Suasana kelas saat ini penuh dengan ketekerjutan karena panggilan Baekhyun terhadap Chanyeol yang luar biasa terdengar kinky. Ayolah, anak-anak di kelas itu sudah cukup dewasa dan tentunya mereka mengerti tentang hal-hal seperti itu. Sementara para murid terdiam dengan wajah-wajah yang menuntut penjelasan, Chanyeol berdehem sejenak sebelum memulai sebuah kalimat penjelasan.

"Untukmu, murid baru, 'masalah kita' di ruanganku tadi bukan sesuatu yang dapat dikonsumsi publik. Mengerti?"

Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali, berpikir bahwa sepertinya itu memang bukan sesuatu yang bisa dibeberkan kemana-mana. Ia menutup mulutnya, membuat gerakan seperti menguncinya dengan menggemaskan lalu mengangguk cepat dengan senyuman manisnya pada Chanyeol. Luhan menghela nafasnya lega, untung saja Chanyeol tidak membiarkan anak-anak ini tau.

"Sepertinya acara berkenalan dapat dilakukan saat istirahat karena saya punya materi yang harus saya terangkan secara mendadak agar kalian tidak ketinggalan. Beberapa hari kedepan kalian akan memulai liburan. Baekhyun, silahkan duduk. Saya akan mulai menerangkan materi kalian. Satu lagi, saya harap kalian memperlakukan Baekhyun dengan baik. Silahkan, Baekhyun."

Baekhyun mulai berjalan mendekati mejanya dengan kumpulan gantungan-gantungan kunci yang terus berbunyi saat ia berjalan. Ini membuat anak-anak kelas menoleh dan memperhatikannya yang masih berjalan dengan senyuman lebar yang tidak luntur dari wajahnya. Tas sekolah Baekhyun seperti ditumpuki dengan gantungan kunci yang berukuran mulai dari kecil sampai besar, anehnya – semua gantungan kunci tersebut berwarna pink. Fifty shades of Pink.


Jam istirahat telah tiba. Chanyeol membubarkan kelasnya lalu ikut meninggalkan kelas dengan terburu-buru, ia ingin segera meletakkan buku-buku mengajarnya di ruangan kerjanya lalu kembali ke kelas, berharap bisa menemani Baekhyun di jam istirahat hari pertamanya.

Baekhyun sendiri tetap berada di kelas tersebut. Ia terduduk dengan kedua kaki mungilnya yang menggantung dan diayun-ayunkan. Ia bernyanyi pelan sambil melihat ke sekitar kelasnya yang penuh dengan poster-poster.

"Mm... Twinkle twinkle little st-"

"Hey anak baru."

Baekhyun mengedarkan kepalanya ke sumber suara. Ia terlihat senang karena ada yang menyapanya. Ia membalas sapaan tersebut dengan senyuman riang dan tangannya yang terulur, menawarkan untuk berjabat tangan.

"Halo! Aku Baekkie!"

Baekhyun memperhatikan laki-laki mungil yang berada di hadapannya dengan seksama. Lelaki tersebut bertubuh kecil – sebelas dua belas dengannya, dan ia juga memiliki gaya cool yang terkesan dingin-dingin cuek. Anehnya lagi, lelaki kecil itu menolak jabatan tangannya. Tanpa rasa canggung, Baekhyun menarik kembali tangannya.

"…Ya. Aku Kyungsoo. Apakah kamu tidak tau tentang peraturan semua murid harus meninggalkan kelas saat jam istirahat?"

"Hah? Apa? Byungho?"

"Kyungsoo."

"Kyungho-"

Kyungsoo memutar bolamatanya malas, meraih pulpen pink berglitter milik Baekhyun lalu menuliskan namanya di buku Baekhyun. Baekhyun mengangguk-angguk, masih dengan senyumannya.

"Maaf, Kyungsoo!"

"Ini sungguhan?"

Kyungsoo mengulurkan tangannya mendekat pada poni Baekhyun yang berwarna pink pastel. Ia menyentuh helaian-helaian rambut Baekhyun penuh penasaran, lalu menarik-nariknya untuk memastikan apakah itu rambut asli atau wig.

"Mm. Sungguhan dong. A-aduh sakit!"

"Uh… Aku boleh bertanya? Tapi ini.. rahasia kita berdua."

Baekhyun mengedipkan matanya beberapa kali, mengikuti Kyungsoo yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas, memastikan kelas sudah benar-benar kosong dan hanya tersisa mereka berdua.

"Woah! Rahasia. Aku suka rahasia. Aku penyimpan rahasia, loh, Soo!"

"Jangan keras-keras!"

"Maaf, Soo!"

"Mm.. Pakai cat rambut pink merk apa yang tidak cepat luntur, sih?"


"Baekkie bawa bekal?"

"Mm! Iya, dong! Aku bawa empat kotak, malahan! Bunda bilang aku harus berbagi dengan teman-teman baruku."

Kyungsoo menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak terasa gatal sama sekali. Ia menuntun Baekhyun berjalan ke food court, mencari meja kosong lalu mengajak Baekhyun duduk bersama.

"Apakah Soo selalu makan sendiri setiap hari? Dan selalu membeli makanan?! Memangnya sehat?! Makan bekalku saja!"

Kyungsoo menganggukkan kepalanya beberapa kali sambil menggumam. "Ya, aku selalu sendiri, sih. Tidak terlalu suka bergossip, biasanya kumpulan di kelas kita kan penggosip. Oh – dan aku harus beli kopi hitam dulu. Diam disini, Baekkie, atau kamu bisa tersasar." Kyungsoo meninggalkan Baekhyun yang sedang duduk, bergegas membawa dompetnya, berniat mendatangi Starbucks untuk grab-a-cup-of-coffee.

'Atau kamu bisa tersasar…'

'Atau… kamu.. bisa.. tersasar…'

Kalimat Kyungsoo terngiang-ngiang pada telinga Baekhyun. Baekhyun duduk disitu bagaikan es batu yang sangat kaku. Tatapannya kosong, lalu ia mulai mengedarkan pandangannya. Ia berada di tengah foodcourt yang ramainya bukan main.

"T-tidak apa-apa, Baekkie! Tidak akan tersasar asal diam disini. Tidak tersasar." Baekhyun mengoceh sendiri sambil membuka kotak bekalnya, memakan pancake dengan selai strawberrynya dengan setengah panik.

"Baekh-

"ASTAGA!"

Baekhyun menjerit terkejut karena sosok tinggi yang tiba-tiba menghampirinya dan duduk di kursi kosong sebelahnya. Itu guru kesayangannya, bukan monster atau apapun yang seharusnya tidak ia takuti. Ia sedikit tenang saat melihat wajah tampan dari gurunya tersebut.

"Hai manis. Menikmati waktu istirahatmu?"

"Mr. Chanyeol membuatku terkejut!"

"Apa?"

"Hm? Baekkie terkejut."

"Tidak, panggilanku apa?"

"Mr. Chanyeol."

"Oh. Mulai berani memanggilku dengan sebutan itu?"

"I..I'm sorry, Daddy."

Baekhyun mencicit sepelan mungkin, takut akan ada murid lain yang mendengarnya memanggil Chanyeol dengan sebutan Daddy. Chanyeol menaikkan sebelah alisnya, lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Baekhyun yang mulai memanas.

"Dengar, little boy. Panggil aku Daddy saat tidak ada yang menyadarinya."

"…What the fuck?"

Kyungsoo yang baru saja tiba dari Starbucks yang jaraknya tidak sampai 40 langkah itu nyaris menjatuhkan kopi hitam yang ia genggam.

"Aku sudah menduga ada yang tidak beres dengan kalian berdua!"

Ayolah, siapa yang tidak akan terserang serangan jantung seketika bila temanmu ternyata menjalin sebuah hubungan aneh yang terkesan seksual bersama gurumu?!

"Dan saya juga bisa mendengar ada kalimat swearing yang tidak pantas dari bibirmu. Aduan pada orang tuamu dan kamu kelar, Do Kyungsoo."

"Great, guru biologyku sedang mengancamku karena aku menangkapnya basah sedang melakukan semacam hubungan tabu dengan temanku sendiri."

"SOO MENGANGGAPKU TEMAN ASTAGA AKU TERHARU!"

"Aku datang tepat waktu karena belum ada adegan public sex disini."

Baekhyun menaruh telunjuk mungilnya pada bibir tebal Kyungsoo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sshh! Kyungsoo, aku kan juga menyimpan rahasiamu yang di kelas."

Kyungsoo duduk di samping Baekhyun, kembali dengan bola matanya yang memutar malas. "Kamu tidak sepolos kelihatannya, Baekkie."

"Baekkie? Polos? Dia memang tidak. Aku bahkan menemukannya di sebuah bl-"

"MR. CHANYEOL AKAN MENCABULIKU! TOLOOOOONG! TOLONG SEMUANYA! TANGANNYA SUDAH DI PAHAKU!"


Chanyeol sendiri tidak yakin dengan apa yang sedang ia jalani saat ini. Memiliki baby boy yang sangat di luar dugaan seperti Baekhyun bukan perkara mudah, ia tentu akan mengajari Baekhyun tentang berbagai sopan santun dan cara bersikap nantinya. Ia memijat pangkal hidungnya, sesekali menghela nafas sambil membaca bertubi-tubi email yang terus masuk ke dalam kotak masuknya. Ia terus menatap layar iMac yang berada di ruang kerjanya sementara jarinya tidak berhenti scrolling ke bawah.

Handphone miliknya berbunyi. Ia meliriknya sesaat sebelum mengangkatnya dengan malas-malasan.

"Yo, what's wrong?" Dari cara Chanyeol memulai percakapan tersebut, sepertinya Chanyeol dan Ayahnya sudah sangat akrab.

"Kau sedang apa, Yoda? Mengajar?"

"Ayah mengapa bertanya? Aku yakin Ayah memegang kuasa penuh atas jadwalku. Don't even act like you care! Tidak tau punggungku nyaris patah rasanya jika harus mengajar setiap hari? Belum lagi urusan perusahaan Ayah yang sementara dialihkan kepadaku!"

"Ya itu kenapa ruangan kerjamu juga ada di sekolah itu, little brat!"

"Aku matikan kalau tidak penting! Aku ini orang sibuk!"

"Ayah hanya ingin membuatmu terbiasa seperti itu sebelum Ayah mengalihkan perusahaan inti kepadamu."

"I know that."

"Ayah yakin kamu mampu menangani semuanya, Superboy. Setidaknya sebelum Ayah menghem-"

"Diamlah, Pak Tua. Cepat minum obatmu. Aku tutup, banyak urusan yang harus diselesaikan."

Chanyeol mematikan paksa sambungan tersebut. Ia benci saat mendengar Ayahnya membicarakan tentang kematian atau penyakit yang dideritanya. Ayahnya adalah penyemangatnya di saat-saat ia merasa luar biasa lelah seperti ini. Bahkan semalam ia hanya tidur sejam karena harus memeriksa laporan dari asistennya mengenai perusahaan cabang.

Lelaki tampan kelahiran 1992 tersebut baru menyelesaikan jenjang S3nya. Tidak ada waktu bersantai baginya, ia harus langsung menggunakan ilmu bisnis yang selama ini ia pelajari untuk megelola anak perusahaan milik ayahnya, The Parks. Tidak lama setelah itu, ayahnya melemah sehingga harus istirahat total. Karena itu adalah perusahaan yang bersifat kekeluargaan, ayahnya menyerahkan jabatannya secara sementara pada Chanyeol. Tidak tanggung-tanggung, ayahnya memerintahkannya untuk turun langsung alias mengajar di sekolah keluaran The Parks tersebut.

Beberapa orang mungkin penasaran tentang kenapa Chanyeol mengajar Biology padahal ia mengambil S3 jurusan bisnis. Tapi, sebuah mini laboratory yang berada di rumah megah keluarga Park menjelaskannya. Chanyeol tertarik dengan Biology sejak ia kecil dan mengajar Biology tingkatan anak SMA bukan sesuatu yang sulit baginya. Mendapatkan izin mengajar dari pemerintahpun sangat mudah.

Bulan-bulan terakhir ini Chanyeol kelelahan bukan main. Tidak jarang ia tertidur dengan jasnya yang masih terpasang pada tubuhnya. Belum lagi dengan rapat-rapat penting yang harus ia datangi saat jadwalnya mengajar, untungnya ada sang Ayah dan asisten ayahnya yang membantu mengatur semuanya. Wajah tampannya mulai dihiasi kumis dan janggut tipis, ia mungkin lupa merawat dirinya. Weekend baginya hanyalah omong kosong, bahkan di hari Minggu masih saja ada jamuan penting yang wajib dihadiri.

Tentu saja semuanya tidak akan sesulit ini jika ia benar-benar akan memegang kuasa penuh atas perusahaan nantinya. Ia akan dibantu dengan asisten dan tim bawahan khusus, tapi untuk saat ini – ayahnya tidak mau Chanyeol seakan-akan memulai dari atas. Ia ingin Chanyeol menderita terlebih dahulu agar lebih menghargai bawahannya nantinya.


"BUNDA!"

Baekhyun memasuki rumah mewah nan megah tersebut dengan jeritan melengkingnya. Ada kakak laki-lakinya yang sedang berbaring di sofa sambil menonton TV, ia terlihat mengusap-usap telinganya lalu menolehkan kepalanya kea rah Baekhyun yang baru pulang.

"Hai, pengangguran!" Ia menyempatkan menyapa kakaknya.

"Baekkie, bagaimana hari pert-"

"BAEKKIE ANAK MANISNYA BUNDA!"

"Kalian berdua hobi berteriak, ya.." Kakak laki-laki Baekhyun, Sehun, hanya mengusap-usap telinganya lalu melanjutkan acara menontonnya.

"BUNDAAAA!"

Baekhyun berteriak kencang lalu berlarian ke arah sosok wanita yang ia sebut Bunda, Byun Irene – seorang wanita anggun yang dapat menjadi heboh seketika. Sekarang terjawab sudah darimana wajah cantik dan jemari lentik Baekhyun – ibunya yang awet muda dan mengalahkan cantiknya idol.

"Sayang, bagaimana hari pertamamu sekolah? Ceritakan pada bunda tentang teman-teman barumu, dan bagaimana dengan bekal yang kau bawa tadi, honey? Apakah teman-temanmu menyukainya?"

"Bunda seharusnya menyuruhku sekolah dari dulu! Kenapa aku baru masuk sekolah sekarang, Bunda?! Bahkan besok sudah mulai liburan, aku sangat terlambat masuk! Sekolah sangat seru! Aku baru mendapatkan satu teman, namanya Kyungsoo dan dia tidak pernah membawa bekal, dia terlihat lahap saat memakan bekal yang aku bawa, Bunda!"

Mereka terus mengobrol sambil berjalan ke arah kamar Baekhyun. Irene membawakan tas milik Baekhyun, menaruhnya di lemari tempat tas, tidak lupa mengeluarkan tempat bekal kosong yang berada di dalam tasnya, lalu ikut masuk ke dalam kamar Baekhyun.

Setelah lama berbincang, akhirnya Irene meninggalkan Baekhyun di kamarnya. "Sepertinya seru sekali ya, sekolah Baekkie? Bunda tinggal dulu ya sayang, ada janji dengan teman-teman Bunda. Bye!"

"Bye Bunda!"

Irene berjalan keluar kamar pinky putra bungsunya tersebut dengan senyuman kecil pada wajahnya. Ia berjalan melewati sofa ruang keluarga, melihat putra sulungnya yang asik menonton Animal Planet dengan sebongkah jajan di hadapannya.

"Sehun.."

"Apa Bunda.."

"Bunda kan sudah tua.."

"Bunda. Sehun ke kamar dulu. Tidak, tidak lagi dijodohkan dengan anak teman Bunda, dengan alasan, 'Bunda tidak mau anak Bunda menjadi perjaka tua!', tidak, Bunda. Tidak. Apalagi soal cucu, aku masih menikmati masa lajangku. By the way, Bunda, alisnya miring sebelah, tuh."

"Ah, kamu setiap ditagih menantu selalu menghindar- SERIUS MIRING?! YANG KANAN?! KIRI?!" Irene segera menggenggam handphone terdekat, berkaca memeriksa alisnya yang seharusnya sudah on-fleek hasil percobaan pensil alis Anastasia Beverly Hills Brow Wiz yang baru dibelinya atas rekomendasi teman-teman sosialitanya.


"Selamat berlibur, semuanya!"

Chanyeol teringat ia mengucapkan kalimat tersebut di ruangan staff sekolah dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya. Setidaknya setengah dari bebannya berkurang, ia akan menyempatkan diri pergi ke gym dan berolahraga sebanyak mungkin. Chanyeol sedang berada di apartment mewahnya dimana ia tinggal sendirian. Ia duduk di sofa, tanpa melepas jasnya, meraih handphonenya lalu membuka beberapa notifikasi social media.

sugarpinkb mengirim sebuah kiriman baru.

"Oh. Apa lagi kenakalan yang ia perbuat sekarang.."

Chanyeol membelalakkan mata besarnya saat melihat bahwa itu adalah foto dari paha mulus Baekhyun, baby boynya sejak tadi pagi. Matanya terbelalak lebih besar lagi saat melihat privacy dari kiriman tersebut adala K.

"Fucking public? This little whore, he's trying to deal with me."*

Ia dengan segera mengirim pesan kepada account itu.

pcydom: Hai, anak nakal. Selamat sore.

sugarpinkb: *^* Daddy?!

pcydom: Hm. Sepertinya display pictureku jelas, ya.

sugarpinkb: S-sangat tampan aku tidak kuat melihatnya.

pcydom: Tidakkah kau sadar aku sedang marah saat ini?

sugarpinkb: O.O Kesalahanku apa!?

pcydom: You better fucking delete that damn gorgeous picture of your thighs.**

sugarpinkb: T-tapi-

pcydom: Kau berani menggoda seseorang selain Daddy?

sugarpinkb sent a picture.

Daddy~ a-aku sangat kesepian di kamarku, aku hanya punya teddy bear dan dildo..

"Shit." Chanyeol mengumpat melihat foto yang dikirim oleh Baekhyun. Baekhyun mengambil foto dildo pinknya yang ia gesek-gesekkan ke selangkangannya yang dihiasi gundukan mungil itu.

pcydom: Kesepian, kan? Datang ke apartmentku, baby. Alamatnya akan aku share location. Naiklah taksi, kau harus aman. Kamar 1992.


Baiklah, gebetanku akan datang dan apartmentku harus menjadi tempat yang nyaman baginya. Tapi sebentar.. Gebetanku kan seperti anak bayi. Apakah aku harus merubah tempat ini menjadi daycare?

Kira-kira seperti itulah yang berada di pikiran Chanyeol saat ini. Ia memperhatikan kamarnya yang penuh dengan nuansa black and white, akan sangat membosankan bagi Baekhyun, ia menjamin. Seharusnya ia menyempatkan diri membeli boneka-boneka atau apapun barang kesukaan Baekhyun agar ia betah bermain di apartmentnya.

Ia hanya membuka sebuah laci, menyeringai saat melihat adanya beberapa mainan yang mungkin akan disukai Baekhyun. 'Mainan.' Tidak lupa, ia berjalan ke arah dapur, membuat secangkir susu cokelat panas yang ia yakini akan disukai oleh Baekhyun. Permen? Ia punya banyak – tadinya disiapkan untuk keponakannya. Ia mengumpulkan beberapa bungkus marshmallows dan lollies, membawanya ke ruang tamu agar Baekhyun tergoda melihatnya.

Chanyeol mendengar suara bel. Seseorang menekannya, dan ia yakini itu adalah si mungil kesepian yang ia tunggu-tunggu. "D-daddy." Yup. Itu Baekhyun. Si mungil berambut pink pastel tersebut sedang mengenakan kemeja putih yang sangat kebesaran dan skinny jeans hitam yang terlihat mencetak bentuk kaki padatnya – dan lihatlah pinggul bak perempuan itu.

"Baekkie, masuklah. Hey, kenapa membawa ransel?"

"Mm. Karena aku takut bosan saat berada di tempat Daddy! WOAH WOAH MARSHMALLOWS!"

"Tidak. Tidak, baby. Tidak ada marshmallows kecuali kau berjanji."

"T-tapi marshmallows sudah menungguku, Daddy. Mereka bahkan tersaji di meja tamu."

"Ya, benar, marshmallows menunggumu. Janji akan menggosok gigimu setelah itu?"

"Ay, ay! Marshmallows!*^* ADA SUSU COKELAT! THANKS DADDY!"

Apartment Chanyeol yang tadinya sepi dan hening sekarang seolah-olah baru saja menjadi berwarna kembali. Lampu-lampu yang tadinya mati dinyalakan semua oleh Baekhyun karena ia takut gelap. Bahkan, Baekhyun mengeluarkan boneka-boneka pink dari tasnya untuk menghiasi apartment Chanyeol dan sebuah macbook yang selalu ia bawa. Ia tidak lupa mengambil selfie dari macbook tersebut bersama Daddy tampannya yang sibuk bekerja lewat handphonenya dengan kepala sang Daddy berada di paha Baekhyun.

"Daddy, aku tidak kesepian sih.. Tapi ini sama saja aku sendiri di kamar! Tidak ada teman mengobrol! Hmph! Daddy sibuk apa, sih?!"

Karena penasaran, Baekhyun berusaha melirik layar handphone Chanyeol yang dengan cepat Chanyeol matikan. Chanyeol bangun dari pahanya, menggeleng-gelengkan kepalanya lalu meletakkan handphone tersebut di meja. "No. Baby boy kecil sepertimu tidak boleh tau, ini rahasia besar."

"A-apakah itu wanita lain?"

"Tentu tidak. Daddy milikmu."

"YAY! DADDY LIHAT SELIFE YANG AKU AMBIL!"

"Astaga, wajahmu centil sekali, hm?"

"Hihi."

"Jangan hanya tertawa, itu teguran."

"T-tapi- kan- aku bahkan tidak mengirimnya kemanapun-"

"Kau pikir Daddy akan melupakan foto yang tadi juga?"

"K..kan.." Baekhyun mengamankan macbooknya, meletakannya di atas meja sebelum Chanyeol mengangkat pinggangnya seolah-olah Baekhyun yang gembul hanyalah seberat kapas. Ia meletakkan Baekhyun di atas pangkuannya.

"No. Get ready for your punishment, okay? Get this thing off you." ***Chanyeol meraba pahanya, mengelus-elusnya lembut; meminta Baekhyun untuk membuka skinny jeans yang ia kenakan.

"Y-yes, Daddy." Baekhyun segera melakukannya tanpa menunggu lebih lama. Ia membuka kancing jeansnya, sedikit mengangkat pinggulnya untuk memudahkannya melepas skinny jeans tersebut sehingga sekarang kedua kaki mulus yang menggoda hasrat Chanyeol terpampang jelas. Chanyeol terkekeh melihat celana dalam berwarna pink yang dipakai baby boynya.

"Sangat penurut, hm? Ini juga, little." Chanyeol kembali berbisik dengan sangat lembut, mengusap-usap selangkangan Baekhyun yang masih tertutup celana dalam. Sontak, Baekhyun melenguh nikmat karena usapan tangan lebar Daddynya. "Y-yes, Daddy." Ia kembali menganggukan kepalanya, segera melepas celana dalamnya- menyisakan tubuh mulusnya hanya dengan kemeja putih kebesaran.

"Bend over. On my lap. Now. Bitch." Chanyeol menambahkan panggilan kasar di ujung sana sebagai alarm untuk Baekhyun agar Baekhyun bergerak lebih cepat. Baekhyun mengangguk sebelum menunggingkan tubuhnya di atas pangkuan Daddynya sehingga bokongnya berada tepat di depan pandangan Daddynya. Chanyeol menggulung lengan jasnya sampai siku, sebelum melayangkan sebuah tamparan kuat.

"This is for uploading an appetizing picture on the internet." ****

"AAAH!"

Baekhyun menjerit keras saat salah satu bongkahan pantatnya ditampar kuat oleh Daddynya. Ia memejamkan matanya sekuat mungkin, mencoba untuk berbicara, "I..I'm so sorry.." Suaranya mulai serak. Chanyeol yang tadinya berada pada mode kasarnya pun menghela nafas, ia mengusap-usap bongkahan pantat Baekhyun yang memerah tidak karuan dan meninggalkan bekas tangannya. "Does it hurts, baby? Daddy's so sorry, should we stop now?"

"Mmmn it's okay. I like it. D-do it again please, Dad- AAAHHH!"

Ia kembali berteriak saat Daddynya menampari bongkahan pantatnya tanpa ampun. Baekhyun terus berteriak sampai suaranya terdengar serak dan badannya tengkurap lemas di atas pangkuan Daddynya.

"Siapa yang memintanya, hm? Anak nakal ini, kan?"

"D-daddy, sakit!" Baekhyun mulai merengek manja sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Ia tidak kuat untuk menungging lagi. "Daddy ambilkan soothing gel, ya. Hm? Tunggu disini bersama.. Ah! Ada lebih banyak lollies disini. Baekkie suka?" Chanyeol meraih sebungkus lollies, meletakannya di depan Baekhyun lalu dengan hati-hati mengangkat tubuhnya agar Chanyeol bisa berjalan ke kamarnya dan mengambil soothing gel yang dapat meredakan rasa panas hasil tamparan Chanyeol tadi. Chanyeol bahkan menegang dengan memikirkan bokong Baekhyun yang bengkak dan merah seperti tadi.

"Baekkie?"

"Um.."

Chanyeol memanggilnya, bersyukur Baekhyun tidak sampai pingsan. Ia sebenarnya hanya akan menampar sekali, tapi si kecil itu yang memintanya berulangkali. Ia berlutut di depan sofa, mulai mengolesi soothing gel pada pantat si baby boy dengan penuh kasih sayang, sesekali melirik Baekhyun yang sibuk mengemut lollynya.

"Baekkie, temani Daddy berbelanja hm? Baekkie bisa membeli apapun yang Baekkie mau."

"Mmm, di kulkas Daddy tidak ada cokelat, Baekkie ingin cokelat."

"Baiklah, kita beli cokelat. Dan apapun yang Baekkie mau. Sudah mendingan?"

"Mmm.. S..sedikit."

"Sebentar."

Chanyeol kembali berlarian ke kamarnya untuk mengambil selimut hangat. Ia benar-benar memperhatikan aftercare untuk si kecil yang baru saja ia tampari kuat-kuat – sepertinya tidak tega melihat Baekkienya tersungkur seperti itu. Ia kembali, lalu memasangkan selimut itu pada kaki telanjang Baekhyun. "Oops- terinjak, maaf, sayangku." Chanyeol tidak sengaja menginjak celana dalam pink milik Baekhyun yang tergeletak begitu saja di atas lantai. Tidak sengaja. Ia mengangkatnya lalu meletakannya di meja tamu.

"Mm D-daddy~"

"Hm? Apalagi yang kau inginkan?"

"P-pelukan hangat dan- dan ciuman."

Chanyeol tersenyum menyadari betapa manjanya si mungil miliknya. Ia ikut naik ke atas sofa yang untungnya cukup lebar tersebut, membawa Baekhyun ke dalam sebuah dekapan hangat, tidak lupa meninggalkan kecupan lembut pada keningnya.

"Daddy tidak akan sekasar itu lagi kalau Baekkie tidak nakal dan tidak menyukainya."

"D-daddy seharusnya lebih kasar lagi, Baekkie suka."

"Baekkie suka tapi berakhir seperti ini? Tsk. Tidak."

"D-dadddyyyy~"

"Ya, ya. Tidak sekarang."

"Daddy, nyalakan TV! A-aku mau nonton Sofia the First."

Keinginan Baekhyun bagi Chanyeol sudah seperti perintah seorang princess. Ia dengan sigap meraih remote lalu menyalakan TVnya, mengatur channel ke channel yang menayangkan Sofia the First, melihat binar-binar bahagia pada mata Baekhyun.

"Senang sekali?"

"T-tentu! D-daddy minggir aku tidak bisa lihat."

"Iya, sayang. Naikkan kepalamu."

Chanyeol meletakkan sebuah bantal di bawah kepala Baekhyun agar kepala Baekhyun terangkat dan dapat menonton dengan lancar. Chanyeol sendiri sibuk memperhatikan pipi si gembul, sesekali mencubitnya gemas sebelum ia meraih handphonenya yang berdering.

"Sebentar, sayang. Tunggu disini."

Chanyeol berdiri, membenarkan letak selimut hangat Baekhyun, membawa handphonenya yang terus berdering ke arah balkon apartmentnya – tempat ia selalu mengangkat telepon. Ia menjawab telepon tersebut, baru akan menyapa, namun yang di seberang sana berbicara lebih dahulu.

"Hey, bajingan keparat. Kenapa GPS di handphone Baekhyun menunjukkan bahwa ia berada di apartmentmu? Jangan coba-coba mengelak, kau kira aku tidak tau gedung barumu itu baru dibuka hanya untuk keluarga Park?"


tbc