Because I Care
.
Because I Care © Sweatpanda
.
Cast :
Main
Lai Guanlin X Bae Jinyoung (PanDeep)
Slight
!GuanHwi !DeepWink !2Park
Side
!NielHwang !OngWoon !HwanSung
And many more.
Genre :
Romance, Hurt/Comfort
Length :
1 of ?
Summary :
Menjadi seorang Beta, bukanlah keinginan seorang Bae Jinyoung. Karena jujur, Jinyoung tidak mau memilih antara sang sahabat Alphanya Lai Guanlin, atau Omega yang dijodohkan dengannya, Park Jihoon.
Rated :
T - M
Warning :
Omegaverse!AU, YAOI, Typo(s), OOC.
.
.
Chapter 1
.
.
Jinyoung mendesah pelan ketika ia tidak bisa memejamkan matanya. Ini sudah larut malam, dan Jinyoung tidak sedikitpun mengantuk. Jinyoung bangkit dari acara tidurannya dan mengacak rambutnya frustasi.
Jinyoung berjalan menuju jendela kamarnya, membuka gorden jendela berwarna merah darah itu dan menatap langit malam yang tengah menampilkan bulan purnama. Jinyoung memejamkan matanya, mencoba tidak melihat pada sosok lain yang tengah mengamati dirinya dari rumah di seberang rumahnya itu.
Jinyoung menghela nafas lelah, ia kemudian membuka matanya dan senyuman tipis kini muncul di wajahnya. Sosok itu sudah menghilang, di tengah kegelapan salah satu kamar di rumah keluarga Kim.
Jinyoung kembali menutup gorden jendelanya, melangkah menuju kasurnya dan membaringkan kembali tubuhnya di sana. Menatap kosong pada langit-langit kamarnya, Jinyoung kembali mendesah. Kenapa di akhir-akhir masa sekolah menengah atasnya ini, masalah satu persatu hadir di hidup Jinyoung? Jinyoung bingung, dan tak tahu harus melakukan apa sekarang.
Jinyoung terlarut dalam lamunannya, memikirkan bagaimana bisa orangtuanya yang tinggal jauh darinya itu bisa seenak kehendak mereka memaksa Jinyoung untuk menerima perjodohan yang orangtuanya lakukan.
Jinyoung tahu jika dirinya hanyalah seorang Beta yang jika dibandingkan dengan Alpha manapun, bahkan dengan Beta-Beta lainnya Jinyoung masih kalah. Tapi tetap saja, dirinya seorang Beta. Seseorang yang sangat menyukai kebebasan tanpa perlu aturan dari orang lain. Meskipun itu dari orangtuanya sendiri.
Dan kenapa si Park Omega itu mau saja dijodohkan dengannya? Kenapa tidak menolak dengan alasan masih banyak Alpha di dunia ini, kenapa harus dengan dirinya yang seorang Beta? Meskipun tidak memungkiri ketika Jinyoung memikirkan alasan yang seperti ini, Jinyoung merasa sedang menghina dirinya sendiri.
Lagipula, ada alasan lain yang membuatnya bersikeras untuk menolak perjodohan tanpa persetujuannya ini. Lai Guanlin. Adik tingkatnya di sekolah yang merupakan seorang Alpha. Dialah yang menjadi alasan utama mengapa Jinyoung menolak perjodohan itu mentah-mentah. Jinyoung mencintai Guanlin, meskipun Jinyoung sadar, jika Guanlin tidak mungkin mempunyai perasaan yang sama terhadapnya.
Bagi Guanlin, Jinyoung adalah temannya, tetangganya dan mungkin juga sahabatnya. Hanya itu, dan Jinyoung cukup sadar diri.
"Hh.."
Suara helaan nafasnya terdengar. Sebentar lagi ujian kelulusan, dan bahkan Jinyoung belum mengatakan apa-apa pada Guanlin tentang perasaannya. Jinyoung hanya takut, jika waktu kelulusan nanti, orangtuanya datang dan langsung menyeretnya ke pendeta. Menikahkannya dengan Park Jihoon yang bahkan tidak dekat dengannya.
Jinyoung memiringkan tubuhnya, menatap dinding putih di depan sana sebelum memejamkan matanya. Sudah jam dua lewat empat puluh tujuh, dan Jinyoung harus berusaha tidur agar ia bisa menerima pelajaran dengan baik besok. Semoga.
.
.
Minhyun tengah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Jinyoung ketika suara bel rumahnya terdengar. Mematikan kompor yang digunakannya, Minhyun berteriak 'Sebentar' sebelum melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.
Begitu membuka pintunya, Minhyun disuguhi pemandangan yang amat langka untuk ia temukan di pagi hari.
"Jaehwan?"
Minhyun memanggil nama sahabatnya, Jaehwan tersenyum lebar. Mengeluarkan sesuatu dari belakang punggungnya dan memberikannya pada Minhyun. Bunga mawar.
"Mawar yang cantik untuk orang yang cantik," goda Jaehwan seraya terkikik geli. Minhyun merotasi kedua bola matanya seraya mengambil bunga mawar yang diberikan Jaehwan.
"Pagi-pagi sudah gombal," ketus Minhyun. "Memangnya salah?" Jaehwan menimpali, ia melangkah masuk lebih dulu disusul Minhyun setelah menutup pintu.
"Tumben saja pagi-pagi sudah ke sini. Biasanya baru ketemu saat di kampus nanti," Minhyun meletakkan bunga mawar pemberian Jaehwan ke atas sebuah vas yang memang sudah waktunya untuk diganti.
Jaehwan hanya bergumam, melangkah lebih jauh menuju dapur untuk menemukan setidaknya beberapa makanan untuk mengganjal perutnya.
"Jaehwan-hyung? Tumben," Jinyoung melangkah mendekati Jaehwan. Duduk di kursi seberang Jaehwan sebelum menenggak susu yang sudah dibuat Minhyun.
"Jaehwan mau menumpang makan, Jinyoung-ie," ujar Minhyun seraya mendudukkan dirinya di kursi dekat Jaehwan. Jaehwan tak ambil pusing, memang itu tujuannya kemari pagi-pagi sekali seperti ini.
"Oh, bahan makanan di rumahmu habis hyung?" Jinyoung bertanya polos namun terdapat nada meledek di kalimatnya. Jaehwan mendengus pelan, "Bisakah kalian diam? Aku sedang lapar tahu!" Minhyun dan Jinyoung hanya tertawa, kemudian ikut sarapan bersama Jaehwan yang sesekali diselingi candaan tak jelas dari Jaehwan.
.
.
"Jinyoung!"
Jinyoung menolehkan kepalanya begitu mendengar suara Woojin yang tertangkap indera pendengarnya. Jinyoung berdiam di tempatnya menunggu Woojin agar menghampirinya. Keduanya berada di depan gerbang sekolah mereka, ini hal yang wajar karena bagaimanapun keduanya adalah teman sedari awal mereka masuk SMA ini.
"Kau sendirian? Dimana Guanlin?" Woojin merangkul bahu Jinyoung dan keduanya melangkah bersama. Jinyoung menggidikkan bahunya acuh, "Aku tak tahu. Berangkat bersama Daehwi, mungkin."
Woojin menyatukan kedua alisnya mendengar nada bicara yang digunakan Jinyoung. Terdengar datar namun juga terdapat nada kekesalan dikalimatnya itu. Namun Woojin tak mau ambil pusing, ia memilih diam dan keduanya melangkah memasuki kelas mereka yang cukup ramai.
Woojin melepaskan rangkulannya di bahu Jinyoung dan berjalan menuju teman-temannya yang lain. Jinyoung sendiri berjalan menuju kursinya yang berada di dekat jendela.
Jinyoung menatap keluar melalui jendela, tak lama ia menghela nafasnya panjang. Matanya berhasil menemukan pemandangan yang membuat hatinya berdenyut sakit.
Bagaimana tidak, jika yang kau lihat di pagi hari yang cukup cerah ini malah pemandangan dua orang yang saling berpelukan dimana salah satu orang yang saling memeluk itu adalah orang yang kau cintai? Jinyoung meremat baju seragamnya, menggigit bibir bawahnya sebelum mengalihkan pandangannya ke papan tulis.
Sudah ada Guru Lee yang masuk dan Jinyoung tidak mendengar adanya bel maupun teman-temannya yang berisik. Mungkin, karena ia terlalu larut dalam lamunannya membuat Jinyoung tidak sadar pada Woojin yang sudah duduk di sebelahnya dengan dahi yang berkerut.
"Kau tidak apa-apa?" Woojin bertanya tanpa suara. Guru Lee adalah salah satu guru killer di sekolah ini, bahaya jika mereka berdua ketahuan sedang mengobrol di kelasnya.
Jinyoung menggeleng pelan, membalas pertanyaan Jinyoung dengan senyuman tipis yang dapat Woojin pastikan itu adalah paksaan. Kembali, Woojin menghela nafasnya dan menatap ke papan tulis. Mencoba mengabaikan otaknya yang begitu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya itu.
.
.
Jihoon mengaduk-aduk makan siangnya tanpa minat. Matanya menatap malas pada Daehwi yang sedang senyam-senyum tak jelas. Jihoon menendang kaki Daehwi yang berada di bawah meja dengan keras.
"Aw!" Daehwi mengaduh, ia lantas mengalihkan pandangan dari ponselnya ke arah Jihoon yang duduk di depannya. "Kau kenapa Jihoon-hyung? Kau menggangguku tahu~" Daehwi mengerucutkan bibirnya yang dibalas Jihoon dengan merotasikan matanya.
"Habisnya kau sendiri yang salah. Aku ke sini untuk cerita padamu, bukannya untuk kau abaikan!" Balas Jihoon kesal. Daehwi hanya bisa mengusap tengkuknya dan menyeruput minumannya. Jihoon mendengus kesal seketika.
"Iya hyung, maaf. Jadi, hyung mau cerita apa?" Tanya Daehwi seraya menatap Jihoon. Jihoon menghela nafasnya, "Kau masih ingat 'kan tentang orang yang katanya akan dijodohkan denganku?"
Daehwi mengangguk semangat, "Aku ingat hyung. Dan aku juga tahu dia itu siapa."
"Kau, tahu?" Jihoon menatap Daehwi dengan tak percaya. "Iya hyung. Ku kira Jinyoung yang mana, ternyata maksudmu Bae Jinyoung? Dia itu sahabat Guanlin, hyung. Tetangganya malah," jelas Daehwi seraya menyeruput ramyeonnya.
"Yang benar saja!" Jihoon berseru, matanya membulat begitu saja. Daehwi hanya mengangguk kecil, "Aku serius, Jihoon-hyung."
Jihoon menggeleng, tak habis pikir bagaimana orangtuanya memaksanya menikah dengan Bae Jinyoung itu? Jihoon tidak benar-benar mengenalnya sebenarnya. Hanya saja, menurut beberapa orang, Jinyoung itu misterius. Dia nampak dingin dan cuek pada orang lain, dan yang satu lagi, Jinyoung itu seorang Beta. Jihoon tidak tahu, kenapa orangtuanya sangat menginginkan dirinya bersatu dengan si Beta itu. Kenapa tidak dengan Alpha saja?
"Dan yang aku tahu, Jinyoung-hyung itu dekat dengan Woojin-hyung kok. Hyung tanya saja pada Woojin-hyung, kalian 'kan sangat dekat," sahut Daehwi setelah menghabiskan ramyeonnya.
Jihoon mengerjapkan matanya beberapa kali, jadi, Woojin dekat dengan Jinyoung? Kenapa Jihoon tidak tahu.
"Ah ya, kau benar, Daehwi-ya."
.
.
Guanlin tengah membaca bukunya ketika pintu kamarnya diketuk dan dibuka. Guanlin menurunkan bukunya, menatap Wooseok yang tengah berjalan menghampirinya.
"Sudah makan malam?" Wooseok bertanya seraya mendudukkan dirinya di kasur Guanlin. Guanlin mengangguk, ia menaruh bukunya di atas nakas dan melepas kacamata bacanya. "Sudah hyung," gumam Guanlin pelan.
Wooseok tersenyum, ia memperhatikan wajah Guanlin yang sedikit berbeda sekarang.
"Kau kenapa? Akhir-akhir ini hyung perhatikan kau sering melamun, ada yang mengganggu pikiranmu?" Wooseok menatap keponakannya itu dengan mata yang memincing.
Guanlin mengusap wajahnya, menatap ke jendela kamarnya yang terbuka lalu helaan nafas terdengar.
"Jika Alpha dan Beta bersatu, apa itu suatu kesalahan, hyung?" Guanlin bertanya dengan lesu. Wooseok terkekeh pelan, "Kau sadar tidak mate hyung itu siapa?"
Guanlin mengerjapkan matanya, menatap Wooseok dengan bingung sebelum menatap Wooseok dengan mata yang berbinar cerah. Wooseok tersenyum lebar melihatnya.
"Kau tahu 'kan, aku adalah seorang Alpha. Dan Yuto seorang Beta. Tidak ada salahnya jika Alpha dan Beta bersama, apalagi jika mereka saling mencintai. Meskipun memang tidak mudah, tapi tidak ada yang salah kok. Kecuali, menurut orang-orang tua yang berpikiran kolot. Yang berpikiran seorang Alpha haruslah bersama Omega. Sudah tahu jenis Omega di dunia semakin hari semakin sedikit, jadi Alpha yang banyak itu bagaimana? Mau melajang terus heh? Kalau Beta sih itu tidak masalah," omel Wooseok panjang lebar.
Guanlin terkikik geli mendengar ocehan Wooseok. Diam-diam, Guanlin tersenyum menatap jendela kamar seseorang di seberang sana. Menatap bayangan tubuh orang yang disayangnya yang tengah berdiri di dekat jendela. Ikut menatap dirinya.
'Meskipun ini sulit, aku akan memperjuangkanmu, Jinyoung-hyung.'
.
.
TBC/END?
.
.
A/N :
1.) Lagi mabok Jinyoung!Bottom, jadi jangan protes.
2.) Tema berat lagi yang ku bawa buat ff berchapter. Tapi, aku emang pengen banget bikin ff begini. Habisnya aku gemes, setiap baca ff Omegaverse pasti yang dibahas Alpha atau Omeganya mulu, pengen sesekali baca yg ngangkat Betanya gitu.
3.) Di sini couplenya crack semua ya buat member WOnya. Aku juga masukin OTP ku di Pentagon, yaitu WooYu horeeee /abaikan.
4.) Saran dan Kritiknya untuk ff ini, bisa kali ya!
See you next chap!
Panda