Aku pikir aku akan belajar dengan tenang di hari pertama SMA ku, tapi seseorang sudah terlebih dahulu merusak mood pagiku kali ini.
Ketika aku melangkah masuk ke gerbang sekolah, baru saja setapak tapi jalanku tiba-tiba di halang oleh berberapa orang yang menggunakan coat hitam khas nya, membuat orang langsung mengetahui bahwa mereka adalah dewan keamanan sekolah.
"Mana dasimu, Haruno-san?"
Dalam hati aku menjerit 'Bagus sekali yah, kau menghancurkan mood seorang gadis yang mood nya yang sedang hancur jadi semakin hancur.'
"Dasinya mencekik leherku, model nya juga sangat lawas, aku tidak suka," aku menyahut dengan nada sarkastik lalu pria bermata biru muda yang menghalangi jalanku ini―Uzumaki Naruto.
"Tapi kau harus menaati peraturan di sekolah ini jika kau masih ingin bersekolah disini," jelas Naruto kepadaku tapi aku hanya menghiraukannya dan menganggap perkataannya hanya angin lalu yah as usual sih.
"Jika kau masih tidak menaati peraturan pernikahan akan di percepat," suara baritone yang membuat aku terkejut dan membuat bulu kuduk tubuhku berdiri sempurna.
Ya―dia Uchiha Sasuke. Sang Ketua OSIS; musuhku sekaligus tunanganku
"Kau tidak punya hak, pantat ayam." aku pun memutar balikan badanku 180 derajat dan langsung menatapnya tak suka.
"Aku jelas punya hak, walaupun kau melakukan segala sesuatu perbuatan untuk menghalangi pernikahan kita, kau tetap saja tunangan sang Uchiha," lalu Sasuke melirik ke jari manis kanan ku, memandang sebentar lalu wajahnya tiba-tiba berubah sedikit terkejut walaupun tidak berlangsung lama.
"Kenapa? Kaget ya? Aku buang cincin nya," ucapku dengan nada penuh kepuasan, tentu saja aku bohong jika aku benar-benar melakukannya aku akan di buang oleh orang tuaku seperti kucing jalanan.
"Kau bohong!" tiba-tiba Sai sang sekretaris OSIS menyeletuk sembari tersenyum palsu.
'Sial,' batinku, aku sangat tahu. Bukan. Bukan aku saja, namun satu sekolah tahu bahwa Sai dapat membaca ekspresi seseorang dengan tebakannya dan hasilnya selalu akurat.
Sasuke melempar senyumnya, entah senyum apa yang ia berikan kepadaku. Terlalu ambigu. Semua orang tidak bisa menebak ekspresi Sasuke sekalipun itu Sai.
"Baiklah―Yuna-sanambilkan dasi perempuan di laciku."
"Baik, Sasuke-kaichou," jawab seseorang yang sedari tadi berdiri di sebelah Sasuke, ia adalah sekretaris kedua setelah Sai yang selalu mendampingi Sasuke kemanapun Sasuke pergi.
"Aku tak bu―"
"Turuti perintahku!" Sasuke tiba-tiba membentakku dan aku hanya bisa terdiam. Sial, aku tak bisa melawan Sasuke jika dia memang sudah dalam mode bentak-bentak menyebalkannya.
Yuna pun beranjak dan kami bertiga; aku, Sasuke, Sai dan Naruto masih menunggu Yuna mengambil dasi untukku.
Tak lama kemudian Yuna kembalu dan langsung memberikan nya kepada Sasuke.
"Biar aku yang memasa―"
"Tidak, aku bisa sendiri," aku memotong ucapan Sasuke. Memasang dasi dengan muka kesal dan langsung pergi menuju ke kelasku.
"P-pagi Sakura-san," sapa salah satu sahabatku namanya Hyuga Hinata. Gadis itu sangat cantik dan manis, memiliki bola mata kristal putih dan rambut indigo panjang nya.
"Pagi, Hinata," sapaku balik sambil melempar senyum tipis.
"DOOORRR!―"
"F*ck! Apa yang kau lakukan sampai mengejutkanku babi," aku terkejut dan ternyata yang membuatku kaget adalah Yamanaka Ino, gadis yang dulu suka membully ku ini sekarang sudah bertobat dan menjabat pula sebagai salah satu sahabatku. Yamanaka Ino selalu mengikat ponytail ambut pirangnya dan ia memiliki warna mata turqouise.
"Hanya ingin mengucapkan 'selamat pagii ~' hehehe," ucapnya sambil menjulurkan lidahnya.
"Cih," aku mendecak kesal.
"Pagi, forehead,"
Dia lagi, dia lagi. Gadis ini sangat doyan meledekku karena dahiku yang lebar ini, Tenten mempunyai surai dan warna mata brownysenada.
"Berisik kau, betulkan dulu kedua nasi kepal di kepalamu!" aku meledek nya balik dan dia mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kenapa wajahmu kusut seperti itu, Sakura?" tanya Tenten. Baru saja aku ingin menarik napas untuk memulai pembicaraanku namun...
"TADI PAGI DIA KEMBALI BERARGUMEN BERSAMA SASUKE-KAICHOU! HAHAHA!" ledek Ino sambil tertawa puas, mulut gadis itu betul-betul bagaikan ember bocor layaknya ember toilet umum, sialan.
"Kau sialan memang!" kesalku dan mengepalkan tanganku di depannya.
"Sudah... H-hentikan itu Ino," pinta Hinata.
"Kenapa bisa?" lanjut Hinata.
Aku memegang dasi yang ku pakai, "Aku tidak memakai dasi dan dia menghalangi jalanku,"
"Heh? Serius? Aku tidak pakai dasi lho! Lihat!" Temanku, Shizuku memamerkan kemejanya yang tidak terlingkar dasi di kerahnya.
"Sialan! Kenapa aku―arghhhhh! Brengsek!"
Hinata berdiri dari tempatnya dan mengelus punggungku, mengendalikan emosiku lalu Ino menepuk-nepuk kepalaku dengan pelan, "Sudah Sakura... Sabar... Biar bagaimanapun selain dia Ketua OSIS dia juga tunanga―"
"Tunangan siapa? Mana mau aku bertunangan dengan orang brengsek seperti dia!"
Aku kesal, siapa yang tidak kesal? Sasuke benar-benar ingin membuat namaku kotor, sialan anak itu memang. Aku sudah benci jadi semakin membencinya, terkutuklah Uchiha bungsu itu!
BRAAAK―
Aku mendobrak pintu ruangan OSIS dengan kasar dan melihat Sasuke bersama pengurus intu sedang memakan bekalnya disana.
"Brengsek kau memang!" kesalku sambil menunjukan telunjukku tepat di wajah nya.
Aku menghampirinya dengan kesal, "Apa-apaan sekali kau! Mengapa kau hanya menyuruhku yang memakai dasi sekolah ini sementara yang lain tidak kau tegur!" aku menatap nya dengan kesal, rasanya aku ingin melempar wajahnya dengan kursi kayu jati.
"Pergi kau dari ruanganku sekarang," ujarnya dengan wajah ekspresi serius sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"TAPI KA―"
"PERGI SEKARANG!