"Tolong maafkan suamiku tuan, suamiku sudah melakukan kesalahan yang sangat besar. Hanya demi sebuah jabatan yang lebih tinggi suamiku sampai harus membunuh istri anda hiks."

Jongin mengepalkan tangannya erat, ia berusaha dengan sangat keras untuk menahan emosinya.

"Ceritakan semuanya padaku."

Rebecca mengusap airmatanya pelan. "Suamiku dulu hanya bekerja sebagai dokter magang di rumah sakit itu. Tapi tiba-tiba saja tuan RM memintanya untuk memimpin sebuah operasi besar. Suamiku awalnya menolak karena biar bagaimana pun ia masih seorang dokter magang. Tapi Tuan RM menjanjikan akan menjadikan suamiku dokter tetap dirumah sakitnya jika ia mau memimpin operasi pengangkatan rahim istri anda. Suamiku akhirnya menerima tawaran Tuan RM dan dengan sengaja memotong liver istri anda hingga akhirnya meninggal. Sejak saat itu suamiku menjadi dokter kepercayaan Tuan RM. Ia juga sangat baik terhadap kami bahkan sampai membelikan sebuah rumah. Sekitar beberapa hari yang lalu suamiku bercerita jika Tuan RM kembali menyuruhnya untuk melenyapkan seseorang dengan cairan Kalium Klorida. Suamiku juga melakukannya, lalu setelah tugasnya selesai ia diantar pulang oleh orang suruhan Tuan RM. Suamiku tidak pulang kerumah waktu itu, ia lebih memilih untuk pulang ke apartemennya. Tapi keesokan harinya aku justru mendapat kabar jika suamiku sudah meninggal. Ini sangat tidak adil tuan, suamiku sudah mengabdikan dirinya untuk tuan RM tapi justru ia malah dikhianati."

"Dikhianati kau bilang? Lalu bagaimana dengan istriku? Kau pikir bagaimana perasaanku setelah tau semua kejahatan yang suamimu perbuat? Dan asal kau tau, seseorang yang suamimu bunuh kemarin adalah ibu dari mantan kekasihku. Suamimu sudah menghancurkanku sebanyak dua kali dan dia pantas mendapatkan karma atas apa yang telah ia perbuat. Berhentilah bersikap seperti kau adalah orang yang paling tersakiti!" ucap Jongin dengan emosi yang meluap-luap.

Rebecca semakin tertunduk dan terisak dengan lirih. Ia malu, dan tentu saja ia merasa sangat bersalah.

"Saya benar-benar minta maaf tuan, saya akui saya memang salah hiks."

"Apa kau pikir dengan permintaan maafmu istri dan ibu dari mantan kekasihku akan hidup kembali?"

Daniel berusaha menenangkan sang atasan dengan mengusap bahunya pelan.

"Lalu apakah kau punya bukti jika tuan RM yang ada dibalik semua ini?" tanya Daniel kemudian.

Rebecca kemudian mengeluarkan sebuah amplop berukuran sedang dari dalam tas yang ia bawa.

"Ini adalah surat pernyataan asli yang menyatakan bahwa Nyonya Soojung tewas karena pendarahan sebelum dimanipulasi oleh Tuan RM. Aku juga punya salinan percakapan Tuan RM dan suamiku tentang rencana pembunuhan kepada Nyonya Sohee di ponselnya."

Daniel menerima surat itu dan membacanya dengan seksama. Ia juga membaca isi percakapan via Line yang sempat dilakukan oleh RM dan Adlar sebelum Nyonya Sohee tewas dari ponsel Rebecca.

"Aku rasa ini sudah cukup untuk menyeret RM ke penjara." Daniel menoleh dan menatap sang atasan kemudian.

"Lalu bagaimana dengan Kyungsoo?"

"Jika RM ditangkap, otomatis Kyungsoo juga akan ditangkap. Polisi bisa menyelidiki itu nanti di Korea."

Jongin mengangguk pelan.

"Saya akan menyerahkan diri ke polisi setelah ini karena telah menutupi kejahatan suamiku. Tapi saya mohon tuan, tolong jebloskan RM ke penjara. Saya benar-benar tidak rela suami saya diperlakukan seperti ini. Sekali lagi saya minta maaf atas nama suami saya Tuan Jongin."

Jongin menutup matanya pelan, sungguh sulit rasanya untuk memaafkan orang yang telah melenyapkan dua orang berharga di dalam hidupnya. Tapi Jongin akhirnya mengangguk. Ini bukan saatnya untuk memikirkan soal itu.

"Aku maafkan.. "

"Terimakasih tuan, terimakasih." ucap Rebecca sambil menangis haru.

.

.

.

Sehun berlari di koridor rumah sakit menuju ruang rawat Baekhyun. Ia baru tau jika ibunya Baekhyun meninggal dan langsung bergegas untuk menemui Baekhyun di ruangannya tanpa menghiraukan para suster dan dokter yang melarangnya untuk pergi.

Sehun tersenyum kecil ketika ia berdiri diambang pintu kamar Baekhyun yang sedikit terbuka. Ia langsung terdiam ketika melihat Baekhyun tengah menangis sampai tersedu-sedu.

"Baek, sudahlah. Kau harus merelakan ibumu pergi."

"Hiks.. Aku tidak kuat lagi hyung, kenapa Tuhan sangat kejam kepadaku? Aku tidak bisa jika harus hidup seperti ini hiks."

"Jangan bicara begitu Baek. Ibumu pasti sedih jika melihatmu seperti ini. Kau masih punya aku, kau juga masih punya Baekhee. Kau tidak sendirian Baek, kami semua bersamamu."

"Aku merindukan Chanyeol hyung, aku ingin dia berada disampingku sekarang."

DEG

Sehun mematung. Ia langsung melepaskan genggaman tangannya pada gagang pintu kamar Baekhyun dengan tatapan kosong.

"Sehun ssi, sudah saya bilang anda jangan keluar kamar dulu. Anda harus banyak istirahat." ucap salah seorang suster yang menyusul Sehun sampai ke depan ruangan dimana Baekhyun dirawat.

"Ayo, biar saya antar kembali keruangan anda Sehun ssi."

Suster itu langsung membawa Sehun pergi dari depan pintu kamar Baekhyun tanpa perlawanan sama sekali dari si pria albino.

Minseok menatap keluar pintu sejenak. "Itu tadi Sehun, Baekhyun ah."

Baekhyun terdiam untuk beberapa saat. "Biarkan saja, aku pikir ia juga harus tau jika aku memang tidak pernah mencintainya."

.

.

.

CKLEK

Luhan masuk kedalam kamar Sehun sambil membawa beberapa buah kesukaan Sehun. Luhan langsung duduk ketika pria albino itu hanya diam melamun seperti mayat hidup.

"Terjadi sesuatu Sehun ah?"

Sehun menoleh. "Baekhyun sepertinya tidak mencintaiku. Ia lebih mencintaiku ayahku."

Luhan terdiam, lagi-lagi soal Baekhyun.

"Apa yang harus aku lakukan? Bahkan setelah apa yang telah ayahku perbuat, Baekhyun masih tetap berharap ia menemaninya disaat seperti ini. Kenapa harus ayahku? Kenapa bukan aku yang Baekhyun cari?"

Diam-diam Luhan mengepalkan tangannya erat tanpa diketahui oleh Sehun.

"Aku sangat ingin menjadi orang pertama yang Baekhyun cari untuk menumpahkan segala keluh kesahnya. Aku ingin Baekhyun bersandar padaku dan mempercayakan semuanya padaku. Aku benar-benar mencintainya Luhan hyung. Aku tidak mau jika Baekhyun harus bersama dengan pria lain bahkan jika itu dengan ayahku. Aku-"

"CUKUP."

Sehun terlonjak kaget ketika Luhan berteriak kencang disampingnya. Ia menatap pria cantik yang tampak berusaha menahan airmatanya itu dengan pandangan bingung.

"Bisakah sekali saja kau tidak membicarakan Baekhyun dihadapanku? Yang ada dihadapanmu sekarang adalah aku, bukan Baekhyun. Kenapa kau tidak pernah mengerti perasaanku Sehun ah hiks.. "

"Apa maksudmu hyung, aku tidak mengerti."

"AKU MENCINTAIMU SEHUN. TIDAKKAH KAU MENGERTI ITU?"

DEG

Sehun sontak saja langsung terdiam.

"Aku mencintaimu Sehun, kenapa kau tidak pernah mengerti? Kau terus membicarakan tentang Baekhyun dihadapanku tanpa tau bahwa ucapanmu itu telah melukai perasaanku hiks. Kau jahat Sehun ah. Kau jahat.. "

Setelah mengucapkan semua keluh kesah di dalam hatinya, Luhan langsung berlari keluar ruangan dan membanting pintunya dengan kencang.

BRAAAKKK

Sehun terdiam shock, ia benar-benar tidak menyangka jika Luhan ternyata memiliki perasaan lebih untuknya. Sekarang ia tidak tau apa yang harus ia lakukan jika ia bertemu dengan Luhan lagi setelah ini.

.

.

.

Chanyeol berjalan pelan memasuki pekarangan rumahnya. Ia datang kemari untuk mengambil beberapa barang miliknya yang tertinggal. Ia baru saja bertemu dengan pengacaranya untuk mengurus surat pemindahan kekuasaan atas harta miliknya kepada Sehun dan Baekhyun. Chanyeol sudah memikirkan matang-matang soal ini sebelumnya. Ia hanya akan mengambil 10% dari harta yang ia punya, 10% untuk Baekhyun dan sisanya akan ia berikan kepada Sehun.

Chanyeol membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci, ia langsung berjalan kedalam tanpa menaruh rasa curiga sama sekali.

"Bagaimana dengan kondisi Sehun? Aku belum sempat menjenguknya."

Langkah Chanyeol langsung terhenti ketika mendengar suara seorang pria di dalam rumahnya. Ia melirik sebentar kearah ruang tengah dan mendapati Namjoon sepupu Kyungsoo tengah berbicara dengan istrinya.

"Buruk. Sehun menderita Leukimia akut dan ia harus mendapat donor sumsum tulang secepatnya."

"Kenapa tidak kau donorkan saja sumsum tulangmu untuk Sehun? Donor sumsum tulang kan tidak berbahaya."

"Aku tidak bisa menjadi pendonor untuk Sehun. Sumsum tulangku tidak cocok dengan DNA Sehun."

"Lalu bagaimana dengan Chanyeol? Bukankah dia ayahnya?"

"Kau jangan bercanda Namjoon ah, kau jelas tau Sehun bukan anaknya Chanyeol."

DEG

Tubuh Chanyeol langsung membeku detik itu juga. Darah ditubuhnya seolah berhenti mengalir dan jantungnya seolah berhenti berdetak.

Namjoon tertawa renyah. "Aku tau itu, tapi apa sampai sekarang Chanyeol masih belum mengetahuinya? Ini bahkan sudah 20 tahun berlalu semenjak kalian menikah."

"Chanyeol tidak tau apapun, ia masih menganggap Sehun adalah anak kandungnya. Sampai sekarang ia tetap menjadi seekor keledai bodoh yang tidak tau apa-apa."

Chanyeol mengepalkan tangannya erat, wajahnya bahkan sampai memerah saking emosinya ia sekarang.

"PARK KYUNGSOO."

Namjoon dan Kyungsoo terlonjak kaget begitu mendengar suara menggelegar dari arah belakang mereka. Chanyeol berjalan cepat dan langsung menarik tangan kecil Kyungsoo dengan kasar.

"Apa maksud ucapanmu tadi Kyungsoo ya? Jelaskan padaku sekarang juga!"

Kyungsoo dibuat tergagap, ia benar-benar tidak menyangka jika Chanyeol akan pulang kerumah.

"JAWAB AKU PARK KYUNGSOO." Chanyeol berteriak lagi dengan sangat kencang. Terlihat sekali jika ia sedang sangat marah.

"I-iya, Sehun bukan anak kandungmu."

Chanyeol langsung terdiam, hatinya seolah dihancurkan dengan sangat sadis oleh ucapan sang istri. Jadi selama ini Sehun bukan anak kandungnya? Anak yang ia besarkan dengan penuh rasa kasih dan sayang itu ternyata bukan darah dagingnya?

"Sehun bukan anakmu Chanyeol ah. Dia bukan darah dagingmu."

"Lalu siapa ayah kandungnya?"

Kyungsoo terdiam untuk beberapa detik. "Jongin.. Kim Jongin."

DEG

Dunia Chanyeol serasa dibuat runtuh detik itu juga. Lelucon macam apa ini?

"Aku sudah mengandung anak dari Jongin sebelum menikah dengan mu. Aku sengaja menikah denganmu untuk mendapat pertanggung jawaban karena waktu itu Jongin menolak untuk bertanggung jawab."

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku Kyungsoo ya? Apa salahku padamu?" tanya Chanyeol dengan sorot mata yang sangat terluka.

"Aku minta maaf karena telah memanfaatkanmu Chanyeol ah. Aku melakukan itu karena aku punya alasan."

Chanyeol mengusap wajahnya kasar, ia sampai meneteskan airmatanya karena semua kebohongan yang begitu menyakitkan ini.

Ia langsung berbalik dan berlari pergi meninggalkan rumah. Ia urungkan niatnya untuk mengambil barang-barang miliknya karena hati dan perasaannya sedang benar-benar kacau hari ini.

"Chanyeol ah.. "

"Jangan mengejarnya Kyungsoo ya, biarkan ia sendiri." Namjoon menahan tangan Kyungsoo ketika sepupunya itu hendak menyusul Chanyeol.

Kyungsoo mengepalkan tangannya erat. Sedikitnya ia merasa bersalah karena telah membohongi pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

.

.

.

Keesokan harinya, Jongin sudah tiba di bandara Incheon dan langsung bergegas menuju kantor polisi untuk melaporkan dugaan rencana pembunuhan yang telah dilakukan oleh Kyungsoo dan RM.

Kantor polisi sedang dalam kondisi ramai ketika Jongin datang. Banyak wartawan dari berbagai media masa dan televisi berkumpul disana. Jongin sampai tidak bisa masuk karena saking ramainya kondisi kantor saat ini.

"Kasus bunuh diri seperti ini baru pertama kali terjadi di Kantor Kepolisian Gangnam. Jasad narapidana itu ditemukan tewas pagi ini di dalam kamar mandi tahanan."

Sayup-sayup Jongin mendengar pembicaraan beberapa orang wartawan tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

"Kasus ini langsung menjadi pembicaraan banyak masyarakat awam. Ini sepertinya akan menjadi masalah kelam Kepolisian Gangnam untuk yang kedua kalinya setelah skandal perselingkuhan Jenderal Park."

Jongin mencoba untuk tidak peduli, ia langsung menerobos kerumunan para wartawan agar ia bisa masuk ke dalam kantor.

"Jin Goo ssi.."

Seorang petugas kepolisian yang tengah sibuk dengan laptop dihadapannya langsung menoleh ketika Jongin memanggilnya.

"Ah Jongin ssi, silahkan duduk. Aku sudah menunggu mu daritadi."

Jongin langsung duduk dihadapan sang polisi.

"Sepertinya Kepolisian Gangnam sedang sangat sibuk hari ini.. "

"Ya begitulah Jongin ssi, salah satu narapidana yang divonis 10 tahun penjara karena menabrak seorang pejalan kaki hingga sekarat tiba-tiba saja ditemukan tewas bunuh diri di dalam kamar mandi tadi pagi. Para wartawan banyak yang datang kemari karena kejadian ini. Ini pertama kalinya dalam sejarah Kepolisian Gangnam, ada seorang narapidana yang tewas bunuh diri. Aku minta maaf jika kau kesulitan untuk masuk ke dalam karena para wartawan itu."

Jongin mengangguk. "Tidak masalah."

"Baiklah, apa yang bisa aku bantu Jongin ssi?"

"Aku ingin melaporkan seseorang atas dugaan kasus pembunuhan terhadap istri dan ibu dari mantan kekasihku."

"Bukankah istrimu meninggal karena sakit?"

Jongin menggeleng. "Istriku tewas dibunuh. Pihak rumah sakit sengaja membuat surat kematian palsu tentang istriku seolah-olah ia tewas karena penyakitnya, padahal kenyataannya tidak seperti itu."

Jongin mengeluarkan semua bukti yang berhasil ia kumpulkan bersama Daniel di Jerman kemarin.

"Aku juga punya beberapa saksi yang siap memberikan kesaksian mereka. Pelakunya RM. Seorang pemilik Berlin International Hospital yang juga ada kaitannya dengan Park Kyungsoo, istri dari mantan Jenderal Park Chanyeol yang juga seorang designer kenamaan."

"Maksudmu D.O Kyungsoo anak dari CEO Myunhwan Corporation?"

Jongin mengangguk. "Ne, Kyungsoo adalah putra dari CEO D.O Kwangsoo."

Jin Goo tampak menggelengkan kepala pelan. "Sebenarnya aku juga sedang menyelidiki kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh CEO D.O. Ia dituduh menggelapkan dana untuk sebuah proyek besar yang ia kerjakan bersama dengan beberapa perusahaan besar lainnya. Tidak tanggung-tanggung, dana yang dikorupsi mencapai 15 Milyar Won."

Jongin terbelalak kaget mendengarnya. Ia tidak menyangka jika paman D.O bisa sampai melakukan hal seperti itu.

"Dengan adanya kasus pembunuhan ini justru akan semakin mencoreng nama baik keluarga D.O yang selama ini dikenal memiliki image yang bersih."

"LEPAS! LEPASKAN AKU."

Jongin dan Jin Goo langsung menoleh ketika mendengar suara seorang wanita yang terus meronta dari arah pintu masuk.

"Maafkan kami Inspektur Yeo. Wanita ini terus memaksa masuk dan ingin bertemu dengan anda."

"Yasudah, lepaskan dia. Biarkan ia masuk." ucap Jin Goo kemudian.

Wanita itu langsung berjalan cepat ketika ia dilepaskan. Ia menangis dan bersimpuh di hadapan Inspektur Yeo.

"Hiks.. Suamiku tidak bersalah, ia tidak bersalah inspektur hiks."

"Tenangkan diri anda dulu nyonya, sebaiknya anda duduk dulu."

Jongin langsung membantu wanita itu untuk duduk disamping kirinya.

"Sekarang ceritakan apa masalah anda nyonya."

"Narapidana yang tewas pagi ini adalah suamiku, dia suamiku.. "

Jongin terdiam sambil terus memandangi wanita itu.

"Baik, lalu apa yang ingin anda katakan?"

"3 tahun lalu suamiku ditangkap atas tuduhan tabrak lari. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, suamiku tidak pernah menabrak siapapun. Ia dipaksa untuk mengakui kesalahan yang tidak pernah ia perbuat. Ia merasa begitu tertekan setelah dipenjara hingga akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri hiks."

Wanita itu menutup mulutnya dengan rapat, ia menunduk dan menangis dengan sangat pilu. Sungguh ia tidak terima dengan apa yang telah menimpa suaminya.

"Jika bukan suami anda yang menjadi pelakunya, lalu siapa pelaku sebenarnya?"

"Pelaku sebenarnya adalah putri dari CEO Myunhwan Corp. D.O Kyungsoo. Ia yang telah menabrak wanita itu dan memaksa suamiku untuk mengakui kesalahan yang telah ia perbuat."

DEG

Tubuh Jongin langsung menegang ketika mendengar nama Kyungsoo disebut lagi. Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Kyungsoo berubah menjadi begitu mengerikan seperti ini?

"Suamiku pernah bekerja sebagai salah satu pegawai di perusahaan milik Tuan Kwangsoo, ia mempunyai hutang yang cukup besar pada Tuan Kwangsoo untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kami. Suatu ketika putrinya Kyungsoo membuat suatu masalah dengan menabrak seseorang hingga sekarat dan meninggalkannya begitu saja di jalanan. Ayah Kyungsoo langsung memaksa suamiku untuk mengaku pada polisi bahwa ialah yang telah menabrak wanita itu, dan sebagai gantinya hutang-hutang suamiku akan dianggap lunas. Tuan Kwangsoo juga mengancam akan menghancurkan hidup keluarga kami jika suamiku tidak mau menyerahkan diri ke polisi."

Jongin menyandarkan tubuhnya dengan lemas pada sandaran kursi setelah mendengar pernyataan dari wanita itu. Ia tidak menyangka Kwangsoo dan Kyungsoo sampai hati untuk melakukan perbuatan keji seperti ini. Mereka dengan sengaja mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi.

"Ini benar-benar diluar perkiraanku." ucap Jin Goo yang juga terlihat sangat shock.

"Hiks.. Aku mohon berikan keadilan untuk kematian suamiku. Aku tidak rela jika suamiku harus tewas dengan cara seperti ini sedangkan orang yang telah membuat suamiku meninggal hidup dalam kebahagiaan."

Jin Goo mengangguk. "Anda tenang saja nyonya. Saya janji akan mengusut tuntas kasus ini."

"Siapa korban yang telah Kyungsoo tabrak Jin Goo ssi?" tanya Jongin yang merasa begitu penasaran.

"Byun Sohee, seorang penjual lobak di pasar Myeondong. Kejadiannya sekitar 3 tahun yang lalu. Dan yang aku dengar, korban sekarat dan langsung dinyatakan koma."

DEG

Jongin merasa tulang diseluruh tubuhnya lepas semua. Lututnya bahkan sampai bergetar dan keringat dingin pun mulai mengucur di pelipisnya.

Kyungsoo ya, kenapa kau berubah menjadi begitu kejam?

.

.

.

Kyungsoo tersenyum melihat pantulan wajahnya dari cermin kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya. Hari ini ia ada janji makan siang dengan Jongin, untuk itu ia harus berdandan secantik mungkin. Ia sudah menyewa sebuah restoran bintang 5 di daerah Gangnam untuk acara makan siang mereka hari ini. Sebenarnya Kyungsoo juga merasa begitu terkejut karena tiba-tiba sekali pria berkulit eksotis itu menghubunginya dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Tentu saja Kyungsoo tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung menerima ajakan Jongin.

Ia sudah duduk di meja restoran dengan menggunakan gaun cantik sewarna Baby Blue. Sekarang hanya tinggal menunggu sang pangeran datang untuk menikmati acara makan siang romantis mereka berdua.

KLING

Bel pintu berbunyi, dan sesosok pria tinggi dengan kemeja hitamnya masuk kedalam restoran. Kyungsoo tentu saja langsung tersenyum, ia berdiri dan hendak menyambut sang pujaan hati.

"Selamat data-"

PLAAKK

Kyungsoo langsung terdiam shock, kepalanya secara cepat menoleh kearah kanan karena ditampar oleh Jongin.

"Aku tidak pernah memukul wanita seumur hidupku. Tapi kali ini aku telah melewati batasanku karena perbuatanmu sudah sangat keterlaluan."

Kyungsoo menatap Jongin dengan mata yang berkaca-kaca. "Ada apa ini Jongin ah? Kenapa kau melakukan ini padaku?"

"Aku sudah tau semuanya jadi berhentilah bersikap manis dihadapanku."

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti.. "

"KAU DAN SEPUPUMU TELAH MEMBUNUH ISTRIKU."

DEG

Kyungsoo langsung terdiam. Darimana Jongin tau tentang itu?

"Kau dan RM telah memalsukan surat kematian istriku, kau sengaja memerintahkan seseorang untuk memotong organ dalam istriku hingga ia meninggal. Kau juga telah mencelakai ibu Baekhyun hingga sekarat dan kau juga telah membunuhnya. Kau sangat kejam Kyungsoo ya, kau iblis!"

Nafas Jongin naik turun saking emosinya ia terhadap wanita cantik dihadapannya ini. Kyungsoo yang selama ini ia kenal telah berubah. Ia bukan lagi bidadari tanpa sayap yang selalu membuat Jongin tersenyum ketika ia lelah. Sekarang ia tidak lebih dari sesosok iblis yang tak mempunyai perasaan.

"Apa maksudmu dengan mencelakai ibu Baekhyun? Aku tidak pernah mengenal wanita itu sebelumnya."

"Kau ingat kecalakaan lalu lintas yang kau sebabkan 3 tahun lalu? Seorang penjual lobak yang kau tabrak waktu itu adalah ibunya Baekhyun. Jika saja kau tidak meninggalkan ibunya Baekhyun di jalanan waktu itu, ibunya Baekhyun pasti masih bisa diselamatkan dan tidak akan mengalami koma. Dan setelah kau membuatnya koma selama bertahun-tahun kau malah membunuhnya. Kau melenyapkan nyawa dua orang sekaligus hanya untuk melampiaskan obsesi gilamu terhadap ku. Kau benar-benar menjijikan Kyungsoo ya, kau sangat menjijikan."

Kyungsoo terdiam, jadi wanita yang ia tabrak waktu itu adalah ibunya Baekhyun? Astaga, ia sama sekali tidak mengingat wajah orang yang ia tabrak karena ia langsung pergi setelah itu.

"Sekarang kau puas dengan apa yang sudah kau lakukan? Aku benar-benar membencimu Kyungsoo ya, aku amat sangat membencimu."

Airmata Kyungsoo menetes begitu saja, ucapan Jongin serasa begitu menusuk sampai kedalam hatinya. Ia tidak bisa jika harus dibenci oleh Jongin. Sungguh demi apapun ia tidak akan pernah bisa.

"Kau tau kenapa aku bisa sampai menabrak ibunya Baekhyun? Aku tidak sengaja melakukannya karena waktu itu keadaanku sedang sangat hancur. 3 tahun lalu aku bahkan masih mengingat dengan jelas kita pernah makan siang di restoran ini."

Kini giliran Jongin yang terdiam, 3 tahun yang lalu?

FLASHBACK

"Aku ingin kita kembali bersama lagi seperti dulu Jongin ah."

Jongin terdiam menatap sang mantan kekasih dengan pandangan yang sulit diartikan. Kyungsoo mengajaknya untuk makan siang disebuah restoran mewah yang baru saja dibuka. Jongin menerima ajakan itu karena ia sama sekali tidak berpikir jika Kyungsoo mempunyai niat terselubung.

"Aku tidak berniat untuk mencari pengganti Soojung. Aku masih sangat mencintainya."

"Soojung sudah meninggal satu tahun lalu. Sampai kapan kau akan terus tenggelam dalam kesedihan? Kau harus membuka lembaran kehidupan yang baru. Kau tidak bisa seperti ini terus Jongin ah. Kau harus bangkit. Kasihan Taemin, ia pasti butuh sosok seorang ibu."

"Kalaupun aku harus menikah lagi, sudah pasti aku tidak akan menikah denganmu. Kau sudah menikah Kyungsoo ya, kau harus pikirkan bagaimana perasaan Chanyeol. Dia suamimu sekarang."

"Aku tidak peduli soal Chanyeol, kau tau aku tidak pernah mencintainya. Aku menikahinya karena aku butuh status yang jelas untuk Sehun anak kita."

Jongin menghela nafasnya kasar. "Aku benar-benar merasa bersalah karena ikut menutupi soal kebenaran ini dari Chanyeol."

"Maka dari itu menikahlah denganku, jika kita menikah, maka Chanyeol juga akan terlepas dari semua kebohongan ini. Aku tidak perlu Chanyeol lagi karena aku sudah punya kau."

"Apa kau gila? Sekalipun kau tidak mencintai Chanyeol tapi dia tetaplah sepupuku. Kau harus memikirkan perasaannya juga."

"Persetan soal Chanyeol. Aku hanya ingin kita kembali bersama Jongin ah, hanya itu."

Jongin menggeleng pelan, ia langsung bangkit berdiri dan berjalan keluar restoran setelah ia menyimpan beberapa lembar Won diatas meja.

"Kau mau kemana Jongin ah?" ucap Kyungsoo yang ikut berjalan mengikuti Jongin.

"Aku harus segera pergi."

"Kemana? Pembicaraan kita belum selesai Jongin ah." Kyungsoo menggenggam tangan kiri Jongin dengan erat.

Jongin menghempaskan tangan Kyungsoo dengan kasar.

"Kita sudah berakhir Kyungsoo ya, kau harus bisa menerima kenyataan. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah kembali lagi padamu."

"Tapi aku masih sangat mencintaimu Jongin ah. Bagaimana bisa kau melupakan semua kenangan yang pernah kita lewati begitu saja? Aku tau kau pasti masih mencintaiku kan?"

"Kau salah, perasaanku padamu sudah lama menghilang. Jadi aku mohon padamu untuk berhenti mengejarku. Lupakan aku dan belajarlah untuk mencintai suamimu. Aku tidak akan pernah kembali lagi padamu Kyungsoo ya, tidak akan pernah."

Kyungsoo menangis, ia begitu terluka mendengar ucapan Jongin. Ia tidak mau terpisah lagi dari Jongin. Ia sangat mencintai Jongin dan ia tidak bisa hidup tanpa pria itu.

"Aku pergi, terimakasih untuk makan siangnya."

"Jongin ah.. Jongin ah.. " Kyungsoo hanya bisa menangis pilu melihat lelaki yang amat sangat ia cintai pergi meninggalkannya seorang diri seperti ini.

.

.

.

Malam harinya, Kyungsoo menghabiskan waktunya dengan minum-minum disebuah bar khusus. Ia baru keluar dari bar sekitar pukul setengah satu pagi. Ia mengendarai mobil dalam keadaan mabuk sambil menangis pilu. Keadaan hatinya benar-benar sangat kacau saat ini. Penolakan yang ia terima dari Jongin benar-benar membuatnya hancur.

"Hiks.. Aku sangat mencintaimu Jongin ah.. Aku mohon jangan tinggalkan aku.. Hiks.. "

TIINN

Karena terlalu larut dalam kesedihannya, Kyungsoo baru sadar jika di depannya ada sebuah truk besar yang sedang melaju dengan sangat kencang.

Sontak saja Kyungsoo langsung membanting stir kearah kanan hingga ia berhasil lolos dari kecelakaan maut itu. Namun sayangnya Kyungsoo tidak bisa mengontrol laju kendaraannya dengan benar hingga akhirnya ia justru menabrak seorang wanita yang tengah berdiri di pinggir jalan.

BRAAKK

Benturan itu sangat keras, kaca depan mobil Kyungsoo pun bahkan sampai retak dan berlumuran darah. Kyungsoo sempat terdiam shock. Ia melihat wanita itu terbaring tak sadarkan diri dari kaca spion mobilnya. Merasa panik, Kyungsoo langsung menginjak pedal gas mobilnya dan melaju meninggalkan wanita itu dengan kecepatan tinggi.

FLASHBACK OFF

.

.

.

"Aku tidak sengaja menabrak wanita itu karena aku terlalu hancur akibat penolakan yang kau lakukan kepada ku. Jika saja kau mau kembali padaku waktu itu, aku pasti tidak akan mabuk-mabukan dan berakhir dengan menabrak orang lain."

"Tetap saja apa yang kau lakukan itu salah Kyungsoo ya, seharusnya kau membawa ibunya Baekhyun ke rumah sakit. Bukannya malah meninggalkannya begitu saja di jalanan. Aku tidak akan pernah memaafkan perbuatanmu Kyungsoo ya, sekarang polisi sedang dalam perjalanan untuk menangkapmu disini."

"Apa? Kau sengaja menjebakku Jongin ah? Kenapa kau tega sekali?"

"Kau harus mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah kau perbuat." ucap Jongin sambil menatap tajam sang mantan kekasih.

Kyungsoo terlihat panik, ia langsung mengambil tasnya dan berusaha untuk melarikan diri. Jongin dengan sigap mencengkeram pergelangan tangan Kyungsoo agar ia tidak kabur.

"Lepaskan aku Jongin ah."

"Aku tidak akan membiarkanmu kabur Kyungsoo ya."

Kyungsoo semakin panik, ia lantas mengambil sebuah gelas kaca diatas meja mereka dan langsung melayangkannya ke kepala Jongin.

PRAAANNG

"Aaaakkkhhh.. " Jongin meringis kesakitan, ia menyentuh kepalanya yang berdarah terkena pecahan kaca.

Kyungsoo langsung mendorong tubuh Jongin hingga tersungkur. setelah itu ia langsung berlari keluar dari restoran.

KLIIINGG

"YA! JANGAN LARI KYUNGSOO YA."

.

.

.

Chanyeol menghirup udara sore hari ini dengan tenang. Dengan pakaian serba tertutup, pria bertelinga caplang itu mengunjungi sebuah taman bunga matahari di daerah Sanggyupjong bagian utara. Chanyeol sering menghabiskan waktunya ditempat ini selama beberapa waktu terakhir jika ia sedang ada masalah. Seperti sekarang contohnya, hati dan perasaannya sedang sangat kacau dan ia butuh waktu untuk sendiri. Airmatanya tanpa sadar ikut menetes ketika mengingat kebohongan yang telah Kyungsoo lakukan terhadapnya. Ia sama sekali tidak membenci Sehun, ia hanya tidak menyangka anak yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang selama ini ternyata bukan darah dagingnya. Ia seperti seekor keledai bodoh selama 20 tahun pernikahan mereka. Seharusnya ia sadar jika Kyungsoo memang tidak pernah mencintainya. Ia hanya dijadikan alat agar Sehun mendapatkan status yang jelas.

Chanyeol tersenyum miris, ia terus mengusap airmatanya yang tidak mau berhenti mengalir.

Ia melirik setangkai bunga matahari dihadapannya yang terus bergoyang kesana kemari karena diterpa angin. Bunga yang amat sangat cantik itu mengingatkannya pada Baekhyun. Sosok cantik yang telah ia sakiti karena amarah yang menguasai dirinya.

"Aku mencintaimu Baekhyun ah.. Maaf karena telah menyakitimu. Maaf karena sudah terlalu banyak penderitaan yang aku berikan untukmu. Aku ingin sekali bertemu denganmu, aku ingin memelukmu dan aku ingin mengungkapkan segala perasaan cintaku padamu. Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa karena terlalu malu untuk bertemu lagi denganmu Baekhyun ah.. Aku selalu berdo'a untuk kebahagiaanmu Baekhyun ah, semoga kehidupanmu jauh lebih baik setelah aku pergi."

Chanyeol berdiri dari duduknya. Ia menatap sekumpulan bunga cantik itu yang tertiup oleh hembusan angin. Tekadnya kini sudah bulat. Pergi dari kehidupan Baekhyun adalah pilihan terbaik yang bisa ia ambil untuk saat ini.

.

.

.

"Sel sumsum tulangmu cocok dengan Sehun. Kau bisa menjadi pendonor untuk Sehun."

Jongin menghembuskan nafasnya lega, malam hari setelah pertemuannya dengan Kyungsoo tadi siang, ia langsung pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes donor sumsum tulang. Kyungsoo berhasil kabur. Tapi pihak kepolisian sudah berpencar untuk mencari keberadaan Kyungsoo dan juga RM.

"Terjadi sesuatu dengan kepalamu? Sepertinya kau terluka.. "

"Kyungsoo memukulku dengan menggunakan gelas, alhasil kepalaku berdarah dan harus di perban."

"Kyungsoo? Kenapa ia sampai memukulmu?"

"Ceritanya panjang, nanti aku jelaskan. Oh ya, kau jangan mengatakan apapun pada Sehun jika aku ingin mendonorkan sumsum tulangku untuknya. Aku takut ia akan menolak."

"Baiklah, aku mengerti."

"Kalau begitu aku pergi, terimakasih Suho hyung."

Suho mengangguk. "Sama-sama."

.

.

.

"Pemilik perusahaan Myunhwan Group pada sore hari ini ditangkap pihak kepolisian atas tuduhan penggelapan dana mega project ABG Group. Jika benar terbukti CEO D.O melakukan penggelapan dana, beliau akan dituntut dengan kurungan penjara maksimal 20 tahun."

"Aku rasa ini karma atas apa yang sudah anaknya lakukan padamu Baek."

"Jangan bicara begitu hyung. Kesalahan Nyonya Kyungsoo tidak ada sangkutpautnya dengan kejadian ini."

Malam ini Baekhyun dan Minseok menghabiskan waktu mereka dengan menonton sebuah acara televisi yang menyiarkan secara khusus penangkapan CEO D.O di perusahaannya sore tadi. Baekhyun cukup terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka jika ayah dari mantan majikannya bisa terkena kasus korupsi dengan dana yang sangat fantastis seperti ini.

TOK TOK TOK TOK

Pintu ruangan Baekhyun yang memang terbuka diketuk dari luar oleh Jongin. Baekhyun sedikit terkejut karena mendapati sang mantan kekasih sudah pulang ke Korea.

"Kai? Kau sudah pulang?"

Jongin mengangguk sambil tersenyum samar. "Aku baru bertemu Suho tadi, dan secara tidak sengaja aku melihat ada kau disini. Apa kau sedang sakit?"

"Hanya kecelakaan kecil." ucap Baekhyun dengan pelan.

Minseok yang merasa Jongin sepertinya ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Baekhyun akhirnya memutuskan untuk pamit.

"Aku ingin mencari makanan diluar dulu sebentar. Jongin ssi, tolong kau jaga Baekhyun."

Jongin mengangguk. "Ne."

Minseok berjalan keluar dan sedikit menutup pintunya.

Jongin berjalan pelan menghampiri Baekhyun dan duduk disamping pria cantik itu.

"Kenapa kepalamu diperban Jongin ah?"

"Hanya kecelakaan kecil." ucap Jongin menirukan ucapan Baekhyun sebelumnya.

Baekhyun tersenyum kemudian. "Kau ini.. "

Tanpa mereka sadari, Sehun juga tengah berjalan menuju ruangan Baekhyun. Dengan menggunakan tongkat penyangga, ia berjalan pelan untuk menemui Baekhyun. Ia ingin memastikan apakah benar jika pria mungil itu sangat mencintai ayahnya atau tidak.

"Uh? Bukankah itu Jongin Ahjussi? Untuk apa dia ada di kamar Baekhyun?" ucap Sehun pelan setelah melihat sang paman ada dikamar Baekhyun.

"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan mu Baekhyun ah."

"Apa itu?"

Sehun sontak terdiam begitu mereka seperti hendak membicarakan sesuatu. Ia lantas memilih untuk bersembunyi dibalik dinding di dekat pintu kamar Baekhyun agar ia bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Pertama aku ingin minta maaf soal ibumu. Aku minta maaf karena tidak bisa menyelamatkan ibumu." ucapnya sambil menunduk.

Baekhyun mengangguk. "Kau tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu. Aku sangat berterimakasih karena kau sudah mau membiayai pengobatan ibuku sampai keluar negeri."

Jongin tersenyum tipis. "Dan soal ibumu.. Sebenarnya ia tidak meninggal karena penyakitnya. Tapi dia meninggal karena dibunuh Baek."

DEG

Baekhyun sontak langsung terdiam. "Maksudmu?"

"Aku sudah menyelidiki semuanya, ia meninggal ditangan dokter yang aku percayakan untuk merawatnya."

Baekhyun menutup mulutnya tidak percaya. Matanya mulai berkaca-kaca dan ia kembali menangis lagi.

"K-kenapa bisa seperti itu Jongin ah? Kenapa ibuku sampai dibunuh? Apa salah ibuku?"

"Ini semua perbuatan Kyungsoo. Ia dan sepupunya sengaja menyuruh dokter yang merawat ibumu untuk menyuntikan cairan Kalium Klorida dengan dosis tinggi melalui tabung infus yang digunakan ibumu. Karena itulah ibumu tidak bisa bertahan dan harus menghembuskan nafas terakhirnya."

Baekhyun menangis histeris setelah mendengarnya, ia bahkan sampai mencengkeram dada sebelah kirinya saking hancurnya perasaannya saat ini. Kenapa Kyungsoo tega sekali melakukan ini padanya? Tidak cukupkah ia membuat hidupnya menderita? Kenapa harus ibunya juga?

Sehun hampir saja menjatuhkan tongkat penyangga yang ia gunakan begitu mendengar ucapan pamannya barusan. Jadi, ibunya Baekhyun meninggal karena Kyungsoo ibunya? Sehun seperti tidak bisa mempercayainya sama sekali.

Jongin kemudian merangkul tubuh ringkih itu kedalam pelukannya mencoba memberi ketenangan.

"Aku minta maaf Baek, Kyungsoo melakukan ini karena ia tahu jika aku masih mencintaimu."

DEG

Jantung Sehun berdetak begitu cepat setelah mendengar itu. Masih mencintaimu? Apa maksudnya itu?

"Dia melakukan itu agar kau menjauh dariku. Aku minta maaf Baek, aku benar-benar minta maaf. Jika saja sejak awal aku tidak menjalin hubungan denganmu, ibumu pasti masih hidup sekarang Baek."

"Hiks.. " Baekhyun tidak merespon, ia terus menangis sampai membasahi kemeja yang Jongin pakai.

"Kyungsoo juga lah yang telah menyebabkan ibumu koma Baekhyun ah."

Baekhyun sontak mendongak dan menatap Jongin dengan tatapan bingung. "Apa maksudmu Jongin ah?"

"3 tahun yang lalu, ibumu pernah ditabrak oleh seorang pengendara mobil kan? Pengendara itu adalah Kyungsoo Baekhyun ah, Kyungsoo yang telah menabrak ibumu."

"A-apa?"

"Kyungsoo menabrak ibumu karena sebuah ketidaksengajaan. Ia merasa begitu frustasi karena aku menolak untuk kembali padanya. Setelah itu ia mabuk, dan tanpa sadar menabrak ibumu yang sedang berdiri di pinggir jalan."

Baekhyun seketika teringat saat pertama kali ia tau ibunya mengalami kecelakaan. Waktu itu sudah masuk musim dingin dan cuaca di Seoul benar-benar sangat dingin. Ibunya berjualan lobak sampai malam hari dan tak kunjung pulang ke rumah.

FLASHBACK

Baekhyun melirik jam yang sudah menunjukan pukul setengah satu pagi. Ia sangat khawatir karena ibunya belum pulang kerumah.

Drrrt.. Drrtt.. Drrrtt..

Baekhyun langsung mengangkat handphonenya ketika benda persegi itu berdering.

"Yoboseyo, eomma? Kenapa belum pulang juga? Aku sangat khawatir eomma."

'Kau tidak perlu khawatir Baekhyun ah, eomma tadi baru dapat pinjaman dari Bibi Shin untuk biaya kuliahmu, tapi ia meminta eomma untuk menjahitkan beberapa pakaian untuk pentas seni anaknya minggu depan. Makanya eomma baru bisa pulang jam segini.'

"Eomma tidak perlu memaksakan diri, Baekhyun tidak akan kuliah eomma, Baekhyun hanya ingin bekerja untuk membahagiakan eomma dan Baekhee."

Sohee tersenyum tipis di seberang line sana. 'Eomma tau kau sangat ingin berkuliah Baekhyun ah, kau tidak bisa membohongi eomma.'

Baekhyun menangis. Sejujurnya ia memang sangat ingin berkuliah.

'Tidak usah menangis Baek, eomma juga berharap kau bisa kuliah agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Tidak seperti eomma yang hanya seorang penjual lobak.'

"Hiks, terimakasih eomma.. Terimakasih banyak."

"Tidak usah berterimakasih Baek, ini memang sudah kewajiban eomma."

Baekhyun lantas mengusap airmatanya pelan. "Eomma kapan pulang?"

"Sebentar lagi, eomma sedang menunggu bus atau taxi untuk-"

BRAAAAAAKKK

Baekhyun terlonjak kaget ketika mendengar suara benturan yang sangat keras dari tempat ibunya berada sekarang.

"Yoboseyo eomma, eomma apa yang terjadi? Yoboseyo, eomma.. "

TUTT TUTT TUTT TUTT

Baekhyun panik luar biasa, ibunya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ia mencoba menghubungi ibunya lagi sampai berkali-kali namun tidak ada jawaban. Barulah setelah beberapa jam kemudian, Baekhyun dihubungi oleh seseorang yang mengatakan jika ibunya menjadi korban tabrak lari dan dinyatakan koma.

FLASHBACK OFF..

Baekhyun menangis lagi ketika ia mengingat malam dimana ibunya mengalami kecelakaan. Saat itu ibunya harus pulang larut karena mengerjakan banyak jahitan baju agar bisa mendapat pinjaman untuk biaya kuliahnya.

Ia tidak menyangka jika Kyungsoo lah yang telah membuat ibunya koma. Baekhyun bahkan sampai harus berjuang mati-matian untuk membiayai perawatan rumah sakit ibunya yang sangat mahal sendirian waktu itu.

Kyungsoo benar-benar kejam, ia tidak menyangka Kyungsoo bisa berbuat sampai sejauh itu.

Tanpa sadar Sehun mulai meneteskan airmatanya. Rasanya benar-benar sulit dipercaya, ibu yang selalu terlihat baik dihadapannya nyatanya tega berbuat sedemikian rupa hingga membuat hidup seseorang hancur. Parahnya, ia melakukan itu hanya karena obsesinya pada Paman Jongin yang jelas-jelas adalah adik sepupu dari suaminya sendiri.

"Maaf karena aku mencintaimu, jika saja aku bisa mengontrol perasaanku sendiri dan mencegah hatiku untuk jatuh cinta padamu, aku yakin Kyungsoo tidak akan menghancurkan hidupmu sampai seperti ini."

"Ini bukan salahmu Jongin ah, tidak ada yang bisa memaksakan perasaan seseorang. Aku juga dulu pernah mencintaimu dan aku tidak menyesal pernah menjadikanmu lelaki terbaik di dalam hidupku."

Sehun refleks menyentuh dada sebelah kirinya yang terasa begitu sakit. Baekhyun berkata bahwa ia pernah mencintai pamannya. Itu berarti mereka pernah ada hubungan sebelumnya?

Astaga.. Kenapa untuk mencintai Baekhyun saja rasanya begitu rumit? Selain ayahnya, ia juga harus bersaing dengan pamannya sendiri.

"Aku tau perasaanmu padaku kini sudah berubah. Tapi bisakah kau melabuhkan perasaanmu pada Sehun? Aku ingin melihat Sehun bahagia sebelum semuanya terlambat."

"Aku tidak bisa melakukan itu Jongin ah, aku tidak bisa memaksakan perasaanku pada Sehun. Aku mencintai Chanyeol dan aku tidak akan berpindah kelain hati. Meskipun Chanyeol sedang tidak berada disisiku sekarang, tapi aku akan menunggunya. Aku percaya Chanyeol akan kembali padaku."

Baekhyun sama sekali tidak menyadari bahwa ucapannya telah menyakiti perasaan 2 orang pria sekaligus. Jongin berusaha tersenyum untuk menutupi kesedihan di dalam hatinya.

"Baiklah, kalau begitu. Aku tidak akan memaksamu lagi."

"Kau sudah menjenguk Sehun?"

Jongin menggeleng. "Aku berencana untuk mendonorkan sumsum tulangku pada Sehun. Aku tidak ingin dia tau."

"Jadi sumsum tulang mu cocok dengan Sehun? Kenapa kau tidak melakukannya dari dulu Jongin ah?"

"Sehun pasti akan sangat curiga jika aku mendonorkan sumsum tulangku sebelum ini. Orangtuanya saja tidak bisa menjadi pendonor, lantas bagaimana bisa aku yang hanya seorang pamannya saja bisa menjadi pendonor?"

"Lalu sampai kapan kau akan terus menyembunyikan semua kebenaran ini darinya? Sehun berhak tau bahwa kau adalah ayah kandungnya, bukan Chanyeol."

"Aku akan memberitahunya secepat mungkin, aku sedang menunggu waktu yang tepat."

BRUKK

Baekhyun dan Jongin sontak menoleh ketika mendengar suara seseorang yang terjatuh. Mereka merasa begitu terkejut ketika melihat Sehun yang jatuh tersungkur dilantai. Jongin pun lantas langsung menghampiri Sehun dan berusaha membantunya untuk bangun.

Sehun menepis tangan Jongin dengan kasar, ia menatap pria yang mengaku sebagai ayahnya itu dengan sangat tajam.

Ia mencengkeram kepalanya dengan erat ketika dirasa rasa sakit itu kembali muncul. Darah segar bahkan ikut keluar dari hidungnya dan wajahnya pun semakin terlihat pucat.

"Hidungmu berdarah Sehun ah, kau harus segera kembali keruanganmu. Ayo biar paman antar."

"MENJAUH DARIKU."

Jongin sontak saja membungkam mulutnya dengan rapat begitu ia mendengar bentakan dari putranya sendiri.

"K-katakan padaku.. Semua itu bohong kan.. Apa yang aku dengar tadi salah kan? Kau bukan ayahku, ayahku adalah Park Chanyeol, bukan kau!"

"P-paman bisa jelaskan semuanya Sehun ah."

"KATAKAN PADAKU BAHWA KAU BUKAN AYAH KANDUNGKU."

Teriakan Sehun nyatanya membuat seluruh penghuni rumah sakit melihat mereka berdua. Para dokter dan perawat pun langsung berkumpul di depan kamar rawat Baekhyun karena merasa terkejut dengan teriakan Sehun.

"Sehun apa yang kau lakukan disini? Kau harus kembali ke kamarmu."

Sehun sama sekali tidak menghiraukan ucapan Suho, ia terus memandang Jongin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Hiks.. Katakan kau bukan ayahku.. Kenapa kau diam saja?"

Baekhyun berusaha menahan tangisannya, ia benar-benar tidak sanggup melihat semua ini.

Jongin menundukan kepalanya dalam. "Maafkan appa nak, appa sudah menyembunyikan semua kebenaran ini darimu. Tapi ini adalah kebenaran yang sesungguhnya. Kau anakku, kau adalah darah dagingku."

"BOHONG. KAU BOHONG. KAU BUKAN AYAH KANDUNGKU." Sehun berteriak murka, ia tidak bisa menerima kenyataan yang benar-benar diluar dugaannya ini.

"Appa tidak berbohong. Dulu aku dan ibumu pernah menjalin hubungan, ibumu hamil sebelum ia dijodohkan dengan Chanyeol. Appa terpaksa pergi karena Chanyeol sangat mencintai ibumu, mereka berdua sudah dijodohkan dan appa tidak ingin mengacaukan hubungan mereka. Ibumu terpaksa menikah dengan Chanyeol agar kau mendapat status yang jelas dimata hukum. Maafkan ayahmu ini nak, maafkan appa karena telah bersikap seperti seorang pengecut."

"ARRRGHHHH.. " Sehun berteriak kesakitan, tubuhnya langsung kejang-kejang dan semakin banyak darah yang mengalir dari lubang hidungnya. Dia shock, Sehun benar-benar shock berat hingga membuat penyakitnya semakin parah.

"Ayo cepat bawa dia ke kamarnya. Kita harus mengambil tindakan secepat mungkin." ucap Suho mengomando anak buahnya untuk membawa Sehun kembali kekamarnya.

Jongin menangis, bukan ini yang ia harapkan. Nyatanya Sehun justru menolak kenyataan yang sebenarnya hingga membuat ia sendiri sampai sekarat seperti ini.

.

.

.

Baekhyun, Minseok, Luhan dan Jongin menunggu diluar ruangan IGD dengan perasaan panik luar biasa. Baekhyun duduk dikursi roda sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Ia terus berdo'a untuk keselamatan Sehun sembari menangis terisak-isak.

Tidak jauh berbeda dengan Baekhyun, Luhan pun ikut berdoa sembari membaca alkitab di pojok ruangan. Lembar demi lembar kitab suci umat Kristiani itu ikut basah terkena airmata Luhan yang tidak mau berhenti mengalir.

Jongin berdiri disamping Baekhyun dengan tatapan kosong, ia seperti sudah kehilangan nyawanya. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu yang tidak di inginkan terhadap putranya.

"Permisi, adakah diantara kalian yang bernama Baekhyun?"

Seorang perawat laki-laki tiba-tiba saja muncul dan bertanya soal Baekhyun.

Baekhyun mengangkat tangannya dengan pelan. "Saya Baekhyun.. "

"Seseorang bernama Park Chanyeol sedang mencari anda. Beliau sudah menunggu di basement belakang."

Baekhyun terdiam. Chanyeol? Haruskah ia menemuinya di saat seperti ini?

"Biar aku antar Baek." ucap Minseok berniat mengantar Baekhyun.

"Biar aku saja, ada yang ingin aku bicarakan dengan Chanyeol." ucap Jongin kemudian.

"Yasudah kalau begitu."

"Ayo Baek." Jongin mendorong kursi roda Baekhyun dengan pelan.

.

.

.

"Chanyeol ah.. Dimana kau? Ini aku Baekhyun.. "

Baekhyun telah sampai di basement rumah sakit. Ia melirik sekeliling yang memang cukup gelap. Tidak ada siapapun disini kecuali beberapa mobil milik keluarga pasien atau dokter.

"Disini sepi sekali Jongin ah. Tidak ada siapapun."

Jongin ikut melihat kesekeliling basement. Tempat ini memang sangat sepi. Tidak ada siapapun disini.

"Sepertinya Chanyeol sudah pergi."

Baekhyun menghembuskan nafasnya kecewa. Tidak apa lah, mungkin ia bisa bertemu dengan Chanyeol lain waktu.

"Sebaiknya sekarang kita kembali."

Baekhyun mengangguk. "Ne."

Jongin memutar arah kursi roda Baekhyun dan memutuskan untuk kembali kedalam rumah sakit.

Mereka sama sekali tidak menyadari jika lampu sebuah Mobil Mercedez Benz hitam dibelakang mereka tiba-tiba saja menyala. Kyungsoo berada di dalam mobil itu dengan menggunakan tudung dan topi hitam.

"Aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia diatas penderitaan ku Baekhyun ssi." ia mencengkeram stir mobil dengan kencang.

Ia langsung menginjak pedal gasnya dengan kencang hingga mobil yang ia kendarai melaju dengan sangat cepat.

Jongin yang mendengar suara mesin mobil yang menyala langsung berbalik dan terkejut ketika melihat sebuah mobil yang melaju kencang kearah mereka. Sontak saja ia langsung mendorong kursi roda Baekhyun hingga si pria kecil terjungkal ke lantai Basement.

BRAKKKK

Jongin tidak sempat menyelamatkan dirinya, tubuhnya langsung terpental sampai beberapa meter sebelum akhirnya jatuh ke lantai basement dengan sangat kencang.

BRAKKKK

"JONGIN AH."

Baekhyun berteriak histeris ketika melihat tubuh Jongin terkapar tak berdaya dengan tubuh yang dilumuri darah.

Sambil menangis Baekhyun berusaha menyeret tubuhnya sendiri untuk menghampiri Jongin. Ia angkat kepala lelaki itu dan ia sandarkan diatas kepalanya.

"Jongin ah, bangun Jongin ah hiks aku mohon jangan tinggalkan aku.. "

CKIIITT

Kyungsoo menghentikan mobilnya secara mendadak. Tubuhnya bergetar hebat dan airmatanya mengalir dengan deras. Kenapa harus Jongin? Targetnya adalah Baekhyun, bukan pria itu.

"Jongin ah.. Hiks."

Dengan perasaan panik luar biasa, Kyungsoo langsung memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu.

"YA!" Baekhyun berteriak kencang ketika mobil itu melintas dihadapannya.

"Hiks.. Bagaimana ini? TOLONG, SIAPAPUN TOLONG AKU"

Jongin membuka matanya lemah, tubuhnya terasa sakit semua. Ia berusaha tersenyum ketika melihat Baekhyun menangis untuknya.

"B-Baekhyun ah.. "

Baekhyun refleks menatap Jongin sambil menangis. "Jongin ah hiks.. "

"A-aku sudah t-tidak kuat lagi. T-tolong jaga Sehun untukku. S-sampaikan permintaan maafku padanya.. "

Baekhyun menggeleng pelan. "Jangan bicara seperti itu Jongin ah, kau pasti selamat, aku tidak akan membiarkanmu pergi."

"W-waktuku sudah tidak banyak lagi Baekhyun ah.. J-jangan menangis, a-aku mencintaimu.. " Dengan susah payah Jongin berusaha menghapus airmata Baekhyun dengan tangannya yang penuh darah. Tangannya langsung jatuh ke lantai basement setelah itu dan Jongin pun akhirnya menutup mata. Ia tewas ditangan mantan kekasihnya sendiri.

Baekhyun menangis histeris. Ia mencoba merasakan nafas Jongin, namun Jongin sama sekali sudah tidak bernafas. Baekhyun lantas langsung memeluk jasad tak bernyawa itu dengan erat tak peduli tubuhnya yang juga ikut kotor terkena darah Jongin. Baekhyun menangis dengan sangat pilu. Hatinya sungguh sakit mendapati orang yang telah mengorbankan banyak hal untuknya harus meninggal dengan cara tragis seperti ini.

"JONGIN AHHHHHHH." Baekhyun berteriak memanggil nama pria itu sambil terus memeluknya erat.

.

.

.

Baekhyun duduk di kursi roda dengan pakaian serba hitam. Ia kini sudah berada di tempat persemayaman terakhir Jongin di Rumah Sakit Hanseol. Setelah mendonorkan sumsum tulangnya pada Sehun, rencananya Jongin akan langsung dimakamkan hari ini juga.

Baekhyun masih sangat shock, ia tidak menyangka Jongin akan pergi secepat ini. Sooyoung dan Taemin duduk di pojok ruangan dengan berpegangan tangan mencoba untuk saling menguatkan. Terlihat juga Baekhee yang berusaha untuk menghibur mereka.

Baekhyun mencoba menggerakan kursi rodanya kearah mereka..

"Aku minta maaf ahjumma, Taemin ah. Aku tidak bisa menyelamatkan Jongin. Target Kyungsoo sebenarnya adalah aku, tapi Jongin justru mendorongku terlebih dahulu dan malah ia yang akhirnya tertabrak. Aku benar-benar minta maaf. Aku sangat menyesal."

Sooyoung mencoba untuk menghapus airmatanya. "Ini bukan kesalahanmu Baekhyun ah. Aku juga sangat terkejut atas perbuatan Kyungsoo. Ini semua sudah takdir dari yang maha kuasa, sekarang Jongin sudah tenang disana."

Baekhyun mengangguk mengerti, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis dihari pemakaman Jongin.

"Ayahku sangat mencintaimu hyung, tapi kenapa kau malah berselingkuh dengan paman Chanyeol?"

Baekhyun sontak mendongak dan menatap Taemin yang tengah menatapnya dengan tajam.

"Ayahku bahkan sudah merencanakan sebuah pernikahan yang mewah untukmu tapi kau justru berkhianat. Kau telah menyakiti ayahku dan aku sangat membencimu hyung. Aku menyesal karena sudah mengenalkan ayahku padamu hiks."

Taemin menangis, ia benar-benar hancur saat mengetahui ayahnya sudah meninggal. Taemin sangat tau ayahnya itu begitu mencintai Baekhyun, sudah banyak pengorbanan yang ayahnya lakukan tapi hanya sebuah pengkhiatan yang ayahnya dapatkan atas semua yang sudah ia lakukan. Taemin benar-benar mengutuk dirinya sendiri. Ia benar-benar menyesal karena telah mengenalkan Baekhyun pada ayahnya.

"Taemin sudahlah, ini hari pemakaman ayahmu nak. Sebaiknya kita lupakan masalah itu sejenak. Kasihan ayahmu, dia pasti sedih jika melihat anaknya justru bertengkar dihari pemakamannya." ucap Sooyoung berusaha menenangkan Taemin.

Taemin terus menangis, ia tidak bisa melupakan sakit hatinya begitu saja. Rasanya benar-benar tidak nyaman berada satu ruangan dengan orang yang telah membuat ayahnya hancur.

"Sebaiknya kau pergi dari sini, aku tidak sudi melihatmu di pemakaman ayahku. Pergi!"

Baekhyun menitikan airmatanya pelan, ia sontak saja menjadi perhatian seluruh pelayat yang datang. Baekhyun tau ia memang salah, oleh karena itu ia dengan pelan memutar arah kursi rodanya untuk keluar dari ruangan tempat dimana jasad Jongin disemayamkan.

"Oppa.. "

Baekhee memanggil kakaknya itu pelan, ia kemudian berlutut dihadapan Taemin hingga membuat remaja berparas cantik itu terkejut.

"Baekhee tau oppa Baekhee salah, tapi Baekhee mohon dengan segala kerendahan hati untuk memaafkan perbuatan oppa Baekhee. Oppa Baekhee melakukan itu karena semata-mata untuk melindungi Baekhee. Jadi Baekhee mohon maafkan oppa Baekhee, maafkan segala kesalahannya dan tolong ijinkan oppa Baekhee untuk mengantar Jongin ahjussi sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya. Baekhee mohon ahjumma, oppa."

Taemin begitu terkejut dengan apa yang dilakukan anak kecil berusia 10 tahun itu. Dia berlutut dihadapannya dan memohon pengampunan atas kesalahan kakaknya. Taemin yang pada dasarnya memang sudah sangat menyayangi Baekhee langsung membawa gadis kecil itu kedalam pelukannya.

"Baiklah, oppa ijinkan kakakmu untuk mengantar Jongin ahjussi sampai ke pemakaman. Tapi oppa melakukan ini karena Baekhee, bukan karena oppa benar-benar memaafkan perbuatan kakakmu."

Baekhee tersenyum kecil. Tidak apa-apa jika Taemin masih belum bisa memaafkan kakaknya, yang terpenting kakaknya tidak diusir dari tempat ini.

"Terimakasih Taemin oppa."

"Ne, sama-sama. Oppa sangat menyanyangi Baekhee."

Baekhyun tersenyum di dalam tangisannya. Ia sangat bersyukur mempunyai adik yang begitu peduli padanya seperti Baekhee.

.

.

.

Pemakaman telah usai semenjak 15 menit yang lalu. Jasad Jongin sudah disemayamkan dengan layak di taman pemakaman umum di wilayah Gyeongido. Banyak saudara dan kerabat Jongin yang mengantar pria itu hingga ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Para pelayat mulai pergi meninggalkan area pemakaman satu persatu. Kini hanya tinggal tersisa Baekhyun, Baekhee, Sooyoung, Taemin dan Daniel.

Daniel berjalan pelan menghampiri Baekhyun. "Selamat pagi Baekhyun ssi. Perkenalkan saya Daniel, saya adalah asisten kepercayaannya Tuan Jongin. Sebelum beliau wafat, beliau sempat menulis dua buah surat yang ia tulis selama kami berada di Jerman. Ia menulis surat ini untuk anda, dan satu surat lagi beliau tulis untuk putranya Park Sehun."

Daniel lantas memberikan kedua surat itu kepada Baekhyun dengan sopan.

"Sekiranya anda bisa memberikan surat ini kepada Tuan Sehun." ucap Daniel lagi sebelum akhirnya ia pamit undur diri.

Baekhyun menatap dua buah surat ditangannya yang dibungkus oleh amplop berwana biru dan kuning. Amplop berwarna kuning untuk Baekhyun dan yang berwarna biru untuk Sehun.

Ia menatap Sooyoung dan Taemin yang juga tengah menatapnya balik.

Baekhyun pun lantas membuka amplop berwarna kuning dan membaca suratnya kemudian.

"Seperti mendapat hadiah yang tak pernah diharapkan, aku harus menerima kenyataan bahwa wanita yang telah melahirkan seseorang yang paling berharga dalam hidupku pergi untuk selama-lamanya. Hatiku hancur, dan aku merasa begitu terluka. Ini bukanlah keinginanku. Aku berharap dapat melihatnya sembuh dan hadir di upacara pernikahan kami yang begitu aku idam-idamkan. Tapi sayangnya Tuhan berkehendak lain, Tuhan jauh lebih menyayangimu daripada kami. Aku berharap kau bahagia disana eomma. Maaf karena aku tidak bisa menyelamatkanmu."

Baekhyun menyeka airmatanya pelan, ia berusaha menguatkan diri untuk melanjutkan membaca isi surat ini.

"Dan untuk seseorang yang menjadi penerang di dalam hidupku. Aku minta maaf karena telah mengecewakanmu, sejujurnya aku sudah tidak punya keberanian untuk bertemu denganmu lagi. Aku hanya berani menyampaikan segala isi hatiku melalui tulisan di secarik kertas lusuh ini. Aku benar-benar bersyukur pernah mengenal dirimu di dalam hidupku. Kau adalah alasan terbesar bagiku untuk tetap bertahan setelah aku kehilangan istriku. Aku tidak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Tapi satu hal yang harus kau tau, aku mencintaimu lebih daripada aku mencintai istriku dulu. Banyak waktu yang telah kita lalui bersama dan aku telah belajar banyak hal darimu. Meskipun aku tidak bisa memilikimu lagi dan meskipun aku tidak bisa bersamamu lagi, aku tetap bersyukur karena Tuhan telah mempertemukan kita. Aku akan selalu mencintaimu cahaya hidupku, perasaanku padamu tidak akan pernah berubah. Berjanjilah padaku untuk selalu bahagia dan tolong ingat aku sebagai kenangan yang baik untukmu. Aku sangat mencintaimu sayangku, aku akan selalu hidup di dalam hatimu.

Tertanda, Kim Jongin."

Baekhyun menengadahkan kepalanya keatas berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis, tapi ia benar-benar tidak sanggup. Pertahannya kembali runtuh dan ia kalah oleh airmatanya sendiri.

"Hiks.. Jongin ah.. "

Sooyoung yang melihat itu langsung mengambil surat ditangan Baekhyun dan membacanya dengan pelan. Setelahnya pun ia kembali menangis dan meremas surat itu pelan.

"Sebegitu besarnya kah rasa cintamu untuk Baekhyun Jongin ah?" Sooyoung mengusap nisan sang putra dengan penuh perasaan terluka.

Taemin lantas ikut membaca surat itu dan menangis juga setelahnya. Ia memeluk nisan sang ayah sambil memanggil ayahnya itu yang tak akan pernah bisa kembali lagi.

Baekhyun menutup mulutnya rapat. Ia merasakan sebuah penyesalan yang amat sangat besar di dalam lubuk hatinya.

'Maafkan aku Jongin ah, maafkan aku.'

.

.

.

Sehun membuka matanya pelan, setelah melalui serangkaian proses operasi akhirnya pria berkulit pucat itu membuka matanya juga.

Ia melirik kesamping dan mendapati Baekhyun, Luhan, Minseok, Taemin, Baekhee dan Sooyoung yang berada disamping tempat tidurnya.

Sooyoung berusaha sekuat tenaga untuk tidak memeluk cucunya itu. Ia begitu bahagia ketika mengetahui bahwa pria berkulit pucat ini adalah cucu kandungnya.

"Kenapa kalian semua ada disini?"

"Kami semua disini karena kami mengkhawatirkanmu. Syukurlah kau sudah siuman." ucap Baekhyun sambil tersenyum.

Luhan pun lantas membantu Sehun untuk duduk karena sepertinya pria itu agak kesusahan untuk duduk sendiri.

"Apa yang terjadi padaku? Apa penyakitku semakin parah?"

Baekhyun menggeleng. "Penyakitmu sudah sembuh Sehun ah, ada seseorang yang sudah mendonorkan sumsum tulang belakangnya untukmu."

"Siapa?"

"Ayahmu, Kim Jongin."

DEG

Tubuh Sehun langsung menegang. "Apa maksudmu? Kenapa kau biarkan pria itu mendonorkan sumsum tulangnya untukku? Aku lebih baik mati daripada harus menerima donor dari pria itu." Sehun terlihat sangat marah, ia tidak sudi jika harus menerima donor dari pria yang telah membohonginya selama ini.

Hal itu sontak saja membuat Taemin dan Sooyoung menunduk sedih.

"Kau jangan bicara seperti itu Sehun ah. Biar bagaimanapun ia adalah ayah kandungmu."

"Jangan bicara omong kosong Baekhyun ah. Park Chanyeol adalah ayahku. Dia yang sudah membesarkanku, bukan pria pengecut itu."

"Jongin melakukan itu karena ada alasannya. Dia sangat menyayangimu Sehun ah."

Sehun memalingkan wajahnya dengan kesal. Ia sangat membenci pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu.

"Hyung.. " Taemin memanggil kakak tirinya itu dengan mata berkaca-kaca.

"Appa sudah tidak ada hyung, dia sudah meninggal. Tidak bisakah kau menyingkirkan perasaan bencimu itu pada appa? Dia tidak pernah membencimu hyung, appa sangat menyayangimu."

Sehun sangat terkejut ketika ia mendengar bahwa pria itu sudah meninggal.

"Apa maksudmu? Mendonorkan sumsum tulang tidak akan membuatnya mati."

"Ia meninggal karena sebuah kecelakaan. Ia ditabrak oleh seseorang hingga ia tewas. Tadi pagi kami baru saja selesai memakamnya."

Sehun mendadak tergagu, tubuhnya langsung lemas detik itu juga. Seketika ia jadi teringat segala kebaikan yang pernah dilakukan Jongin selama ia masih hidup. Selain Chanyeol, Jongin adalah orang yang sangat perhatian kepadanya. Ia ingat dulu saat ia masih kecil, ketika Chanyeol menolak membelikannya mainan baru karena sudah terlalu banyak mainan dirumahnya, ia akan selalu berlari pada Jongin dan meminta pria berkulit eksotis untuk membelikannya mainan baru. Jongin akan selalu memberikan apapun yang ia mau, ia sangat memanjakan Sehun hingga ia pun menganggap Jongin sebagai paman terbaiknya. Airmatanya langsung mengalir detik itu juga, Sehun berusaha menepis rasa sakit dihatinya namun ia tidak bisa. Ia tidak bisa membohongi perasaanya sendiri. Ia merasa begitu kehilangan sosok paman terbaiknya.

"Sebelum Jongin meninggal ia sempat menulis surat untukmu." Baekhyun menyerahkan amplop berwarna biru itu kepada Sehun.

Sehun lantas membuka amplop surat itu dan membaca isinya.

"Tidak terasa 20 tahun berlalu dengan begitu cepat, salah satu anak kebanggaanku telah tumbuh menjadi pria dewasa yang begitu tampan. Selama 20 tahun ini aku berusaha untuk tidak pernah melewatkan tumbuh kembang darah dagingku sendiri. Aku sering menangis dikala malam tiba jika aku mengingat tindakan pengecutku dulu yang lari dari tanggung jawab. Tapi aku berusaha menebus kesalahan itu dengan tidak melewatkan tumbuh kembang putra pertamaku. Hatiku mencelos sakit ketika ia hanya mengenal diriku sebagai sosok seorang paman untuknya. Tapi aku selalu berusaha tersenyum dan bersikap baik-baik saja dihadapan putraku. Tiada kata yang mampu menggambarkan betapa aku begitu menyayangi anak-anakku. Hidupku serasa begitu hancur ketika mengetahui salah satu putraku mengidap penyakit berbahaya, aku ingin menolongnya tapi aku takut ia merasa curiga. Alhasil aku hanya bisa berdo'a agar Tuhan segera mencabut seluruh penderitaan ditubuh putraku dan mengalihkannya padaku. Aku bisa merasakan rasa sakit yang ia rasakan, hingga pada akhirnya aku merasa tidak tahan dan secara diam-diam berencana untuk mendonorkan sumsum tulang milikku pada putra pertamaku. Aku berharap setelah ini dia tidak akan merasakan sakit lagi. Dan teruntuk Sehun putraku, maafkan appa karena telah membohongimu. Tapi appa melakukan ini karena sebuah keterpaksaan. Appa tidak pernah bermaksud untuk membohongimu apalagi sampai membuangmu. Appa sangat menyayangimu Sehun ah. Maafkan appa atas segala perbuatan appa. Maaf karena kau harus mempunyai ayah seperti ku. Appa akan selalu berdo'a untuk kebahagianmu dan juga untuk kebahagiaan Taemin."

Sehun termenung, ia jelas tau ini adalah tulisan pamannya. Paman yang ternyata adalah ayah kandungnya. Ia meremas surat itu dan kembali menangis dengan penuh penyesalan.

Sooyoung dan Taemin lantas langsung memeluk tubuh Sehun dengan pelan dan menangis bersamaan.

Baekhyun, Luhan dan Minseok juga tak mampu untuk menahan airmata mereka. Baekhyun menangis sambil memeluk Baekhee dengan erat.

'Aku harap sekarang kau bisa tersenyum bahagia Jongin ah. Kami semua mencintaimu.'

.

.

.

2 minggu berlalu dengan begitu cepat, Kyungsoo dan RM sudah ditangkap oleh pihak kepolisian dan hari ini adalah sidang terakhir yang dilakukan oleh pengadilan. RM dijatuhi hukuman 20 tahun penjara sedangkan Kyungsoo dijatuhi hukuman seumur hidup atas segala tindak kejahatan yang telah ia perbuat.

Baekhyun dan Sehun keluar dari ruang pengadilan dan menunggu para polisi menggiring RM dan Kyungsoo kedalam penjara.

Kyungsoo keluar dengan tatapan yang kosong, tangannya diborgol dan ia digiring oleh beberapa petugas keamanan.

"Eomma.. " Sehun mencoba memanggil ibunya itu.

Kyungsoo langsung berhenti, ia pun menatap sang anak dengan pandangan kosong.

"Eomma tidak perlu khawatir, aku akan datang setiap hari untuk menjenguk eomma. Aku tidak akan membiarkan eomma merasa kesepian."

Kyungsoo tidak merespon, ia justru mengalihkan tatapannya pada Baekhyun yang berdiri disamping Sehun.

"Kau tidak marah padaku? Kau tidak ingin memukulku?"

Baekhyun terdiam sejenak, ia menatap wanita yang pernah menjadi majikannya itu dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Tentu saja aku marah, rasanya aku ingin mencakar wajahmu sampai hancur. Tapi aku tidak akan melakukan itu, aku akan melupakan semuanya. Dan aku berharap kau bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi setelah ini."

Kyungsoo menunduk dalam. "Hidupku sudah tidak ada gunanya lagi sekarang. Aku sudah membunuh pria yang sangat aku cintai. Tidak ada gunanya lagi aku hidup di dunia."

"Eomma jangan bicara seperti itu, eomma masih punya aku. Eomma tidak sendirian."

Kyungsoo semakin menundukan kepalanya dalam, ia menangis dengan sangat lirih. "Aku sudah membunuh Jongin hiks aku sudah membunuh pria yang sangat aku cintai hahaha."

Baekhyun dan Sehun saling berpandangan dalam kebingungan. Kyungsoo menangis, namun beberapa detik kemudian ia tertawa kencang seperti orang gila.

"Ayo cepat jalan, kau harus segera kembali kedalam sel mu." para polisi itu langsung mendorong paksa tubuh ringkih Kyungsoo untuk kembali kedalam sel.

"Hahaha aku telah membunuh Jongin, aku telah membunuh pria yang aku cintai. Aku tidak akan membiarkanmu kesepian Jongin ah, aku akan segera menyusulmu hahahaha."

Kyungsoo terus tertawa dengan sangat kencang di sepanjang lorong menuju sel penjara.

Baekhyun langsung menatap Sehun dengan pandangan serius. "Aku khawatir dengan ibumu Sehun ah, aku takut ia mengalami depresi."

Sehun mengangguk sambil menatap sosok ibunya yang semakin menjauh pergi.

"Aku juga sangat mengkhawatirkannya."

.

.

.

"Kau yakin mau pindah ke luar kota Baekhyun ah?"

Baekhyun tersenyum. Ia sudah kembali tinggal dirumah Minseok setelah ia keluar dari rumah sakit.

"Iya, aku akan pindah ke desa Jeola di kota Busan. Di sana adalah tempat kelahiran nenekku. Aku akan tinggal dirumah peninggalan nenekku dan membuka usaha kecil-kecilan disana. Aku juga akan membawa Baekhee untuk tinggal bersamaku nanti."

Minseok sedikit menghembuskan nafasnya kecewa. "Aku pasti akan sangat merindukanmu Baekhyun ah."

"Aku juga pasti sangat merindukanmu hyung."

TOK TOK TOK TOK

"Sayang, di depan ada Sehun. Dia ingin bertemu dengan Baekhyun." ucap Jongdae di depan pintu kamar Baekhyun.

"Kau ingin bertemu dengannya Baek?" tanya Minseok kemudian.

Baekhyun mengangguk. "Suruh ia untuk menungguku hyung."

.

.

.

"Sehun ah.. "

Sehun menoleh dan tersenyum ketika Baekhyun akhirnya keluar dari dalam kamar.

"Ada apa Sehun ah?"

"Kenalkan ini pengacara Lee, dia adalah pengacara pribadi ayahku."

"Ayahmu? Ayah yang.. "

"Park Chanyeol."

"Ah.. " Baekhyun mengangguk pelan, ia masih begitu sensitif jika mendengar nama Chanyeol.

"Silahkan duduk tuan." Baekhyun langsung mengajak mereka berdua untuk duduk diruang tamu.

"Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan kalian berdua. Ini mengenai surat wasiat yang sudah dibuat Tuan Park untuk kalian berdua."

Baekhyun dan Sehun tampak terkejut mendengarnya.

"Surat wasiat? Apa Chanyeol sudah-"

"Tidak seperti itu tuan, Tuan Chanyeol masih hidup. Beliau hanya sedang menenangkan diri saja disuatu tempat." ucap Tuan Lee memotong ucapan Baekhyun.

"Dimana? Bolehkah aku menemuinya?" tanya Baekhyun dengan penuh harap.

"Saya juga tidak tau dimana Tuan Chanyeol berada sekarang. Beliau hanya memerintahkan saya untuk membuat surat wasiat untuk kalian berdua."

"Tapi kenapa saya juga? Saya bukan termasuk anggota keluarga Chanyeol."

Tuan Lee menggeleng. "Saya juga tidak tau tuan."

"Sebaiknya kita dengarkan dulu isi surat yang diwasiatkan untuk kita Baekhyun ah." ucap Sehun mencoba menengahi.

"Baik, silahkan tuan."

Tuan Lee lantas mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tas kerjanya dan membacakan isinya kepada Baekhyun dan Sehun.

"Dalam surat ini tertulis bahwa Tuan Chanyeol telah mewariskan 80% harta miliknya termasuk rumah, aset perusahaan, hotel, cafe dan lain sebagainya kepada Park Sehun sebagai ahli waris pertama dan 10% persen bagian untuk Byun Baekhyun sebagai ahli waris kedua."

Tuan Lee menyerahkan surat resmi yang telah dibubuhi tanda tangan Chanyeol diatas materai.

"Kenapa Chanyeol sampai melakukan ini?"

"Saya juga tidak tau pasti apa penyebabnya. Tuan Chanyeol hanya berkata jika beliau ingin menenangkan diri dan memulai kehidupan baru. Ia juga sudah melayangkan surat gugatan cerai terhadap Nyonya Kyungsoo ke Kantor Pengadilan Agama Kota Seoul."

Baekhyun mulai menangis, ia begitu merindukan sosok yang sudah mengisi relung hatinya itu.

"Apakah aku tidak bisa bertemu dengan ayahku satu kali saja?" ucap Sehun yang juga sangat merindukan ayah asuhnya itu.

Tuan Lee menggeleng. "Sayangnya saya juga tidak tau dimana keberadaan Tuan Chanyeol sekarang."

"Baiklah kalau begitu, terimakasih atas waktunya Tuan Lee." Baekhyun kembali berucap.

Tuan Lee mengangguk pelan. "Kalau begitu saya permisi. Kalian bisa datang ke kantor saya untuk segera mengambil hak waris kalian."

Baekhyun dan Sehun tersenyum. "Ne."

Mereka berdua langsung mengantar Tuan Lee sampai kedepan pintu. Setelah Tuan Lee pergi, Sehun dan Baekhyun kembali duduk bersama diruang tengah.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan Baekhyun ah?"

"Aku akan pindah ke Busan dalam beberapa hari kedepan. Rencananya aku akan membuka usaha kecil-kecilan disana. Aku juga tidak akan mengambil uang warisan yang Chanyeol berikan untukku. Lebih baik jika uang-uang itu disumbangkan ke panti asuhan atau orang-orang yang lebih membutuhkan."

Sehun mengangguk mengerti.

"Kau masih punya niatan untuk menikahiku?"

Sehun sedikit terkejut mendengarnya. "Tidak, aku tidak akan memaksamu jika kau memang tidak mau. Aku akan mencoba merelakanmu pergi jika memang itu bisa membuatmu bahagia."

Baekhyun tersenyum mendengarnya. "Terimakasih Sehun ah, aku juga berharap kau segera menemukan kebahagiaanmu. Apa rencanamu setelah ini?"

"Aku ingin segera menyelesaikan kuliahku. Aku juga berencana untuk membuka sebuah bisnis baru. Aku ingin memperbaiki hidupku mulai sekarang."

"Apa kau tidak berniat untuk menikah dengan Luhan hyung? Ia sangat mencintaimu."

Sehun terdiam untuk beberapa saat. "Aku belum berpikir kearah sana, aku hanya ingin memperbaiki kehidupanku dulu mulai sekarang."

Baekhyun tersenyum lembut. "Pemikiran yang bagus Sehun ah. Aku sangat mendukungmu."

Sehun tersenyum. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu Baekhyun ah."

"Apa itu?"

"Apa kau benar mencintai ayahku?"

DEG

Baekhyun sontak terdiam, ia tidak tau harus menjawab apa.

"Jika kau memang mencintai ayahku, kenapa kau tidak berusaha untuk menemukannya?"

Baekhyun menggeleng. "Aku pikir Chanyeol pasti merasa terpukul setelah ia hampir membunuhku waktu itu. Sepertinya ia butuh waktu untuk menenangkan diri. Aku yakin kita akan bertemu lagi jika kita memang berjodoh."

"Teruslah semangat Baekhyun ah, mari kita bersama-sama menyongsong kehidupan yang lebih baik lagi mulai sekarang." ucap Sehun sambil tersenyum lebar.

Baekhyun pun lantas ikut tersenyum. "Kau benar Sehun ah. Semangat!"

.

.

.

1 minggu kemudian Baekhyun sudah pindah dan memulai kehidupan baru di desa Jeola yang terlentak di wilayah terpencil di sudut kota Busan. Ia membuka sebuah kedai ramen sederhana tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Baekhee ya, tolong jaga kedai sebentar ya. Oppa mau ke panti jompo yang diseberang jalan sana. Kita sudah satu minggu disini tapi kita sama sekali belum menyapa mereka. Oppa jadi merasa tidak enak."

Baekhee mengangguk. "Baik oppa."

Baekhyun langsung berjalan menuju panti tersebut sambil membawa dua rantang makanan berisi ramen hangat untuk para penghuni panti.

.

.

"Chan Lee sii, tolong kupaskan buah apel ini untukku."

Pria tinggi bertelinga lebar yang tengah sibuk menyapu halaman itu langsung tersenyum ketika seorang pria tua memanggil namanya. Ia menyimpan sapu yang sedang ia pegang di dekat tong sampah.

Pria bernama Chan Lee itu langsung mengambil buah apel di tangan sang kakek dan mengupasnya dengan menggunakan pisau. Ia juga memotong buah apel itu menjadi potongan yang lebih kecil.

"Aaaaaa.. "

Si kakek langsung membuka mulutnya lebar-lebar ketika Chan Lee mengarahkan sepotong buah apel kemulutnya.

Chan Lee tersenyum, ia sangat senang bisa membantu para lansia ini dengan sepenuh hati.

PRAAANG

Chan Lee langsung menoleh kebelakang begitu ia mendengar suara seperti benda jatuh.

DEG

Tubuhnya langsung membeku detik itu juga. Disana, tepat di depan gerbang panti jompo. Seseorang yang amat sangat ia rindukan berdiri dengan mata yang berkaca-kaca.

"Baekhyun ah.. "

.

.

Mereka berdua berdiri dihalaman belakang panti ini dengan saling menunduk. Suasananya benar-benar terasa canggung bagi mereka berdua.

"Bagaimana kabarmu Chanyeol ah?"

"Aku baik, bagaimana denganmu? Kenapa kau bisa ada disini?"

"Aku tinggal diseberang jalan sana, tadinya aku datang kemari untuk memperkenalkan diri sebagai tetangga baru."

"Kau pindah?"

Baeknyun mengangguk. "Aku pindah, aku ingin memulai kehidupan baru disini. Kenapa kau bisa ada disini Chanyeol ah?"

"Aku memutuskan untuk pergi setelah urusanku di Seoul selesai dan entah kenapa aku justu berpikir untuk pergi ke Busan dan menenangkan diri disini. Saat itu aku tidak tau harus pergi kemana, aku tidak sengaja melihat panti kecil ini dan tanpa pikir panjang aku langsung menawarkan diri untuk menjadi relawan disini. Aku sengaja mengubah identitas asliku agar orang-orang tidak mengenaliku."

Baekhyun tersenyum. "Aku senang bisa melihatmu lagi Chanyeol ah."

Chanyeol terdiam selama beberapa saat. "Aku.. Ingin minta maaf padamu Baekhyun ah. Aku minta maaf atas kejadian waktu itu. Aku minta maaf karena sudah memberikan banyak penderitaan di dalam hidupmu. Aku benar-benar menyesal."

"Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf padaku Chanyeol ah. Aku juga salah karena tidak berkata jujur padamu. Aku ingin kita melupakan masa lalu dan membuka lembaran kehidupan kita yang baru."

"Kehidupan kita? Maksudmu?"

CUP

Baekhyun langsung mencuri sebuah kecupan manis dibibir tebal si pria tinggi yang sukses membuat Chanyeol mematung.

"Aku mencintaimu Chanyeol ah. Aku ingin kita menikah dan memulai kehidupan yang bahagia untuk selamanya."

"K-kau serius?" ucap Chanyeol yang tiba-tiba tergagap karena terlalu terkejut.

Baekhyun mengangguk pelan. "Aku serius Chanyeol ah."

Chanyeol perlahan-lahan tersenyum, ia langsung meraup bibir yang amat sangat ia rindukan itu. Ia membawa Baekhyun pada sebuah ciuman yang sangat memabukan.

"Aku juga mencintaimu Baekhyun ah. Aku sangat mencintaimu."

Baekhyun tersenyum dengan sangat manis, keduanya saling merengkuh tubuh masing-masing dan hendak berciuman kembali sebelum sorak sorai terdengar dari para penghuni panti yang ternyata sedari tadi memperhatikan mereka secara diam-diam.

Baekhyun dan Chanyeol tampak terkejut dan merasa begitu malu pada awalnya, tapi mereka langsung tertawa bersama setelahnya dan saling memeluk dengan penuh kebahagiaan.

.

.

.

"Hiks.. Jongin ah, maafkan aku. Tolong maafkan aku.. "

Seoul sedang diguyur hujan malam ini, Kyungsoo terus menangis di dalam sel nya seorang diri. Kyungsoo terpaksa dipindahkan ke tempat sel tahanan khusus karena ia sering berontak dan melukai narapidana lain.

Ia mengikat sebuah kabel bekas panjang yang ia ambil secara diam-diam dari ruangan inspektur kepolisian setelah ia selesai makan siang tadi keatas langit-langit ruangan tahanan dan membentuknya seperti sebuah tali tambang.

Kyungsoo lantas langsung naik keatas kursi yang ada di dalam ruangan itu dan memposisikan kepalanya pada lubang tali kabel yang ia buat.

"Aku akan segera menyusulmu Jongin ah, aku tidak akan membiarkanmu kesepian disana."

BRAAKK

Ia langsung menendang kursi tempatnya berpijak hingga kini tubuhnya melayang-layang diudara.

Kedua kaki Kyungsoo terus menendang udara kesana kemari selama beberapa detik sebelum akhirnya berhenti dan menggantung di udara.

.

.

.

.

.

.

END

Tamat 🎉🎉🎉🎉

Akhirnya FF yang penuh dengan kontroversi ini selesai sampai disini wkwk.

Author say thank you banget sama kalian yang udah follow, fav, review dan ngikutin ff abal ini dari awal sampai akhir.

Author sama sekali ga nyangka kalo ff perdana author ini bisa tembus sampe 600 review lebih hiks.

Love you all.

Sampai ketemu dilain kesempatan.

Bye Bye :)