Park Jimin pagi-pagi sekali telah berdiri di depan gedung berbentuk persegi berwarna abu-abu - Royal Thai Embassy. Lokasi yang dikirimkan Min Yoongi padanya.

Apa yang dilakukan Min Yoongi di kedutaan besar Thailand di Korea ini?

Tak perlu menunggu lama, sosok yang ingin ditemuinya terlihat berjalan kearahnya. Senyuman yang menunjukkan deretan gigi rapi dan gusi manis itu terlihat sangat menyilaukan hari ini.

"Kau datang." sambutnya.

"Ya," jawabnya, mengedarkan matanya pada bagian depan gedung itu. "Apa yang-"

"Ayo ikut aku. Aku akan menjelaskan semuanya." potong Yoongi dan menarik tangan Jimin agar mengikutinya memasuki gedung besar itu.

Sebuah ruangan yang cukup besar dengan beberapa perabotan terbuat dari kayu adalah tempat dimana Min Yoongi menariknya. Ruangan yang terlihat seperti ruang tamu bagi orang-orang penting di kedubes.

Mereka berdua duduk dan setelahnya beberapa petugas kedubes datang memberikan minuman dan makanan ringan untuk mereka. Lalu mereka hanya berdua kembali di ruangan besar itu.

"Selamat, telah memecahkan kasus pembunuhan Bambam." Min Yoongi mengtakan itu dengan raut wajah yang tenang. Terlalu tenang untuk yang disukai Jimin.

"Sebenarnya siapa kau?"

"...Aku Min Yoongi, seperti yang kau ketahui."

"Jangan bermain-main denganku! Aku benci pembohong."

Yoongi tersenyum, "Aku tidak pernah berbohong padamu, Jimin."

Emosi Jimin cukup terpancing dengan ucapan pria berambut perak didepannya. Tidak pernah berbohong? Omong kosong.

"Kau orang yang mengambil kandungan Bambam, benar?"

Senyum diwajah Yoongi menghilang, tergantikan dengan raut wajah serius. Jimin bersumpah ia bisa melihat suatu kesedihan di dalam mata yang berwarna gelap itu. Yoongi mengangguk, menjawab pertanyaan Jimin.

"Mengapa?" Jimin benci bagaimana suaranya terdengar bergetar bahkan di telinganya sendiri.

"Aku yakin kalian mengetahui segala tentang Bambam, bukan?" Jimin tidak mengerti arah pertanyaan Yoongi, tapi ia hanya diam, mencoba tenang untun mendengar kelanjutan dari ucapan pria itu, "yang tidak kalian ketahui adalah, Bambam adalah anak dari keluarga cabang kerajaan Thailand."

"Apa?"

"Bambam adalah anak dari mantan kekasih raja dahulu sebelum menikah dengan ratu. Beliau tidak mengetahui tentang Bambam hingga ibu Bambam memberitahunya saat Bambam tidak menghubungi keluarganya beberapa hari lalu."

Jimin berusaha mencerna apa yang dikatakan Yoongi yang walau tidak masuk akal namun mengapa pria ini terlihat jujur dimata Jimin?

"Raja menghubungiku, dan mengutusku untuk mencari tahu keberadaan Bambam di Korea. Aku mendengar temannya yang bernama Mark memiliki hubungan dengan Jackson Wang, dan Bambam juga pernah menemui Im Jaebum tanpa sepengetahuan Jackson untuk alasan yang aku sendiri tidak tahu ketika itu. Maka aku mengikuti Jaebum sampai pada pesta yang kau datangi malam itu."

Panas menjalari wajah Jimin mengingat pesta dimana ia bertemu dengan Yoongi dan membuat mereka melakukan sex bahkan sebelum mereka tahu nama satu sama lain.

Tiba-tiba ingatan Jimin teringat pada benda yang dilihatnya ketika kedua kali ia mengunjuki kamar hotel Yoongi.

"Malam kita bertemu, aku sempat terbangun ketika sudah lewat tengah malam, kau tahu... setelah kita melakukannya," Jimin merutuki dirinya sendiri yang masih bertingkah seperti seorang yang baru melakukan sex satu kali seumur hidupnya, "Apakah kau pergi-"

"Ya," jawab Yoongi, memotong pertanyaannya, "Aku menerima informasi dari informanku bahwa Bambam terlihat berjalan linglung dua blok dari tempatnya ditemukan. Aku segera mendatangi tempat yang diinformasikan itu tapi terlambat, Bambam telah meninggal ketika aku sampai disana."

Kesedihan lagi-lagi terpancar di mata Yoongi, "Tapi janinnya belum. Jadi aku melakukan apa yang aku pikir paling bijaksana untuk dilakukan."

Yoongi memberikan isyarat pada Jimin untuk menoleh. Disatu sisi ruangan itu terdapat sebuah pintu besar yang entah sejak kapan telah terbuka hingga memungkinkan baginya melihat apa yang ada di ruang yang bersebelahan dengan ruangan itu. Sebuah kamar yang didalamnya ada sepasang pria dan wanita yang sedang menggendong seorang bayi, dan Kim Yugyeom.

"Sang Raja dan ibunda Bambam datang pagi tadi, dan aku telah menghubungi Yugyeom pula."

"..."

"Anak itu mungkin telah kehilangan Ibunya, namun ia masih memiliki kakek, nenek dan ayah yang sangat membutuhkannya untuk hidup. Aku harap kau bisa mengerti alasanku, Jiminie."

"Kau sengaja memberikan informasi tentang sovenir dari masa perang yang kau miliki, dan juga sengaja tidak membuang kaus berlumuran darah di keranjang cucian kotormu di hotel."

"Ya. Aku ingin kau mengaitkanku dengan kasus ini. Maafkan aku."

Jimin masih terdiam, sibuk mengawasi tiga orang yang kini menitikkan air mata kesedihan dan suka cita secara bersamaan. Kehilangan Bambam menoreh luka yang sangat dalam untuk mereka namun bayi yang kini masih tertidur lelap dalam dekapan mereka mungkin bisa mengobati luka itu.

"Aku tidak berbohong padamu, Jimin-ah. Namaku adalah Min Yoongi, aku memang dulunya adalah seorang anggota militer yang kini tak lagi mampu melihat adanya darah. Aku telah melumuri tanganku dengan banyak darah dahulu, bahkan di usiaku yang belum menginjak 36 tahun ini."

"Lalu kau ini sebenarnya 'apa'?"

"Aku tidak bisa mengatakannya padamu, tapi yang harus kau percayai adalah, aku ada di pihakmu."

Berusaha mencari kejujuran di mata pria ini bukan sesuatu yang sulit dilakukan, karena begitu kau melihat lurus kedalam matanya, yang bisa kau lihat hanya kejujuran. Tidak ada yang lain.

"Bagaimana pun kau bersalah karena telah mengkontaminasi TKP dan tubuh korban."

"Aku tahu," senyuman geli diberikan Yoongi padanya, "tapi aku berada di Korea sebagai tamu kehormatan kedutaan besar Thailand di Korea."

"Dan orang sepertimu tidak bisa di proses hukum jika tanpa bukti-bukti yang kuat."

"Benar sekali, sayangku. Aku juga sudah membakar baju yang berlumuran darah yang kau maksud itu."

"Kau sungguh pria yang menyebalkan." sungut Jimin, melipat tangannya di depan dadanya.

"Aku tahu." jawab Yoongi.

Sebelum bisa berkata apapun lagi, Yoongi telah menariknya kedalam pelukannya dan mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibirnya.

"Terima kasih telah memberikan closure pada Raja kami dan keluarganya, dan untuk Bambam juga tentunya."

Dengan berat hati Jimin harus merelaka kenyataan bahwa ia tidak bisa membawa Yoongi sebagai tahanan dan pergi dari gedung kedutaan besar Thailand di Korea itu. Dengan berat hati ia harus menerima pula kenyataan bahwa ia dan Yoongi tidak akan bisa melanjutkan hubungan yang didasari kenikmatan sesaat mereka.

"Aku berharap kita akan berjumpa lagi dilain kesempatan, Jimin-ssi." salam Yoongi sebelum pintu gedung besar itu tertutup sepenuhnya.

Ya, aku juga berharap begitu.


"Kasus kali ini sedikit membosankan."

"Jungkook-ah, jangan berbicara tidak baik begitu." Jung Hoseok memperingatkan anggota laboratorium paling muda yang berputar di atas kursi di ruang santai laboratorium mereka itu.

"Tapi memang benar kok." jawab Jungkook tak acuh.

Setelah menyelesaikan kasus seperti sekarang ini, para analis laboratorium kriminal disini memang sering kali menghadiahi diri mereka sendiri dengan memesan makanan yang mereka inginkan dan memakannya bersama-sama di ruangan ini. Kali ini hanya ada Jungkook, Hoseok dan tunangannya, Choi Minki sang analis magang paling cantik saat ini.

Sementara Hoseok dan Minki sibuk saling suap menyuap di salah satu sofa, Jungkook pun sibuk dengan komputer di depannya. Kelihatannya sedang iseng mencari informasi-informasi yang membuatnya penasaran.

Perlahan Kim Seokjin, Park Jimin, Kim Taehyung dan Kim Namjoon pun memasuki ruangan itu dan mulai merenggangkan otot-otot yang mereka paksa bekerja lebih keras beberapa hari terakhir itu.

Sementara yang lain berbincang-bincang, pikiran Park Jimin masih melayang pada sosok Min Yoongi.

"OH MAN! HOLY SHIT!"

Semua orang yang berada disana terlonjak kaget dan Jung Hoseok langsung melayangkan kepalannya ke kepala Jungkook -karena membuat mereka terkejut dan karena berkata kasar.

"KENAPA MEMUKULKU SIH HYUNG!" tanya Jungkook sewot, tidak terima diperlakukan kasar oleh Hoseok.

"KAU BERISIK!" balas Hoseok.

"HYUNG MENYEBALKAN!" teriak Jungkook lagi.

"DIAM KALIAN BERDUA!"

Mereka pun diam dengan terdengarnya suara sang Bos laboratorium cantik yang mendapatkan julukan Worldwide Handsome oleh perserikatan laboratorium kriminal sedunia, Kim Seokjin.

Setelah tenang, mereka menanyakan apa yang membuat Jungkook berteriak hingga berkata kasar tadi. Jungkook mengetik di keyboard komputer di depannya dan beberapa saat kemudian wajah Min Yoongi yang memakai jas setelan yang familiar terlihat di layar komputer yang tergantung di salah satu sisi ruangan itu.

"Min Yoongi, pria yang diceritakan Jimin-hyung adalah salah satu agen dari KNIS! Dia adalah anggota dari departemen double agent and undercover alias D.A.U."

"APA?"

"Tunggu, aku tidak pernah mendengar adanya departemen sebelumnya." sergah Kim Taehyung.

"Kemungkinan pemerintah menghapus keterangan tentang departemen itu." Kim Namjoon angkat bicara. "Aku pernah mendengar rumor ada beberapa agen khusus yang diambil dari banyak tempat yang khusus dilatih untuk misi penyamaran. Terutama penyamaran dalam menjadi agen ganda demi negara kita. Tapi aku belum tahu kebenarannya."

"Bagaimana kau bisa mendapatkan informasi itu, Jungkook-ah?"

"Aku tidak sengaja membobol firewall komputer rumah kepresidenan, hehe."

"JEON JUNGKOOK!"

'Aku ada di pihakmu' suara Min Yoongi terdengar kembali di benak Jimin. 'Aku berharap kita akan berjumpa lagi dilain kesempatan, Jimin-ss.'

Entah mengapa firasat Jimin merasakan hal itu akan terjadi dalam waktu dekat.

.


END