Hello. Mhihi. It's gogeexdobee here. Setelah beberapa tahun mengambil hiatus, aku memutuskan untuk kembali ke dunia fanfiction ini. Untuk radio and night club dan juga cinta satu malam masih aku pertimbangkan soal kelanjutannya, ya. Untuk fanfiction yang ini sepertinya tidak akan discontinued tapi tetap saja tergantung dengan reviewsnya. Reviews pembaca menurut aku penting banget, dari yang ngga niat ngetik sama sekali bias jadi semangat '45 buat ngetik lagi haha. Write your thoughts in the review section please. Aku baca satu-satu kok, hihi. By the way, sepertinya ini bakal jadi fanfiction fluffy yang konfliknya lebih pada dunia bisnis Chanyeol. Chanbaek? Ga kepisah lah. HAHA.


A song I would recommend while reading: The Neighborhood – Daddy Issues.


Seorang lelaki bertubuh menjulang dengan bahu tegapnya melangkahkan kedua kaki panjangnya yang dibalut celana kain berwarna hitam. Celana tersebut membungkus rapi kedua kakinya; sementara untuk tubuh bagian atasnya, ia memilih untuk memakai kemeja putih keluaran Giorgio Armani yang cukup ketat di bagian dada bidangnya dengan lengan yang dilipat hingga sikunya. Sebuah jam keluaran Christian Dior; the Paris Bagira Black Moon Watch terpasang di pergelangan tangan kanannya, menambah kesan elegan terhadap dirinya. He's up to toe being branded, kira-kira seperti itulah kesan pertama setiap pasang mata yang memperhatikannya. Beberapa gadis yang melihatnya mungkin akan mengutuk kemeja ketat tersebut; otot lengannya tercetak dengan indah.

"Mr. Park, aku.. lupa membawa buku biologiku." Nada dari kalimat perempuan itu terdengar kecentilan, sangat jelas ia berusaha mendapatkan perhatian dari lelaki yang dipanggil Mr. Park tersebut. "Pinjamlah satu dari perpustakaan," ia berkata sambil berhenti berjalan sejenak lalu melanjutkan langkah-langkah besarnya, menyusuri koridor sekolah yang megah tersebut.

The Parks Exclusive School. Sebuah logo perusahaan Parks terpampang dengan indah pada luar gedung megah tersebut. Gaya arsitektur gedung sekolahan ini? Tidak terlihat seperti sebuah sekolah. Mungkin akan dikira sebuah pusat perbelanjaan jika saja tidak menghiraukan banyaknya murid-murid yang memakai seragam The Parks. Bahkan lobby sekolahnya terlihat seperti lobby hotel; tentu saja, murid-muridnya berasal dari kalangan yang bukan main. Menerima murid dari umur 12 sampai 18 tahun, The Parks memuat 200 murid yang dibagi menjadi 10 orang perkelasnya. Kantin? Oh- mau menyebutnya food court? Logo Starbucks bahkan terpampang jelas dari luar gedung tersebut.

Lelaki tersebut masih berjalan, menyusuri koridor yang ramai akan anak-anak remaja. Tujuannya satu, ruangan kerjanya. Ia mempercepat langkahnya setelah melirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Akhirnya, ia memutar knop pintu dan masuk ke dalam ruangannya, menemukan seorang laki-laki mungil berambut pastel pink yang sedang menundukkan kepalanya dan sibuk mengayun-ayunkan kedua kaki kecilnya yang menggantung di atas sofa. "Apakah kamuu Byun Baekhyun?" lelaki tersebut tidak dapat memperhatikan wajah lelaki yang lebih mungil secara lelaki yang lebih mungil sibuk menundukkan kepalanya. Karena tidak dapat memperhatikannya, ia memilih berjalan kea rah meja kerjanya yang penuh dengan tumpukan dokumen dan buku-buku materi pelajarannya, Biology.

"Uhm- y..ya.. S..saya Byun Baekhyun, Mr. Park Chanyeol." Cicitan manis tersebut membuat Park Chanyeol yang sedang sibuk menata kertas-kertas di atas mejanya mengalihkan perhatiannya menjadi terpusat pada lelaki mungil itu. Satu sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah seringaian. Ia berjalan mendekat kepada lelaki yang lebih kecil; berdiri tepat di depannya, mencengkram lembut dagunya dan mengangkatnya perlahan agar ia mau menatap Park Chanyeol.

"Dimana mannersmu? Kamu tidak menatap lawan bicara saat berbicara. Tatap saya." Suara bass yang meluncurkan kalimat tegas penuh penekanan tersebut adalah satu-satunya suara yang terdengar di dalam ruangan kedap suara itu sebelum yang lebih kecil kembali mencicit, "S..saya Byun Baekhyun, Mr. Park."

Baekhyun menatap Chanyeol dengan kedua mata sipit beningnya yang sesekali mengerjap lucu. Hidung kecil dan bibir berbentuk sempurna tersebut menjadi daya tarik yang sungguh sensual bagi Park Chanyeol, lelaki di hadapannya. Poni pinknya menutupi dahinya sendiri, memberi kesan manis pada dirinya. Chanyeol menghela nafasnya lalu terus memperhatikan Baekhyun dengan seksama. "Okay, here. Saya pernah melihat kamu di sebuah situs gay, lebih tepatnya dengan kategori 'DDLB(Daddy Dominates/Little Boy)' dan jangan mengelak. Sshht." Chanyeol dapat melihat dengan jelas bagaimana bibir merah muda Baekhyun mulai terbuka. Ia telah membuat Baekhyun terkejut bukan main, terdengar dari nafas Baekhyun yang tercekat dan mata yang membelalak. Ia meletakkan telunjuk panjangnya tepat pada bibir mungil Baekhyun.

"This is my turn to speak. Am I clear enough?" Baekhyun menganggukkan kepalanya, kembali menutup bibirnya. "Anak manis dan penurut. Haha. Baekhyun, saya tau kamu mempunyai ketertarikan seksual yang sangat menyimpang, bukan hanya gay tapi juga Daddy kink. I know that you've got Daddy issues, I mean I love that you've got Daddy issues. Seseorang seperti kamu membutuhkan Daddy yang benar-benar mengerti DDLB – seperti, coughs, saya. I could give you a lot of attention by treating you like a princess in my kingdom, Baekhyun. And when things get a little bit hotter, I could fulfill your sexual needs too. I know you love to play hard. And well, I also do."