When Oh Sehun Meet The Kim's Twins
•
by willis.8894
•
•
•
Casts: Oh Sehun, Kim Jongin, Kim Kai
Pairing: JongHun, KaiHun
•••
SEQUEL 02 – STATUS.
Jongin menatap foto Sehun yang tertidur, terpampang di wallpaper ponselnya itu. Meskipun wajah Sehun setelah orgasme adalah pemandangan yang sangat indah, tak ada yang menandingi wajah terlelap Sehun setelah aktifitas panas mereka –kecuali ketika Sehun tersenyum padanya–.
Jongin selalu suka memandangi ketika Sehun tertidur, begitu lelap dan tenang. Tampak begitu lucu dan menggemaskan. Begitu murni. Seperti malaikat yang turun dari atas dan tak tersentuh.
Ya, Sehun malaikat yang begitu murni, sampai Jongin dan Kai yang mengotorinya.
Tidak, secara teknis itu salah Krystal awal mulanya. Maksudnya kalau saja Krystal tak menyesatkan Sehun dan mengiring Sehun ke kandang Dua Singa Muda Jantan yang sedang Birahi –Jongin dan Kai–, Sehun akan tetap murni.
Tentu saja Krystal takkan mau disalahkan. Benar apa kata pepatah, wanita selalu benar. Dan salah satu artis terbesar dalam Agency mereka itu mendatangi ruangan Jongin untuk siap mengamuk setelah tahu apa yang mereka lakukan pada sahabatnya yang polos itu. Ya, polos, Sehun terlalu polos dan menceritakan semuanya pada Krystal tanpa menyensor apapun. Termasuk menceritakan pada Krystal ketika Jongin dan Kai membobolnya bersamaan. Benar-benar polos dan naif, huh?
Jongin jelas ingat Kai berusaha menghindari Krystal karena sungguh Krystal yang mengamuk benar-benar mengerikan! Jongin sendiri? Ia sedikit menggunakan otaknya, ia memastikan Sehun selalu di sampingnya sebagai tamengnya dari Krystal –karena Krystal hanya berubah jinak jika ada Sehun seorang–.
Ah, Jongin yakin Krystal masih mendendam padanya dan Kai yang menodai sahabatnya itu. Dan ia lebih yakin lagi jika di Korea ada 'The Purge', Krystal akan segera menargetkan mereka berdua dan membakar gedung ini.
"Kau tersenyum," komentar suara baritone itu membuyarkan lamunan Jongin.
Jongin mengangkat wajahnya, menemukan Kris, COO S&M Agency itu menatapnya sambil menyeringai dan memainkan alisnya.
"Kau tahu aku bisa memecatmu. Kenapa kau tak mengetuk terlebih dahulu?" tanya Jongin mengunci ponselnya sambil menghela nafas.
"Aku sudah mengetuk berkali-kali, tapi kau sibuk memandangi foto Sehunmu dengan senyum cabul yang lebar diwajahmu itu, Kim Jongin," balas Kris santai masih menyeringai pada CEO-nya itu.
Jika percakapan ini terjadi sebulan yang lalu, Kris pasti takkan berani menjawabi Jongin. Karena Jongin dikenal sebagai orang yang serius dan tak suka berbasa-basi. Seluruh bawahannya harus menghormatinya meski itu sahabatnya sendiri yang juga ikut memulai Agensi ini 8 tahun lalu.
Tapi kini Jongin berbeda. Jongin berbeda sejak kehadiran Sehun.
"Oh, Kim, kau benar-benar mencintainya, huh?" tanya Kris menggoda. "Fucking finally! 23 tahun Kim Jongin menjadi aseksual akhirnya ia jatuh cinta!"
"Tsk, tutup mulutmu, Wu," balas Jongin berdecak.
Apakah ia benar-benar jatuh cinta pada Sehun? Ia tahu ia hanya bisa bergairah karena Sehun. Ia menyukai keberadaan Sehun. Sehun mengubahnya bahkan tanpa bisa disadari. Sehun membuatnya tersenyum hanya dengan memandangnya atau memikirkan pria cantik itu. Sehun mengubah dunianya tanpa disadari.
Hidup Jongin selalu tampak abu-abu baginya. Ia jenius sehingga bisa membangun S&M Agency diumur 15 tahun dengan memanfaatkan penyakit 'seks-maniak' Kai dan kesetiaan sahabatnya Kris. Jongin tak memiliki gairah seksual, tapi kreatif dalam fantasi seksual. Ia tak memiliki banyak teman dan merupakan tipe yang kaku dan dingin. Orang yang tak tersentuh. Hidupnya begitu abu-abu namun Jongin menikmatinya.
Tapi Sehun datang menghadirkan warna. Berbagai macam warna. Merah ketika ia sedang bergairah karena pria cantik itu. Pink ketika jantungnya berdetak kencang hanya karena Sehun tersenyum padanya. Biru. Hijau. Putih. Ungu. Hitam… berbagai macam warna dan berbagai macam perasaan bermunculan dalam hidupnya.
Dan Jongin merasakan hidupnya terasa lebih indah ketika berwarna, ketika ada Sehun di dalamnya. Ia benar-benar merasakan hidup sejak ada Sehun di hidupnya.
"Kau begitu bodoh, Jongin. Setelah semuanya begitu jelas dan kau bahkan masih ragu kau mencintai Sehun atau tidak?" tanya Kris mendengus melihat wajah Jongin yang tampak berpikir keras.
"Menurutmu aku mencintainya?" tanya Jongin bingung.
"Itu sudah sangat jelas, Jongin."
"Dia pelayanku," kata Jongin menyatakan.
"Dan kenapa kau menjadikannya pelayanmu? Bukankah dia melamar menjadi aktor disini?"
Jongin menutup mulutnya, rahangnya begitu kaku dan tampak berusaha menahan amarahnya memikirkan Sehun menjadi aktor porno. Memikirkan seseorang menyentuh Sehun mereka. Memikirkan orang-orang menatap Sehun mereka dengan penuh nafsu. Memikirkan bagaimana orang-orang berpikir kotor sambil membayangkan Sehun mereka. Jongin tak menyukai itu. Jongin takkan pernah mengijinkannya. Sampai ia matipun takkan ada yang boleh memiliki Sehun selain dirinya dan Kai.
"Whoa, whoa, tenang dulu, CEO. Kau tampak seperti akan mematahkan pulpen itu," kata Kris mundur selangkah, menyadari aura Jongin berubah berbahaya.
Jongin menatap Kris datar sebelum bersandar di kursinya, berusaha kembali tenang. "Intinya, hentikan asumsi bodohmu itu."
"Kenapa kau menyangkal?" tanya Kris menatap sahabatnya itu serius.
"Aku tak menyangkal."
Kris menghela nafas. "Teruslah seperti itu dan setelah terlambat, Sehun telah pergi dari kehidupanmu," kata Kris meletakan dokumen yang sedari tadi di pegangnya di meja Jongin.
"Sehun takkan pergi dariku," geram Jongin, tampak marah.
Kris hanya mengangkat bahu, mengabaikan Jongin. "Cek lagi kontraknya dan tanda tangani, sekretarisku akan mengambilnya satu jam lagi," kata Kris lalu beranjak pergi.
Jongin menatap pintu yang tertutup itu. Perkataan Kris terus terngiang dalam benaknya, mengganggunya.
Apakah ia benar-benar sudah jatuh cinta pada Sehun?
Apakah— apakah Sehun juga mencintainya?
Apakah Sehun akan pergi darinya?
•JongHun – KaiHun•
Kai memasuki apartemen mereka dengan senyum lebar. Tadi ia mampir ke café untuk membelikan bubble tea untuk Sehun. Sejujurnya ia cukup mencemaskan Sehun belakangan ini, wajahnya lebih pucat dari biasanya, ia sering lemas, dan beberapa kali Kai melihat Sehun muntah-muntah. Sehun sedang sakit, tapi pria cantik itu selalu menolak ketika Kai ingin membawanya ke dokter. Dan entah berapa kali Jongin juga membujuknya, tetap saja Sehun tak mau ke dokter dan mengatakan sebentar lagi juga ia sembuh.
"Hunnie, aku pulang," seru Kai menutup pintu apartemen mereka dan mencopot sepatunya.
Tak ada sepatu Sehun. Apakah Sehun belum pulang?
Kai masuk dan melihat apartemen itu kosong, sepertinya Sehun memang belum pulang. Biasanya Sehun akan menyambutnya dengan senyum manis dan kecupan dari bibir mungil menggoda itu, sayang Kai tak mendapatkannya sore itu.
Si bungsu Kim menyimpan bubble tea Sehun di kulkas dan memutuskan untuk tidur saja sambil menunggu Sehun pulang. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur dan terlelap, tak menyadari bahwa ada sepucuk surat di meja nakas yang ditinggalkan oleh Sehun.
Kai melihat Sehun dari jauh, tersenyum dengan manisnya saat bermain dengan anak-anak. Sehunnya tampak begitu cantik meskipun wajahnya terlihat lebih dewasa, seakan telah beberapa tahun berlalu sejak mereka bertemu pertama kalinya.
Mereka ada di taman bunga, tampak begitu indah namun tak ada yang melebihi indahnya senyuman Sehun terlebih ketika anak-anak itu memanggilnya "Mama! Mama!"
Mereka adalah anak-anak Sehun. Anak-anak mereka. Kai tak bisa menahan senyum bahagianya dengan pikirannya. Ia melangkah hendak menghampiri keluarga kecil nan bahagianya itu, hingga tiba-tiba seorang pria tinggi dengan mata bulat dan kuping lebar itu menghampiri Sehun dan anak-anak itu.
Park Chanyeol, salah satu teman kampus Sehun. Kai masih mengingatnya. Dan yang mengejutkan adalah bagaimana Park Chanyeol merangkul pinggang Sehunnya dan mengecup pelipisnya dengan penuh cinta. Lalu anak-anak itu berseru; "Papa! Papa!"
Kai berdiri mematung dan hanya menatap. Ia tak percaya ini. Ia tak bisa mempercayai ini. Ini tak mungkin terjadi.
"Sehun bukan lagi milik kita, Kai," kata suara familiar di sampingnya dengan lirih.
Ia menengok dan menemukan Jongin berdiri di sampingnya bagai mayat hidup, matanya memandang ke arah Sehun dengan penuh kerinduan yang mendalam.
"Sehun… bukan lagi milik kita."
Kai terbangun dengan kasar. Nafasnya memburu dan jantungnya berdetak begitu keras, terasa begitu menyakitkan seakan menggedor tulang rusuknya, ketika mengingat kembali mimpinya barusan. Mimpi itu begitu indah awalnya, namun begitu menyakitkan di akhir. Mimpi buruk itu terlihat begitu nyata, seakan Sehun akan pergi darinya, seakan Sehun akan terlepas dari genggamannya. Dan Kai tak bisa melalukan apa-apa selain melihatnya pergi.
Ia menggeleng kuat. Ia tak bisa membiarkan itu. Sehun bagaikan udara untuknya. Ia takkan bisa hidup tanpa Sehun meski itu terdengar sangat klise dan gombal. Tapi memang itu sebenarnya. Kai tak bisa membayangkan hidup tanpa Sehun.
Apakah Kai mencintai Sehun?
Kai bisa dengan tegas menjawab, ya. Kai mencintai Sehun. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Kai jatuh cinta. Dulu ketika berumur 14 tahun, Kai pernah berpikir mencintai seorang gadis dan sangat ingin menidurinya, tapi nyatanya itu salah. Itu hanya penyakitnya sebagai seks-maniak. Selama ini ia hidup sebagai pria dengan hormon seksual yang berlebih.
Tapi dengan Sehun berbeda. Ia tak menyangkal bercinta dengan Sehun adalah hal yang terbaik dibandingnya seks liar atau semua petualangan seks yang pernah ia jalani sebelumnya, tapi tetap dengan Sehun semuanya bukan hanya soal seks. Dengan Sehun ada cinta yang ia curahkan, itu sebabnya ia menggunakan kata bercinta, bukan seks. Dengan Sehun… ada cinta yang seorang Kim Kai curahkan.
Kenapa Kai tak pernah mengatakannya?
Karena Kai tahu ia tak pantas bagi Sehun. Sehun begitu murni meski kepolosannya sudah dinodai oleh Kai dan Jongin. Tapi dimata Kai, Sehun tetaplah murni bagai malaikat dan Kai hanya iblis dalam kegelapan.
Kai bahkan tak menjadikan Sehun sebagai orang pertama untuk melepas keperjakaannya, tidak seperti Jongin. Kai bahkan bodoh dalam pelajaran, yang ia tahu hanya soal seks, tidak seperti Jongin. Dan bahkan Sehun memilih Jongin untuk mengambil keperawanannya daripada Kai. Karena bagaimanapun juga, Kai selalu kalah dari Jongin. Jongin yang lebih pantas bagi Sehun.
Bilang Kai pengecut, tapi ia lebih baik diam dan tak mendengar penolakan Sehun. Ia lebih baik mengikat Sehun dalam hutang dan kontrak sebagai pelayan daripada mendengar Sehun menolak dirinya untuk pria lain, meski pria itu adalah kakak kembarnya sendiri.
•JongHun – KaiHun•
"Dimana Sehun?" tanya Jongin begitu pulang dan menemukan Kai sedang minum di dapur.
"Sehun tak menghubungi Hyung? Dia belum pulang," jawab Kai heran segera mengambil ponselnya.
Jongin mengambil ponselnya dan memeriksa, kali-kali Sehun menghubunginya. Tapi tidak ada. "Dia tak ada menghubungiku, apa Sehun ada mengabari akan pulang terlambat tadi pagi?" tanya Jongin heran.
Kai menggeleng dan mencoba menelepon Sehun. Nomornya tak bisa dihubungi. Ada apa sebenarnya? Sehun tak pernah seperti ini sebelumnya, ia selalu mengabari Kai dan Jongin jika pulang terlambat.
"Tak ada jawaban?" tanya Jongin yang melihat Kai mengetik sesuatu di ponselnya.
Kai menggeleng dengan kening berkerut dalam.
Jongin memutuskan untuk kembali menelepon Sehun tapi nomornya juga tak bisa dihubungi. "Aneh," gumamnya pada dirinya sendiri.
"Oh, Krys, apa kau bersama Sehun?" tanya Kai.
Jongin menatap Kai yang sedang menelepon Krystal. Ia ingin segera mengetahui kabar Sehun, tapi ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menanyakan soal Sehun lagi.
Setelah mandi, Jongin berganti pakaian dan melihat Kai masih di dapur sibuk dengan ponselnya dan keningnya terus berkerut. Tampak berpikir keras. Ini cukup mengherankan bagi Jongin, karena seumur hidup Jongin tak pernah melihat adiknya berpikir sekeras ini. Oops, Kai mungkin merobek semua dokumen pentingnya jika ia mendengar hal ini.
Si Sulung Kim itu hendak keluar kamar namun matanya menangkap sebuah amplop di meja nakas. Ia tampak bingung dan akhirnya memutuskan untuk mengambilnya. Ada tulisan tangan Sehun yang sangat di kenalnya di amplop itu.
Untuk Kim Jongin dan Kim Kai.
"Apa ada kabar?" tanya Jongin keluar kamar sambil membawa amplop putih itu.
Kai menggeleng masih fokus pada ponselnya. "Aku menghubungi Krystal dan katanya Sehun tak bersamanya, aku menelpon Park Chanyeol tapi ia mengatakan ia tak mendapatkan kabar dari Sehun sama sekali," jawab Kai terdengar frustasi.
"Sehun meninggalkan surat," kata Jongin mengangkat amplop ditangannya itu, membuat Kai langsung menatapnya cukup terkejut dan penasaran.
"Dimana?"
"Di meja nakas. Sepertinya kau tak menyadarinya sama sekali," kata Jongin mendengus sebelum duduk di hadapan Kai dengan surat Sehun.
Teruntuk Kim Jongin dan Kim Kai.
Aku merasa seperti pengecut karena tak bisa mengatakkannya secara langsung. Aku minta maaf jika harus mengatakan dengan cara seperti ini, tapi kurasa hanya ini yang bisa kulakukan.
Jongin, Kai, aku memiliki satu permintaan. Aku ingin merubah kontrak kita. Aku tidak bisa lagi melanjutkan menjadi pelayan pribadi kalian, aku tak bisa lagi menjadi pelayan seksual kalian. Aku akan mengembalikan semua uang yang telah kalian keluarkan untuk perawatan ibuku. Aku akan mencicil setiap bulan dan menggantinya, termasuk bunga pinjamannya juga. Hanya saja, kumohon tolong jangan suruh aku menjadi pelayan seksual lagi. Aku mohon.
Maafkan jika ini terdengar tak adil dan kurang ajar karena aku adalah pihak yang meminjam uang kalian, tapi kumohon kalian bisa mempertimbangkan kembali dan mengabulkan permohonanku.
Salam sayang,
Sehun.
P.S: Kuharap kalian hidup dengan baik dan akur. Jongin, jangan melupakan makan siang dan makan malammu. Kai, jangan sering-sering makan junk-food atau makan diluar. Aku menyayangi kalian, terima kasih atas sebulan ini.
Kedua kembar Kim itu hanya terdiam ketika membaca surat Sehun. Kai telah merebut surat itu dari kakak kembarnya dan terus-terusan membaca ulang, seakan ingin memastikan apakah apa yang ia baca benar.
Keringat dingin mulai mengalir dari pelipis Kai. Sehun pergi. Kenyataan itu terlalu tiba-tiba dan tak pernah di duganya, bagaikan kereta yang menabraknya dengan kecepatan tinggi. Ini tak boleh terjadi. Sehun tak boleh pergi. Sehun harus terus bersamanya seumur hidupnya. Ia tak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja.
"Kita harus cari Sehun sekarang. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan hingga tiba-tiba ia seperti ini," kata Jongin tampak marah.
"Aku akan mandi sebentar, Hyung berangkat saja duluan," kata Kai bergerak cepat. Tidak, ia takkan melepaskan Sehun. Takkan pernah.
"Aku cari ke rumahnya yang lama. Kau coba cari ke rumah sakit tempat ibunya dirawat," kata Jongin mengambil kunci mobilnya.
Kai mengangguk dan segera masuk ke kamar mereka untuk mandi.
•JongHun — KaiHun•
Kai melirik pesan yang diterima dari Hyungnya, koper Sehun berada di rumahnya yang lama tapi Sehun tak ada disana. Jongin kini sedang mencari Sehun ke tempat beberapa teman kampusnya sedangkan Kai akan diam di rumah sakit kalau-kalau Sehun mengunjungi ibunya. Ia sudah menunggu selama hampir 2 jam disini namun masih tak ada tanda-tanda Sehun datang.
Pria tan itu memutuskan untuk pergi dan mencoba mencari ke tempat lain yang biasa dikunjunginya bersama Sehun. Tanpa disangka, ketika ia baru bangkit berdiri, pintu terbuka dan Sehun masuk ke ruangan itu. Sehun langsung menyadari keberadaannya dan berdiri mematung sambil menatap Kai terkejut.
"Ka-Kai—"
"Oh Sehun," kata Kai datar dan dingin, mencoba menekan amarah dan sakit hati yang timbul karena sikap Sehun yang meninggalkannya begitu saja. "Kita perlu bicara, bukan begitu?"
Sehun meneguk ludahnya kasar, jelas tampak takut dengan tatapan tajam nan intens yang Kai tunjukan padanya. Ia hanya menatap Kai mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
"Hyung? Sehun disini, di kamar rawat ibunya. Cepatlah kemari," kata Kai lalu memutuskan telepon itu, sama sekali tak melepaskan tatapannya dari Sehun yang masih mematung itu.
"Ka-Kai, ma-maafkan aku—" kata Sehun terbata dan berjalan mundur hingga terhalang oleh pintu ketika melihat Kai melangkah mendekatinya.
Kai tak mengatakan apa-apa dan hanya melangkah cepat menghampiri Sehun dengan amarah dan hasrat yang terpancar dimatanya. Ia langsung mencium Sehun dengan kasar membuat pria manis itu memekik terkejut. Sehun mencoba memberontak dalam ciuman itu, mencoba mendorong tubuh berotot Kai, namun Kai tak menyerah, ia merangkul pinggang ramping Sehun dengan erat dengan satu tangan dan tangan satunya menangkup wajah Sehun dengan kasar agar Sehun tak bisa menghindar.
"Nghh— Kah—"
Kai tak berhenti dan justru mengambil kesempatan untuk menyelinapkan lidahnya dengan kasar ke dalam mulut Sehun. Ciuman itu brutal, lidah Kai mendominasi mulut Sehun dan pria itu melumat bibir manis Sehun dengan penuh nafsu dan tanpa kelembutan. Sehun semakin lama semakin kehabisan nafas dan terbawa dalam ciuman panas Kai itu hingga tak lagi memiliki tenaga untuk memberontak. Pria manis itu hanya bisa memeluk leher Kai dengan erat dan jari-jarinya meremas rambut halus Kai.
Pria tan itu memberi lumatan kasar terakhir sebelum melepaskan bibir Sehun. Matanya menatap dan mengamati wajah Sehun yang sementara keduanya saling berebut udara untuk mengisi paru-paru mereka.
"Kau tak boleh meninggalkanku, Sehun. Aku takkan mengizinkanmu pergi," kata Kai serak, penuh paksaan dan otoriter.
Sehun hanya terengah-engah dan matanya menatap mata Kai dengan liar, penuh akan berbagai macam emosi yang sulit untuk Kai identifikasikan satu per satu. "Ka-Kai—"
Kai kembali melumat bibir Sehun membuat ucapan pria manis itu terpotong, kali ini lumatannya sedikit lebih lembut dari sebelumnya. "Jangan bicara. Kita bicara setelah Jongin datang. Aku hanya ingin menciummu saat ini," kata Kai cepat dan rendah, menatap tepat ke mata pria yang ia cintainya itu.
"Ta-tapi—"
"Jangan bicara, Sehun. Atau kau ingin kumasuki sekarang tanpa persiapan dan pelumas di depan ibumu yang sedang tertidur? Percayalah Sehun, aku sangat ingin menghukummu seperti itu sekarang ini, jangan memancingku," ancam Kai dengan kilat nafsu berbahaya dimatanya.
Sehun hanya bisa meneguk ludahnya kasar dan mengangguk-angguk patuh. Sejujurnya ia teransang, entah kenapa tiba-tiba hormonnya bergejolak dan ancaman Kai terdengar sangat seksi baginya. Ia ingin Kai menghukumnya sekarang, tapi ia juga tak ingin ibunya terbangun dan memergokinya sedang dibobol oleh pria yang tak dikenal ibunya itu. Terlebih ia sedang mengandung sekarang, dan ia takut kalau ia keguguran karena melakukan seks.
"Bagus," kata Kai melihat Sehun menurut dan menarik tangan pria itu ke sofa. Ia mendudukan Sehun dipangkuannya dan langsung melumat bibir manis pria itu.
Sehun hanya bisa pasrah dan membiarkan Kai melumat bibirnya, tangan Kai tak bisa diam dan mulai menyentuh tubuhnya, membuka kancing-kancing kemejanya. Ia cukup kewalahan untuk mengimbangi Kai karena tampaknya Kai tak pernah puas mencium Sehun. Ciuman Kai turun ke rahangnya hingga leher jenjangnya, memberikan tanda-tanda kepemilikan yang baru untuk menggantikan yang mulai memudar sementara Sehun berusaha untuk menahan desahannya agar ibunya tak terbangun.
"Kau milikku, Sehun. Kau milik kami," kata Kai posesif meremas kedua bongkahan padat nan bulat milik Sehun dan kembali menandai bahu kanan Sehun yang kini sudah terekspos.
"Enghh~~" lenguh Sehun sepelan yang ia bisa, namun terdengar keras di ruangan yang sunyi itu. Sehun bahkan merasa ia bisa mendengar deru nafasnya yang cepat itu.
"Pelankan suaramu, Sayang. Ibumu bisa terbangun," bisik Kai menyeringai sementara bibirnya tak menjauh dari kulit putih mulus Sehun, menyusuri hingga mencapai dada pria itu dan menggigit putingnya.
"AKH! KAI!" pekik Sehun terkejut dan meremas rambut Kai, berusaha menahan desahannya ketika Kai menaghisap kasar putingnya itu.
"Tubuhmu milik kami, Sehun. Hanya milik kami. Tak ada yang boleh menyentuhnya selain kami," bisik Kai posesif menandai dada Sehun membuat pria manis itu melenguh. "Sial, aku ingin memasukimu sekarang juga, Sehun," kata Kai serak meremas kuat bokong padat Sehun itu.
"An-andwae," kata Sehun menggeleng kuat. "A-aku tak bisa melakukan itu lagi, Kai. Kumohon jangan," pinta Sehun memelas. Ia benar-benar takut akan keselamatan bayinya meskipun hormonnya menjerit agar hasratnya dipenuhi.
Kai sedikit menjauhkan tubuhnya, kedua lengannya berpindah memeluk pinggang ramping Sehun dan Kai menatap Sehun yang sudah acak-acakan itu dengan bingung. "Tidak bisa melakukan itu lagi? Kenapa?" tanya Kai bingung.
Sehun menunduk dan merasa matanya panas. Hatinya kembali teremas mengingat bahwa Kai bukanlah miliknya meski tubuh Sehun adalah milik Kai, milik kedua Kembar Kim itu. Meskipun kini Sehun mengandung bayi salah satu dari mereka, Kai dan Jongin tetap bukanlah milik Sehun.
"Sehunnie, sayang, kenapa kau menangis?" tanya Kai mengangkat dagu Sehun dan mengusap air mata Sehun.
Sehun menatap Kai tanpa bisa menghentikan air matanya. Tubuh kurusnya mulai bergetar menahan isakan yang keluar namun ia memaksa kepalanya untuk menggeleng kuat. Tak ingin Kai menanyakan soal itu.
"Sayang, Princess, kau takut aku memaksa memasukimu sekarang? Maafkan aku, Princess, aku takkan memaksa jika kau tak mau," kata Kai lembut dan mengecup seluruh wajah Sehun, berharap pria itu berhenti menangis.
Namun perlakuan lembut Kai justru membuat Sehun semakin tak kuasa mengendalikan emosinya. Hormonnya membuatnya ingin dimanja oleh si Kembar dan ia semakin sadar setelah pembicaraan ini, ia tak lagi bisa menerima perlakuan lembut si Kembar. Si Kembar akan meninggalkannya. Sehun hanya bisa memeluk erat leher Kai dan terisak pelan.
"Princess, Hunnie, Sayangku, kumohon berhenti menangis, baby," bisik Kai menciumi bahu Sehun dan mengusap punggung pria manis itu.
Pintu kembali terbuka dan Jongin muncul disana. Ia terkejut melihat Sehun menangis dipangkuan Kai dan memeluk adik kembarnya itu dengan erat. Si Sulung Kim segera menghampiri keduanya dan mengusap lembut rambut Sehun dan menciumi puncak kepalanya.
"Sehunnie, kenapa kau menangis, love?" tanya Jongin lembut sambil mengecupi puncak kepala pria manis itu.
Sehun mengangkat wajahnya dari leher Kai dan menatap si sulung Kim. Pria manis itu langsung mengulurkan tangannya pada Jongin minta untuk dipeluk. Dan tentu, Jongin takkan menolak. Pria itu langsung duduk disamping Kai dan memindahkan Sehun ke pangkuannya, saat itu ia menyadari bahwa kemeja Sehun sudah terbuka semua hanya menyisakan satu kancing di paling bawah dan tanda-tanda yang barusan Kai berikan terpampang jelas.
"Jangan menangis, my love," bisik Jongin mengusap air mata Sehun dan mencium bibirnya dengan lembut, tangannya perlahan turun pada kemeja Sehun dan mengancingkannya satu per satu sambil tetap mencium Sehun.
Kai hanya mengamati interaksi keduanya, masih ada rasa cemburu di dalam hatinya setiap kali ia melihat Sehun bersama Jongin, tapi ia berusaha menerima fakta bahwa ia harus berbagi Sehun dengan kakak kembarnya itu. Si Bungsu Kim mengambil satu tangan Sehun dan mulai mengecupinya dengan lembut membuat Sehun langsung kembali menatapnya setelah Jongin melepaskan bibirnya.
"Kurasa kita lebih baik bicara café bawah, aku tak ingin mengganggu Nyonya Oh," kata Jongin pelan sambil mengusap bibir Sehun yang membengkak itu dengan lembut.
"Aku setuju," kata Kai bangkit berdiri.
Sehun menatap kedua kembar itu bergantian sebelum mengangguk pelan. Ia tahu ia tak bisa menghindar lagi. Ia akan memberitahu semuanya pada kedua orang yang ia cintai ini, namun ia juga akan berjuang untuk bayinya jika mereka meminta Sehun menggugurkannya.
Kai menarik tangan Sehun dengan lembut dan membantunya untuk berdiri lalu merangkul pinggang rampingnya dengan posesif. Jongin berdiri dan melingkarkan lengan kurus Sehun untuk memeluk lengan berototnya itu, jelas tak ingin Sehun melepaskannya. Dan ketiganya segera menuju ke café di lantai dasar.
Begitu mereka duduk, Jongin segera memesankan minuman untuk mereka bertiga dan sepotong kue tiramisu untuk Sehun karena pria manis itu memaksa ia ingin tiramisu.
"Jadi, jelaskan pada kami apa maksud suratmu, Sehun," kata Jongin yang mengamati Sehun yang sibuk menikmati tiramisunya itu.
Sehun terdiam sejenak dan hanya menatap kuenya, tak berani menatap si kembar. "A-aku tidak bisa lagi menjadi pelayan seksual kalian," bisik Sehun bergetar, mencoba sekuat tenaga untuk menahan tangisnya yang kembali datang.
"Kenapa?" tanya Kai mengamatinya dengan tajam.
Sehun kembali terdiam, jelas terlihat enggan menjawab.
"Sehun. Jawab pertanyaanku," perintah Kai tampak mulai tak sabar.
Sehun berjengkit di tempat duduknya, takut dengan nada yang Kai gunakan itu. Tapi bahkan kali ini Jongin tak membantunya, ia membiarkan Sehun takut pada Kai dimana itu belum pernah terjadi sebelumnya. Jelas itu karena Jongin juga marah padanya.
"A-aku hamil. Da-dan aku tak ta-tahu siapa ayahnya," kata Sehun tak bisa menahan isakannya.
Si kembar membeku mendengar itu dan hanya bisa menatap Sehun dengan pandangan terkejut. Jelas tak menyangka akan mendengar kabar ini.
"Ha-hamil?" tanya Jongin mengulang dengan terbata.
"Kau tak tahu siapa ayahnya? Bagaimana bisa?! Berapa banyak pria yang kau tiduri?!" tanya Kai tampak begitu marah dan tangannya terkepal erat.
Sehun mengangkat wajahnya dan menatap Kai dengan pandangan terluka mendengar itu. Bagaimana bisa Kai mengatakan itu? Apa menurut Kai, Sehun itu pelacur yang tidur dengan sembarang pria?!
Jongin langsung memukul kepala Kai dengan keras membuat adiknya itu menatapnya tajam. "Jangan idiot disaat seperti ini, bodoh. Maksud Sehun, ia tak tahu siapa yang menjadi ayah bayi itu diantara kita," kata Jongin menjelaskan.
Kai berkedip dan memproses omongan kakak kembarnya itu untuk beberapa saat sebelum matanya menatap horor dan segera menengok pada Sehun yang menatapnya dengan marah, terluka, dan air mata masih mengalir dari sepasang mata cantik itu.
"Hun— ma-maaf, aku salah. Aku terlalu marah. A-aku tak bermaksud bicara begitu," kata Kai memohon maaf dan pindah ke samping pria manis itu.
Sehun memukul dada bidang Kai sekeras yang ia bisa sambil cemberut. "Jangan bicara begitu lagi!" perintahnya sambil terisak.
"Tidak akan lagi. Maafkan aku, sayang," kata Kai merangkul Sehun dan menciumi wajah pria manis itu dan terakhir melumat bibirnya dengan lembut.
Jongin berdehem membuat Kai melirik tajam padanya karena mengganggu momennya dengan Sehun itu. "Kalau kau hamil anak kami, kenapa kau tak memberitahu kami, Hun? Kami berhak tahu," kata Jongin melanjutkan pembicaraan mereka dan mengabaikan Kai.
Sehun kembali menunduk. "Ka-karena kalian tak menginginkannya," bisik Sehun takut-takut.
Jongin dan Kai menatap Sehun dengan pandangan tak percaya. Bagaimana bisa Sehun berpikir begitu? Mereka akan merayakan besar-besaran jika tahu Sehun mengandung anak mereka!
"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Kai jelas tersinggung dengan jawaban Sehun.
"Ka-kalian ti-tidak mencintaiku," kata Sehun dan kembali terisak.
Kini Jongin dan Kai menatap Sehun seperti pria itu berkepala dua. Sangat tak percaya bahwa Sehun mengatakan itu.
"Oh Sehun, kenapa kau mengatakan itu? Atas dasar apa kau mengatakannya?" tanya Kai kini marah mendengar ucapan Sehun.
Air mata Sehun mengalir semakin deras dan isakannya semakin menjadi-jadi, namun tetap mulutnya terbuka untuk mengeluarkan semua isi hatinya yang ia pendam selama ini. "Kalian tak pernah mengatakannya. Kalian tak pernah bilang bahwa kalian mencintaiku. Kalian tak pernah memintaku menjadi pacar kalian, kalian hanya memintaku menjadi pelayan seksual kalian! Dan Kai, kau tidur dengan orang lain sedangkan Jongin menikmati melihat tubuh telanjang model-model kalian. Aku tahu itu pekerjaan kalian, tapi aku sakit hati! Aku tak menginginkan itu! Aku cemburu ka-karena a-aku mencintai kalian. A-aku mencintai ka-kalian dan itu me-menyakitkan karena ka-kalian tak membalas perasaanku," kata Sehun terisak. "A-aku tak bi-bisa hidup seperti i-itu lagi. Ha-hatiku terlalu sakit."
Kedua kembar itu begitu terkejut mendengar pengakuan Sehun. Keduanya merasa bersalah karena mereka baru menyadari bahwa Sehun tersakiti karena mereka berdua tak mengatakan dengan jelas perasaan mereka pada Sehun.
Kai langsung memeluk pinggang Sehun dengan erat dan menciumi rambut pria manis itu. "Maafkan aku, Hunnie sayang. Maafkan aku tak pernah mengatakannya. Aku takut kau lebih mencintai Jongin-hyung dan menolakku. Maafkan aku. Aku mencintamu, Oh Sehun. Aku sangat mencintaimu," bisik Kai lembut sambil mengecupi rambut Sehun penuh sayang.
Sehun mengangkat kepalanya dan menatap Kai terkejut mendengar pengakuan Kai, wajahnya bersimbah air mata dan Kai hanya tersenyum lembut sambil mengusap air mata Sehun. "Ka-kau mencintaiku?" tanya Sehun tak percaya.
"Ya, sejak pertama kali aku melihatmu di agensi kita," aku Kai dan mengecup lembut bibir Sehun.
Jongin memegang dagu Sehun begitu Kai melepaskan bibirnya dan membuat pria itu menatapnya. Jongin tersenyum lembut padanya dan mengusap pipi Sehun. "Maafkan aku terlalu lama untuk menyadari perasaanku. Ketika kau pergi, aku baru menyadari bahwa aku tak siap jika kau pergi dari hidupku. Aku mencintaimu, Oh Sehun," kata Jongin mengatakan kalimat terakhirnya dengan tegas dan kepastian sambil menatap langsung ke mata Sehun.
Tangan Jongin mengambil sesuatu dari saku mantelnya dan mengeluarkan sekotak beludru biru. Sehun menatap kotak itu dengan mata membulat sempurna, jelas tampak tak percaya apalagi ketika Jongin membuka kotak itu dan sebuah cincin perak terpampang disana. Kai hanya menyeringai melihat ekspressi Sehun dan dalam hati berterima kasih Jongin berpikir untuk membeli cincin sebelum ke sini.
"Tadinya aku berpikir untuk memaksamu menikahi kami agar kau tak pergi dari kami, tapi kini kurasa sudah jelas alasan kami sebenarnya. Oh Sehun, maukan kau menikah denganku dan adik kembarku?" tanya Jongin menatap wajah Sehun lekat-lekat.
"Tolong katakan 'ya', sayang. Atau kami akan menghukummu disini sampai kau menyetujui untuk menikahi kami," bisik Kai ditelinga Sehun. Ancamannya jelas tak serius, tapi ia tak bisa menahan seringaiannya melihat rona diwajah cantik Sehun.
"Aku mau menikahi kalian, Kim Jongin, Kim Kai," jawab Sehun malu-malu.
Jongin dan Kai tak bisa menahan senyum bahagia mereka mendengar jawaban Sehun itu. Jongin segera memakaikan cincin di jari manis Sehun sementara Kai langsung mencium bibir manis Sehun. Jongin mencondongkan tubuhnya dan ikut dalam ciuman itu dengan jari-jarinya yang bertaut dengan jari-jari Sehun yang memakai cincin pertunangan mereka itu.
"Su-sudah, Jonginnie, Kai-yah," bisik Sehun menjauh kepalanya, menghindari serangan dari bibir si kembar itu. "A-aku malu di-di lihat orang," katanya menunduk malu-malu.
Jongin mengangkat dagu Sehun dan melumat bibir itu terakhir kalinya sebelum kembali duduk santai, begitu juga dengan Kai. Satu tangan Kai masih melingkar di pinggang Sehun dengan posesif sedangkan jari-jari Jongin masih bertaut dengan jari-jari Sehun.
"Apa kau sudah memeriksakan kandunganmu, love?" tanya Jongin.
Sehun menggeleng pelan. "Aku hanya memeriksa dengan test pack," jawab Sehun.
"Kalau begitu lebih baik kita periksakan sekarang," kata Kai tampak sangat bersemangat untuk menengok janin di dalam perut Sehun itu.
"E-eh? Ta-tapi ini sudah malam. Dokternya mungkin sudah tidak menerima pasien," kata Sehun.
"Tenang saja, Suho-hyung akan datang ke sini. Lebih baik kita ke ruangannya langsung," kata Jongin tersenyum lembut pada Sehun dan mengecup tangan yang Sehun.
Sehun menunggu bersama si kembar di ruangan dr. Kim Suho, perawat sudah mempersilahkan agar Sehun berbaring di kursi pemeriksaan. Jongin dan Kai berdiri di kedua sisinya tak melepaskan tangan Sehun dari tangan mereka.
"Aku serius dengan apa yang kukatakan tadi, Jongin-ah, Kai-yah," kata Sehun pelan begitu perawat pergi, membuat si kembar menatapnya bingung. "Soal pekerjaan kalian, aku ingin kalian berhenti," kata Sehun menunduk dengan sedih.
Jongin melirik adik kembarnya yang menyeringai padanya sambil mengangguk. Si Sulung Kim mengangkat dagu Sehun agar menatap mereka dan mengecup bibirnya. "Kami mengerti, sayang. Kami akan berhenti," kata Jongin.
Sehun menatapnya terkejut, tak menyangka si kembar akan langsung menyetujuinya. "Ta-tapi bagaimana pekerjaan kalian?" tanya Sehun bingung namun tersanjung.
"Kurasa ini sudah saatnya Hyung dan aku serius menjalankan perusahaan keluarga kami," kata Kai tak bisa menahan senyum gelinya melihat ekspressi kebingungan Sehun.
"Perusahaan keluarga?" tanya Sehun semakin bingung.
"Sehunnie, aku dan Kai memulai bisnis S&M Agensi sejak umur 15 tahun, menurutmu darimana modal semua itu, sayang?" tanya Jongin tertawa.
Mata Sehun membulat dan mulutnya membentuk O sempurna, baru menyadari fakta itu. Kedua kembar itu tertawa melihat ekspressi Sehun sebelum mencium tunangan mereka tercinta itu.
Sebuah deheman menginterupsi mereka, membuat si kembar berhenti menyerang tunangan mereka dan mendapati Suho sudah datang. Sang dokter tersenyum lembut pada Sehun yang merona merah itu. "Halo, Sehun-sshi, senang bertemu denganmu," sapa Suho ramah.
"Senang bertemu denganmu juga, Uisa-nim," balas Sehun yang merasa malu karena Suho melihat kelakuan tak senonoh si kembar padanya.
"Hyung, Sehun milik kami. Jangan coba-coba," kata Kai jelas langsung cemburu dan merangkul bahu Sehun dengan posesif.
Suho tertawa mendengar itu. "Aku hanya memberi salam pada pria manis yang akhirnya bisa menjinakan kalian," jawab Suho santai sementara si kembar mendengus. "Baiklah, sudah berapa lama gejalanya, Sehun-sshi?" tanya Suho sambil mengolesi gel ke alatnya.
"Um, aku tak terlalu ingat," kata Sehun bingung.
"Mungkin sudah sekitar seminggu lebih, Hyung," kata Jongin menjawab.
Suho bergumam dan mengangguk mengerti sambil mulai memeriksa Sehun. Ia melihat monitor itu dan tersenyum pada pasangan muda itu. "Selamat, Sehun-sshi, Anda telah hamil 4 minggu," kata Suho tersenyum pada pria manis itu.
Meskipun Sehun sudah tahu ia hamil, melihat monitor kandungannya membuatnya sangat terharu. Ada kehidupan yang dibawa di dalam dirinya sekarang ini. "Terima kasih, Usia-nim," kata Sehun berbisik tak bisa mengalihkan pandangannya dari monitor itu. Ia menatap Jongin dan Kai yang tampak begitu terpana melihat monitor itu tampak begitu bahagia.
"Ada hal lain lagi yang perlu kuberitahu," kata Suho mengarahkan kursornya ke salah satu bagian gambar. "Ada dua sumber kehidupan disini."
Ketiganya menatap Suho tampak begitu terkejut dan begitu bahagia mendengar itu.
"Kemungkinan Sehun-sshi mengandung anak kembar, kita akan bisa lihat kepastiannya dan lebih jelas 2-4 minggu lagi," kata Suho mengabarkan.
Mendengar itu, si kembar langsung menciumi seluruh wajah Sehun dengan penuh cinta sambil membisikan 'terima kasih' berkali-kali dan pria manis itu tak bisa menahan air mata bahagianya mendengar itu. Tak hanya satu kehidupan yang tumbuh di dalamnya tetapi dua. Ia sangat bahagia mendengar itu apalagi melihat bagaimana Jongin dan Kai begitu bahagia mendengarnya.
Suho menatap bahagia para dongsaengnya itu. Ia tak menyangka hari ini akan datang melihat bagaimana Jongin dan Kai bisa mencintai dengan tulus dan mau berbagi satu sama lain. Ia tahu kedua dongsaengnya telah menemukan cinta dalam kehidupan mereka, orang yang sangat tepat untuk mereka, dan Suho sangat bahagia dengan itu.
"Ada hal yang perlu ketahui, sebagai seorang pria kandungan Sehun-sshi belum tentu bisa sekuat kandungan wanita, jadi kalian harus menjaganya baik-baik," kata Suho memperingatkan dengan serius dan memberikan tisu untuk mengelap gel di perut Sehun itu.
"Kami mengerti, Hyung," jawab si kembar dengan senyum yang tak luntur di wajah mereka. Jongin mengambil tisu itu dan mengusap perut Sehun dengan penuh sayang seakan ingin calon bayi dalam perut Sehun bisa merasakannya.
"Aku serius, Jongin, Kai." Sehun tak bisa menahan senyumnya begitu menyadari maksud Suho yang sebenarnya.
"Kami juga serius, Hyung," jawab si kembar kini bingung. Jelas mereka akan hati-hati dan menjaga Sehun baik-baik. Kenapa Hyung mereka tampak tak percaya?
"Aku bicara kehidupan seksual kalian. Kalian harus menahan hormon kalian dan hanya boleh melakukan kalau Sehun-sshi yang meminta kalian," kata Suho memperjelas dan Sehun berusaha untuk menahan tawanya melihat ekspressi melongo Jongin dan Kai.
"Ti-tidak boleh melakukannya?" tanya Kai tampak horor seakan dunia kiamat.
"Aku tak bilang tak boleh melakukannya, aku bilang kalian boleh melakukannya jika memang Sehun-sshi yang menginginkannya," kata Suho mengulang.
"Hanya kalau Sehun meminta, huh?" tanya Jongin menyeringai nakal melirik tunangannya itu. Kai tampaknya menyadari apa yang dipikirkan Hyungnya itu dan ikut menyeringai.
"Tenang saja, Princess, kami akan membuatmu selalu menginginkan kami," kata Kai membuat Sehun berhenti menertawakan si kembar dan meneguk ludahnya dengan kasar karena pandangan seksi dan penuh nafsu dari kedua tunangannya itu.
"Oh, ngomong-ngomong peraturan seperti itu baru berlaku ketika kandungan Sehun-sshi mencapai 5 minggu," kata Suho menambahkan membuat seringaian si kembar semakin lebar.
Tidaaak! Usia-nim apa yang kau katakan! Mereka pasti akan menyerangku habis-habisan seminggu ini! rengek Sehun membatin.
Dan perkiraan Sehun benar. Jongin dan Kai tak membiarkan Sehun keluar dari apartemen mereka selama seminggu dan bercinta gila-gilaan dengan Sehun selama seminggu itu sampai Sehun sulit berjalan dan tubuhnya penuh dengan tanda-tanda yang si kembar berikan.
•END•
MAKASIH BANYAAAAAAK REVIEWNYAAAA~~~
KULOPEK LOPEK LOPEEEEEK PADA KALIAAAAANSSSS~~~
Yap, cerita ini resmi END hehehehe
sekalian ini sebagai gift dari aku sebelum aku hiatus :D
semoga kalian suka yaaaa~~~
Dan tenang aja, seperti yang udah pernah kubilang di a/n htl:
meskipun aku hiatus dr fandom KaiHun, bukan berarti aku berenti nulis KaiHun. Aku pasti masih nulis dan ngedraft cerita-cerita KaiHun buat ku pos nanti pas balik hiatus hehehe
LOVE Y'ALL! THANK YOU VERY MUCH FOR ALL LOVES AND SUPPORT FOR THIS STORY!
GOOD DAY, BABIES! :3
-willis.8894
P.S: expect more other stories update from me today because tomorrow i won't update KaiHun anymore till further notice hehehe