chanyeol malu-malu. Beberapa di antara mereka nampak terkikik senang akan kehadiran pemuda tampan itu.

Pemandangan yang sangat lumrah terjadi. Begitu keluarga Park datang, keluarga lain akan langsung berlomba-lomba menyodorkan putri mereka ke hadapan keluarga Park dengan harapan putri mereka akan menarik perhatian dari putra satu-satunya keluarga Park. Siapa pun akan bangga jika bisa berbesanan dengan keluarga Park, apalagi menjadi istri dari seorang Park Chanyeol.

Namun hingga saat ini, Chanyeol sama sekali tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Dia hanya akan tersenyum dan menampilkan cengiran khasnya dan menolak untuk menjalin hubungan lebih jauh.

Satu hal positif tentang Park Chanyeol di mata Baekhyun.

Tapi Baekhyun masih membenci Park Chanyeol. Hal itu tidak akan pernah berubah dalam kamusnya. Titik.

"Aku tidak mengerti kenapa mereka masih menyodorkan putri omega mereka kepada putra Park itu? Mereka tidak akan mengambil omega sebagai menantu mereka. Percayalah."

"Tentu saja. Bahkan ibu dari Park Chanyeol sendiri adalah seorang alpha wanita. Keluarga Park tidak akan menyentuh omega sama sekali. Bagi mereka, omega itu di bawah mereka."

"Bahkan kudengar mereka tidak menerima omega sebagai staff di perusahaan mereka. Apalagi sebagai menantu mereka? Hmph!"

"Wah, sexist sekali."

"Sshh, pelankan ucapanmu."

Kasak-kusuk itu terdengar begitu jelas. Ibu Baekhyun memutar bola matanya mendengar hal itu. Baekhyun hanya bisa mengeratkan pegangannya pada gelas champagne di tangannya.

Menyebalkan.


.

.


Chanyeol berusaha keras untuk tetap menampilkan senyum terbaiknya di hadapan para pejabat dan politisi di depannya. Sungguh dia sama sekali tidak perduli jika putri Tuan Lee dulu pernah mengambil gelas masternya di Stanford University atau pun putri Tuan Choi yang pernah meraih medali emas di Olympic. Tapi berhubung ayahnya membutuhkan semua koneksi yang bisa dia dapat, dia pun harus berpura-pura untuk mendengarkan cerita mereka dengan seksama. Sesekali melempar senyuman lima jarinya dan mengangguk antusias.

Namun kesabaran Chanyeol juga ada batasnya. Jika dia harus mendengarkan bagaimana putri Tuan Kang lulus kuliah di Harvard University dengan nilai GPA 4.0 sempurna sekali lagi, bisa-bisa dia akan menampakkan sifat aslinya dan bersumpah serapah di hadapan para babi tua itu.

Mendadak mata bulatnya menangkap sosok di ujung ruangan. Sosok itu menyandarkan tubuhnya di dinding sambil memegang segelas champagne dan terlihat begitu bosan dan kesal.

Byun Baekhyun.

Mata Chanyeol mendadak berbinar senang. Lebih baik dia menghabiskan waktunya membuat si Byun emosi itu daripada harus mendengarkan kisah sukses para bandit tua ini.

"Aku benar-benar minta maaf tuan-tuan. Tapi aku melihat teman sekelasku di sana. Bisakah aku pergi menyapanya? Aku merasa tak enak jika tak menyapanya." Chanyeol menyela ucapan bapak-bapak di depannya dengan ramah. Tipikal anak baik-baik dan sopan kebanggaan keluarga Park.

Ayahnya pun menepuk pundaknya dan menyuruhnya untuk pergi menyapa temannya.

"Ya aku rasa sebaiknya kau sapa temanmu itu. Biarlah anak muda bergaul dengan sesama anak muda, kan?" Yunho tertawa dan memberikan gesture pada Chanyeol untuk pergi ke arah Baekhyun.

Beberapa wajah kecewa nampak jelas namun Chanyeol tidak mau ambil pusing.

Chanyeol melangkah keluar dari kerumunan itu dengan lega. Dari sikap yang ditunjukkan ayahnya sangat nampak bahwa ayahnya pun tidak tertarik untuk menjodohkan anaknya dengan putri-putri para bandit tua itu.

"Tumben kau hadir di pesta, Byun!" sapa Chanyeol. Baekhyun yang menyadari siapa yang menyapanya mendelik kesal.

"Jika diberi pilihan mending aku pergi bermain di game centre saja, Park!" desis Baekhyun dengan suara kecil. Untuk apa si Park Chanyeol ini menghampirinya seperti ini!

"Membaurlah, Byun Baekhyun. Itu akan berguna bagi masa depanmu." Chanyeol memberikan saran dengan suara rendah. Dia tidak mau percakapannya di dengar orang banyak.

"Apakah membaur denganku akan berguna bagi masa depanmu, Park Chanyeol? Pergilah ke sebelah sana—" ujar Baekhyun sambil menunjuk ke arah kerumunan putri-putri pejabat. "—masa depanmu menanti!" sambungnya penuh sarkasme.

"Ck, Baekhyun. Bukan begitu caranya berbicara pada orang yang lebih superior darimu." Chanyeol berdecih.

"Apa—" Bola mata Baekhyun membelalak hebat nyaris komikal. Apa maksud Park Chanyeol ini—

"—aku lebih tua darimu asal kau tahu. Mana rasa hormatmu?" Sambung Chanyeol.

Baekhyun menghembuskan pelan napas yang sedari tadi ditahannya.

"Berapa umurmu?" tanya Baekhyun sambil memicingkan matanya.

"19 tahun. Aku lahir di bulan November, by the way." Jawab Chanyeol.

"Aku lebih tua 6 bulan darimu, goblok!" Maki Baekhyun. Rasanya Chanyeol selalu bisa membuatnya emosi. Ingin rasanya dia mencekik leher pemuda raksasa di depannya itu. Makan apa dia sampai sebesar ini.

"Serius? Dengan badan sependek ini? Aku pikir kau mengambil kelas akselerasi dan melompat kelas 3 tahun, Byun." Ledek Chanyeol. Bajingan satu ini selalu tidak pernah lupa menyinggung tinggi badannya yang berada jauh di bawahnya.

"Sialan kau!" suara Baekhyun membesar dan menarik perhatian beberapa orang di sekitar mereka.

Baekhyun mengatupkan mulutnya rapat sementara Chanyeol memandangnya jahil. Ingin rasanya Baekhyun merontokkan semua gigi yang sedang Chanyeol pamerkan itu.

"Makanya jangan terlalu banyak bergaul dengan omega. Lihat, kau jadi ikutan mungil seperti mereka." Bisik Chanyeol ke telinga Baekhyun dan membuat pemuda itu bergidik.

"Aku tidak mungil!" Baekhyun mendesis.

"Mungkin tidak untuk ukuran omega, tapi untuk ukuran alpha, kau mungil, Byun."

"Fuck you!"

Baekhyun menyumpahi Chanyeol dan langsung beranjak meninggalkan Chanyeol, namun Chanyeol malah makin semangat dan mengejar sosok itu. Entah kenapa melihat sosok pemuda itu marah membuat hatinya senang. Chanyeol bahkan tidak bisa menahan senyumnya saat mengejar sosok Baekhyun. Sangat mudah mengingat beda jenjang kaki mereka.

"Jangan marah, Baekhyun. Kau ini sensitif sekali. Sedang datang bulan kah?"

"Leave me alone!"

"Kau harus bergaul lebih banyak dengan alpha, Baekhyun. Serius. Sikapmu ini seperti seorang omega yang tengah merajuk."

"Aku alpha, sialan!"

"Maka bersikaplah seperti alpha! Jangan kabur dari pembicaraan hanya karena kau merasa tak senang seperti seorang omega." tantang Chanyeol.

"Tidak ada hubungannya dengan alpha, omega! Aku hanya tidak tahan dengan sikapmu yang sangat menyebalkan ini." respon Baekhyun jengkel.

Chanyeol terdiam mendengarkan perkataan Baekhyun.

"Sikap yang mana?" Dahi Chanyeol berkerut tak senang mendengar perkataan Baekhyun.

"Sikapmu ini! Sombong, menganggap dirimu paling hebat hanya karena kau alpha dan—ugh—tinggi!" Baekhyun membentangkan tangannya ke arah Chanyeol seolah sedang menunjukkan sebuah kenyataan yang sedang terpampang jelas namun Chanyeol tak bisa melihatnya.

"Tapi alpha memang yang paling superior di hierarki masyarakat, Byun. Dari segi fisik, omega tidak akan pernah menang melawan alpha." Jawab Chanyeol angkuh.

"Begitu pikirmu?" Baekhyun mendengus geli seolah teringat sesuatu yang lucu.

"Apa ada omega yang pernah menang dari alpha dalam sebuah turnamen?" tantang Chanyeol.

Baekhyun hanya tertawa mendengarnya.

"Apa yang lucu?" Chanyeol bertanya heran. Alisnya tertekuk satu.

"Nothing..." Baekhyun terkekeh sedikit kemudian melanjutkan ucapannya. "Dengar Chanyeol, aku harap kau bisa lebih membuka pikiranmu. Akan sangat pemuda gemilang sepertimu memiliki pemikiran yang sangat sempit. Omega tidak seperti yang kau pikirkan, oke?" Dan dengan satu kalimat terakhir itu Baekhyun beranjak pergi meninggalkan Chanyeol yang berdiri mematung, memikirkan ucapan Baekhyun.

"... Pemikiranku tidak salah," Gumam Chanyeol pada dirinya sendiri

"Alpha memang yang terbaik." Lanjutnya, namun mulai ada nada keraguan dalam kata-kata itu. Matanya masih menatap sosok Baekhyun yang menjauh hingga sosok itu menghilang ditelan kerumunan tamu pesta.


.

.


Sejak Chanyeol lahir hingga dia besar hingga sekarang ini, dia tahu bahwa dia lebih dari orang lain. Dia lebih pintar, lebih kuat, lebih stabil, lebih gesit dan tentu saja lebih kaya dari orang lain. Walaupun hal terakhir mengenai tidak ada hubungannya dengan status alpha seseorang.

Alpha diciptakan dengan ketahanan fisik yang jauh lebih baik dan stamina yang lebih kuat jika dibandingkan dengan beta atau pun omega. Tubuh mereka berkembang lebih sempurna jika dibandingkan dengan beta apalagi jika dibandingkan dengan omega.

Dari segi manapun alpha lebih tahan banting dibandingkan dengan omega. Ibunya, Sandara Park, merupakan seorang alpha wanita yang sangat anggun namun kuat disaat bersamaan. Wanita mandiri yang memiliki perusahaan kosmetik terkenal Dara Beauty, sebelum akhirnya dipinang oleh Park Yunho. Prinsipnya adalah tidak membiarkan siapa pun untuk membuat dirinya tergantung pada orang itu. Dia mandiri dan dia bisa membangun hidupnya dari nol hingga ke puncak dengan tangannya sendiri. Hingga saat ini pun ibunya masih memimpin perusahaan kosmetiknya sendiri dan tidak dicampuri tangan sama sekali oleh ayahnya. Hal yang membuat Chanyeol sangat bangga pada ibunya. Cantik, anggun namun kuat dan mandiri.

Jika dibandingkan dengan omega wanita yang hanya menunggu untuk dinikahi dan mendapatkan suami alpha atau beta untuk melindungi mereka. Tentu sangat beda jauh. Kebanyakan dari mereka bersekolah hingga ke jenjang tinggi hanya demi menaikkan harga jual mereka agar mereka dilirik oleh keluarga alpha. Karena akan lebih membanggakan bagi omega wanita untuk mendapatkan suami alpha pria dibandingkan beta pria.

"Ibu tidak masalah dengan calon istrimu kelak, baik dia seorang alpha, beta ataupun omega. Asalkan dia bisa mendampingimu dan menyayangimu." tutur ibunya.

Namun ayahnya berpendapat lain.

"Jika bukan seorang alpha, jangan berpikir untuk menginjakkan kakinya di rumah ini."

Itu kata ayahnya.

Dengan pola pikir itulah Chanyeol tumbuh. Omega tidak ada artinya, mereka lemah dan hanya bisa menjadi benalu.

Maka ketika dia bertemu Byun Baekhyun untuk pertama kalinya di hari pertama kuliahnya di Seoul University, dia begitu heran. Bukan mengenai dia seorang alpha memiliki pacar omega, hal itu sangat lumrah. Tapi mengenai dia seolah menempatkan pacar omega itu—dan omega-omega lainnya seolah mereka berada di kasta yang sama. Dan hal itu sangat membuat Chanyeol tak nyaman.

Seorang omega harusnya menaruh rasa hormat pada seorang alpha. Bukan seenaknya menjitak kepala seorang alpha untuk menarik perhatiannya. Jika seorang omega berani melakukan hal itu padanya, Chanyeol akan memaksa omega itu untuk berlutut meminta maaf padanya karena sudah berani bertindak lancang pada seseorang yang berkasta tinggi seperti dirinya. Bukan malah cengengesan minta maaf seperti yang dilakukan alpha itu.

"Kalau kau bengong lagi, aku akan menjitak mu lagi!" ujar omega wanita itu.

"Ehehe, maaf Tae. Aku akan memperhatikan pidatonya sekarang." pemuda itu tersenyum jahil sambil mengelus kepalanya.

Ingin rasanya Chanyeol berlari kemudian memukul senyuman itu dari wajah alpha itu. Mempermalukan nama seorang alpha saja. Geram Chanyeol dibuatnya.

Belakangan, barulah dia tahu bahwa alpha itu adalah Byun Baekhyun, putra kedua dari Byun Heechul menurut info yang didapat oleh Yifan.

Tidak heran jika putra Byun Heechul bertingkah seperti ayahnya.

Tapi semenjak itu pula Chanyeol menjadi sering memperhatikan Baekhyun. Dia agak pendek untuk ukuran seorang alpha, namun memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa. Banyak medali emas maupun trofi yang diraihnya dari turnamen hapkido yang diikutinya baik dari skala internasional mau pun nasional.

Mungkin karena kakinya kebanyakan dipakai menendang sejak kecil maka pertumbuhannya terganggu.

Entahlah.

Walaupun eksterior luarnya dia tampak dingin terhadap Baekhyun, namun Chanyeol jadi suka memperhatikan Baekhyun dan gerak-geriknya. Mulai dari senyumnya, matanya yang sayu namun indah itu. Dan.. bibirnya.

Jujur semua fitur wajah yang dimilikinya terlihat terlalu feminim untuk fitur wajah seorang alpha. Namun tubuh maskulinnya seolah mengimbangi semua itu.

"Hati-hati jangan dipandang terlalu lama. Nanti kau menjadi gay akibat keseringan menatapnya." Ledek Yifan suatu hari ketika mereka sementara berada di kantin universitas mereka untuk makan siang. Dan seperti biasa sehabis memesan makanan mereka dan mencari tempat duduk yang mengarah ke meja Baekhyun duduk, Chanyeol akan kembali memperhatikan Baekhyun dari jauh sambil makan.

"Berbicara dari pengalaman pribadimu dengan ketua badan ekskutif mahasiswa kita?" Chanyeol menyindir balik ucapan Yifan yang sukses membungkam mulut pria keturunan Cina itu.

"Bicara apa kau ini? Jangan ngomong sembarangan!" Yifan menyangkal cepat.

"Sama, aku juga tidak mengerti pembicaraanmu." Chanyeol ikut berkilah.

Namun mata bulatnya itu masih memandang sosok Baekhyun yang sedang makan siang bersama sahabatnya Kim Jongin dan pacarnya Kim Taeyeon. Agak sedikit sebal melihat gerak-gerik perempuan itu yang sama sekali tidak menaruh hormat pada Baekhyun. Wanita itu bahkan lebih hormat kepada Jongin yang hanya merupakan teman sekelasnya ketimbang pacarnya sendiri padahal mereka sama-sama alpha.

Tapi Chanyeol merasa lebih aneh lagi pada dirinya yang memperhatikan Baekhyun dari jauh, namun bersikap sombong jika berada di depan Baekhyun.

"Omong-omong di mana Sehun?" Ucap Chanyeol sebelum menggigit burger miliknya.

"Kelasnya selesai bersamaan dengan kelas kita. Tap dia bilang ada urusan sebentar." Jawab Yifan sambil memandang ponselnya.

"Ck. Anak itu akhir-akhir ini suka menghilang. Mentang-mentang kelas yang diambil berbeda." Chanyeol mendecih kemudian menggigit burgernya lagi.

"Mungkin dia sudah punya pacar?" tanya Yifan.

"Sehun? Pacaran? Pfft.." cibir Chanyeol. "Dia itu tidak tertarik pada wanita."

"Sama sepertimu, hahaha." Yifan tergelak.

"Diam kau pecinta wanita yang lebih tua!" Chanyeol memaki.

"Hey, aku dan Bingbing jie sudah lama putus."

"Ya, dan sekarang kau menjadi gay dan naksir dengan ketua bem itu."

"Siapa yang naksir ketua bem?" suara Sehun mendadak muncul di antara Chanyeol dan Yifan yang masih berdebat.

"Yifan/Tidak ada." teriak Chanyeol dan Yifan di saat yang bersamaan.

Dahi Sehun berkerut mendengarnya namun dia hanya menghela napas dan menaruh tasnya di kursi samping Chanyeol.

"Aku akan memesan makanan dulu." Ujar Sehun kemudian pergi ke salah satu kios makanan di kantin itu.

"Kenapa dia?" tanya Yifan.

"Entah."

Chanyeol menghabiskan burger miliknya dan kembali melakukan kegiatan sehari-harinya. Memperhatikan Byun Baekhyun.

Entah kenapa Baekhyun menganggapnya seperti musuh, padahal sebenarnya Chanyeol hanya ingin berteman dengannya. Mungkin karena caranya untuk mendekati alpha itu tidak bisa dibilang seperti mencoba untuk berteman tapi lebih ke mencari musuh. Jika sudah berdekatan entah kenapa tatapannya malah jadi sinis dan bukan kata-kata sopan yang dilontarkannya melainkan kata-kata sinis.

Belum lagi pendirian mereka yang begitu berbeda terhadap pembagian kasta alpha, beta dan omega. Chanyeol hanya ingin menyadarkan Baekhyun bahwa mereka itu kasta superior sementara Baekhyun selalu menganggap dirinya setara dengan omega. Hal ini sedikit banyak membuat Chanyeol frustasi.


.

.


"Dia memperhatikanmu lagi." ucap Jongin.

"Siapa?" tanya Baekhyun bingung.

"Park Chanyeol. Dia suka memperhatikanmu saat kau tidak sadar, kau tahu?" ucap Jongin lagi.

"Dan kau tahu karena...?" Baekhyun mendengus.

"Karena tidak sepertimu aku ini pintar dengan hal seperti ini."

"Yak, maksudmu aku bodoh?" Baekhyun mengumpat.

"Ucapanmu. Bukan ucapanku." Jongin mengendikkan bahunya sambil mengangkat kedua tangannya.

"Sialan!"

"Kenapa Park Chanyeol memperhatikan Baekhyun?" Taeyeon bertanya. Raut wajahnya agak khawatir.

"Mana aku tahu. Kau tanyakan pada tiang berjalan itu." Baekhyun bahkan langsung menunjuk ke arah Chanyeol.

"Baekhyun!" Desis Taeyeon panik.

"Kenapa?" Tanya Baekhyun bingung.

"Jangan terlalu mencolok." Jawab Taeyeon.

"Mungkin sebaiknya kau jaga jarak dengannya untuk sementara. Jika dia berargumen denganmu, tidak usah diladeni. Jangan memancingnya, ingat apa kata ibumu." Ucap Taeyeon.

Baekhyun nampak tidak senang, namun pada akhirnya hanya menganggukkan kepala. Toh, bagus juga ide jaga jarak dari Chanyeol. Sebab Chanyeol hanya membuatnya sakit kepala dengan segala kesombongan dan kearogansiannya.

"Semua ini juga demi dirimu, Baekhyun."

"Aku mengerti, Tae."

Baekhyun mengaduk makanan di depannya dengan tidak semangat. Nafsu makannya hilang entah ke mana.


.

.


Kelas siang mereka dimulai dan Professor Kim langsung memberitahukan bahwa untuk bisa lulus dari kelas ini, mereka harus bekerja dalam group dan mengerjakan proyek yang diberikan dalam kurun waktu 3 bulan.

"Saya rasa tidak ada salahnya jika 3 bulan terakhir ini kita habiskan dengan sebuah proyek bukan?" ujar Professor Kim.

"Wah, saya rasa itu salah sekali, Prof!" Seru salah satu mahasiswa di kelas itu yang langsung disambut gelak tawa. Baekhyun bahkan ikut terkekeh mendengarnya. Sebenarnya Baekhyun tidak ada masalah sama sekali dengan mengerjakan proyek. Toh, hal itu merupakan bagian dari kewajiban mereka sebagai siswa dan kesempatan mereka untuk berkembang.

"Diam, diam. Saya mohon ketenangan kalian." ujar Professor itu sambil memukul meja. Dan seketika kelas itu langsung diam.

Chanyeol tersenyum dan berpikir bahwa seandainya professor ini seorang beta, mungkin tidak akan ada yang peduli.

"Proyek yang akan saya berikan ini cukup mudah. Dan karena saya sedang berbaik hati, kalian boleh mengerjakan proyek ini dalam group yang beranggotakan dua orang—"

Suara teriakan YESSSSS pun bergema di seluruh penjuru ruangan kelas.

"—yang dipilih oleh saya."

Suara kecewa dan protes pun kembali bergema di ruangan kelas.

"Jangan dong, Prof!"

"Kalau sekelompok dengan orang malas bagaimana?"

"Biarkan kami memilih sendiri, Prof!"

"Tidaakkk."

"Prof, please. Jangan setega ini pada kami!"

Seru-seruan seperti itu terus menggema sampai akhirnya Professor Kim harus memukul meja kembali.

"Diam atau proyeknya saya tambah menjadi dua proyek dengan tenggat waktu yang sama!"

Dan seketika suasana kelas pun diam lagi. Baekhyun mengerutkan jidatnya, pupus sudah harapannya untuk kesekelompok dengan Jongin. Dia tahu dia tidak akan mungkin sekelompok dengan Taeyeon karena sudah menjadi kebiasaan bagi omega untuk digabungkan dengan omega lain.

Grup campuran antara alpha dan beta maupun beta dan omega masih cukup umum namun tidak untuk alpha dan omega, sebab ditakutkan omega merasa terlalu terintimidasi oleh alpha dan tak bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik.

"Sial, padahal aku sudah berpikir akan satu grup denganmu." bisik Baekhyun.

"Sama. Jika aku mendapatkan siswa malas sebagai teman grupku mending aku buat sendiri saja tugasnya." dengus Jongin.

"Temanya bebas, hanya saja proyek yang kalian buat harus bisa digunakan oleh anak-anak sekalipun. Sesuatu yang simple. Lihat betapa proyek ini sudah sangat saya mudahkan demi kalian?" ujar Professor Kim.

"Akan lebih mudah lagi kalau kami juga bisa memilih teman grup kami, Prof!" ujar salah satu mahasiswa.

"Tapi di mana serunya? Kalian ini baru semester satu bukan? Harusnya kalian bisa menambah teman lebih banyak. Percayalah teman itu akan berguna kelak jika kalian lulus nanti."

Banyak yang memutar bola matanya mendengar hal ini. Berguna tentu jika 'teman' itu memiliki jabatan kelak.

"Baiklah, saya akan mulai membagi kelompoknya."

Professor tersebut mulai menyebutkan satu persatu nama para mahasiswanya menurut urutan absen untuk partner pertama dan menyebutkan nama lain secara random untuk partner kedua kemudian memberi tanda di samping nama mereka di kertas absen itu agar tidak memilih nama yang sama kedua kalinya dan agar dia tahu kelompok yang dipilihnya dan kedua siswa itu tidak seenaknya mengganti partner proyek mereka.

"Do Kyungsoo, Kim Jongin."

"Siapa?" tanya Jongin.

"Do apa aku tidak mendengarnya jelas." jawab Baekhyun asal.

"Maaf Prof, saya kurang jelas mendengarnya. Siapa partner saya? Saya Kim Jongin." ujar Jongin sambil berdiri dan mengangkat tangannya.

"Nama partnermu Do Kyungsoo." jawab Professor Kim.

"Anaknya yang mana, Prof?" tanya Jongin.

"Do Kyungsoo mohon berdiri. Lihat? Inilah maksud saya mengacak kalian. Kalian sudah 3 bulan sekelas tapi belum saling mengenal satu sama lain."

Seorang pemuda bertubuh mungil berdiri dari jajaran kursi untuk beta. Kulitnya cukup putih, matanya bulat seperti burung hantu mengenakan kaca mata dan bibirnya agak tebal. Pemuda itu nampak seperti pemuda yang pendiam.

"Saya Do Kyungsoo, Prof." Ucap pemuda itu pelan.

"Sudah tahu yang mana namanya Do Kyungsoo, Kim Jongin?" tanya Professor Kim setengah meledek. Beberapa murid nampak cekikikan.

"Sudah tahu, Prof." Jongin menjawab asal kemudian duduk ke kursinya kembali.

"Luar biasa, aku baru sadar di kelas kita ada anak seperti itu." bisik Jongin pada Baekhyun.

"Paling tidak dia nampak seperti anak pintar, Jongin. Hahaha.." ledek Baekhyun.

"Jangan menertawakanku. Kita lihat saja siapa partnermu nan—" Jongin belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika Professor Han kembali berseru.

"Byun Baekhyun, Park Chanyeol!"

"—ti. HAHAHA!" Jongin langsung tergelak mendengarkan ucapan professornya.

Mata Baekhyun sukses membulat lebar. Demi apa, nampaknya Tuhan tidak pernah sayang padanya. Cobaan demi cobaan menimpanya beruntun namun bisa dia lewati. Dan sekarang, apa ini? 3 bulan melakukan proyek bersama Park Chanyeol? Alpha sombong itu?

Sementara itu Park Chanyeol menoleh dari kursinya dan melempar seringai penuh kemenangan sambil melambaikan tangannya.

"Hey, partner!"

Baekhyun hanya menaikkan jari tengahnya sebagai balasan sementara Jongin menepuk-nepuk pundaknya setelah menyelesaikan tawanya.

Di barisan belakang Taeyeon menatap khawatir sosok Baekhyun sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Sungguh, yang benar saja ini.

Baekhyun membenci hidupnya.

.

.


TBC


A/N: terima kasihhh atas responnya. Para readers sungguh membuat saya terharu. Kalian yang terbaik. Sungguh. Baca terus ya, semoga saya tidak mengecewakan. :)

Enjoy~~